Anda di halaman 1dari 110

BAB II

MEMAHAMI SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW PERIODE MEKKAH


A. Mengetahui Keadaan Masyarakat Makkah Sebelum Masuknya Agama
Islam.
Dilihat melalui peta dunia Jazirah Arab merupakan salah satu negara Timur
Tengah yang terletak pada benua Asia,dan salah satu kota yang terdapat
dijazirah Arab adalah kota Mekkah,yang kita ketahui merupakan tempat
kelahiran dari nabiMuhammad saw.Ditinjau dari sejarah pada masa lampau
jazirah Arab di apit oleh dua kekaisaran yaitu kekaisaran Persia dan
kekaisaran Bizantium ( Romawi).Sebelum adanya agama Islam pada kedua
kekaisaran ini agama yang mereka percayai adalah agama majusi dan agama
nasrani yang masing-masingnya mempunyai kitap suci Zend Avesta dan
Injil,namun injil yang beredar saat itu bahkan sampai sekarang sudah banyak
di tambah dan dikurangi oleh toh agama mereka sehinga kemurniannya tidak
terjamin lagi.Adapun agama yang merupakan peninggalan nenek moyang pada
jazirah arab terutama di kota Makkah dan Madinah adalah menyembah
berhala,padahal pada zaman nabi Ibrahim dulunya mereka beragama
tauhid.Oleh karena itulah zaman sebelum nabi Muhammad lahir disebut
dengan zaman Jahiliyah.
B. Nabi Muhammad sebagai Rahmat bagi alam semesta pembawa
kedamaian, kesejahteraan, dan kemajuan masyarakat.

1. Rahmat bagi Alam Semesta


Sejak Nabi Muhammad Saw masih kecil, sudaah banyak limpahan berkah
yang selalu meyertai beliau, diantaranya: bumi menjadi subur, air susu onta
melimpah, himar menjadi gemuk, tanaman subur, bahkan air tetek ibu
susuan Halimah yg sudah sekian lama tidak menetes, menjadi penuh.
Demikian juga saat Rasulullah berusia 25 tahun. Beliau bekerja sebagai
pembawa barang dagangan punya seorang saudagar kaya yang menjadi isteri
beliau sekaligus yakni siti khadijah kenegri syam beserta roombongan lainnya.
Di kafilah Nabi Muhammad di temani dan di bantu oleh budak khadijah, yang
bernama Maisarah. Bisnis tersebut sukses besar, dikabarkan tim dagang Nabi
Muhaammad meraup keuntungan yang belum pernah mampu diraih para
pedagang sebelumnya.
Rasulullah, dengan risalahnya yang sempurna, merupakan rahmat yang
diberikan Allah utuk seluruh alam. Rahmat yang ditebarkan bukan hanya
dirasakan oleh keluarga , bangsa Arab, atau umat Islam saja, tetapi dirasakan
oleh seluruh makhluk yang ada di dunia ini. Untuk itu Nabi Muhammad di
katakan sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin. Ajaran Nabi Muhammad, berasal dari
Allah. Bukan dari hasil perenungan akalnya sendiri atau hasil belajar dari
seseorang. Sebagaimaana firman Allah dalam Q.S. Al- Anbiya’: 107

2. Rasulullah sebagai pembawa kedamaian.


Pada dasarnya, manusia dari waktu ke waktu, bahkan dari hari ke hari
membawa kedamaian hidup dalam kehidupan sehari-harinya. Tapi, jauh dari
yang kita harapkan.
Selama pemerintahan Rasulullah sejak beliau diangkat menjadi rasul,sistem
yang beliau jalankan dari waktu ke waktu, keadilan dan kebenaran dari dalam
dirinya sudah nampak dan makin di kenal oleh masyarakat mekkah.Beberapa
hal yang berhasil beliau lakukan adalah beliau telah berhasil menyatukan
dan mendamaikan pemuka-pemuka Quraisy dalam masalah perbaikan ka’bah
daan peletakan batu hajrul Awad. Kemudian, pada waktu perjanjan
hudaibiyah antara kaum muslimin dengan kaum kafir Quraisy. Perjanjian ini
terjadi pada tahun ke- 6 H, bertepatan pada bulan Dzulhijjah. Diantara isi
perjanjiannya adalah:
1. Kuam Muslimin boleh melakukan ibadah haji dan umrah pada 1 tahun
setelah perjanjian (tahun berikutnya), dengan syarat tidak boleh membawa
senjata kecuali pedang di dalam sarungnya.
2. Kalau ada orang Islam yang masuk agama kafir Quraisy, semoga Allah
melindunginya, maksudnya tidak akan dikembalikan. Tetapi kalau ada dari
mereka yang masuk Islam, harus dikembalikan.

Begitulah isi perjanjian hudaibiyah yang sepintas merugikan umat Islam.


Namun perdamaiaan ini merupakan salah satu bentuk rekayasa Ilahi yang
akan dinampakkan tindakannya untuk kenaabian dan pengaruhnya. Dan
juga, perjanjian ini, merupakan awal atau muqoddimah bagi penakhlukan
kota Mekkah (Fathul Makkah).
3. Rasulullah sebagai pembawa kesejahteraan dan Kemajuan Masyarakat
a. Islam mengajarkan supaya umatnya tekun bekerja
b. Perintah Zakat. Manfaatnya:
1. Menolong orang yang lemah dan menderita agar dapat menunaikan
kewajibannya terhadap Allah dan terhadap sesema makhluk Allah.
2. Mendekatkan hubungan kasih sayang dan saling mencintai antara si
miskin dengan si kaya dan mempersempit jurang kesenjangan antara
mereka.
4. Menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi alam
Semesta, pembawa kedamaian, kesejahteraan, dan kemajuan
masyarakat untuk Masa kini Dan yang akan datang

Islam merupakan agama yang sempurna, sebagaimana firman Allah dalam


Q.S Al-Maidah ayat: 3

Artinya: Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi
agama bagimu.
Islam adalah agama yang sempurna karena:
a. Agama Islam merupakan agama untuk seluruh manusia.berbeda halnya
dgn agama Samawi sebelumnya, yg hanya terbatas untuk satu kaum saja
b. Ajaran Islam meliputi semua aspek kehidupan
c. Agama Islam berfungi sebagai rahmatan Lil ‘Alamin, agama kedamaian,
dan lain-lain sebagainya.
Rasulullah di utus bukanlah untuk satu golongan bangsa Arab saja,
tetapi semua bangsa dengan tidak mengenal warna kulit, suku, atau
keturunan. Semua umat Nabi Muhammad sama, yaitu mereka harus taat dan
patuh terhadap ajarannya. Bagi yang patuh akan memperoleh balasan baik
dan bagi mereka yang tidak patuh akan memperoleh ganjaran

C. Menjelaskan misi dakwah Nabi Muhammad pada periode mekkah.


Misi dakwah nabi Muhammad saw yang utama pada masa periode Mekkah
adalah membawa umat manusia kembai ke agama tauhid, beribadah hanya
kepada Allah swt dan beriman kepada hari akhir. Penghapusan terhadap
kesenjangan sosial yang terjadi pada masyaakat Arab. Karena tradisi mereka
sebelumnya ada perbedaan tingkat.Dan pada saat kebudayaan Islam sdah
mulai berkembang tidak adanya lagi perbedaan da kesenjangan sosial
tersebut.

1. Meneladani perjuangan Nabi Muhammad dan para Sahabat dalam


menghadapi
Masyarakat Makkah
Nabi Muhammad sejak kecil sudah mempunyai sifat yang baik dan terpuji,
sehingga penduduk Mekkah memberinya gelar Al-Amin (yang dapat
dipercayai). Pada usia beliau 40 tahun, ketika beliau berkhalwat di Gua Hira,
Nabi menerima wahyu pertama yaitu Surat Al-‘Alaq ayat 1-5 melalui malaikat
jibril yang berbunyi
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.

Setelah ayat yang pertama turun maka nabi muhammad resmi diangkat
menjadi rasul.Hal yang pertama beliau lakukan adalah:

2. Dakwah dengan cara sembunyi-sembunyi


Setelah Nabi Muhammad saw menerima wahyu yang pertama di gua hira pada
malam 17 Ramadhan 611.M.Dengan turun ayat tersebut, maka jelaslah apa
yang harsu dikerjakn Nabi. Pada mula dakwahnya, Nabi menyampaikan
secara sembuyi-sembunyi terbatas kepada yang terdekat,orang yang pertama
diberitahuka oleh nabi adalah istri beliu sendiri yaitu Khadijah,kemudian
saudara beliau Ali bin Abi Thalib,kemudian sahabat terdekat Abu Bakar dan
pembantu beliau sendiri bernama Zaid bn Haritshah.Tonggak awal dari
beberapa orang yang masuk islam ini memotivasi bagi sahabat nabi ang lainya
untuk memeluk agama islam diantara mereka yang kemudian masuk islam
adalah,Usman bi Affan,Abdurahman bin Auf,Zubair bin Awwam,Sa’ad bin Abi
Waqas,Talhah bin Ubaidillah,Abu Ubaidah bin Jarrah dan Arqam bin Abil
Arqam.Dalam menjalankan misi dakwahnya nabi menunjuk rumah Arqam bin
Abil Arqam menjadi pusat dakwah.Dan golongan yang masuk islam pda tahap
awal disbut dengan as-sabiqunnal awwalun.

3. Dakwah dengan cara terang-terangan.


Nabi Muhammad saw berdakwah secara sembunyi-sembunyi selama lebih
kurang tiga tahun. Setelah turunnya firman Allah surat Al-Hijr ayat 94; Nabi
mulai berdakwah dengan cara terang-terangan.
Artinya: Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.
Setelah ayat ini turun beliau langsung berdakwa dengan cara terang-
terangan dengan mengumpulkan warga masyrakat kota makah di bukit syafa.
Disana beliau menyampaikan kepada masyarakat bahwa sesungguhnya aku
ini adalah utusan Allah sebagai pembawa agama tauhid. Pernyataan beliau
lansung dibanta oleh Abu lahab akan tetapi sebagian yang lain membenarkan
apa yang disampaikan oeh Nabi Muhammad, pertemuan di bukit syafa
berakhir dengan kekacuan
Mulai saat itu Islam menjadi pusat perbincangn di kota Makah terutama suku
quraiys yang sangat menentangnya. Dakwah secara terang-teangan ini
semakin kuat setelah Umar bin Khatab masuk Islam.

D. Bentuk hambatan dakwah nabi Muhammad SAW periode Makkah


Pada saat berkembangnya agama Islam di Jazirah arab masih berlaku
kebiasaan melindungi salah satu keturunanya walaupun dia berbuat salah,
pada awal dakwah nabi uhammad SAW beliau dilindungi oleh pamanya yang
bernama Abu Thalib, kemudian beliau dilindungi oleh kakeknya yaitu Abdul
Muthali dari Bani Hasyim.
Bentuk-bentuk hambatan yang dialami oleh Nabi Muhammad dalm berdakwa
adalah sebagai berikut :
1. tokoh Qurais seperti Abu lahab, Abu syofyan, Abu Jahal membujuk Abu
Thalib untuk melepaskan perlindunganya terhadap Nabi Muhammad,karena
mereka bersikeras menghentikan dakwah nabi Muhammad.
2. Banyaknya pengikut nabi Muhammad yang disiksa diantaranya adalah
Bilal bin Rabah, keluarga Amr’ bin yasir, Zubair bin Awwam, Abu bakar.
Sehingga beliau memerintahkan saabatnya untuk pindah ke
Habsy/Etopia.Bahkan mereka juga mendapatkan ejekan,hinaan,tudhan yang
dilemparkan oleh kaum kafir qurasy terhadap nabi dan para pengikutnya.
3. Kafir quraisy memberikan tawaran kepada nabi berupa harta, tahta dan
wanita agar beliau bersedia menghentian misi dakwahnya
4. Pemboikotan terhadap kaum muslimin selama tiga tahun berupa
a. Tidak mau berbicara dengan orang Islam
b. Tidak mau berjual beli dengan orang Islam
c. Tidak mau menikah dengan orang Islam
5. Usaha pembunuhan terhadap nabi Muhammad saw
Usaha pembunuhan ini ada dua macam:
a. Usaha pembunuhan yang dilakukan perorangan tanpa musyawarah.Usaha
ini dilakukan oleh:- Abu Jahal dengan cara menimpakan batu besar.-Uqbah
bin Muaith dengan cara mencekik leher nabi dengan sorbannya pada saat nabi
sedang shalatdi masjidil haram.-Umar bin Khatab setelah umar mendengar
kegagalan dari orang-orangyang akan membunuh nabi akhirnya menimbulkan
kekesalan teradap Umar bin Khatab sehingga beliau sendiri yang akan
brencana untuk lansung membunuh nabi,namun akhirnya tidak jadi
membunuh malah beliu sendiri masuk agama islam.
b. Usaha pembunuhan sebagai pelaksanaan hasil musyawarah
kegagalan misi beliau di Thaif,kemudian melakukan dakwah kepada
orang-orang yang datang dari luar Mekkah untuk melaksanakan ibadah
haji.Melalui baiat aqabah 1 dan 2, hampir semua orang Arab yang berasal dari
Yastrib masuk Islam.
Mendengar berita yang demikian kaum kafir Quraisy lansung
mengadakan musyawarah yang mereka lakukan di Darul Nadwah.Dari hasil
musyawarah itu pemuka-pemuka Quraisy sepakat untuk membunuh nabi
Muhammad.Untuk menghindari hukum diyat (nyawa ditebus dengan nyawa)
maka setiap khabilah mengutus pemuda yang gagah berani dan mereka ini
bersama-sama membunuh nabi.Dengan demikian khabilah Muhammad tidak
bisa menuntut balas.Rencana pembunuhan itu sendiri sudah diketahui oleh
nabi Muhammad melalui malaikat Jibril atas perintah Allah swt.Akhirnya Nabi
dan Abu Bakar lolos dari pembunuhan dan menyusun strategi untuk hijrah ke
Yastrib.Peristiwa tersebut diceritakan dalam surat Al Anfal ayat 30,berbunyi

Artinya: Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya


upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau
membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah
menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.
BAB III
SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW PERIODE MADINAH

A. Menceritakan kembali keadaan Madinah sebelum kedatangan Islam


Di dalam perkembangn agama Islam kota kedua yang menjadi pusat
perkembangan adalah kota yasrib atau Madinah. Kota Yasrib merupakan jalur
perdaganagan yang menghubungkan Yaman di selatan dan Syiria di utara.
Masyarakat Yasrib terdiri dari dua kelompok besar yaitu: Kelompok yahudi
dan kelompok Arab. Kelompok masyarakat Yahudi terdiri dari tiga suku utama
yaitu Bani Qainuqa, Bani Quraiza, dan Bani Nadir. Sementara itu kelompok
masyarakat Arab terdiri dari dua suku utama yaitu Suku Auz dan Khazraj.
Sebelum kedatangan Islam masyarakat Yasrib menganut agama Yahudi dan
Nasrani, selain itu sebagian masyarakat Yasrib menganut agama Pagan yaitu
kepercayaan kepada benda dan kekuatan alam seperti Matahari, bintang dan
bulan. Setelah endengar Nabi Muhammad dan pengikutnya hijrah ke Madinah
menimbulkan perselisihan antara agama yang berlangsung cukup lama,
karena mereka menganggap agama mereka yang benar dan merupakan
turunan dari nenek moyag mereka.
Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya tiba di Yasrib pada tahun 622 M.
Masyarakat Yasrib menyambut gembira kedatangan Nabi Muhammad SAW
dengan melantunkan syair pujian yang dikenal dengan shalawat badar.
Setelah itu kota Yasrib berganti nama menjadi Madinah al-Munawwarah yang
berarti kota yang penuh cahaya terang atau Madinatunnabi yang berarti kota
Nabi.
Didalam sejarah diterangkan masyarakat yang ada di Madinah disebut dengan
kaum anshar yaitu kaum penolong (pribumi) dan mereka yang datang dari
Mekah disebut dengan Muhajirin (Pendatang/hijrah), untuk melancarkan misi
dakwahnya, Nabi Muhammad mempersaudarakan kedua kaum tersebut dan
sesampainya di Madinah dibangunya sebuah masjid yang diberi nama dengan
Masjid Nabawi.
B. membangun masyarakat melalui kegiatan Eknomi
Usaha-usaha yang dilakukan oleh Nabi Muhamad SAW untuk
meningkatkan ekomi masyarakat Madinah adalah:
a. Meningkatkan mutu pertanian.

Dalam meningkatkan perekonomian


masyarakat Muhajirin pada awalnya mengandalkan bantuan dari kaum
anshar yang sebagian besar sebagai petani dan peternak dengan
memanfaatkan tanah-tanah hadiah dari kaum anshar dan tanah dari orang
yahudi yang berhasil ditaklukan pada perang khaibar, mereka menggarap dan
bercocok tanam secara bersama-sama, untuk menunjang pertanian mereka
nabi berinisiati membangu sistim irigasi (pengairan) yang diambil dari danau
Mahzur dan Mudainib. Disamping itu juga ditetapkan cara penggunaan lahan
sistim bagi hasil antra pemilik tanah dan penggarap dan juga yang tidak kalah
pentingnya mengeluarkan zakat dari hasil pertanian tersebut.
b. Memamfatkan harta-harta rampasan perang (Ghanimah) untuk
kesejahteraan rakyat.
Harta rampasan perang (Ghanimah) dari beberapa daerah yang ditaklukan,
merupakan salah satu sarana pendukung kegiatan perekonomian masyarakat
Madinah
c. Membangun pasar yang Islami
Di Madinah kegiatan ekonomi pada awalnya bersatu dalam satu pasar antara
kaum muslimin dengan orang yahudi. Tetapi orang-orang yahudi melangar
berbagai kesepakatan yang sudah disepakati, akhirnya Nabi mengambil
tindakan untuk mendirikan pasar tersendiri yang didalamnya diterapkan
aturan-aturan ekonomi Islam diatas sebidang tanah yang diberikan oleh
seorang tokoh yahudi bernama Ka’ab Asraf
Ciri-ciri pasar Islami yang diterpkan Nabi adalah: Dilarang berbuat curang,
menipu, berboho g, riba dan sebagainya. Pada sat-saat tertentu nabi
memreiksa setiap barang dagangan dan melarang Muzabanah yaitu jual beli
kurma dengan cara menyamaratakan harga kurma basah dengan kurma yang
kering, dan juga melarang para tengkulak untuk mencegat para petani yang
hendak menjual hasil untuk mencegat para petani yang hendak menjual hasil
pertanianya di pasar.
d. Memberdayakan harta Jiziah (dan yang diderikan oleh penduduk yang
daerahna telah ditaklukan). Dana semacam ini diatur sedemikian rupa untk
meningkatkan taraf hidup kaum mslimin. Sebaigian dijadikan permodalan
usaha untk merangsang pertumbuan ekonomi rakyat, sebagian yang lain untk
pembangunan sarana prasarana ataupun untuk dana cadangan.
e. Memberdayakan harta zakat
Di dalam hukum Islam setiap kaum muslimin yang memiliki harta dan telah
mencapai syarat wajib zakat maka ia harus wajib mengeluarkanya yang
berguna untuk kesejahteraan kaum muslimin pada saat itu.

C. Membangun masyarakat melalui kegiatan perdagangan.


Setelah sistim ekonomi diatur dan ditata oleh rasululah, memberikan
kesejahteraan dan taraf hidup yang semakin baik khususnya bagi kaum
muhajirin, mereka berangsur-angsur dapat hidup mandiri. Adapun usaha-
usaha nabi dalam embangun masyarakat melali kegiatan perdagangan
antaralain sebagai berikut:
1. Ekonomi dan perdagangan merupakan sektor penting dalam menopang
kehidupan manusia sehingga sektor ini merupakan sektor priritas yang sangat
diperhatikan dan dikelola dengan baik oleh rasulullah terutama untuk
kelanjutan hidup kaum muhajirin dan kaum mslimin pada umumnya.
2. Ajaran Islam menntut pada umatnya agar mapu hidup mandiri tidak
menjadi beban oranglain akan tetap dapat membantu orang lain yang
membutuhkan.
3. Dalam menjalankan kegiatan ekonomi perdagangan perlu diperhatikan
aspek untu mensejahterakan kehidupan bersama, keadilan dan kejujuran.
4. Usaha dibidang ekonomi perdagangan yang telah dijalankan oleh
Rasulullah di Madinah menjadi bekal untuk para pemimpin Islam setelah
beliau mengelola perekonomian negara Islam.

D. Mamfaat/pelajaran dari misi nabi Muhammad SAW dalam


pembangunan masyarakat melalui kegiatan ekonomi dan perdagangan
untuk masa kini dan yang akan datang.
Setelah sistim ekonomi diatur dan ditata oleh rasululah, memberikan
kesejahteraan dan taraf hidup yang semakin baik khususnya bagi kaum
muhajirin, mereka berangsur-angsur dapat hidup mandiri. Adapun usaha-
usaha nabi dalam embangun masyarakat melali kegiatan perdagangan
antaralain sebagai berikut:
1. Ekonomi dan perdagangan merupakan sektor penting dalam menopang
kehidupan manusia sehingga sektor ini merupakan sektor priritas yang sangat
diperhatikan dan dikelola dengan baik oleh rasulullah terutama untuk
kelanjutan hidup kaum muhajirin dan kaum mslimin pada umumnya.
2. Ajaran Islam menntut pada umatnya agar mapu hidup mandiri tidak
menjadi beban oranglain akan tetap dapat membantu orang lain yang
membutuhkan.

2. Dalam menjalankan kegiatan ekonomi perdagangan perlu diperhatikan


aspek untu mensejahterakan kehidupan bersama, keadilan dan kejujuran.
3. Usaha dibidang ekonomi perdagangan yang telah dijalankan oleh
Rasulullah di Madinah menjadi bekal untuk para pemimpin Islam setelah
beliau mengelola perekonomian negara Islam.
E. Keteladanan dari perjuangan nabi dan sahabatnya di Madinah
Hijrah yang dilakukan oleh nabi Muhammad dari kota Mekkah ke kota
Medinah dalam menegakkan dan menyebarkan syiar agama islam telah
menjadi bukti semangat dan kecintaan mereka terhadap agama Allah swt.
Teladan yang dapat kita kita ikui dari dari apa yang telah Rasululah SAW dan
para sahabat di kota Medinah.diantaranya:
1. Memiliki keyakinan yan kuat akan datangnya pertolongan Allah SWT
Keyakinan yang kuat diberikan Allah kepada nabi Muhammad
dan pengikutnya sangat penting sekali untuk kita contoh dan miliki dalam
melaukan berbagai aktivitas sehari-sehari.Ketika kita yakin akan pertolongan
dari Allah SWT,usaha yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-sehari hanya
di sandarkan kepada Allah SWT semata.Kitapun akan terus memiliki
keinginan untuk melakukannya walaupun halangan rintangan akan pasti kita
hadapi.
2. Tolong menolong dalam kebaikan dan kebenaran.
Dalam menjalankan misinya nabi Muhammad menyuruh kaum
muslim untuk saling tolong menolong,karena Allah SWT berpesan satu hal
yang amat penting yang harus dilakukan oleh umat manusia didalam
menjalankan kehidupan adalah tolong menolong,manusia merupakan
makhlukyang tidak mungkin mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa
saling menolong satu sama lainnya.Semua kebutuhan manusia itu bisa
terpenuhi dengan lengkap melalui tolong menolong.
3. Kerja keras,cerdas,dan sungguh-sungguh dalam menggapai cita-cita.
Setiap manusia selalu mempunyai keinginan untuk meraih
sesuatu dan cita-cita yang sudah ada dalam kehidupan manusia.Dalam
memperoleh sesuatu yang dicita-citakan diperlukan kesungguhan dan kerja
keras.Tidak akan mungkin akan tercapai sesuatu yang kita inginkan itu
dengan bermalas-malas,kita di tuntut cerdas untuk memilih jalan usaha yang
akan ditempuh.
4. Perbuatan jujur dan adil menguntungkan
Dalam pemerintahannya Rasulullah SAW dan para pengikutnya
dikenal dengan kejujuran adil dalam setiap tindakan yng akan dilakukan atau
diberikan.Itulah makanya nabi dikenal dengan uswatun hasanah artinya
teladan yang baik.apa yang kita lakukan selalu dilandasi dengan kejujuran
dan keadialan akan membuat orang lain menyukai dan mempercayai setiap
apa yang akan kita lakukan.

F. Peristiwa-peristiwa penting yang terjadi dari perjuangan nabi


Muhammad dan sahabatnya di Madinah.
Dalam perjalanan dakwahnya nabi Muhammad SAW banyak menemui
rintangan, rinangan itu muncul akibat adanya sebagian masyarakat madnah
yang tidak dapat menerim kepemimpina nabi Muhammad secara sembunyi-
sembunyi mereka melepaskan diri dari kepemimpinan nabi dibawah pimpinan
Abdullah bin Ubai bi Salul, mereka menjalin hubungan rahasia denagan kaum
kafir quraisy di Mekah. Hal ini merupakan awal terjadinya peperangan dengan
kam kafir, peperangan itu antaaralain:

1. Perang badar (17 Ramadhan, thn ke-2 H/8 Januari 623 M)


Perang badar terjadi karena rasa iri dari kafir qurais terhadap keberhasilan
nabi Muhammad dalam menguasai dan mempersatukan masyarakat Madinah.
Dalam prang badar pasuka Islam
Hanya berjumlah 313 orang yang langsung nabi sebagi pemimpinya,
sementara kafir quraisy pasukanya berjumlah 1000 orang yang dipimpin oleh
Abu sofyan. Dalam peperangan ini umat Islam mengalami kemenagan yang
sangat gemilang sejumlah anggota pasukan musuh terbunuh termasuk Abu
Jahal sendiri.
2. Perang Uhud (3 H\ 21 Maret 625 M)
Setelah mengalami kekalahan pada perang badar, Abu sofyan bersumpah
tidak akan menikahi perempuan sebelum bisa membalas kekalahan tersebut.
Abu sofyan menyusun strategi dengan menyiapkan pasukan persenjataan
yang lengkap dan juga mengundang pasukan Badui untuk bergabung. Pada
sasat itu pasukan kafir qurais sebanyak 3000 pasukan tempur. Sementaa
pasukan Islam berjumlah 1000 orang. Strategi yang di;akkan oleh nabi
Muhammad awalnya beliau merencanakan untk bertahan di dalam kota
setelah disarankan oleh para sahabat beliau memutuskan untuk menyambut
pasukan di luar Madinah. Akan tetapi dipertengahan jalan 300 orang mebelot
dibawah pimpinan Abdullah bin Ubai bin Salul. Pada awal peperangan tentara
muslim memperoleh kemenangan akan tetapi ketika pertempuran hampir
selesai pasukan pemanah umat Islam meningglakan posisi untuk mengambil
harta rampasan akibatnya pasukan Islam mendapat serangan pasukan kafir
yang dipimpin oleh Khalid bin Walid. Di dalam peperangan uhud ini kekalahan
terjadi pada pasukan Islam, dan salah satu krbanya yaitu Hamzah paman
nabi Muhammad sendiri.

3. Perang Khandak (627 M)


Kekalahan umat Islam pada perang uhud nabi dan Pasukanya menyusun
kekuatan dalam tempo 2 bulan yang membuat pasukan Islam lebih kuat,
namun demikian kafir quraisy dan suku Badui juga membentuk pasukan
yang berkekuatan 10.000 personil. Diantaranya terdapat 600 pasukan
berkuda yang dipimpin oleh Abu Sofyan. Untuk menghadapi musuh nabi
mengerahkan 3000 pasukan tempur berdasrkan saran dari Salman alfarisi,
kaum muslimin membuat sisitim pertahanan berupa parit yang mengitari
perbatasan kota Madinah. Penggalian parit dikerjakan sendiri oleh pasukan
Islam. Strategi perang seperti ini membuat heran pasukan musuh karena
setiap kali mereka melakukan serangan usaha itu selalu gagal keadaan itu
terjadi berhari-hari sampai persediaan bahan makanan mereka menipis,
dalam kondisi yang demikian tiba-tiba datang angin kencang dan badai pasir
yang merobohkan tenda-tenda mereka yang akhirnya membuat pasukan kafir
quraiys mundur dari peperangan dan pasukan muslim memenangkan
pertempuran itu.
Pada bulan Zulkaidah tahun ke-6 H/628 M umat Isalm bersama nabi
Muhammad telah mentap lebih kurang 6 tahun di kota Madinah, timbul
keinginan bagi mereka terutama kaum muhajirin untuk menunaikan ibadah
haji sekaligus mengunjungi tanah kelahiran mereka. Akan tetapi para pemuka
kam kafir quraisy berusaha menghadang rombongan umat Islam ketika
mereka mengetahui keberangkatan tersebut. Sesampainya rombongan di
sebuah tempat yang bernama Hudaibiyah yang berjarak sekitar 6 mil dari kota
Mekah mereka berhenti nabi mengutus Usman bin Affan untuk mengabarkan
kepada kaum kafir qurais maksud dan tujuan mereka. Para tokoh kafirqurais
bersikeras tidak megizinkan rombongan umat Islam memasuki kota Mekah
akhirnya dibuatlah suatu kesepakatan yang dikenal dengan perjanjian
hudaibiyah yang berisi antaralain:
1. Keduabelah pihak mengadkan gencatan senjata selama 10 thun.
2. Setiap orang diberi kebebasan untuk memilih menjadi pengikut
nabi Muhammad atau kaum kafir qurais.
3. Kaum muslimin wajib mengembalikan orang mekah yang menjadi
pengikut nabi di Madinah tanpa alasan yang benar kepada walinya,
sedangkan kaum kafir qurais tidak wajib menembalikan orang Madinah yang
menjadi pengikut mereka.
4. Kunjnan rombongan umat Islam untuk menunaikan ibadah haji
ditangguhkan pada tahun berikutnya, lama kunjungan paling lama adalah 3
hari dan tidak diperbolehkan membawa senjata.

Setelah perjanjian hudaibiyah situasi menjadi aman dan tidak ada peperangan
bahkan pengikut nabi yang semula hanya berjumlah sekitar 1.400 orang
bertambah menjadi 10.000 orang, nabi Muhammad memanfaatkan situasi
aman dan damai untuk mengirim duta-dutanya kenegara tetangga untuk
mengajak mereka memeluk agama Islam.
BAB IV
KHULAFAUR RASYIDIN

A. Perisiwa akhir pemerintahan nabi Muhammad


Peristiwa Fathu Makkah merupakan kemenangan besar bagi kaum muslimin
dan mendapat pertolongan dari Allh SWT dengan menaklukkan kota
Mekkah.Setelah peristiwa itu Rasulullah SAW melaksanakan ibadah haji yang
terakhir yang disebut dengan haji wada’ .Pada saat itu turunlah surat
Alqur’an yang terakhir yaitu surat Al-Maidah ayat ke 3 yang berbunyi:
Artinya: Pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi
agama bagimu.

Ayat ini turun pada saat beliau melakukan wukuf di padang arafah, inti dari
ayat tersebut telah disempurnakanya syariat agama yang menjadi misi
rasulullah di dunia adalah agama Islam dan juga ayat tersebut menjadi tanda
akan berakhirnya misi rasulullah itu. Pada tanggal 12 Rabiul awal tahun ke
11 H/ 8 Juni 632 M pada usia 63 thn lebih 3 hari beliau jatuh sakit dan
akihirnya meninggal dunia. Setelah rasulullah wafat maka tampuk
kepemimpinan umat Islam dipercayakan kepada khulafa rasyidin.

B. Proses pemindahan kepemimpinan dari nabi Muhammad kepada


khalifah Rasyidin
Sebelum rasulullah wafat beliau tidak
menunjuk seorangpun untuk menjadi calon pengganti kepemimpinan beliau,
akan tetapi disaat beliau tidak sempat hadir/dari berbagai kegiatan maka
beliau selalu mempercayakan urusan itu kepada Abu Bakar as-
Syiddik.Setelah nabi Muhammad wafat dalam pengangkatan khalifah situasi
dikalangan umat islam sempat kacau karena kaum muhajirin berpendapat
bahwa merekalah yang paling tepat menggantikan posisi nabi,dengan
mengusulkan Abu Bakar Ashidiq. Dipihak lain kaum Anshar berpendapat pula
bahwa mereka adalah yang paling tepat mengantikan posisi kepimpinan nabi
dengan alasan bahwa Islam dapat berkembang dan mengalami masa kejayaan
setelah nabi hijrah ke Medinah mengusulkan Sa’ad bin ubaidilah. Perbedaan
pendapat antara dua kelompok tersebut akhirnya dapat diselesaikan secara
damai setelah Umar bin Khatab mengemukakan pendapatnya, selanjutnya
Umar menegaskan bahwa yang berhak untuk memegang pimpinan
sepeninggal Rasulullah adalah orang-orang Quraysi.Alasan tersebut dapat
diterima kedua belah pihak.Akhirnya Umar bin Khatab membaiat Abu Bakar
as-Siddiq menjadi Khalifah dan diikuti oleh Sa’ad bin Ubadah.Khulfur
Rasyidin berarti pemimpin yang mendapat petunjuk Diantara khalifah yang
tergabung dalam khulafaur Rasyidin adalah :

C. Biografi , usaha/prestasi Khalifah rasyidin.


Khalifah Rasyidin artinya pemimpin-pemmpin yang mendapat petunjuk dalam
masa pemerintahanya merupakan masa yang penting dalam perjalanan
sejarah Islam. Mereka telah mampu menyelamatkan Islam,
mengonsolidasikanya dan meletakan dasar-dasar kehidupan bagi keagungan
agama Islam dan umatnya. Mereka yang tergolong kepada khalifah rasyidin
adalah:

Biografi Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq


Abu Bakar As-Shiddiq, nama lengkapnya adalah Abdullah bih Qahafah At-
Tamimi. Sebelum Islam namanya adalah Abu Ka’bah. Kemudian diganti oleh
rasulullah saw dengan Abdullah. Lahir pada tahun 573 M. Wafatnya pada
tanggal 23 Jumadil Akhir 13 H/Agustus 634 M. Dalam usia 63 Thn. Ia dijuluki
dengan Abu Bakar artinya pelopor pagi hari, karena ia masuk Islam pertama
kali. Gelar As-shiddiq diperolehnya karena beliau senantiasa membenarkan
semua hal yang dibawa Nabi, terutama pada peristiwa Isra’ dan Mi’raj.

Sifat-sifat Abu Bakar As-Shiddiq


- Mudah menerima kebenaran dari Nabi
- Ucapanya selalu benar
- Punya wibawa
- Bersikap tegas terhadap orang-orang yang ememperolok-olokan agama Islam
- Sikapnya yang teguh pendirian terhadap Al-qur’an
- Pengorbananya yang besar terhadap Islam, harta, tenaga, fikiran dan
jiwanya.

Prestasi yang diperoleh oleh Abu Bakar siddiq


1. Mampu mengamankan kaum Muslimin ketika mendengar berita tentang
wafatnya Rasulullah
2. Memerangi orang-orang Murtad
3. Memberantas orang-orang yang enggan membayar zakat
4. Memerangi nabi palsu.(Musailamah Al-Kazzab)
5. Menghimpun Al-Qur’an
6. Memperluas wilaya Islam, seperti: Irak dan Siria.
Biografi Khalifah Umar bin Khatab
Nama lengkapnya adalah Umar bin Khatb bin Nufail bin abdul Uzza bin
Rabi’ah. Dan ibunya bernama Hantamah binti Hasyim Mughirah. Ia berasal
dari suku Adly, suku yang paling mulia bangsa Quraisy. Lahir 14 tahun
sesudah kelahiran nabi Muhammad saw. Ada juga yang mengatakan bahwa
dia lahir 4 tahun sebelum perang fijar. Ia terkenal sebagai seorang yang
pemberani.
Ia masuk Islam ketika mendengarkan adiknya (Fatimah binti khatab)
membaca Al-Quran, ia meninggal pada tahun 644 M karena ditikam oleh
Fairuz (Abu Luk-luk), budak Mughiran bin abu sufyan.

Sifat-sifat Khalifah Umar bin Khatab


- Khalifah yang tegas dan keras
- Perasaanya mudah tersentuh
- Pandai berpidato
- Gigih dalam menyebarkan agama islam
- Dermawan
- Adil dan Bijaksana

Prestasi yang diperoleh oleh Khalifah Umar bin Khatab


1. Memperbarui sistem pemerintahan(Membentuk dewan-dewan)
2. Disetiap daerah didirikan aitul mal
3. Membuat mata uang baru dari logam
4. Didirikannya tentara yang tetap dan digaji oleh pemerintah
5. Menggaji para pegawai pemerintah
6. Mengatur perjalanan pos
7. Mendirikan Hisbah yaitu badan yang mengawasi pasar, timbangan dan
takaran
8. Menciptakan tahun Hijriah.
Biografi Khalifah Usman bin Affan
Usman bi Affan dilahirkan pada tahun ke-5 setelah kelahiran rasulullah, sejak
kecilnya usman terkenal dengan budi pekertinya yang luhur dan melakukan
perbuatan-perbuatan yang terpuji.Usman bin Affan masuk agama Islam
setelah diajak oleh abu Bakar, dan manikahi anak perempuan rasulullah yang
bernama Ruqaiyah. Setelah Umar bin Khatab wafat terjadilah perdebatan yang
cukup alot dala penentuan khalifah, dilakukanlah pemilihan melaui foting,
pada saat itu suara kam muslimin tebagi dua untuk Ali bin Abi thalib dan
Usman bin Affan, namun akhirnya tampuk kepemimpinan kekhalifahan
dipimpin oleh Usman bin Affan. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 24
H/644M.

Sifat-sifat yang dimilki oleh Usman bin Affan


- Berbudi pekerti yang baik
- Dermawan
- Penulis wahyu
- Adil dan bijaksana
Usaha dan prestasi yang diperoleh oleh Khalifah Usman bin Affan
1. Menuntaskan penaklukan di Syam
2. Membangun armada laut
3. Mempertahankan dan memperluas daerh penaklukan Islam
4. Menyempurnakan kodifikasi al-Qur’an dan menyatukan perbedaan
dalam pelafalan bacaan al-Qur’an

Biografi Ali bin Abi Thalib


Ali bin Abi Thalib dilahirkan 10 tahun sebelum nabi diutus menjadi rasul.
Sejak kecilnya dia telah terdidik di dalam rumah tangga nabi, mereka tidak
pernah terpisah.Ali bin abi Thalib termasuk golongan yang pertama masuk
Islam dikalangan anak-anak ketika berumur 10 tahun. Ketika Ali menginjak
umur dewasa ia dinikahkan dengan putri rasulullah yang bernama siti
Fatimah.

Sifat-sifat yang dimiliki oleh khalifah Ali bin Abi Thalib


- Pemberani
- Tangkas
- Ahli dalam menggunakan pedang
- Adil

Usaha dan prestasi yang diperoleh oleh Khalifah Ali bin Abi Thalib
1. Membersihkan para pejabat yang korup
2. Memadamkan pemberontakan-pemberontakan dikalangan umat Islam
3. Menyempurnakan tulisan al-Qur’an

D. Ibrah Kepemimpinan Khulafahurasyiydin


Abu bakar siddik termashur dengan kekuatan, kemauan, kekerasan hati,
pemaaf tetapi rendah hati, dermawan, berani bertindak lagi cerdik. Tiap-tiap
orang besar mempunyai kelebihan sendiri yang akan diingat oleh orang lain.
Didalam mengatur pemerintahan meskipun tidak lama kemashuran siasatnya
yang mempunyai semboyan kras tidak dapat dipatahkan namun beliau adalah
seorang yang lemah lembut. Setelah ia diangkat jadi khalifah beberapa bulan
beliau masih melanjutkan perniagaan yang sifatnya kecil-kecilan tetapi
kemudain ternyata rugi sebeb telah menghadapi urusan negeri sehingga
dengan permintaan orang banyak perniagaan itu dihentikanya dan dia
mengambil kadar belanja tiap hari dari kas negri.
Keislaman Umar bin khatab membawa pengaruh besar terhadap
perkembangan umat Islam, banyak kafir kurais yang masuk islam setelah
beluai beragama Islam. Umar bin Khatab termasuk salah seorang bangsawan
quraisy dizaman jahilia dialah yang senantiasa diutus keluar negri untk
urusan diplomasi dan beliau selalu memperhatikan umatnya baik dari segi
ekonomi maupun dari segi beribadah, ketegasanya dalam memimpin umat
membuat masyarakat merasa aman dan terayomi dibawah kepemimpinanya.
Khakifah Umar bin khatab merupakan salah satu pemimpin yang meletakkan
dasar-dasar demokrasi dalam Islam.
Dimasa pemerintahan Usman bin Affan beliau dikenal seorang pemimpin yang
lemah lembut dan sangat memperhatikan kepentingan rakyatnya, beliau lebi
suka mengadakan pendekaan persuasif jika terjadi gejolak.
Khalifah Ali bin Abi thalib adalah seorang pemimpin yang disipln, tegas dan
keras dalam membela kebenaran. Dalam kondisi tertentu khalifah Ali bin
thalib lebih mengutamakan kebenaran yang diyakininya dari pada persatuan,
beliau sangat menjunjung tingi keputusan yang sudah menjadi kesepakatan
mayoritas.

E. Menyebutkan pelajaran yang dapat diambil dari kepemimpinan


khalifah rasyidin untuk masa kini dan yang akan datang
Khulafaur Rasyidin telah membuktikan pengabdiannya yang mulia kepada
umat dan agama Islam Tidak sedikit jasa yang mereka tinggalkan untuk
kepentingan umat.Seluruh Khulafaur Rasyidin telah memerintah dengan
penuh tanggung jawab (amanah),tegas,demokratis,kharismatik dan selalu
disertai sikap mengedepankan kepentingan umat dan agama daripada
kepentingan pribadi.
Untuk pemimpin Islam masa kini dan masa yang akan datang,sebenarnya
banyak pelajaran yang dapat di ambil dari prestasi-prestasi yang di raih
dimasa Khulafaur Rasyidin berkuasa.Pemimpin yang memiliki tangung jawab
dab berkeingini kuat untuk memperoleh kemajuan bagi masyarakat yang
dipimpinnya akan terlihat dari apa yang ia usahakan semasa
kepemimpinanya. Ia akan mencurahkan segala perhatian dan kemampuannya
demi kemajuan masyarakat yang dipimpinnya, menempatkan kemajuan
masyarakat luas ( bangsa dan negara ) diatas kepentingan dan kemajuan diri
pribadi dan keluarga.
F. Menyebutkan gaya kepemimpinan khulafaurrasidin
Khulafaur Rasyidin yang terdiri atas empat sahabat Nabi Muhammad SAW
,yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.Khalifah Abu Bakar As-
Sidiq mempunyai karakter lembut dn tegas.Beliau juga dapat menginsafkan
orang-orang yang terbujuk berbuat makar.Pada masa Khalifah Umar bin
Khatab,situasi negara lebih aman,beliau juga seorang yang tegas dan
cerdas,mengutamakan kepentingan rakyat.kecerdasan dari umar bi Khatab
sangat diperlukan untuk membangun dasar-dasar kemasyarakatan yang
islami.Situasi negara pada masa Khalifah Usman bin Affan benar-benar sudah
aman,kemakmuran tercapai disegenap lapisan masyarakat,Usman bin Affan
juga terkenal dengan seorang pemimpin yang shaleh,penyantun,dan
sabar.Pada masa peralihan kekuasaan dari khalifah Usman bin Affan kepada
khalifah Ali bin Ali Thalib kekacauan kembali terjadi.Dalam kndisi negara
seperti itu,karakter pemimpin yang tegas dan mengutamakan kebenaran
sangat diperlukan.Ketegasan dari khalifah Ali bin Abi Thalib dalam membela
kebenaran mirip dengan khalifah Umar bin Khatab.

G. Meneladani kepemimpinan khulafaur Rasyidin


Setelah kita mempelajari gaya kepemimpinan Khulafaur Rasydin dan
sebagian dari prestasi-prestasi yang telah mereka raih kita dapat mengambil
pelajaran untuk kita tekadani dalam kehidupan sehari-sehari,diantaranya:
1. memilki tanggung jawab yang tinggi dalam menyebarkan dan membela
agama Allah SWT.
Ketika khulafaur rasyidin menjabat sebagai khalifah,mereka idak henti-
hentinya berjuang untuk menyebar luaskan agama Allah SWT. Penaklukkan
atau perluasan wilayah kekuasaan didorong oleh rasa tanggung jawab untuk
menyebarkan rahmat Islam kepada seluruh alam.
2. Memiliki kesetiaan dan kecintaan tehadap rasulullah dan ajaranya
Kecintaan sahabat yang empat terhadap rasulullah SAW adalah sesuatu
yang tidak diragukan lagi dimulai sejak zaman permulaan munculnya Islam di
Mekah dengan berbagai rintangan dan tantangan mereka tetap mencintai
rasulullah dan ajaranya. Mereka sering menjadi pelindung nabi dikala beliau
mendapat ancaman dari orang-orang kuraisy. Kecintn mereka terhadap rasul
melebihi kecintaan mereka terhadap keluarga, harta dan lainya.
3. Mendahulukan kepentingan agama dan rakyat.
Ketika menjabat sebagi khalifah sebenarnya mereka mendapat kesempatan
untuk menumpuk harta kekayaan tapi itu sangat jauh dari cita-cita dan
keinginan mereka. Ketika menghadapi serangan-serangan kaum musyrikin
mereka terdepan dalam mendermakan hartanya untuk biaya perang dan
terdepan pula maju ke medan perang.
4. Memiliki sikap berani dan tegas dalam membela kebenaran.
Prinsip bersikap tegas dalam mempertahankan kebenaran menjadi faktor
penting kewibawaan mereka dalam memimpin hukum ditegakkan dengan adil,
kemurtadan diberantas sehingga kerusakan di masyarakat dapat dihindari.
Sikap seperti ini sangat penting kita miliki apalagi bagi seoarang pemimpin,
karena pemimpin adalah orang pertama yang harus mampu mengajak dan
memberi contaoh rakyatnya dalam mengerjakan kebenaran.
5. Tidak menyalah gunakan jabatan/wewenang untuk kepentingan pribadi
dan keluarga.
Dizaman khalifah rasyidin musyawarah untuk mengambil keputusan
dijalankan dengan baik, karena prinsip yang mereka pakai jabatan adalah
amanah dengan demikian kepemimpnan dikala itu benar-benar menjadi
kepemimpinan untuk bangsa dan rakyat, bukan kepemimpinan untk
mementingkan diri pribadi, keluarga maupun golongan
Khalifah Bani Umaiyah yang menonjol

Sejarah mencatat bahwa setelah wafatnya Rasullah, kepemimpinan umat


Islam digantikan oleh khulafahusrasyidin yang berempat yaitu Abu Bakar
Siddik, Umar Bin Khatab, Usman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib.Masa
kepemimpinan mereka berjalan dengan baik meskipun pada masa Usman Bin
Affan dan Ali terjadi gejolak Umat Islam.
Setelah masa kepemimpina Khulafahurasyidin ini terjadi perubahan model
kepmimpinan dari model yang mendekati Demokrasi menjadi sistim Dinati.
Masa itu mulai diperkenalkan dalam sistim pemerintahan Islam dengan
sistim Dinasti. Dari sinilah dimulai Dinasti Umaiyah. Diantara Khalifah
Dinasti Umaiyah itu yang terbaik antara lain adalah

1. Muawiyah bin Abi Sofyan


Muawiyah lahir lahir empat tahun menjelang
Rasulullah menjalankan dakwah di kota Makkah. Riwayat lain menyebutkan
ia lahir dua tahun sebelum diutusnya Muhammad Saw menjadi Nabi.
Beberapa riwayat menyatakan bahwa Muawiyah memeluk Islam bersama
ayahnya, Abu Sufyan bin Harb dan ibunya Hindun binti Utbah tatkala terjadi
Fathu Makkah. Namun riwayat lain menyebutkan, Muawiyah masuk Islam
pada peristiwa Umrah Qadha’ tetapi menyembunyikan keislamannya sampai
peritistiwa Fathu Makkah.

Di masa Rasulullah Saw, ia diangkat sebagai salah seorang pencatat wahyu


setelah bermusyawarah dengan Malaikat Jibril. Ambillah dia sebagai penulis
wahyu karena dia jujur,” kata Jibril.

Pada masa Khulafaur Rasyidin, Muawiyah diangkat menjadi salah seorang


panglima perang di bawah komando utama Abu Ubaidah bin Jarrah. Kaum
Muslimin berhasil menaklukkan Palestina, Syria (Suriah), dan Mesir dari
tangan Imperium Romawi Timur. Berbagai kemenangan ini terjadi pada masa
pemerintahan Umar bin Al-Khathab.

Ketika Utsman bin Affan menjabat sebagai khalifah menggantikan Umar,


Muawiyah diangkat sebagai gubernur untuk wilayah Syria dan Palestina yang
berkedudukan di Damaskus menggantikan Gubernur Abu Ubaidah bin
Jarrah.

Pada masa pemerintahan Ali, terjadi beberapa konflik antara kaum Muslimin.
Di antaranya Perang Shiffin. Perang yang terjadi antara Ali dan Muawiyah ini
berakhir dengan perdamaian.

Ketika Khalifah Ali bin Abi Thalib terbunuh, kaum Muslimin sempat
mengangkat putranya, Hasan bin Ali. Namun melihat keadaan yang tidak
menentu, setelah tiga bulan, akhirnya Hasan mengundurkan diri dan
menyerahkan jabatan khalifah kepada Muawiyah bin Abi Sufyan.

Serah terima jabatan itu berlangsung di kota Kufah. Tahun inilah yang dalam
sejarah dikenal dengan Amul Jama’ah (Tahun Kesatuan). Dengan demikian,
Muawiyah resmi menjadi khalifah.

Beberapa kalangan ada yang menyebut Muawiyah dengan julukan yang jauh
dari akhlak islami. Padahal walau bagaimanapun ia tetap sahabat Rasulullah,
yang telah banyak memberikan sumbangan untuk Islam.

Ia ikut di berbagai peperangan, baik di masa Rasuullah atau Khulafaur


Rasyidin. Mengenai tudingan yang menjelekkannya, tidak semuanya bisa
diterima begitu saja. Bahkan beberapa kebijakan yang oleh sebagian sahabat
dianggap ‘menyimpang’ masih bisa dimaklumi. Kendati pun ada, hal itu wajar
mengingat ia adalah manusia biasa yang kadang khilaf atau dipengaruhi
orang-orang sekitarnya. Semua itu tidak mengurangi keutamaannya sebagai
sahabat, bahkan masih terbilang keluarga dekat Rasulullah Saw.

Muawiyah dikenal sebagai negarawan dan politikus ulung. Ungkapannya


tentang hal ini dicatat sejarah, “Aku tidak akan menggunakan pedangku selagi
cambukku sudah cukup. Aku tidak akan menggunakan cambukku selagi
lisanku masih bisa mengatasinya. Jika ada rambut yang membentang antara
diriku dan penentangku, maka rambut itu tidak akan putus selamanya. Jika
mereka mengulurkannya, maka aku akan menariknya. Jika mereka
menariknya, maka aku akan mengulurnya.”
Ia mempunyai kemampuan diplomasi yang sangat tinggi sehingga Nicholsan
dalam bukunya Literaty History of The Arabs menulis, “Muawiyah adalah
seorang diplomat yang cakap dibanding dengan Richelieu, politikus Prancis
yang terkenal itu.” Lebih tepat lagi ia mencontohkan Muawiyah dengan Oliver
Cromwell, politikus dan protektor Inggris yang termasyhur, yang pernah
membubarkan parlemen.

Dalam menjalankan pemerintahannya, Muawiyah mengubah kebijaksanaan


pendahulunya. Kalau pada masa empat khalifah sebelumnya, pengangkatan
khalifah dilakukan dengan cara pemilihan, maka Muawiyah mengubah
kebijakan itu dengan cara turun-temurun. Karenanya, khalifah penggantinya
adalah Yazid bin Muawiyah, putranya sendiri.

Muawiyah adalah pendiri Daulah Umawiyah. Pada masa ini kaum Muslimin
memperoleh kemajuan yang sangat pesat. Tidak hanya penyebaran agama
Islam, tetapi juga penemuan-penemuan ilmu lainnya.

Ketika Byzantium mengerahkan tentaranya untuk memperluas jajahannya, ia


tiba di beberapa daerah kekuasaan Muawiyah. Untuk mengusir tentara
Byzantium itu, Muawiyah mengerahkan 1.700 kapal perang kecil yang mampu
menghalau pasukan musuh. Dengan tidak mengenal lelah, kaum Muslimin
menaklukkan pulau Cyprus dan Rhodus di Laut Tengah.

Di samping itu, pada tahun 50 H, Muawiyah mengangkat Uqbah bin Nafi’


menjadi gubernur di Maroko. Dengan 10.000 tentara ia berhasil mengalahkan
orang-orang Romawi. Ia juga dapat mengalahkan bangsa Barbar dan
penduduk asli Afrika. Lebih dari itu semua, ia telah meletakkan pondasi
Daulah Umawiyah yang telah mengharumkan nama Islam selama ratusan
tahun.
Setelah menjabat sebagai gubernur di Palestina selama 10 tahun dan di Syam
10 tahun, serta sebagai Khalifah Daulah Umawiyah selama 20 tahun,
Muawiyah meninggal dunia pada Kamis pertengahan Rajab 60 H dalam usia
78 tahun.

2. Walid bin Abdul Malik


Walid Abdul Abbas bin Abdul Malik bin Marwan bin Hakam lahir pada tahun
48 Hijriyah. Ia menjabat khalifah menggantikan ayahnya, Abdul Malik bin
Marwan tahun 84 Hijriyah atau 705 Masehi.

Setelah menjadi khalifah, ia langsung membenahi infrastruktur fisik,


pengiriman pasukan untuk memperluas wilayah dakwah dan kekuasaan Islam
serta melakukan reformasi sosial. Pada 711 Masehi, Walid bin Abdul Malik
mengutus satu armada laut ke Hindustan. Pasukan yang dipimpin oleh
Muhammad bin Qasim itu akhirnya menaklukkan negeri Sind dan Nepal.

Walid memerintah selama 10 tahun. Panglima pasukan Islam pada zamannya,


dikerahkan untuk melakukan ekspansi dakwah ke berbagai belahan dunia.
Panglima Qutaibah bin Muslim diutus untuk menaklukkan negeri di seberang
sungai Dajlah. Turki, Shagd, Syaas, Farghanah, hingga Bukhara, akhirnya
tudnduk di bawah pemerintahan Bani Umayyah.

Di sisi lain, negeri Khurasan takluk dengan damai. Berbeda dengan


Samarkand, Kashgar, Turkistan yang takluk dengan peperangan di bawah
pimpinan Qutaibah bin Muslim.

Musa bin Nushair, Gubernur Afrika mengirim Thariq bin Ziyad untuk
menaklukkan pulau Shamit tahun 91 H. Thariq adalah budak Musa bin
Nushair yang telah dimerdekakan. Bahkan ia telah diangkat menjadi panglima
perang. Dalam misinya, Thariq berhasil mengalahkan Spanyol (Ishbaniyah).
Pahlawan legendaris satu ini terkenal dengan taktiknya membangkitkan
semangat pasukannya yang hampir mundur. Akhirnya, mereka tak punya
pilihan kecuali maju berjihad mengalahkan Spanyol. Ia kemudian bermarkas
di sebuah bukit di Spanyol yang kini dikenal dengan Jabal Thariq (Gibraltar).

Masing-masing bekas tuan dan budak itu, Musa bin Nushair dan Tariq bin
Ziyad, berhasil menunaikan tugas melebarkan sayap Islam. Praktis seluruh
daratan Spanyol dikuasai pasukan Muslim pada 86 H (715 M), pada masa
pemerintahan Khalifah Walid bin Abdul Malik.

Penaklukan Spanyol oleh Musa bin Nushair dan Thariq bin Ziyad memberikan
pengaruh positif pada kehidupan sosial dan politik. Timbul revolusi-revolusi
sosial dan kebebasan beragama semakin diakui. Kediktatoran dan
penganiayaan yang biasa dilakukan oleh orang Kristen digantikan toleransi
yang tinggi dan kebaikan umat Islam.

Pemerintahan Islam sangat baik dan bijak dalam menjalankan


pemerintahannya. Ini membawa efek luar biasa terhadap kalangan Kristen,
bahkan para pendetanya. Seorang penulis Kristen pernah berkata, “Muslim-
Muslim Arab itu mengorganisir kerajaan Cordoba dengan baik. Ini sebuah
keajaiban di abad pertengahan. Mereka mengenakan obor pengetahuan,
peradaban, kecemerlangan dan keistimewaan bagi dunia Barat. Saat itu Eropa
dalam kondisi percekcokan, kebodohan dan gelap.”

Pada saat kekuasaan Islam berkembang dan menguasai wilayah-wilayah


Spanyol, Romawi, Hindustan, dan lain-lain, Khalifah Walid
mengkonsentrasikan pembangunan fisik. Sarana-sarana fisik dan
infrastruktur untuk kemakmuran rakyat dibangun di mana-mana.
Ia memerintahkan pembangunan sumur air di Madinah dan renovasi jalan-
jalan umum. Dialah yang membangun rumah sakit pertama kali dalam
sejarah Islam. Para penyandang cacat dan kaum dhuafa dilarang keluar ke
tempat umum. Mereka ditempatkan di panti jompo dan para pengurusnya
digaji dan difasilitasi oleh negara. Para tuna netra diberikan pembantu yang
juga ditanggung negara. Negara juga memberikan gaji kepada para ahli Al-
Qur’an.

Khalifah Walid juga membangun sarana rumah singgah bagi para musafir dan
pendatang. Masjid Nabawi di Madinah dan Masjid Al-Aqsha dibangun kembali
oleh Walid. Ia juga memprakarsai pembangunan masjid besar di Damaskus
yang dikenal dnegan Al-Jami’ Al-Umawi. Pembangunan masjid agung ini
menelan biaya 11.200.000 dinar kala itu.

Tak heran bila Adz-Dzahabi mengatakan, Walid bin Abdul Malik telah
menegakkan jihad dan melakukan penaklukan di negeri-negeri seperti yang
dilakukan Umar bin Al-Khathab. Seorang sejarawan juga pernah berujar, “Jika
Muawiyah yang mendirikan negara Bani Umayyah, maka Walid bin Abdul
Malik yang menegakkannya sampai teguh.”

Walid bin Abdul Malik meninggal tahun 96 Hijriyah di Damaskus.


Kekhalifahan digantikan oleh saudaranya, Sulaiman bin Abdul Malik.

3. Hisyam bin Abdul Malik


Kekuasaan Hisyam dan kondisi negara secara umum pada masanya
Setelah Yazid bin ‘Abdul Malik meninggal, saudaranya yang bernama Hisyam
naik tahta. Ketika itu beliau berusia 34 tahun. Beliau menjalankan roda
pemerintahannya berdasar metode Islam yang lurus sehingga jiwa rakyatnya
bergembira, sekian harapan mereka gantungkan. Kaum muslimin
mengharapkan kebaikan yang banyak akan muncul darinya. Beliau adalah
seorang yang mencintai jihad fii sabiilillah. Sampai-sampai beliau menjadikan
anak-anaknya sebagai komandan pasukan dalam menyerang Romawi
terutama Mu’awiyah dan Sulaiman, juga saudaranya Maslamah bin ‘Abdul
Malik dan anak pamannya Marwan bin Muhammad. Demikian pula mayoritas
khalifah dari Bani Umayyah. Ini semua menjadi sebagian kebaikan mereka.
Hisyam tidak memberi imbalan kepada keturunan Bani Umayyah sampai
mereka maju kemedan perang. Dahulu sebagian dari mereka berperang
kemudian yang lain dikirim sebagai gantinya.
Sejumlah mara bahaya telah melingkupinya semenjak awal beliau memegang
pemerintahan sampai akhir beliau menjabat. Akan tetapi, beliau mampu
berdiri tegak di atas kedua kakinya di tengah pertentangan yang sengit dan
huru hara yang bertubi-tubi. Kelompok Khawarij mengadakan pemberontakan
diIraq, kaum ‘Alawi mengadakan huru hara di Kufah di bawah pimpinan Zaid
bin ‘Ali bin Al-Husain bin ‘Ali [1). Sedangkan kaum Barbar mengadakan
pembelotan di wilayah Afrika. Semua kejadian ini terjadi di saat kondisi negara
dipenuhi oleh semangat fanatisme suku yang menyebabkan kekuatan
terpecah dan persatuan pun pudar. Walaupun demikian Hisyam terus
berjalan menjalankan tugas memimpin negara. Beliau memadamkan api
pergolakan yang menyala di mana-mana. Upaya yang beliau lakukan ini tidak
membuat beliau terlalaikan dari jihad fii sabiilillah. Sehingga pada masa
pemerintahannya daerahQaisaria,Armenia, dan wilayah lainnya yang berada di
bawah kekuasaan kerajaan Romawi dan Turki berhasil beliau taklukan.
Hisyam meninggal pada bulan Rabi'ul Awwal 125 H, masa beliau rahimahullah
memegang pemerintahan adalah 20 tahun.
Pada kesempatan ini penulis belum menyertakan khalifah Umar Bin Abdul
Aziz yang di klaim mempunyai karakter yang sama dengan
Khulafahurasyidin.
BAB III

TOKOH ILMUWAN MUSLIM DAN PERANANNYA


DALAM KEMAJUAN/PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI
ABBASIYAH

Standar Kompetensi :
1. Memahami perkembangan Islam pada masa Dinasti Abbasiyah.

Kompetensi Dasar :
1.3 Mengidentifikasi tokoh ilmuwan muslim dan perannya dalam kemajuan
kebudayaan/peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah.

Indikator Pencampaian Kompetensi


1.3.1 Menyebutkan tokoh ilmuwan muslim dan perannya pada masa
Dinasti Abbasiyah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
1.3.2 Menyebutkan tokoh ilmuwan muslim dan perannya pada masa
Dinasti Abbasiyah terhadap perkembangan peradaban Islam.

A. TOKOH-TOKOH ILMUWAN MUSLIM DAN PERANNYA PADA MASA


DINASTI ABBASIYAH TERHADAP PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.
Masa kekuasaan DinastiAbbasiyah merupakan masa keemasan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan. Pemikiran filsafat masuk ke dalam Islam
melalui filsafat Yunani yang dijumpai kaum muslimin pada abad ke-8 M di
Suriah, Mesopotamia, Persia, dan Mesir.
Di antara penguasa Abbasiyah yang termasuk tokoh ilmuwan muslim adalah
Abu Ja’far Al-Manshur, Harun Ar-Rasyid, dan Al-Makmun. Peranan mereka
selain melakukan kegiatan penerjemah, juga mendukung dan memfalitasi
kegiatan penerjemah yang dilakukan ilmuwan-ilmuwan yang lain.

1. Bidang Kedokteran.
Ilmu kedokteran mulai berkembang pada akhir masa Abbasiyah I, yaitu masa
Khalifah Al-Watsiq, sedangkan puncaknya terjadi pada masa Abbasiyah II, III,
dan IV. Pada buku-buku karya Ar-Arazi banyak dijumpai di museum-museum
Eropa dan banyak digunakan sebagai buku rujukan untuk dunia kedokteran.
Tokoh-tokohnya adalah :
a. Abu Zakaria Ar-Arazi seorang dokter yang paling termasyur di
zamannya beliau seorang kepala Rumah Sakit di Baghdad.
b. Ibnu Sina adalah seorang ilmuwan muslim yang dikenal dengan julukan
“Raja diraja Dokter” dan “Raja Obat” serta dianggap sebagai perintis tentang
penyakit syaraf dan berbagai macam penyakit. Selain di bidang kedokteran,
Ibnu Sina juga terkenal sebagai saintis ulung dan sebagai filosof. Karya-karya
Ibnu Sina sangat terkenal di Barat terutama di berbagai perguruan tinggi di
Prancis, salah satu karyanya yaitu Al-Qanun fi At-Tibb dan Asy-Syifa.
c. Ibnu Saha adalah saeorang direktur Rumah Sakit Yudisapur

2. Bidang Filsafat.
a. Al-Kindi banyak menjelaskan pikiran-pikiran filsafat Aristoteles. Maka
tidak heran jika ada yang memberinya gelar sebagai penggerak filosof Arab.
b. Al-Farabbi lebih dikenal sebagai seorang filosof daripada ilmuwan.
c. Ibnu Sina selain seorang tokoh di bidang kedokteran dia juga sorang
filosof.
3. Bidang Matematika.
a. Al-Khawarizmi adalah tokoh utama dalam kajian matematika Arab,
penyusun tabel astronomi, dan penemu Aljabar pada masa Khalifah Al-
Makmun.
b. Abu Kamil Sujak telah mengetahui perkembangan aljabar di eropa.
Tulisan-tulisannya tentang geometri telah memberikan pengaruh dan
konstribusi besar terhadap geometri barat. Terutama uraian-uraian aljabar
terhadap geometri.
4. Bidang Astronomi.
a. Musa Ibrahim Al-Farazi di tugaskan oleh Khalifah Al-Manshur untuk
menerjemahkan berbagai risalah astronomi dan India yaitu
Brahmasoutrasidanta dan hasil risalahnya berjudul Al-Magest yang mengalami
dua kali penyempurnaan. Para astronom Muslim berhasil menciptakan
teropong bintang dengan peralatan lengkap di kota Yundhisyapur, Iran.
b. Al-Farghani adalah seorang tokoh yang turut ambil bagian dalam
pengukuran derajat garis lintang bumi dan pada masa Khalifah Al-Mutawakkil
ia ditugaskan untuk mengawasi pembangunan Nilometer di Fustat, Mesir.
c. Al-Battani yaitu seorang tokoh astronom Arab terbesar penerus Al-
Farghani, ia berhasil menemukan garis lengkung dan kemiringan ekliptik,
panjangnya tahun tropis, lamanya satu musim, dan tepatnya orbit matahari
serta orbit utama planet.

5. Bidang Bahasa dan Sastra.


a. Ibnu Muqaffa sebelum masuk Islam bergelar Abu Amir, ia adalah orang
pertama yang menerjemahkan karya-karya sastra dari luar ke dalam bahasa
Arab.
b. Imam Sibawayhi adalah seorang ahli gramatika pada masa Khalifah
Harun Ar-Rasyid, ia juga dikenal sebagai imam ahli nahwu.
c. Abu Nawas adalah penyair Arab termashur di zaman Harun Ar-Rasyid.
Syair-syairnya dihimpun dalam Diwan Abu Nawas.

6. Bidang Sejarah dan Geografi.


a. Al-Mas’ud adalah seorang sejarawan yang dijuluki sebagai pemimpin
para sejarawan, ia juga seorang ahli geografi.
B. TOKOH-TOKOH ILMUWAN MUSLIM DAN PERANNYA PADA MASA
DINASTI ABBASIYAH TERHADAP PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM.
1. Bidang Tafsir Al-Qur’an.
Pada masa sebelumnya para ulama enggan menafsirkan Al-Qur’an karena
takut salah. Di masa Abbasiyah, mereka bersedia menafsirkan Al-Qur’an
karena tuntutan generasi penerus. Dalam ilmu tafsir, terdapat dua pola yaitu
tradisional dan rasional.
a. Tafsir bil Ma’sur.
Yaitu Al-Qur’an yang ditafsirkan dengan hadis-hadis nabi. Adapun para
Mufassirinnya adalah:
1) Ibnu Jarir At-Tabari.
2) Ibnu Atiyah Al-Andalusy(Abu Muhammad Abdul Haq bi Atiyah).
3) As-Sudi yang berdasarkan tafsirnya pada Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud.
4) Muqatil bin Sulaiman, tafsirnya sangat terpengaruh kitab Taurat.
5) Muhammad bin Ishaq, tafsirnya banyak mengutip cerita israilah.

b. Tafsir Bir Ra’yi


yaitu AL –Qur’an yang di tafsirkan berdasarkan pada akal pikiran (rasional).
1) Abu Bakar Asam
2) Abu Muslim Muhammad bin Bihr Isfahani.
3) Ibnu Jaru Al-Asadi.
4) Abu Yunus Abdussalam (Penafsiran Al-Qur’an yang sangat luas sehingga
ia menafsirkan Surah Al-Fatihah saja sampai 7 jilid)

2. Ilmu Hadis.
Hadis merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Sedangkan
kitabnya terbagi kepada 7 kategori, yaitu berdasarkan gaya bahasa, gramatika
bahasa, kisah-kisah, ilmu hukum, ilmu kalam, tasawuf, dan kata-kata asing
dalam Al-Qur’an.
Untuk menentukan keabsahan dan keontetikan suatu hadist para ulama
meneliti dan mengkaji dengan sungguh-sungguh hadist dari segi sanad, rawi,
dan matan(sifat dan bentuk hadist). Pada masa Dinasti Abasisiyah muncul
para ahli hadis yang termashur.
a) Imam Bukhari, karyanya adalah kitab Jami’ Sahih Al-Bukhari.
b) Imam Muslim, kitab karangan Sahih Muslim.
c) Ibnu Majah, karyanya Sunan Ibnu Majah.
d) Abu Dawud, karyanya Sunan Abu Dawud.
e) Imam Tirmizi, karyanya Sunan At-Tirmizi.
f) Imam Nasa’I, karyanya Sunan An-Nasa’i.

3. Ilmu Tasawuf.
Ilmu tasawuf adalah ilmu syariat yang inti ajarannya menjauhkan diri dari
kesenangan dunia dan mendekatkan diri kepada Allah. Diantara ulama ahli
tasawuf adalah:

a) Al-Qusyairi, karyanya Risalatul Qusyairiyah.


b) Syihabuddin, karyanya Awariful Ma’arif.
c) Imam Gazali, karyanya Ihya Ulumuddin.

4. Ilmu Kalam.
Perkembangan ilmu kalam terjadi seiring dengan genjarnya serangan orang-
orang non-muslim yang ingin menjatuhkan Islam melalui olah fikir filsafat.
Dan ulama yang terkenal di bidang ini adalah Hasan Al-Asyari, Washil bin
Atha, dan Imam Syafi’i.

5. Ilmu Fikih.
Ilmu fikih dimasa Abbasiyah mengalami perkembangan yang cukup baik,
ulama-ulama yang muncul pada saat itu dikenal dengan sebutan dengan
“Imam Mazhab”. Karena kekuatan dan kemampuan mereka dalam
menyimpulkan hukum-hukum dari berbagai masalah yang ada.
Mazhab-mazhab fikih yang banyak diikuti oleh kaum muslimin di dunia yang
muncul pada masa Abbasiyah adalah:
a) Imam Abu Hanifah, karyanya Fiqhu Akbar, Al-Alim Wal Musta’an, dan
Al-Masad.
b) Imam Malik, karyanya Kitab Al-Muwatta’, dan Al-Usul As-Sagir.
c) Imam Syafi’I, karyanya Al-Umm, Al-Isyarah, dan Usul Fiqih.
d) Imam Ahmad Ibnu Hambal, karyanya Al-Musnad, Jami’ As-Sagir, dan
Jami’ Al-Kabir.
Tokoh Ilmuan Muslim Pada masa Dinasti Ayubiyah

Pada masa Dinasty Fatimiyah Al-Azhar masih berbentuk mesjid, tapi


ssetelah Salahuddin berkuasa Al-Azhar berubah menjadi Universitas Al-Azhar
yang berubah menjadi media penyebaran berbagai ilmu pengetahuan dengan
memperluas Mazhab Sunni. Perkembangan ilmu pengetahuan di tandai
dengan datangnya para ulama-ulama yang termahsyur untuk mengajar di Al-
Azhar, diantaranya :
1. Abdullah Latif Al-Bagdadi, ahli mantik dan bayan.
2. Syekh Abul Qasim al Manfalubi, ahli Fiqih.
3. Syamsuddin Khalikan, ahli Sejarah.
4. Abu Abdullah al Quda’i, ahli Fiqih, Hadits dan Sejarah.
5. Al Hufi, Ahli Bahasa.
6. Abu Abdullah Muhammad bin Barakat, ahli Nahu.
7. Hasan bin Khatir al Farisyi, ahli Fiqih Dan Tafsir.

Beberapa karya tulis yang terkenal dari


Abdullah al Quda’i, yaitu :
1. Asy-Syihab ( bintang ).
2. Sinadus Shihah, perawi hadits-hadist Sahih.
3. Manakib Al Imami As Syafi’i ( budi pekerti Imam Syafi’i ).
4. Anba Al Anbiya ( cerita para nabi ).
5. U’yun Al Ma’rif ( mata air ilmu pengetahuan )
6. Al Mukhtar fizzikr al Kutat wal Ashar ( buku tentang sejarah Mesir )

A.PERKEMBANGAN DALAM PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN.

Bidang Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan salah satu sektor yang mendapat
perhatian besar dari Sultan / Khalifah Ayyubiyah.Diantara usaha-usaha yang
dilakukan Khalifah Ayyubiyah untuk memajukan pendidikan:
1. Membentuk Departemen Khusus Pendidikan dan Penerjemahan.
Khalifah Al-Hakim(1021 M ) Salah seorang Khalifah Fatimiyah yang
pernah membentuk lembaga Darul Hikam pada masanya.Ketika Dinasti
Ayyubiyah,Salahuddin Al-Ayyubi mengubah lembaga tersebut menjadi
Departemen Pendidikan dan Penerjemahan.Departemen tersebut mampu dan
berhasil menerjemahkan dari bahasa asing ke bahasa Arab.
2. Mengubah Al-azhar.
Al-Azhar dibangun oleh khalifah Fatimiyah Mu’iz li Dinillah(341-365H /
952-975M) melalui panglima Jauhar As-Saghiri membangun Mesjid Al-Azhar
pada tahun 363H / 974M. mesjid tersebut berkembang menjadi lembaga
pendidikan sebagai corong pengajaran paham Syi’ah.
Di samping itu, Al-Azhar juga dijadikan oleh Dinasti Al-Ayyubiyah untuk
mengajarkan ajaran agama dan ajaran Suni ditambah dengan disiplin ilmu
lainnya seperti: fisika, kimia, biologi, dan ilmu hitung. Dengan perubahan
tersebut Al-azhar semakin berkembang dengan pesat. Karena itu lebih banyak
para pelajar muslim yang datang dari berbagai penjuru untuk menuntut ilmu
sampai saat sekarang.
3. Membangun lembaga-lembag pendidikan di setiap kota.
Pusat-pusat ilmu pengetahuan terdapat di berbagai kota seperti Kairo,
Damaskus, Hadramaut, dan Yaman. Contoh lembaga-lembaga tersebut, ialah:
a. As-Sauhiyah(1239M) , sebagai pusat pengajaran hukum menurut empat
mazhab.
b. Darul Hadist Al-Kamilah(1222M), sebagai pusat pengajaran hadist dan
ilmu hadist.
Lewat jalur pendidikan ia memperbanyak madrasah beraliran Suni dan
membiayainya untuk mengikis pengaruh Syi’ah yang telah lama dibangun
Dinasti Fatimiyah.

B. PERKEMBANGAN DALAM BIDANG POLITIK DAN MILITER.

Pada awal pemerintahan Dinasti


Ayyubiyah dari tahun 570H-645H, lebih kurang 75 tahun. Sibuk dalam
mempertahankan wilayah kekuasaan dari serangan pasukan salib. Banyak
kemenangan yang diraih oleh Dinasti Ayyubiyah. Keberhasilan dalam bidang
militer ia dan pasukan dapat mengusir tentara salib dari Palestina dan wilayah
islam lainnya. Padahal tentara salib telah bercokol di Palestina selama lebih
kurang 100 tahun, dan mepersatukan tentara-tentara Islam dari berbagai
suku dan bangsa. Dalam peperangan mereka mempunyai strategi dan
peralatan yang canggih seperti; Bahan peledak, senjata api, peluru dan
pertarun gan senjata dengan menunggang kuda serta teknik melatih burung
merpati untuk kepentingan imformasi militer.
Dalam bidang Politik Dinasti Ayyubiyah membuat berbagai kebijakan
dalam membangun pemerintahan diantaranya:
a. Mengganti Qadhi-qadhi (Hakim)Syiah dengan Qadhi-qadhi dengan
kalangan ulama sunni.
b. Mengganti pegawai pemerintahan yang melakukan korupsi.
c. Memecat pegawai yang bersengkokol dengan penjahat dan perampok.
Karena keberhasilannya, Khalifah Al-Mustadi dari bani Abbasyiyah
memberinya gelar Al-Mu’iz Aminil Mukminin.Khalifdah Al-Mustadi juga
memberinya beberapa wilayah kekuasaan Abbasyiyah yang meliputi An-
Naubah, Yaman, Tripoli, Suriah dan Maghrib pada tahun 1175 M. Sejak itu
juga ia dianggap sebagai Sultanul Islam wal muslimin.

C. PERKEMBANGAN DALAM BIDANG INDUSTRI DAN PERDAGANGAN.

Sejarah Islam mencatat Email atau Enamel glass merupakan jenis kaca yang
paling berharga dalam sejarah Islam.Kaca jenis ini diproduksi diwilayah yang
dikuasai Dinasti Ayyubiyah Mambluk.Mesir dan Sunan pada abad ke( 13-14 M
) kaca begitu populer yang dihiyasi dengan email emas.Pada masa itu kaca
atau glass email dibuat sebagai hadiah yang bernilai tinggi,juga digunakan
dalam acara tertentu yang terbilang istimewa.Kemajuan dalam biadang
Industri dapat juga dibuktikan dengan dibuatnya kincir oleh orang Syiria yang
lebih canggih dibanding dari pada buatan orang barat,dan juga terdapat
baprik karpek,kain dan gelas.
Dalam bidang Pedagangan bangsa Arab khususnya Dinasti Ayyubiyah telah
menggunakan mata uang koin sebagai alat tukar.Sebagai mana yang telah
dilakukan dunia Islam sejak zaman Bani Umaiyah.

D. PERKEMBANMGAN DALAM BIDANG PERTANIAN.

Pada masa Dinasti Ayyubiyah berkuasa,dibidang pertanian telah


menggunakan sistim pertanian yang cukup maju.Hal ini disebabkan karena
Dinasti Ayyubiyah meneruskan kekuasan dinasti Islam sebelumnya yang
memang telah maju dalam dunia pertanian. Seperti model irigasi yang praktis,
pembangunan, serta serta berbagai temuan dalam produk pertanian.Yang
paling penting adalah ditemukan gula.
E. PERAN AL-AZHAR SEBAGAI PUSAT PENGEMBANGAN ILMU
KEISLAMAN.

Universitas Al-Azhar berada di Kairo ibukota Mesir. Al-Azhar pertama


didirikan berbentuk Mesjid. Didirikan pada tahun 359H / 970M oleh panglima
Dinasti Fatimiyah yang bernama Jauhar As-Saqili dan diresmikan oleh
khalifah Mu’iz Lidinillah pada tahun 361H / 972M. Sejak itu Mesjid Al-Azhar
tidak saja dijadikan sebagai tempat ibadah shalat, juga dipakai dalam
membahas dan mengkaji ilmu pengetahuan. Ketika dibawah kekuasaan
Dinasti Fatimiyah, Al-Azhar bercorakkan Syiah dan kurang diminati oleh
orang Islam dan masyarakat lainnya.
Namun pada saat Mesir jatuh ke tangan Dinasti Ayyubiyah pada tahun
570H / 1174M dibawah komando Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi, Universitas
Al-Azhar berkembang dengan pesat. Dengan kebijakan menghapus paham
Syiah dan mengubah menjadi paham Suni. Pada saat kota Baghdad diserang
oleh tentara Mongol atau Tar-Tar pada tahun 656H / 1258M, Al-azhar masih
tetap bertahan berkat perlindungan Ayyubiyah. Pada saat bangsa Inggris
menjajah Mesir, pada saat itu Al-azhar banyak mendapat tekanan dan
kesulitan. Namun bangsa Inggris tetap menghargai Al-Azhar sebagai lembaga
pendidikan bangsa Islam Se-dunia.
Pada abad ke 19M, Al-Azhar kembali mengalami perkembangan ketika seorang
tokoh pembaru Islam yang bernama Muhammad Abduh, yang juga
menjadikan Universitas dalam bentuk perguruan yang dapat bersaing dengan
perguruan tinggi lainnya baik didalam maupun diluar negeri. Muhammad
Abduh membuka beberapa fakultas dan jurusan ilmu seperti: filsafat, farmasi,
kedokteran, teknologi, dan lain-lain. Akhirnya sistem pendidikan yang
dikembangkan oleh Al-Azhar, banyak diikuti dan diadopsi oleh berbagai
lembaga pendidikan Islam di belahan Dunia termasuk Indonesia.
Lembaga-lembaga pendidikan agama di Indonesia hampir seluruhnya
mengikuti pola pendidikan Al-Azhar, seperti tingkat dasar Madrasah Ibtidaiyah
(MI), tingkat menengah (MTs), tingkat menengah atas (MA), hingga ke
perguruan tinggi agama Islam seperti IAIN

Tempat - Tempat bersejarah di Mekah dan Madinah.

Sahabat Blog semua . Berikut ini saya akan menurunkan sebuah tulisan
tentang tempat – tempat bersejarah di daerah Mekah dan Madinah. Semoga
tulisan ini akan membawa berkah dantambahan pengetahuan bagi sahabat
semuan. Bagi kalangan Pelajar tentunya ini akan menjadi bahan referensi
dalam matapelajaran SKI ataupun Sirah Nabawiyah.
Ka’bah
Ka’bah merupakan kiblat shalat umat Islam. Ka’bah yang berbentuk kubus ini
merupakan bangunan utama diatas bumi yang digunakan untuk menyembah
Allah SWT.Sebagaimana Allah SWT. berfirman dalam Al Qur’an Surat Ali
Imran ayat 90, yang artinya :
“Sesungguhnya permulaan rumah yang dibuat manusia untuk tempat
beribadah adalah rumah yang di Bakkah (Makkah), yang dilimpahi berkah dan
petunjuk bagi alam semesta”.
Ka’bah disebut juga Baitullah (Rumah Allah) atau Baitul ‘Atiq (Rumah
Kemerdekaan). Dibangun berupa tembok segi empat yang terbuat dari batu-
batu besar yang berasal dari gunung-gunung di sekitar Makkah. Baitullah ini
dibangun diatas dasar fondasi yang kokoh.
Dinding-dinding sisi Ka’bah ini diberi nama khusus yang ditentukan
berdasarkan nama negeri ke arah mana dinding itu menghadap. terkecuali
satu dinding yang diberi nama “Rukun Hajar Aswad”.
Adapun keempat dinding atau sudut (rukun) tersebut adalah :
 Sebelah Utara Rukun Iraqi (Irak)
 Sebelah Barat Rukum Syam (Suriah)
 Sebelah Selatan Rukun Yamani (Yaman)
 Sebelah Timur Rukun Aswad (Hajar Aswad).
Keempat sisi Ka’bah ditutup dengan selubung yang dinamakan Kiswah. Sejak
zaman nabi Ismail, Ka’bah sudah diberi penutup berupa Kiswah ini. Saat ini
Kiswah tersebut terbuat dari sutra asli dan dilengkapi dengan kaligrafi dari
benang emas.
Dalam satu tahun Ka’bah ini dicuci dua kali, yaitu pada awal bulan Dzulhijah
dan awal bulan Sya’ban. Kiswah diganti sekali dalam setahun.
Masjidil Haram
Sebagai pusat kota Makkah adalah Masjid Al-Haram, dimana didalamnya
terdapat Ka’bah sebagai arah kiblat umat Islam pada waktu shalat. Masjid ini
mula-mula dibangun secara permanen oleh Sayyidina Umar bin Al Khattab
pada tahun 638 M.
Dari masa kemasa Masjidil Haram selalu mengalami pembaharuan dan
perluasan, diprakarsai oleh raja-raja Islam yang memberi perhatian terhadap
Masjidil Haram. Pembangunan besar-besaran dalam sejarah diprakarsai oleh
Raja Fahd bin Abdul Aziz yang bergelar :”Pelayan Dua Tanah Haram Makkah
dan Madinah”.
Dikatakan Tanah Haram karena Tanah ini diharamkan bagi umat lain, selain
umat Muslim). Saat ini luas Masjid Al Haram 328.000 meter persegi dan dapat
menampung 730.000 jama’ah dalam satu waktu shalat berjama’ah.
Masjid ini melingkari Ka’bah, maka pintunya banyak. Ada 4 pintu utama dan
45 pintu biasa yang biasanya buka 24 jam sehari.
Keistimewaan Masjidil Haram banyak sekali, antara lain : Shalat di masjid ini
lebih utama daripada shalat seratus ribu kali di masjid lain. Begitupun
berdzikir, berdoa, bersedekah dan beramal baik lainnya.
Hajar Aswad
Hajar Aswad adalah batu berwarna hitam yang berada di sudut Tenggara
Ka’bah, yaitu sudut dimana tempat Tawaf dimulai. Hajar Aswad merupakan
batu yang diturunkan Allah SWT. dari Surga melalui malaikat Jibril.
Hajar Aswad berupa kepingan batu yang terdiri dari delapan keping yang
terkumpul dan direkat dengan lingkaran perak.
Dalam salah satu riwayat Bukhari-Muslim, diterangkan bahwa Sayyidina
Umar, sebelum mencium Hajar Aswad mengatakan, “Demi Allah, aku tahu
bahwa kau adalah sebuah batu yang tidak dapat berbuat apa-apa.Kalau aku
tidak melihat Rasulullah SAW. mencium-mu, tidak akan aku menciummu”.
Jadi mencium Hajar Aswad bukanlah suatu kewajiban bagi umat Islam, tapi
merupakan anjuran dan hukumnya sunnah. Maka kalau keadaan tidak
memungkinkan karena penuhnya orang berdesakan, sebaiknya urungkan saja
niat untuk mencium atau mengusap batu ini.
Hijr Ismail
Hijr Ismail, berdampingan dengan Ka’bah dan terletak di sebelah utara Ka’bah,
yang dibatasi oleh tembok berbentuk setengah lingkaran setinggi 1,5 meter.
Hijr Ismail itu pada mulanya hanya berupa pagar batu yang sederhana saja.
Kemudian para Khalifah, Sultan dan Raja-raja yang berkuasa mengganti pagar
batu itu dengan batu marmer.
Hijr Ismail ini dahulu merupakan tempat tinggal Nabi Ismail, disitulah Nabi
Ismail tinggal semasa hidupnya dan kemudian menjadi kuburan beliau dan
juga ibunya.
Berdasarkan kepada sabda Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, sebagian
dari Hijr Ismail itu adalah termasuk dalam Ka’bah. Ini diriwayatkan oleh Abu
Dawud dari ‘Aisyah r.a. yang berbunyi : ‘Dari ‘Aisyah r.a. katanya; “Aku sangat
ingin memasuki Ka’bah untuk melakukan shalat didalamnya. Rasulullah
S.A.W. membawa Siti ‘Aisyah ke dalam Hijir Ismail sambil berkata ” Shalatlah
kamu disini jika kamu ingin shalat di dalam Ka’bah, karena ini termasuk
sebagian dari Ka’bah.
Shalat di Hijr Ismail adalah sunnah, dalam arti tidak wajib dan tidak ada
kaitan dengan rangkaian kegiatan ibadah Haji atau ibadah Umroh.
Maqam Ibrahim
Maqam Ibrahim bukanlah kuburan Nabi Ibrahim sebagaimana dugaan atau
pendapat sebagian orang. Maqam Ibrahim adalah batu pijakan pada saat Nabi
Ibrahim meninggikan pondasi Ka’bah. Letak Maqam Ibrahim ini tidak jauh,
hanya sekitar 3 meter dari Ka’bah dan terletak di sebelah timur Ka’bah.
Saat ini Maqam Ibrahim seperti terlihat pada foto di atas. Di dalam bangunan
kecil ini terdapat batu tempat pijakan Nabi Ibrahim seperti dijelaskan di atas.
Pada saat pembangunan Ka’bah batu ini berfungsi sebagai pijakan yang dapat
naik dan turun sesuai keperluan nabi Ibrahim saat membangun Ka’bah.
Bekas kedua tapak kaki Nabi Ibrahim masih nampak dan jelas dilihat.
Atas perintah Khalifah Al Mahdi Al Abbasi, di sekeliling batu Maqam Ibrahim
itu telah diikat dengan perak dan dibuat kandang besi berbentuk sangkar
burung.
Multazam
Multazam merupakan dinding Ka’bah yang terletak di antara Hajar Aswad
dengan pintu Ka’bah. Tempat ini merupakan tempat utama dalam berdoa,
yang dipergunakan oleh jama’ah Haji dan Umroh untuk berdoa/bermunajat
kepada Allah SWT. setelah selesai melakukan tawaf.
Saat bermunajat di depan Multazam ini, Jarang orang tidak meneteskan air
mata disini, terharu karena kebesaran Illahi. Multazam ini insya Allah
merupakan tempat yang mustajab dalam berdoa, insya Allah doa dikabulkan
oleh Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda, “Antara Rukun Hajar Aswad dan Pintu Ka’bah,
yang disebut Multazam. Tidak seorangpun hamba Allah yang berdoa ditempat
ini tanpa terkabul permintaannya.”
Mata Air Zam-Zam
Air Zamzam berasal dari mata air Zamzam yang terletak dibawah tanah,
sekitar 20 meter disebelah Tenggara Ka’bah. Mata air atau Sumur ini
mengeluarkan Air Zamzam tanpa henti. Diamanatkan agar sewaktu minum air
Zamzam harus dengan tertib dan membaca niat. Saat minum air Zamzam kita
menghadap Ka’bah.
Sumur Zamzam mempunyai riwayat yang tersendiri. Sejarahnya tidak dapat
dipisahkan dengan isteri Nabi Ibrahim AS, yaitu Siti Hajar dan putranya Ismail
AS. Sewaktu Ismail dan Ibunya hanya berdua dan kehabisan air untuk
minum, maka Siti Hajar pergi ke Bukit Safa dan Bukit Marwah sebanyak 7
kali. Namun tidak berhasil menemukan air setetespun karena tempat ini
hanya merupakan lembah pasir dan bukit-bukit yang tandus dan tidak ada air
dan belum didiami manusia selain Siti Hajar dan Ismail.
Penjelasan tentang sejarah ini adalah sbb :
Saat Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar dan Ismail tiba di Makkah, mereka berhenti
di bawah sebatang pohon yang kering. Tidak berapa lama kemudian Nabi
Ibrahim AS. meninggalkan mereka.
Siti Hajar yang memperhatikan sikap suaminya yang mengherankan itu lalu
bertanya ; “Hendak kemanakah engkau, Ibrahim? Sampai hatikah engkau
meninggalkan kami berdua ditempat yang sunyi dan tandus ini?”.
Pertanyaan itu berulang kali, tetapi Nabi Ibrahim AS. tidak menjawab sepatah
kata pun. Siti Hajar bertanya lagi ; “Apakah ini memang perintah dari Allah?
“Barulah Nabi Ibrahim menjawab, “ya”. Mendengar jawaban suaminya yang
singkat itu, Siti Hajar gembira dan hatinya tenteram. Ia percaya hidupnya
tentu terjamin walaupun ditempat yang sunyi, tidak ada manusia dan tidak
ada segala kemudahan. Sedangkan waktu itu, Nabi Ismail masih menyusu.
Selang beberapa hari, air yang dari Nabi Ibrahim As. habis. Siti Hajar
berusaha mencari air di sekeliling sampai mendaki Bukit Safa dan Marwah
berulang kali sehingga kali ketujuh (terakhir) ketika sampai di Marwah, tiba-
tiba terdengar oleh Siti Hajar suara yang mengejutkan, lalu ia menuju kearah
suara itu. Alangkah terkejutnya, bahwa suara itu ialah suara air yang
memancar dari dalam tanah dengan derasnya. Air itu adalah air Zamzam.
Air Zamzam yang merupakan berkah dari Allah SWT, mempunyai
keistimewaan dan keberkatan dengan izin Allah SWT., yang bisa
menyembuhkan penyakit, menghilangkan dahaga serta mengenyangkan perut
yang lapar. Keistimewaan dan keberkatan itu disebutkan pada hadits Nabi,
dari Ibnu Abbas r.a., Rasulullah SAW. bersabda : “sebaik-baik air di muka
bumi ialah air Zamzam. Air Zamzam merupakan makanan yang
mengenyangkan dan penawar bagi penyakit”.
Safa dan Marwah
Safa dan Marwah merupakan dua bukit yang terletak dekat dengan Ka’bah.
Sejarah Safa-Marwah tidak dapat dipisahkan dengan isteri Nabi Ibrahim As,
yaitu Siti Hajar dan putranya Ismail As. Sewaktu Ismail dan Ibunya hanya
berdua dan kehabisan air untuk minum di lembah pasir dan bukit yang
tandus, Siti Hajar pergi mencari air pulang pergi dari Bukit Safa ke Bukit
Marwah sebanyak 7 kali.
Saat kali ketujuh (terakhir). Ketika sampai di Marwah, tiba-tiba terdengar oleh
Siti Hajar suara yang mengejutkan, lalu ia menuju kearah suara itu. Alangkah
terkejutnya, bahwa suara itu ialah suara air memancar dari dalam tanah
dengan derasnya. Air itu adalah air Zamzam.
Masjid Nabawi
Disebut Masjid Nabawi karena Nabi Muhammad SAW. selalu menyebutnya
dengan kalimat, “Masjidku”, pada setiap kali beliau menerangkan tentang
sebuah masjid yang sekarang berada di pusat kota Madinah. Rasulullah
bersabda, “Shalat di masjidku ini lebih utama daripada shalat seribu kali di
masjid lain, kecuali Masjidil Haram”.
Dalam satu riwayat lain, Rasulullah bersabda, “Barang siapa shalat di
masjidku 40 waktu tanpa terputus, maka ia pasti selamat dari neraka dan
segala siksa dan selamat dari sifat munafik”.
Masjid ini didirikan oleh Rasul SAW. dan sahabat-sahabat pada tahun
pertama hijrah (622 M) seluas 1050 meter persegi, yaitu persis di sebelah
barat rumah Rasul, yang sekarang rumah itu menjadi makam Rasul SAW dan
termasuk dalam bangunan masjid.
Berziarah ke masjid Nabawi ini adalah masyru’ (diperintahkan) dan termasuk
ibadah. Penyataan ini sesuai dengan sabda Rasulullah : “Janganlah kau
mementingkan bepergian kecuali kepada tiga masjid, yaitu Masjidil Haram,
Masjidku ini (Masjid Nabawi) dan Masjidil Aqsa”.
Makam Rasulullah SAW
Makam (pusara) Rasullullah SAW terletak di sebelah Timur Masjid Nabawi. Di
tempat ini dahulu terdapat dua rumah, yaitu rumah Rasulullah SAW. bersama
Aisyah dan rumah Ali dengan Fatimah.
Sejak Rasulullah SAW. wafat pada tahun 11 H (632 M), rumah Rasullullah
SAW. terbagi dua. Bagian arah kiblat (Selatan) utk makam Rasulullah SAW.
dan bagian Utara utk tempat tinggal Aisyah.
Sejak tahun 678 H. (1279 M) diatasnya dipasang Kubah Hijau (Green Dome).
Dan sampai sekarang Kubah Hijau tersebut tetap ada. Jadi tepat di bawah
Kubah Hijau itulah jasad Rasullullah SAW. yang mulia dimakamkan. Disitu
juga dimakamkan kedua sahabatnya, yaitu Abu Bakar (Khalifah Pertama) dan
Umar (Khalifah Kedua) yang dimakamkan di bawah kubah, berdampingan
dengan makam Rasulullah SAW.
Arafah
Arafah merupakan tempat yang sangat penting pada ibadah Haji, dimana di
Arafah ini jama’ah haji harus melakukan Wukuf. Wukuf merupakan rukun
Haji dan tanpa melaksanakan Wukuf di Arafah maka hajinya tidak sah.
Keadaan di Arafah ini merupakan replika di Padang Mahsyar saat manusia
dibangkitkan Allah SWT pada hari yang tak diragukan lagi. Saat itu semua
manusia sama dihadapan Allah SWT., yang membedakan hanyalah kualitas
imannya.
Wukuf secara harfiah berarti berdiam diri. Wukuf di Arafah adalah berada di
Arafah pada waktu antara tergelincirnya matahari (tengah hari) tanggal 9
Dzulhijah sampai matahari terbenam dengan berpakaian ihram. Pada saat
wukuf disarankan untuk memperbanyak doa sambil menghadap kiblat dan
mengangkat kedua tangan. Juga memperbanyak taubat memohon ampunan
kepada Allah SWT., sebab saat wukuf adalah saat yang utama untuk berdoa,
memohon ampun dan bertaubat.
Selain itu juga perbanyak ibadah lainnya seperti membaca Al Qur’an, takbir,
tahmid, tahlil dan sebagainya. Selama wukuf jangan sampai melakukan
sesuatu yang tidak pantas atau tidak sesuai dengan kesucian ibadah saat
Wukuf.
Adapun keutamaan Arafah adalah sebagaimana sabda Rasulullah SAW., “Doa
yang paling baik adalah doa di hari Arafah”.
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW. juga bersabda, “Tidak ada hari paling
banyak Allah menentukan pembebasan hamba-Nya dari neraka kecuali hari
Arafah”.
Arafah berjarak sekitar 25 km disebelah Tenggara Makkah dan merupakan
padang pasir yang amat luas dan di bagian belakang dikelilingi bukit-bukit
batu yang membentuk setengah lingkaran, saat ini sudah ditanami dengan
pohon-pohon.
Pada musim haji di bawah pohon-pohon inilah dipasang tenda. bagi yang tidak
kebagian tenda cukup berteduh di bawah pohon. Untuk mengurangi panas di
setiap sekitar 20 meter dipasang pipa setinggi 6 meter yang diatasnya
memancar air halus yang mirip gerimis, dengan tujuan menurunkan suhu
disekitarnya.
Pancaran air ini sangat bermanfaat dan dapat mengurangi banyaknya jama’ah
yang terkena high stroke (tiba-tiba lemas karena matahari yang panas)
Muzdalifah
Setelah matahari terbenam (mulai masuk tanggal 10 Dzulhijah), dari Arafah
berangkat ke Muzdalifah. Shalat Maghrib dan Isya dikerjakan di Muzdalifah
dengan cara jama’ takhir qashar.
Muzdalifah terletak antara Arafah dan Mina. Di Muzdalifah ini jama’ah haji
bermalam (mabit) dan mengambil 70 atau 49 butir batu kecil untuk persiapan
lempar jumroh di Mina. Shalat Subuh dilaksanakan berjama’ah di Muzdalifah.
Setelah shalat subuh, meninggalkan Muzdalifah menuju Mina untuk
melempar jumroh. Bagi orang tua dan yang lemah/sakit boleh meninggalkan
Muzdalifah pada malam hari setelah lewat tengah malam baru menuju Mina.
Mina
Mina merupakan lokasi di Tanah Haram Makkah (Tanah yang diharamkan
bagi orang selain Muslim). Mina didatangi oleh jama’ah haji pada tanggal 8
Dzulhijah atau sehari sebelum wukuf di Arafah. Jama’ah haji tinggal disini
sehari semalam sehingga dapat melakukan shalat Dzuhur, Ashar, Maghrib,
Isya dan Subuh. Kemudian setelah shalat Subuh tanggal 9 Dzulhijah, jama’ah
haji berangkat ke Arafah. Amalan seperti ini dilakukan Rasulullah SAW. saat
berhaji dan hukumnya sunnah. Artinya tanggal 9 Dzulhijah sebelum ke
Arafah, tidak wajib bermalam di Mina.
Jama’ah haji datang lagi ke Mina setelah selesai melaksanakan Wukuf di
Arafah. Jama’ah haji ke Mina lagi karena akan melempar jumroh. Di Mina ini,
pada malam hari tidur dan pada siang hari melempar jumroh. Yaitu tanggal
10, 11, 12 Dzulhijah bagi jama’ah haji yang melaksanakan Nafar Awal atau
tanggal 10, 11, 12, 13 dzulhijah bagi jama’ah yang melaksanakan Nafar Tsani.
Untuk tanggal di atas, amalan bermalam dan melempar jumroh merupakan
amalan wajib haji (yang jika tidak dilakukan, harus membayar dam atau
denda).
Pada hari-hari biasa, Mina kosong tidak berpenduduk, walaupun terlihat
bangunan permanen. Namun pada tanggal 10 Dzulhijah dan beberapa hari
sebelumnya dipadati para jama’ah haji.
Tanah di Mina tidak boleh dimiliki oleh perorangan, yang boleh adalah
menempati untuk keperluan ibadah saja. Sesuai dengan riwayat isteri nabi,
Aisyah ra., “Ya Rasullullah SAW., perlukah kami buatkan di Mina untuk anda
berteduh?”, Rasulullah SAW. menjawab, “Jangan, sesungguhnya Mina adalah
tempat duduk orang yang lebih dahulu datang”.
Tempat atau lokasi melempar jumroh terdapat di Mina, yaitu Jumrah Aqabah,
Jumrah Wusta dan Jumrah Ula.
Mina juga merupakan tempat atau lokasi penyembelihan binatang kurban. Di
Mina ada mesjid Khaif, merupakan masjid dimana Rasulullah SAW.
melakukan shalat dan khutbah ketika berada di Mina saat melaksanakan
ibadah Haji
Semoga membawa Serkah dan Wassalam.

BAB I
SEJARAH BERDIRINYA DINASTI AL-AYYUBIYAH

Standar Kompetensi
1. Memahami perkembangan Islam pada masa Dinasti Al-Ayyubiyah.

Kompetensi Dasar
1.1 Menceritakan sejarah berdirinya.Dinasti Al-Ayyubiyah

Indikator Pencampaian Kompetensi


1.1.1 Menjelaskan latar belakang berdirinya Dinasti Al-Ayyubiyah.
1.1.2 Menjelaskan proses berdirinya Dinasti Al-Ayyubiyah.
1.1.3 Menjelaskan masa pemerintahan Dinasti Al-Ayyubiyah.
1.1.4 Menjelaskan masa berakhirnya Dinasti Al-Ayyubiyah.

A. LATAR BELAKANG SEJARAH BERDIRINYA DINASTI AL-AYYUBIYAH.

1. Kelemahan bidang politik yang dialami Dinasti Abbasiyah


Kelemahan bidang politik yang dialami Dinasti Abbasiyah salah satunya
disebabkan karena diawal proses pendirian Dinasti tersebut Bani Abbas tidak
terlepas dari bantuan orang-orang non arab(Mawali) Persia, dan Kaum
Alawiyin, serta para pengikut setia Ali bin Abi Thalib. Pada gilirannya golongan
tersebut menuntut balas jasa atas ‘andil mereka dalam membentuk sebuah
Dinasti. Akibatnya muncullah beberapa kerajaan kecil yang memisahkan diri
dari kekuasaan Abbasiyah, yaitu:
a. Dinasti Idrisiyah, di Maroko yang didirikan oleh Idris bin Abdullah,
keturunan Ali bin Abi Thalib.
b. Dinasti Aghlabiyah, didirikan oleh Ibrahim bin Ahlab yang mencakup
wilayah Afrika Utara, Aljazair, Tunisia, dan Pulau Sisilia.
c. Dinasti Tuluniyah, meliputi wilayah Mesir, dan Libya.
d. Dinasti Hamdaniyah.
e. Dinasti Ikhsidiyah, di Mesir.
f. Dinasti Thahiriyah, di Khurasan.
Sejak masa pemerintahan khalifah Al-Mu’thi (334-363 H / 909-1171) keadaan
politik Abbasiyah kian melemah dengan munculnya Dinasti-Dinasti lain yang
sangat berpengaruh terhadap pemerintahan Abbasiyah diantarnya :
a. Dinasti Fatimiyah (297-567H / 909-1171M).
Nama dinasti ini dinisbahkan kepada Fatimah Az-Zahra, putri Rasulullah
SAW. Didirikan oleh pengikut aliran Syi’ah yang mendapat tekanan dan
penindasan dari pemerintahan Abbasiyah. Tokoh dari Dinasti ini adalah Abu
Abdillah Asya’si yang giat menyebarkan ajaran syiah. Pada tahun 358H/969M.
Panglima Fatimiah Jauhar As-Saqili dapat merebut Mesir dari kekuasaan
Ikhsidiyah. Maka dibangunlah sebuah kota megah barnama Al-Qahirah(Kairo
sekarang). Sejak itu, Dinasti Fatimiyah memindahkan kekuasaannya dari
Tunisia ke Kairo, Mesir. Dinasti Fatimiyah mencapai puncak kejayaan pada
masa khalifah Al-Aziz, Al-Mu’iz, dan Al-Hakim. Setelah dibangun Mesjid Al-
Azhar yang kemudian dikembangkan menjadi Universitas Al-Azhar di Kairo.
Dinasti Fatimiyah berkuasa selama 262 tahun dengan khalifah pertamanya
Ubaidilah Al-Mahdi dan khalifah terakhirnya Al-Adid.
b. Dinasti Buwaihi (320-447H / 932-1055M).
Merupakan kerajaan Islam di Persia, didirikan oleh Abu Sujak Buwaihi dan
tiga putranya yaitu, Ali bin Buwaihi, Hasan bin Buwaihi, dan Ahmad bin
Buwaihi. Keberadaan Dinasti Buwaihi dapat mengontrol kekhalifahan
Abbasiyah dari segi politik, militer dan ekonomi. Dinasti berakhir setelah
dikalahkan Tughril Beg dari Dinasti Saljuk Raya tahun 447H / 1055M.
c. Dinasti Saljuk (429H / 1038M)
Dinasti Saljuk berdiri di kota Thus, Irak oleh orang Turki pada masa khalifah
Abbasiyah Al-Qaim bin Amrillah. Keruntuhan Dinasti Abbasiyah oleh serbuan
tentara Mongol. Terjadi akibat sudah lemahnya kekuatan Dinasti Abbasiyah
dan serangan kekuatan Bani Saljuk, kelemahan politik Dinasti Abbasiyah
memudahkan berdirinya Dinasti lain termasuk Dinasti Al-Ayyubiyah.

B. PROSES BERDIRINYA DINASTI AL-AYYUBIYAH.

1. Keruntuhan Dinasti Fatimiyah dan awalnya berdiri Dinasti


Ayyubiyah.

Keruntuhan Dinasti Fatimiyah pada


masa khalifah Al-Adid Bilah pada tahun 567H / 1171M. Khalifah terakhir
berada dalam kondisi yang sudah lemah karena serbuan pasukan salib,
konflik interen pemerintahan dan melanda paceklik atau paceklik selama
tujuh tahun di wilayah kekuasaan Dinasti tersebut. Dalam keadaan yang
demikian datanglah panglima Syirkuh beserta Shalahuddin Al-Ayyubi yang
ditugaskan oleh Nuruddin Zangi.
Ia mendampingi pamannya Asaduddin Syirkuh yang mendapat tugas dari
Nuruddin Zangi. Untuk membantu Bani Fatimiyah di Mesir. Perdana Menteri
Syawar yang dikudetaoleh Dirgham meminta bantuan Shalahuddin Yusuf Al-
Ayyubi untuk mengalahkan Dirgham. Dengan imbalan sepertiga pajak tanah
Mesir. Dirgham akhirnya dikalahkan oleh pasukan Shalahuddin dan ia
kembali menduduki jabatan perdana menteri pada tahun 1164M.
Tiga tahun kemudian Shalahuddin menyertai pamannya ke Mesir. Kali ini
akan memberantas Syawar yang dulunya pernah ditolongnya yang bersekutu
dengan Ammauri, seorang panglima tentara salib. Hal ini dilakukan oleh
shalahuddin karena Syawar sangat membahayakan kepentingan kaum
muslimin. Akhirnya, Shalahuddin dapat mengalahkan Syawar dan Ammauri.
Pada tahun 1169 M, tentara salib yang dipimpin Ammauri menyerang Mesir
yang bermaksud menguasai Mesir. Khalifah Fatimiyah, Al-Adid meminta
bantuan Shalahuddin dan Asaduddin Syirkuh untuk mempertahankan Mesir.
Ammauri kali ini berhasil dikalahkan oleh pasukan Shalahuddin dan
Asaduddin Syirkuh. Keberhasilan ini menimbulkan kebencian Syawar yaitu
perdana menteri Fatimiyah. Syawar berencana membunuh Shalahuddin dan
Asaduddin Syirkuh namun ia gagal, bahkan Syawar ditangkap dan dihukum
mati atas khalifah Al-Adid.
Atas jasa-jasanya, khalifah Al-Adid mengangkat Asaduddin Syirkuh sebagai
perdana menteri. Namun dua bulan kemudian Asaduddin wafat dan
digantikan oleh Shalahuddin. Shalahuddin mendapat gelar Al-Malik An-Nasir
yang artinya penyelamat Mesir. Karena Shalahuddin telah berjasa dalam
menyelatankan Mesir dari serangan tentara Shalib. Khalifah Abbasiyah
memberi gelar Al-Mu’iz lil Amirul Mukiminin karena Shalahuddin yang begitu
kuat sehingga Abbasiyah menyerahkan Mesir, Noba, Yaman, Tripoli, Plestina,
Surya dan Maroko dibawah kekuasaan Shalahuddin.
2. Shalahuddin Al-Ayyubi khalifah pertama Ayyubiyah
Al-Ayyubiyah merupakan Dinasti yang berkuasa di Mesir dan Suriah dari
tahun 561-582H / 1172-1193M. Pendiri Dinasti ini ialah Shalahudin Yusuf Al-
Ayyubi, putra Najamuddin bin Ayyub seorang berkebangsaan suku Kurdi Azer
baijan. Shalahuddin lahir di Tarkit, Irak pada tahun 532H / Februari 1193M.
ayahnya sebagai seorang gubernur Suriah dan pemimpin Garnisun (tentara di
Baalbaek) Shalahuddin terpengaruh dan termotivasi menjadi panglima militer.
Pada tahun 569H / 1174M Shalahuddin memproklamirkan dirinya sebagai
sultan di Mesir dengan nama Dinasti Ayyubiyah yang terlepas dari kekuasaan
Suriah maupun Bani Abbas di Baghdad. Shalahuddin menjadi khalifah
pertama Dinasti ini. Sebagai khalifah pertama, Shalahuddin Al-Ayyubi
berusaha untuk menyatukan provinsi-provinsi arab terutama di Mesir dan
Syam pada satu daulah kekuasaan dengan tujuan agar kekuatan umat islam
teroganisir dengan baik dalam melawan serangan-serangan kaum salib yang
ingin menghancurkan umat islam.
Usaha-usaha tersebut adalah:
a. Memadamkan pemberontakan Hajib sekaligus perluasan wilayah Mesir
sampai ke selatan Nubah.
b. Perluasan wilayah ke Yaman.
c. Perluasan wilayah ke Damaskus dan Mosul.

C. MASA PEMERINTAHAN DINASTI AYYUBIYAH.

Setelah mulai berkuasa, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi tidak membuat suatu


kekuasaan yang terpusat di Mesir. Justru ia membagi wilayah kekuasaan ke
saudara-saudara dan keturunannya. Hal ini mengakibatkan muncul beberapa
cabang Dinasti. Diantara beberapa sultan Dinasti Ayyubiyah yang menonjol,
yaitu:

1. Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi (1138-1193M)


Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dianggap sebagai pembaru di Mesir karena
dapat mengembalikan mazhab Suni. Beberapa usaha yang dilakukan
Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi, yaitu:
1. Mendirikan madrasah-madrasah yang menganut paham Syafi’i dan
Maliki.
2. Mengganti kadi-kadi Syiah dengan kadi-kadi Suni.
3. Mengganti pegawai yang korupsi.
4. Memecat pegawai yang bersekongkol dengan penjahat.
Dalam masa pemerintahan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi menghadapi
beberapa pemberontakan dari kalangan sendiri (dari dalam), yaitu:
a. Nuruddin Zangi. Dia merasa tersaingi oleh Shalahuddin Yusuf A l-
Ayyubi. Dia merasa kebesarannya sudah diambil alih dan tidak menepati janji
untuk membantu Nuruddin Zangi agar memerangi tentara salib di Kerak dan
Syaubak.
b. Hajib. Kepala rumah tangga khalifah Al-Adid, ia merasa haknya
dikurangi.
c. Ass-Sin. Yang dipimpin oleh Syekh Sinan.
Dalam masa pemerintahan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi juga menghadapi
beberapa pemberontakan dari luar, yaitu:
a. Tentara salib. Mereka adalah orang-orang Kristen Franka. Kekuasaan
Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi semakin besar dan mereka khawatir dan merasa
terancam, untuk itu mereka minta bantuan Perancis, Inggris, Jerman,
Byzantium, dan Paus untuk mengambil kembali daerah-daerah kekuasaan
yang telah diambil Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi.
b. Almaric , raja Yerussalem.
c. Tentara Baldwin IV.
d. Raynald de Chatillon (penguasa Benteng Kerak di sebelah timur laut
Mati).
e. Raja Baldwin V.
Setelah Baitul Maqdis dikuasai oleh Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi, Paus
Gregori mengumandangakn perang salib. Peperanganpun terjadi dalam waktu
yang bertahun-tahun lamanya. Dan diakhiri dengan perjanjian damai. Setelah
perang melawan tentara Salib selesai, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi
memindahkan pusat pemerintahannya ke Damaskus. Ia meninggal disana
tahun 1193M dalam usia 57 tahun.

2. Al-Adil (1145-1218M)
Al-Adil adalah saudara Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi. Prestasinya ialah ketika
ia diangkat sebagai pemimpin pasukan saat mengikuti ekspedisi militer
pamannya Syirkuh ke Mesir. Setelah kematian Nuruddin Zangi tahun 1174M
ia memerintah di Mesir atas nama saudaranya, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi.
Al-Adil merupakan seorang pemimpin pemerintahan dan pengatur strategi
yang berbakat dan efektif. Ia mampu menyediakan kebutuhan militer yang
dibutuhkan oleh Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dalam setiap peperangan
besarnya.

3. Al-Kamil (1180-1238M)
Al-Kamil adalah saudara Al-Adil, saudara muda dari Shalahuddin Yusuf Al-
Ayyubi. Pada tahun 1218M Al-Kamil memimpin pertahanan dalam
menghadapi pasukan salib yang ingin mengepung kota Dimyat (Damietta) dan
kemudian menjadi sultan sepeninggal ayahnya. Al-Kamil gagal
mempertahankan Dimyat pada bulan November 1219M. Ia menarik
pasukannya menuju Maisurah, sebuah benteng di hulu sungai Nil. Pada bulan
Februari tahun 1229M, Al-kamil menyepakati perdamaian selama 10 tahun
dengan Frederic II. Ia mengembalikan Yerussalem dan kota-kota suci lainnya
kepada pasukan salib. Kaum muslimin dan umat yahudi dilarang memasuki
kota itu kecuali sekitar Masjidil Aqsa dan Masjidil Umar. Al-Kamil meninggal
pada tahun 1238M kedudukan sebagai sultan digantikan oleh Shalih Al-
Ayyub. Pada masa pemerintahan Shalih Al-Ayyub sering terjadi perang
saudara dengan kerabat dekatnya dan membuat kekuasaan Dinasti Al-
Ayyubiyah makin melemah.

D. BERAKHIRNYA DINASTI AL-AYYUBIYAH.

Perang salib yang berkepanjangan antara umat Nasrani dan kaum Muslimin
akhirnya mencapai kesepakatan damai dan genjatan senjata antara kedua
belah pihak. Perdamaian tersebut tidak mengurangi beberapa hal yang telah
dicapai kaum muslimin telah memenangkan pertempuran di Hitin, Safuriyah
dan kembali menguasai Baitul Maqdis dimana waktu itu Shalahuddin menjadi
penguasanya. Perdamaian tersebut terjadi di Ramlah tanggal 2 November
1192M dan disebut dengan perdamaian Ramlah.yang isinya adalah:
1. Baitul Maqdis dan Yerussalem tetap berada di bawah kekuasaan kaum
muslimin, jika umat kristen pergi ziarah kesana tidak akan diganggu dan
tidak akan dilarang.
2. Daerah pesisir Akka dan Yafa menjadi daerah pasukan salib dengan
nama kerajaan salib Akka.
3. Harta orang Kristen yang dirampas semasa perang dikembalikan kepada
mereka.
Runtuhnya Dinasti Al-Ayyubiyah dimulai pada masa pemerintahan Sultan As-
Salih. Pada waktu itu tentara kaum budak di Mesir(Kaum Mamluk),
memegang kendali pemerintahan. Setelah As-Salih meninggal pada tahun
1249M kaum Mamluk mengangkat istri As-Salih, Sajarad Ad-Dur sebagai
sultanah. Dengan demikian berakhir kekuasaan Dinasti Al-Ayyubiyah di
Mesir. Selanjutnya, Qutus mengambil alih kekuasaan Al-Ayyubiyah. Sejak itu
berakhirlah kekuasaan Dinasti Al-Ayyubiyah.

BAB II
PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN/PERADABAN ISLAM
PADA MASA BANI ABBASIYAH

Standar Kompetensi
1. Memahami perkembangan Islam pada masa Bani Abbasiyah.
Kompetensi Dasar
1.2 Mendeskribsikan perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada
masa Bani Abbasiyah.

Indikator Pencampaian Kompetensi


1.2.1 Menceritakan perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada
masa Bani Abbasiyah dalam bidang sosial kemasyarakatan dan ekonomi.
1.2.2 Menceritakan perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada
masa Bani Abbasiyah dalam bidang ilmu pengetahuan dan filsafat.
1.2.3 Menceritakan perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada
masa Bani Abbasiyah dalam bidang politik pemerintahan dan militer.
1.2.4 Menceritakan perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada
masa Bani Abbasiyah dalam bidang seni budaya dan arsitektur.

A. PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN/PERADABAN ISLAM PADA MASA


BANI ABBASIYAH SOSIAL KEMASYARAKATAN DAN EKONOMI.

1. Dalam Bidang Sosial dan Kemasyarakatan

Selama masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah (750-1258 M). Telah mengalami


banyak perkembangan dan kemajuan, maupun di bidang sosial
kemasyarakatan maupun kemajuan di bidang sosial budaya.
Kemajuan di bidang sosial kemasyarakatan yang terjadi anatara lain
munculnya berbagai kelompok dalam masyarakat yang semakin heterogen
baik suku, bangsa, etnis, agama, dan bebagai unsur warga negara.
Keberagaman ini dapat dikelola sebagai potensi yang besar untuk berlomba
dan berjuang dalam satu kesatuan islam membangun dan memajukan Dinasti
Abbasiyah. Munculnya kelompok masyarakat pada masa Dinasti Abbasiyah
terbagi dalam beberapa kelas:
a. Kaum muslim arab
b. Kaum muslim non-arab (Mawali)
c. Kaum zimmi

Beberapa kelas tersebut memiliki persamaan hak


sebagai warga negara. Beberapa golongan kaum muslim non-arab bahkan
memiliki kedudukan dan peranan penting dalam pemerintahan Dinasti
Abbasiyah. Mereka adalah keluarga Barmak, Dinasti Buwaiyah, dan Dianti
Saljuk.
Seiring perkembangan islam di beberapa wilayah baru, wilayah tersebut tidak
hanya terislamkan tetapi juga terarabkan. Beberapa wilayah yang terarabkan
tersebut diantaranya: Mesir, Suriah, Palestina, Persia, Aljazair, dan Maroko.

2. Dalam bidang ekonomi.

Dalam bidang ekonomi, kesejahteraan seluruh rakyat Abbasiyah menjadi


prioritas utama bagi para pemimpin Dinasti tersebut dalam melaksanakan
kekuasaannya, terutama di periode awal perjalanan kekuasaan Dinasti
Abbasiyah. Khalifah Al-Mansur merupakan tokoh utama peletak dasar
ekonomi Abbasiyah seperti :
a. Dalam sektor pertanian
Dalam sektor pertanian telah dibangun banyak bendungan dan kanal-kanal
irigasi dan terusan, contohnya pada masa Harun Ar-Rasyid. Istri khalifah,
Zubaidah membangun sebuah bendungan dan terusan yang dapat
mengalirkan air ke pemukiman penduduk terutama daerah yang sering
dilanda musim kemarau. Menjadikan dua kota suci itu menjadi sejahtera,
tanahnya subur dan makmur. Untuk mengenang jasa permaisuri itu,
bendungan itu diberi nama Bendungan Zubaidah.
b. Dalam sektor perdagangan
Perekonomian warga Abbasiyah umumnya meningkat mulai pada zaman
pemerintahan Al-Mahdi. Dengan peningkatan sektor pertanian dan hasil
tambang dan hubungan luar negeri antara daulah Abbasiyah dan kerajaan-
kerajaan lain telah meningkat dalam sektor perdagangan. Basrah menjadi
pelabuhan penting sebagai tempat dagang transit antar timur dan barat.
c. Dalam sektor perindustrian.
Banyak kota-kota yang dibangun sebagai pusat-pusat industri, Basrah
sebagaipusat industri gelas dan sabun; Kuffah, industri tekstil; Khazakstan,
industri sutra; Damaskus industri pakaian jadi dan sutra bersulam, dan Syam
sebagai pusat industri keramik dan gelas berukir

B. PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN/PERADABAN ISLAM PADA MASA


BANI ABBASIYAH DALAM BIDANG ILMU PENGETAHUAN DAN FILSAFAT.

Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah merupakan kejayaan Islam dalam


berbagai bidang, khususnya bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pada
zaman ini umat islam telah banyak melakukan kajian kritis tentang ilmu
pengetahuan, sehingga ilmu pengetahuan baik aqli (rasional) ataupun naqli
mengalami kemajuan dengan pesatnya.
Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Abbasiyah,
selain perhatian khalifah yang sangat besar juga disebabkan oleh:
1. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa lainnya yang
lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan
filsafat.
2. Gerakan penerjemahan berbagai ilmu pengetahuan dari bahasa asing
kedalam bahasa arab di masa khalifah Al-Mansur, dengan dibentuknya dewan
penerjemahan bahasa latin.
Pada zaman pemerintahan Dinasti Abbasiyah, proses pengalihan ilmu
pengetahuan dilakukan denagn cara menerjemahkan berbagai buku karangan
bangsa-bangsa terdahulu, seperti buku-buku karya bangsa-bangsa Yunani,
Persia, serta sumber dari berbagai naskah yang ada di kawasan timur tengah
dan Afrika seperti, Mesopotania, dan Mesir.
Diantara para ahli yang berperan dalam proses perkembangan ilmu
pengetahuan adalah kelompok Mawali atau orang-orang non-arab, seperti
orang Persia. Pada masa itu pusat kajian ilmiah terdapat di mesjid-mesjid,
misalnya mesjid Basrah. Di mesjid ini terdapat kelompok studi yang disebut
Halaqah al-jadl, Halaqah al-fiqh, halaqah al-tafsir wal Hadits, halaqah al-
Riyadiyat, dan lain-lain.
Pada masa pemerintahan Harun Ar-Rsyid, didirikanlah lembaga ilmu
pendidikan yang formal seperti Madrasah, Kuttab, Masjid, Majelis Munadarah,
dan Darul Hikmah. Darul Hikmah menjadi pusat ilmu pengetahuan, sehingga
melahirkan para ilmuwan dari berbagai cabang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sehingga membawa kejayaan Dinasti Abbasiyah dan mencapai
puncak keemasan.
Beberapa sastrawan dan budayawan yang muncul pada masa Dinasti
Abbasiyah:
a. Umar Khayam
b. Az-Zamakhsyari
c. Al-Qusyari
d. An-Nafisi
e. Ibnu Maskawaith
f. Al-Kindi

C. PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN/PERADABAN ISLAM PADA MASA


BANI ABBASIYAH DALAM BIDANG POLITIK PEMERINTAHAN DAN
MILITER.

1. Dalam Pemerintahan
Dalam bidang pemerintahan, para khalifah Abbasiyah telah mampu
menciptakan sistem biokrasi pemerintahn modern seperti dibentuknya semua
unsur kelembagaan negara dan administrasi negara yang ditata dengan rapi.
Contohnya:
a. Pengangkatan wazir atau perdana menteri.
b. Pembentukan sekretariat negara(Diwanul Kitabah).
c. Pembentukan departemen sebagai lembaga pembantu perdana menteri.
d. Pengangkatan gubernur(Amir).
e. Pengangkatan angkatan bersenjata.
f. Pembentukan Baitul Mal dan lembaga kas negara.
g. Pembentukan Mahkamah Agung

2. Dalam Bidang Politik dan Militer


Dinasti Abbasiyah banyak dipengaruhi oleh kaum Alawiyin yang beraliran
Syiah serta kaum Mawali disetiap periode. Mereka menempuh jalur politik
yang berbeda sesuai dengan zaman kepemimpinan para khalifah tersebut.
Seperti, pada periode Abbasiyah I dipengaruhi oleh orang Persia I. Periode ini
disebut dengan periode keemasan yang dipipin okeh 9 orang khalifah dalam
kurun waktu 97 tahun. Puncak kepopularitas Abbasiyah pada masa khalifah
Harun Ar-Rasyid dan Al-Makmum.
Periode awal kebijakan politik yang ditempuh oleh Dinasti Abbasiyah yaitu
memberikan landasan bagi pemerintahan yang tangguh dalam
mempertahankan kekuasaan ditangan keturunan Bani Abbas.
Usaha-usaha dalam mempertahankan kekuasaannya yaitu:
a. Menumpas habis keturunan Umayyah.
b. Memindahkan ibukota Al-Hasimiyah ke kota Bagdadh.
c. Khalifah Al-Mansur membunuh Abu Muslim Al-Khurasani.
d. Menumpas berbagai pemberontakan yang terjadi.
Diantara gerakan-gerakan yang memberontak terhadap kekuasaan Dinati
Abbasiyah, yaitu:
a. Gerakan kelompok Al-Rawandiyah.
b. Gerakan kelompok Al-Muqanniyah.
c. Gerakan kelompok Al-Khuramy.
d. Gerakan kelompok Az-Zanadiqah.
Periode Abbasiyah II berlangsung selama 99 tahun dipimpin oleh 13 orang
khalifah. Periode ini bisa dikatakan sebagaimana orang-orang Turki
berpengaruh sangt kuat, sehingga mereka berhasil menduduki jabatan-
jabatan penting di bidang pemerintahan dan militer, mereka berkuasa setelah
Khalifa Al-Mutawakkil. Karena semakin lemahnya Dinasti Abbasiyah, maka
banyak daerah-daerah kecil yang melepaskan diri dari kekuasaan Dinasti
Abbasiyah.
Periode Abbasiyah III disebut juga periode pengaruh Persia kedua. Disebut
demikian karena pada waktu itu sebuah golongan dari bangsa Persia berperan
penting dalam pemerintahan Dinasti Abbasiyah, yaitu Dinasti Buwaihi.
Dinasti yang dibangun oleh tiga orang beraudara, yaitu Hasan bin Buwaihi, Ali
bin Buwaihi, dan Ahmad bin Buwaihi di sebelah barat laut Iran.pada
permulaan abat ke 10 M, meskipun Dinasti Abasiyah dibawah kekuasaan
Bani Buwaihi yang beraliran Syiah mereka berhasil menekan khalifa dan
menjadikan Ali bin Buwaihi sebagai panglima besar, sejak itu para khalifa
tidak mampu berbuat banyak untuk mempertahankan kedaulatan negara,
akan tetapi Ilmu Pengetahuan terusmengalami kemajuan.
Periode IV ini berlangsung sekitar 164 tahun dan disebut juga periode
pengaruh Turki kedua. Disebut demikian karena pada waktu itu sebuah
golongan dari bangsa Turki berperan penting dalam pemerintahan Dinasti
Abbasiyah, yakni Dinasti Saljuk.
Selama periode ini mereka berhasil mengambil alih kekuasaan para khalifa.
Para khalifa hanya diperkenankan mengurus masalah agama. Dinasti ini
berakhir setelah pasukan mongol memporak porandakan kota Baghdad pada
tahun 656H/1258M.
D. PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN/PERADABAN ISLAM PADA MASA
BANI ABBASIYAH DALAM BIDANG SENI BUDAYA DAN ARSITEKTUR.

Daulah Abbasiyah yang berlangsung 5.5 abad secara politis bisa dikatakan
hanya mampu bisa mendirikan selama satu abad yaitu selama periode I. tetapi
dalam bidang ilmu pengetahuan, seni budaya dan arsitektur terus mengalami
pertumbuhan. Itu disebabkan karena para khalifah lebih berorientasi pada
perluasan wilayah kekuasaan.
Para khalifah Abbasiyah tidak segan-segan mendatangkan para arsitek dari
luar negeri untuk membangun dan mengajarkan ilmunya kepada orang-orang
Abbasiyah. Pada masa Khalifah Al-Mansur telah dibangun kota Baghdad yang
berbentuk bundar di tengahnya dibangun istana Al-Qasr Az-Zahabi dan
masjid Al-Manshur yang melambangkan kemegahan dan keindahan kota
Baghdad.
Diantara bidang seni dan budaya yang berkembang ialah:

1. Arsitektur.
Khalifah Abbasiyah sangat menyukai seni arsitektur untuk keperluan
membangun sebuah gedung, misalnya mesjid, istana, madrasah, perkantoran,
dan sebagainya. Mereka tidak segan-segan mendatangkan arsitek dari luar
Abbasiyah.
Perkembangan kebudayaan pada masa Dinasti Abbasiyah juga tercermin pada
beberapa peninggalan bangunadin-bangunan bersejarah, seperti masjid.
Beberapa masjid yang dibangun da masa Dinasti Abbasiyah adalah:
a. Masjid Jami’ Al-Mansur
b. Masjid Raya Ar-Risyalah
c. Masjid Jami’ Qasr Al-Khilafah
d. Masjid Qati’ah Umm Ja’far
e. Masjid Kufah
f. Masjid Raya Samarra
g. Masjid Agung Isfahan
h. Masjid Talkhatan Baba
i. Masjid Alauddin Kaikobat
2. Seni tata kota.
Istana emas yang berada di tengah kota Baghdad, yang melambangkan
kemegahan dan keindahan kota Baghdad. Seni bangunan berkembang juga
membuat kota Bagdad menjadi kota metropolitan yang megah dan indah.
Keindahannya mengagumkan dunia, sehingga dijuluki Alful Lailah Wal Lailah
(Seribu satu malam), dan juga dibangun kota satelit sebagai penyangga kota
Bagdad.
a. Kota Samara.
Dibangun pada masa khalifah Al-Muhtasim Billlah. Samara termasuk kota
yang dibangun dengan nilai seni dan tata kota yang tinggi.
b. Seni sastra
Pada masa Abbasiyah, dunia sastra mengalami kemajuan. Kota baghdad
dikenal sebagai pusat sastrawan dan penyair. Diantara penyair dan sastrawan
yang terkenal:
1) Abu Atahiyah
2) Abu Nawas
3) Abu Tamam
4) Al-Buhtury
5) Al-Mutanabbi
c. Seni suara dan seni musik.
Seni suara dan musik juga mengalami kemajuan. Pada umumnya khalifah
Abbasiyah menyukai musik dan lagu yang diciptakan oleh para tokoh
terkenal, seperti:
1) Al-Farabi
2) Az-Zuman
3) Az-Zalah
Dan khalifah Hakam II, yang pernah menciptakan alat musik tiup yang diberi
nama BUQ.
BAB I
PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA
Standar Kompetensi : Memahami Perkembangan Islam di Indonesia
Kompetensi Dasar : 1.1 Menceritakan sejarah masuknya Islam di
Nusantara
Indikator :
1. Menjelaskan proses masuknya Islam ke Indonesia
2. Menjelaskan cara penyebaran Islam di Indonesia
a. Perdagangan
b. Sosial / Perkawinan
c. Pengajaran / Pendidikan
d. Tasawuf
e. Kesenian
3. Menjelaskan Perkembangan Islam di Indonesia
4. Menyebutkan daerah-daerah yang pertama kedatangan agama Islam

Bahan Ajar
A. Masuknya Islam ke Indonesia
Berdasarkan bukti-bukti yang ada, Islam pertama kali masuk ke Indonesia
pada abad ke VII Masehi atau abad ke I Hijriyah. Masuknya Islam ke
Indonesia dari Arab melalui dua jalur, yaitu:
1. Jalur Utara, dengan rute :
Arab (Mekah dan Medinah) – Damaskus – Bagdad - Gujarat (pantai Barat
India) – Srilangka - Indonesia.
2. Jalur Selatan, dengan rute :
Arab ( Mekah dan Medinah ) – Yaman - Gujarat (pantai barat India) - Srilangka
– Indonesia.

Pada awal abad VII M, Nabi Muhammad diutus Allah pada masa-masa sulit,
tetapi agama Islam tetap berkembang dengan pesat. Bangsa Arab adalah
pemeluk pertama agama yang suci itu, karena agama Islam diturunkan di
tengah-tengah mereka.
Didorong oleh panggilan agamanya, setiap pemeluk Islam selalu
terpanggil untuk menyebarkan agama di mana dan kapanpun mereka berada.
Demikian pula yang dialami dan yang dilakukan oleh para pedagang Muslim
Arab.
Seiring dengan itu, agama Islam menyuruh setiap pemeluknya untuk
menyampaikan dakwah walaupun yang diketahui “satu ayat”, Nabi bersabda :

Artinya sampaikanlah ajaran-ajaranku walaupun hanya satu ayat.


Semangat inilah yang membangkitkan rasa tanggung jawab bagi setiap
muslim untuk berdakwah.
Seiring dengan turunnya agama Islam pada abad ke-7 M, lalu lintas
perdagangan Internasional sangat meningkat. Perdagangan Internasional ini
melibatkan berbagai bangsa di dunia, termasuk bangsa Arab, Persia, India,
Cina dan bangsa lainnya. Bangsa Arab dan Persia yang pergi berdagang ke
India menyebarkan Islam di India, selanjutnya bangsa Arab, Persia dan India
yang berdagang ke Indonesia juga menyebarkan Islam di Indonesia.
Jadi dengan demikian jelaslah, bahwa pembawa Islam pada tahap awal ke
Indonesia adalah Para pedagang muslim Arab, Persia dan India yang sekaligus
juga bertindak sebagai mubalig.
Pendapat lain yang mendukung bahwa kedatangan agama Islam
pertama kali di Indonesia pada abad pertama Hijriyah atau sekitar abad ke-7
M adalah :
1. Catatan Sejarah Kerajaan Cina
Menurut catatan ini, pada
zaman Dinasti Tang terdapat rencana orang-orang Ta-shih untuk menyerang
kerajaan Holing yang diperintah oleh Ratu Sima (674) M.
Ta-shih dalam berita itu ditafsirkan sebagai orang-orang Arab.
2. Berita Chou Ku-Fei (1178 M)
Menurut berita ini, di daerah Indonesia saat itu terdapat dua tempat yang
menjadi komunitas orang Ta-shih, yaitu Fo-lo-an di Sumatera Selatan. Wilayah
ini merupakan wilayah kekuasaan kerajaan Sriwijaya. Fo-lo-an sekarang lebih
dikenal sebagai Kuala Brag, Tremggano Malaysia.
3. Bertia Jepang (784 M)
Berita ini menceritakan perjalanan pendeta Kanshin ke Indonesia. Dalam
berita tersebut dikemukakan bahwa pada masa itu di Kanton terdapat kapal-
kapal Po-sse dan Ta-Shih K-uo. Oleh para ahli, istilah Po-sse ditafsirkan
sebagai bangsa Melayu, sedangkan Ta-shih ditafsirkan sebagai orang-orang
Arab dan Persia.
Pendapat lain menyatakan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad
ke-13 M. Pendapat ini didasarkan pada munculnya Kerajaan Samudera Pasai
yang bercorak Islam, pada abad ke-13 M. Pendapat ini diperkuat oleh bukti-
bukti sebagai berikut :
1. Catatan Perjalanan Marcopolo (1292 M)
Catatan ini mengisahkan perjalanan Marcopolo ke Sumatera bagian Utara.
Pada saat itu. Marcopolo sempat singgah di Kerajaan Islam Samudera Pasai
dalam perjalanannya kembali ke Eropa dari Cina.
2. Berita Ibn Battutah
Berita Ibn Battutah pada abad ke-13 M serta batu nisan Sultan Malik As-
Shaleh ditemukan di Sumatera Utara dan berangka tahun 676 H (1297 M).
Sultan Malik as-Shaleh dikenal sebagai seorang raja di Kerajaan Samudera
Pasai.
B. Cara Penyebaran Islam Di Indonesia
Tidak diragukan lagi bahwa pada umumnya Islam masuk ke Indonesia
ini melalui jalan damai dan berangsur-angsur. Akan tetapi adakalanya
penyebaran harus diwarnai dengan cara-cara penaklukan. Hal itu terjadi jika
situasi politik di kerajaan-kerajaan itu mengalami kekacauan akibat perebutan
kekuasaan.
Secara garis besar cara masuknya atau penyebaran Islam di Indonesia adalah
melalui:
1. Perdagangan
Sejak abad ke VII M hingga abad ke XVI M, pedagang muslim dari Arab,
Persia dan India atau pedagang manca negara yang datang ke Indonesia telah
ikut ambil bagian dalam kegiatan perdagangan.
Pedagang muslim yang berdagang ke Indonesia makin lama makin
banyak sehingga akhirnya membentuk pemukiman yang disebut Pekojan. Dari
tempat ini mereka berinteraksi dan berasimilasi dengan masyarakat asli
seraya menyebarkan agama Islam.
2. Perkawinan
Para pedagang muslim yang datang ke Indonesia banyak yang menikah
dengan wanita pribumi. Sebelum perkawinan berlangsung wanita-wanita
pribumi yang belum beragama Islam diminta mengucapkan syahadat sebagai
tanda menerima Islam sebagai agamanya. Melalui proses/interaksi-interaksi
seperti itulah penduduk pribumi lambat laun mengenal nilai-nilai dan ajaran
Islam.
Kemudian juga melalui interaksi-interaksi itu pada gilirannya keluarga
muslim itu berkembang menjadi perkampungan muslim lalu lebih luas lagi
menjadi masyarakat muslim. Masyarakat muslim inilah yang dikemudian hari
merintis terbentuknya kerajaan Islam.
3. Pendidikan
Pengenalan dan penyebaran ajaran Islam melalui pendidikan dilakukan
setelah terbentuknya masyarakat muslim pribumi. Pendidikan
diselenggarakan oleh para guru agama, kiai dan ulama.
Mereka memberikan pendidikan berawal dari rumah, masjid dan
mushalla, setelah itu mereka mendirikan Madrasah dan Pondok Pesantren
untuk mendidik anak-anak dan para remaja yang tertarik untuk menjadi
santri. Pesantren ini terbuka bagi siapapun dan dari daerah lain. Semakin
terkenal kiai yang mengajar di sebuah pesantren itu, semakin besar pula
pengaruh pesantren tersebut di tengah masyarakat. Setelah selesai pendidikan
mereka kembali ke kampung halaman masing-masing dan ada yang pergi ke
tempat-tempat lain, di sana para santri berdakwah dan mengajarkan Islam.
Kegiatan seperti itu turut memperluas pengaruh Islam ke berbagai penjuru
Indonesia.
4. Tasawuf
Cara penyebaran Islam yang lain adalah melalui Tasawuf. Tasawuf adalah
ajaran atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ajaran ini
memudahkan orang yang telah mempunyai dasar ketuhanan lain untuk
mengerti dan menerima ajaran Islam.
Ajaran Tasawuf ini banyak dijumpai dalam cerita-cerita babad dan dan
hikayat masyarakat setempat. Beberapa tokoh penyebar tasawuf yang terkenal
adalah Hamzah Fansuri, Syamsudin, Syeh Abdul Samad dan Nuruddin ar-
Raniri.
5. Kesenian
Penyebaran agama Islam di Indonesia terlihat pula dalam kesenian Islam,
seperti peninggalan seni bangunan, seni pahat, seni musik dan seni sastra.
Hasil-hasil seni ini dapat pula dilihat pada bangunan masjid-masjid kono di
Aceh, Demak, Cirebon dan Banten.

C. Perkembangan Islam Di Indonesia


Masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia adalah peranan para
pedagang, khususnya para pedagang Islam dari Arab, Persia dan
Gujarat/India. Mereka datang ke daerah-daerah di Indonesia untuk berdagang
sekaligus menyebarkan agama Islam. Dari interaksi yang terjadi antara para
pedagang muslim dengan penduduk setempat, agama Islam kemudian
berkembang sampai berdirinya sebuah kerajaan.
Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia. Pada
saat itu, Pasai menjadi pusat perdagangan yang banyak disinggahi para
pedagang dari berbagai negara, termasuk para pedagang Islam dari Gujarat
dan Persia. Demikian pula para pedagang dari berbagai daerah di Indonesia
seperti para pedagang Jawa. Dari interaksi para pedagang Islam dengan orang
jawa, Islam juga berkembang di Pulau Jawa.
Perkembangan Islam di Pulau Jawa terjadi sangat cepat, seiring dengan
semakin lemahnya Kerajaan Majapahit. Komunitas muslim di Jawa kemudian
mendirikan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa, yakni Kerajaan Demak.
Dalam perkembangannya Kerajaan Demak tumbuh menjadi pusat penyebaran
agama Islam ke berbagai daerah di Indonesia.
Beberapa faktor yang menyebabkan Islam mudah diterima oleh rakyat
Indonesia dan berkembang dengan cepat adalah :
1. Syarat-syarat masuk agama Islam sangat mudah. Seseorang telah
dianggap masuk Islam bila ia telah mengucapkan dua kalimat syahadat.
2. Dalam ajaran Islam tidak mengenal adanya kasta-kasta dan menganggap
semua manusia mempunyai kedudukan yang sama di hadapan Allah.
Kemuliaan seseorang tidak ditentukan oleh kaya, miskinnya, pangkat dan
jabatannya, tetapi oleh nilai ketaqwaannya kepada Allah.
3. Upacara-upacara keagamaan dalam ajaran Islam sangat sederhana dan
tidak harus mengeluarkan banyak biaya.
4. Agama Islam yang menyebar di Indonesia disesuaikan dengan adat dan
tradisi bangsa Indonesia dan dalam penyebarannya dilakukan dengan damai
tanpa kekerasan.
5. Sifat bangsa Indonesia yang ramah tamah memberi peluang untuk
bergaul lebih erat dengan bangsa lain. Di dalam pergaulan yang erat itu
kemudian terjadi saling mempengaruhi dan saling pengertian.
Faktor-faktor tersebut di atas didukung pula dengan semangat para penganut
Islam untuk terus menyebarkan agama yang telah dianutnya. Bagi penganut
Islam, menyebarkan agama Islan dalah sebuah kewajiban.
Perkembangan Islam di beberapa wilayah Indonesia sekitar abad ke-12 sampai
abad ke-16 adalah sebagai berikut :
1. Pulau Sumatera
Pada abad ke-7 M daerah Sumatera bagian Utara adalah pusat perdagangan
rempah-rempah yang sangat ramai. Pedagang-pedagang dari Arab banyak
berlabuh di daerah tersebut. Letak pelabuhan yang berada di ujung Utara
Pulau Sumatera, menyebabkan daerah ini menjadi tempat yang strategis
untuk menunggu datangnya angin musim dari Timur Laut yang menuju ke
Barat. Dalam masa penantian musim tersebut, pedagang muslim Arab
memanfaatkan dengan bermacam aktifitas di antaranya yaitu menyebarkan
Islam.
Di Sumatera bagian Selatan, Kemunduran Kerajaan Budha Sriwijaya pada
abad ke-13 M, dimanfaatkan oleh Kerajaan Islam Samudera Pasai untuk
muncul sebagai satukekuatan baru.
2. Pulau Jawa
Penyebaran agama Islam di Pulau Jawa diperkirakan berasal dari Malaka.
Namun, kapan tepatnya tidak diketahui dengan pasti. Bukti tertua tentang
agama Islam di Pulau Jawa berasal dari batu nisan Fatimah Binti Maimun di
Leran Gresik, yang berangka tahun 1082 M. Namun hal ini belum berarti
bahwa saat itu Islam sudah masuk di daerah Jawa Timur. Setelah akhir abad
ke-13 M, bukti-bukti islamisasi sudah banyak ditemukan di Pulau Jawa.Hal
ini dapat dilihat dari penemuan beberapa batu nisan bercorak Islam di
Troloyo, Trowulan dan Gresik. Dalam berita Ma-huan (1416) terdapat
keterangan tentang adanya orang-orang muslim yang tinggal di kota
pelabuhan Gresik. Hal ini membuktikan bahwa komunitas masyarakat
muslim mulai berkembang baik di Jawa Timur, terutama di kota-kota
pelabuhan.
Pada waktu Kerajaan Majapahit mengalami masa kemunduran, di awal abad
ke-15 M, kota-kota pelabuhan seperti Tuban dan Gresik muncul sebagai pusat
penyebaran agama Islam. Dari kedua kota ini pengaruh agama Islam
menyebar ke kota-kota pelabuhan lain seperti Demak, bahkan sampai ke
pelabuhan Maluku. Dari Demak pengaruh Islam menyebar ke kota-kota
pelabuhan yang merupakan daerah perdagangan yang sangat ramai seperti
Cirebon, Sunda Kelapa dan Banten.
3. Pulau Sulawesi
Penyebaran agama Islam di Pulau Sulawesi, terutama bagian Selatan
diperkirakan terjadi pada abad ke-16 M. Di daerah ini proses islamisasi terjadi
melalui konversi pusat kekuasaan (istana/keraton). Konversi agama
dijalankan dengan pusat kekuasaan yang telah ada.

D. Daerah-daerah Yang Pertama Kali Kedatangan Islam


Dari catatan dan bukti sejarah yang ada, diketahui bahwa Islam pertama
kali datang ke Indonesia bukan pada suatu daerah tertentu dan pada waktu
yang bersamaan, melainkan tersebar pada beberapa daerah dan waktu yang
berbeda.
Selama abad VII – XII, daerah-daerah yang sudah kedatangan Islam adalah :

1. Kota-kota Pelabuhan Selat Malaka, di antaranya daerah pantai Aceh


bagian Utara yang bernama Pasai. Pada abad VII Pasai merupakan kota
pelabuhan internasional. Di sini para pedagang bisa singgah dalam
perjalanannya dari India ke Tiongkok dan sebaliknya. Di antara para pedagang
itu ialah para saudagar muslim dari Arab dan Gujarat.
2. Pantai Barat Pulau Sumatera, telah ditemukan bukti bahwa pada abad
VII, di pantai Barat pulau Sumatera terdapat beberapa perkampungan kecil
tempat bermukim orang Arab Muslim. Di Pantai Barus (daerah Tapanuli)
ditemukan makam seorang Syeikh, yaitu Syeikh Mukaiddin, yang menurut
catatan wafat pada tahun 670 M. Semuanya itu menunjukkan ada orang
Islam.
3. Di Desa Leran (Jawa Timur), ditemukan makam seorang perempuan
muslimat bernama Fatimah binti Maimun, yang wafat pada tahun 1101 M. Ini
menunjukkan, bahwa pada abad XII telah terdapat masyarakat Islam di Jawa
Timur, walaupun baru berupa kelompok-kelompok kecil.
4. Jawa Barat, tercatat dalam sejarah bahwa raja Pajajaran bernama
Prabu Purwa, menyerahkan tahta kerajaan kepada adiknya bernama Prabu
Mundingsari. Prabu Purwa sendiri pergi mengembara ke India.
Dalam Pengembaraannya itu beliau bertemu dengan pedagang muslim
bangsa Arab. Beliau tertarik dengan agama Islam dan akhirnya dengan rela
hati ia masuk Islam. Pada tahun 1195 beliau menunaikan ibadah haji. Setelah
itu beliau dikenal dengan haji Purwa. Selanjutnya beliau kembali ke tanah air
untuk menyebarkan agama Islam di daerahnya. Jelaslah, bahwa setidak-
tidaknya pada abad XII Islam telah masuk ke Jawa Barat

Wali Songo

Penyebaran Islam di Jawa terkait erat dengan keberadaan


Walisongo. Walisongo dapat dikatakan sebagai jantung penyiaran Islam di
Jawa. Ajaran-ajaran mereka memiliki pengaruh yang besar. Pengaruh mereka
di kalangan masyarakat Jawa sedemikian besar, bahkan kadang kala
menyamai pengaruh seorang raja. Karenanya, masyarakat memberi mereka
gelar “sunan”. Kata ini berasal dari kata “susuhunan”, “yang dijunjung
tinggi/dijunjung di atas kepala”, gelar atau sebutan yang dipakai para raja.
Bagi sebagian besar masyarakat Jawa, Walisongo memiliki nilai kekeramatan
dan kemampuan-kemampuan diluar kelaziman. Walisongo merupakan
sembilan ulama yang merupakan pelopor dan pejuang penyiaran Islam di
Jawa pada abad ke-15 dan ke-16.
Keberhasilan Islamisasi Jawa merupakan hasil perjuangan dan kerja keras
Walisongo. Proses Islamisasi ini sebagian besar berjalan secara damai, nyaris
tanpa konflik baik politik maupun kultural. Walisongo menerapkan metode
dakwah yang akomodatif dan lentur, sehingga kehadiran mereka bisa diterima
dengan baik oleh masyarakat.
Untuk lebih jelasnya mengenai Walisongo berikut uraian singkat masing-
masing wali tersebut :

1) Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik


Dakwah Islam di Jawa dipandang sukses ketika dilakukan oleh
Maulana Malik Ibrahim. Pada akhir Abad ke-14 ia mendarat di pantai Jawa
Timur beserta beberapa orang kawannya untuk selanjutnya menetap di
Gresik.

Maulana Malik Ibahim ini tercatat sebagai


orang Islam pertama yang masuk ke Pulau Jawa. Oleh Karena itu, kedatangan
beliau dianggap sebagai permulaan masuknya Islam ke Pulau Jawa.
Maulana Malik Ibrahim memilih jalur Pendidikan sebagai media
dakwahnya. Pesantren merupakan bentuk pendidikan yang digagasnya.
Pendirian pesantren dimaksudkan untuk menampung dan menjawab
permasalahan-permasalahan sosial kegamaan serta menghimpun santri.
Sunan Gresik dianggap sebagai “Bapak Spritual Walisongo”. Maulana
Malik Ibrahim tetap tinggal di Gresik untuk menyiarkan ajaran Islam hingga
wafatnya pada tanggal 12 Rabiulawwal 822 H / 8 April 1419 M. Makamnya
terletak di Kampung Gapura Wetan, Gresik. Makamnya banyak diziarahi oleh
masyarakat hingga sekarang. Sunan Gresik dipandang sebagai penyiar Islam
pertama di Jawa.

2) Raden Rahmat atau Sunan Ampel


Sunan Ampel nama aslinya adalah Raden Rahmat. Ia lahir di
Campa tahun 1401 M, Raden Rahmat adalah putera dari Sunan Gresik dan ia
merupakan penerus perjuangan ayahnya dalam menyiarkan agama Islam di
Jawa.
Langkah awal Sunan Ampel membangun pesantren di Ampel Denta,
Surabaya. Melalui pesantrennya Sunan Ampel mendidik kader-kader da’i
yang kemudian dikirim ke seluruh Jawa. Murid-murid Sunan Ampel yang
terkenal antara lain : Raden Paku (Suna Giri), Raden Fatah (Sultan Demak),
Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan
Maulana Ishak (penyebar Islam di Blambangan)
Sunan Ampel Dikenal sebagai tokoh pencipta dan perencana
kerajaan Islam pertama di Jawa. Dialah yang mengukuhkan Raden Fatah
sebagai sultan pertama kesultanan Demak. Dari kesultanan inilah penyebaran
Islam ke seluruh wilayah Nusantara dilancarkan. Hal lain yang perlu
diketahui, Sunan Ampel bersama para wali telah mendirikan masjid Demak
tahun 1479 M.
Dalam dakwahnya, Sunan Ampel mengkhawatirkan penyimpangan
aqidah akibat tradisi masyarakat Jawa, seperti Kenduri, slametan dan sesaji
yang hidup di kalangan masyarakat, namun ia tetap toleransi dengan cara
memasukkan nilai-nilai ajaran Islam ke dalam tradisi-tradisi tersebut.
Sunan Ampel wafat tahun 1481 M makamnya bisa kita jumpai di Masjid
Ampel, Surabaya.
3) Maulana Makhdum Ibrahim atau Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putera dari Sunan Ampel, ia merupakan
sepupu dari Sunan Kalijaga dan cucu dari Maulana Malik Ibrahim.
Sekembalinya dari Pasai, Sunan Bonang mendirikan pesantren di daerah
Tuban dan santrinya berasal dari berbagai daerah di Tanah Air.
Sebagaimana corak perjuangan wali yang lain, Sunan Bonang juga
sangat memperhatikan tradisi dan budaya masyarakat. Pada saat itu,
masyarakat Jawa dikenal memiliki kegemaran terhadap seni pewayangan.
Karenanya Sunan Bonang memanfaatkan media wayang untuk
menyampaikan dakwahnya. Syair lagu gamelan ciptaan para wali dan Sunan
Bonang pada khususnya berisi tentang ajaran tauhid dan peribadatan. Salah
satu tembang ciptaan Sunan Bonang adalah tembang “durma”.
Setelah ayahnya wafat, ia bermusyawarah dengan para wali
untuk membahas kepemimpinan di pesantren milik ayahnya. Hasil
musyawarah para wali menunjuk Raden Fatah sebagai penerus kepemimpinan
di pesantren Ampel Denta. Sunan Bonang memberikan pendidikan Islam
secara mendalam kepada Raden Fatah (putera raja Majapahit). Pada masa
selanjutnya, Raden Fatah dinobatkan menjadi sultan pertama Kerajaan
Demak.
Sunan Bonang wafat tahun 1525 M dan dimakamkan di Tuban,
daerah yang menjadi basis perjuangan dakwahnya.
4) Raden Mas Syahid atau Sunan Kalijaga
Nama asli Sunan Kalijaga adalah Raden Mas Syahid, kadang juga
dijuluki Syekh Malaya, Lokajaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman.
Sebutan Kalijaga diyakini berasal dari rangkaian bahasa Arab qadi zaka yang
berarti “pelaksana” dan “membersihkan”. Oleh masyarakat Jawa kata
qadizaka sering disebut Kalijaga, yang berarti pemimpin atau pelaksana yang
menegakkan kebersihan atau kesucian.
Sunan Kalijaga dikenal sebagai seorang wali yang berjiwa besar,
berpandangan jauh, berpikiran tajam, intelek dan berasal dari suku Jawa asli.
Dalam melaksanakan dakwahnya, Sunan Kalijaga tidak menetap di suatu
daerah. Sistem dakwahnya intelek dan aktual. Banyak orang dari kalangan
bangsawan dan cendikiawan menaruh hormat dan simpati terhadapnya.
Dakwahnya dapat dan mudah diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.
Sunan Kalijaga dikenal pula sebagai arsitek sistem pemerintahan Jawa yaitu
kabupaten, yang pada masa kini telah diterapkan pula secara nasional.
Ketika para wali memutuskan untuk menggunakan pendekatan
kultural terhadap masyarakat, termasuk di antaranya wayang dan gamelan
sebagai media dakwah, orang yang paling berjasa dalam hal ini adalah Sunan
Kalijaga. Pendekatan kultural lain yang diunakan Sunan Kalijaga dalam
berdakwah adalah memasukkan unsur-unsur Islam dalam seni suara, seni
ukir, seni busana, seni pahat dan kesusasteraan.
Salah satu karyanya dalam seni batik yaitu yang bermotif burung.
Sunan Kalijaga wafat pada pertengahan abad ke-15 dan dimakamkan di desa
Kadilangu, Demak, Jawa Tengah.

5) Raden Paku atau Sunan Giri


Raden Paku adalah putra Maulana Ishak (murid sunan Ampel). Ia lahir
di Blambangan (Banyuwangi) pada tahun 1442 M. Sunan Giri menuntut ilmu
di Pesantren Ampel Denta milik Sunan Ampel. Di sini dia bertemu dengan
putera Sunan Ampel yang bernama Maulana Makdum Ibrahim (Sunan
Bonang).
Sunan Giri mendirikan sebuah pesantren di daerah Giri sebagai basis
dakwahnya. Ia dikenal sebagai seorang pendidik yang menerapkan metode
permainan yang bersifat agamis. Ia juga sangat berpengaruh besar dalam
pemerintahan kesultanan Demak. Berbagai masalah atau keputusan penting
selalu menanti pertimbangan Sunan Giri.
Sunan Giri wafat sekitar abad ke-16, dan makamnya bisa kita jumpai di Bukit
Giri, Gresik.

6) Raden Kosim atau Syarifuddin atau Sunan Drajat


Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel saudara Sunan Bonang
dan menantu Sunan Gunung Jati. Ia lahir di Ampel Denta kira-kira tahun
1470 M. Sunan Drajat dikenal juga dikenal dengan Sunan Sedayu karena ia
dimakamkan di Sedayu.
Ketika para wali memutuskan untuk mengadakan pendekatan kultural
terhadap masyarakat Jawa dalam menyiarkan agama Islam, Sunan Drajat
juga mempunyai andil. Ia menciptakan tembang Jawa yang sampai saat ini
masih banyak digemari masyarakat, yaitu tembang Pangkur dan Cariosi Jaka
Pertaka.
Hal yang membedakan dari para wali lainnya adalah kepekaannya
terhadap masalah-masalah sosial. Dalam dakwahnya, Ia lebih mengedepankan
tema-tema kepedulian sosial dan kegotongroyongan. Ia memberikan teladan
dengan memberi pertolongan kepada kaum yang lemah. Ia sangat memahami
bahwa menyantuni anak yatim dan fakir miskin merupakan sebuah kewajiban
yang sangat dianjurkan agama Islam.

7) Ja’far Sadiq atau Sunan Kudus


Sunan Kudus nama aslinya adalah Ja’far Sadiq, Ia adalah putra
pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah (adik Sunan Bonang). Sunan Ngudung
adalah putra Sultan di Mesir yang berkelana sampai ke Daerh Jawa.Sewaktu
kecil Sunan Kudus dipanggil Raden Undung dan juga dijuluki Raden Amir Haji
sebab ia pernah bertindak sebagai pemimpin jemaah haji.
Sunan Kudus adalah putra Raden Usman Haji yang menyiarkan
Islam di daerah Jipang Panolan, Blora, Jawa Tengah. Konon menurut
silsilahnya, Sunan Kudus masih keturunan Nabi Muhammad Saw.
Sunan Kudus terkenal karena keluasan ilmu agama Islammya dan
sebagai seorang pujangga. Karena keluasan ilmunya itu dia mendapat julukan
waliyyul ‘ilmi orang yang kuat ilmunya.
Dia menguasai ilmu-ilmu agama terutama fikih, usul fikih,
tauhid, hadis, tafsir serta logika. Ia menjalankan dakwahnya di daerah Kudus
dan sekitarnya, banyak santri dari berbagai pelosok Nusantara yang datang
kepadanya untuk memuntut ilmu.
Terdapat kisah yang menyebutkan bahwa Sunan Kudus pernah
belajar di Baitul Maqdis, Palestina. Ketika belajar di sana, ia berjasa
memberantas penyakit yang menelan banyak korban. Atas Jasanya, ia diberi
ijazah wilayah (daerah kekuasaan) di palestina. Sunan Kudus
mengharapkan hadiah tersebut dipindahkan ke Jawa. Oleh amir (penguasa
setempat), permintaan itu dikabulkan. Sekembalinya ke Jawa, ia mendirikan
sebuah masjid di daerah Loran pada tahun 1549 M. Masjid inilah yang
kemudian dikenal dengan nama Masjid Al-Aqsa atau Al-Manar. Oleh Sunan
Kudus, daerah sekitar masjid diganti pula namanya menjadi Kudus, yang
diambil dari nama sebuah kota di Palestina yaitu Al-Quds.
Sunan Kudus wafat di Kudus pada tahun 1550 M dan makamnya
berada di dalam komplek Masjid Menara Kudus.

8) Raden Umar Said atau Sunan Muria


Sunan Muria adalah putra dari Sunan Kalijaga. Nama aslinya
adalah Raden Umar Said atau Raden Said. Semasa kecil ia biasa dipanggil
Raden Prawoto. Ia lebih dikenal dengan nama Sunan Muria, sebab pusar
kegiatan dakwah ataupun makamnya terletak di Gunung Muria, yang berjarak
sekitar 18 kilometer sebelah utara kota Kudus. Ciri khas Sunan Muria dalam
menyiarkan Islam adalah menjadikan desa-desa terpencil sebagai medan
dakwah Islamnya. Ia banyak bergaul dengan rakyat jelata atau rakyat
kebanyakan dan memberikan kursus-kursus atau keterampilan kepada para
petani, pedagang, nelayan ataupun elemen masyarakat kecil lainnya.
Sunan Muria juga sering kali dijadikan sebagai penengah dalam konflik
internal di kesultanan Demak, karena dia mampu memecahkan berbagai
masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusinya itupun selalu dapat
diterima oleh semua pihak yang bersiteru. Dia juga ikut andil dalam pendirian
Masjid Demak. Menurut perkiraan, Sunan Muria wafat pada abad ke-16 dan
dimakankan di bukit Muria, Kudus.

9) Syarif Hidayatullah atau Fatahillah atau Sunan Gunung Jati


Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah atau Fatahillah atau
Falatehan, diperkirakan lahir sekitar tahun 1448 M. Ia adalah salah seorang
dari Walisongo yang banyak berjasa dalam menyebarkan Islam di pulau Jawa,
Khususnya di Jawa Barat. Ia dikenal sebagai pendiri kesultanan Cirebon dan
Banten. Dengan demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya walisongo
yang memimpin pemerintahan.
Syarif Hidayatullah belajar agama Islam sejak kecil dan mulai
mendalami ilmu agama secara intensif sejak berusia 14 tahun dari para ulama
Mesir. Dalam berdakwah ia menganut kecenderungan Timur Tengah yang
lugas. Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun infra struktur
berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah.
Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya
hanya untuk menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada
Pangeran Pasarean. Sunan Gunung Jati wafat tahun 1568 M dalam usia 120
tahun dan dimakamkan di daerah Gunung Sembung, Gunung Jati, Cirebon.

Tokoh Penyebar Islam di Pulau Sumatera


Proses penyebaran Islam di wilayah nusantara tidak dapat dilepaskan
dari peran aktif para ulama awal terkemuka. Melalui merekalah Islam dapat
diterima dengan baik dikalangan masyarakat Nusantara. Diakui secara umum
bahwa agama Islam pertama kali masuk ke Indonesia melalui Sumatera.
Selanjutnya, dari Sumatera penyiaran agama Islam berkembang ke pulau-
pulau lain di Nusantara. Ketika kekuatan Islam semakin melembaga,
berdirilah kerajaan-kerajaan Islam. Berkat dukungan kerajaan-kerajaan serta
upaya gigih dari para ulama, Islam sampai ke tanah Jawa.
Tokoh Islam di Sumatera
Proses Penyebaran Islam di Indonesia tidak terlepas dari peranan para tokoh
Islam di Sumatera. Mereka melakukan berbagai upaya untuk menjadikan
agama Islam sebagai anutan bangsa Indonesia
Di antara tokoh-tokoh yang berhasil mengembangkan Islam di Sumatera
adalah :
1. Hamzah Fansuri
Hamzah Fansuri dilahirkan di Fansur Aceh, beliau menuntut ilmu
sampai ke India, Persia, Mekah dan Medinah untuk mempelajari ilmu-ilmu
seperti Fiqih, Tauhid, Tasawuf, Sejarah dan Sastra Arab.
Setelah kembali ke Aceh, beliau mengajarkan ilmu-ilmunya di Pesantren
(Dayah) di Oboh Simpang kanan Singkel.
Di samping sebagai ulama, ia juga sebagai sastrawan. Hal ini dibuktikan
dengan beberapa hasil karyanya. Di antara hasil karyanya yang terkenal
adalah :
1) Risalah Tasawuf berbahasa Melayu
2) Puisi-puisi Filosofis dan Mistis bercorak Islam
3) Syair puisi empat baris dengan skema sajak a-a-a-a yang merupakan
perpaduan antara ruba’i Persia dengan Pantun Melayu
4) Asrarul Arifin (ilmu tafsir: penggunaan metode takwil)
2. Syamsuddin al-Sumaterani
Syamsuddin al-Sumaterani merupakan seorang ulama terkemuka di
Aceh dan Nusantara pada abad ke XVI M. Ia memiliki posisi penting di
Kerajaan Aceh Darussalam sehingga ia termasuk salah seorang tokoh \yang
diceritakan dalam buku Hikayat Aceh.

Dalam buku tersebut


diceritakan bahwa Syeh Syamsuddin al-Sumaterani pernah diminta oleh
Sultan Iskandar Muda untuk melakukan penyembelihan hewan qurban
selepas shalat Idul Adha di Masjid Baiturrahman.
Symsuddin al-Sumaterani memiliki pengaruh yang sangat besar dan
kuat di Aceh sehingga ia diberi jabatan-jabatan penting oleh Sultan Iskandar
Muda, di antaranya :
1) Syeh al-Islam ( gelar tertinggi untuk ulama, qadi, imam)
2) Penasehat Raja
3) Imam Kepala
4) Anggota tim perunding dan juru bicara Kerajaan Aceh Darussalam
Karya-karya Syamsuddin al-Sumaterani di antaranya adalah
1) Jauhar al-Haqaid
2) Risalah al-Baiyyin al-Mulahaza al-Muwahiddin wa al-Muhiddin fi Dzikr
Allah
3) Mir’ah al-Mukminin
4) Syarah Ruba’i Hamzah Fansuri
5) Syah Syair Ikan Tongkol
6) Nur al-Daqa’iq
7) Thariq al-Saliqin
8) Mir’ah al-Iman atau Kitab Bahr al-Nur
9) Kitab al-Harakat
10) Fi Dzikr Dairah Qad Qausayn aw Adna
3. Nuruddin al-Raniri
Nuruddin al-Raniri dilahirkan di Ranir (sekarang Render) Gujarat-
India. Ia lebih dikenal sebagai seorang ulama Melayu. Perkenalannya dengan
tokoh Indonesia dimulai ketika ia melanjutkan studi ke Haramain tahun 1030
H / 1620 M. Diperkirakan ia melakukan perjalanan pertama ke Melayu
(Sumatera) dan menetap disana antara tahun 1030H/1621 M. Pada masa
pemerintahan Sultan Iskandar Tsani al-Raniri diangkat sebagai Syekh al-
Islam. Nuruddin al-Raniri melakukan berbagai pembaharuan terhadap
pemikiran Islam di tanah Melayu,khususnya di Aceh. Termasuk memerangi
doktrin Wujudiyah yang diajarkan oleh Hamzah Fansuri dan Syamsuddin al-
Sumaterani. Hal ini Dilakukannya selama lebih kurang 7 tahun.
Karya karya yang dihasilkan oleh Nuruddin al-Raniri kebanyakan
berbicara soal Tasawuf, Fiqih, Qalam, Perbandingan Agama, Hadits dan
Sejarah. Diantara hasil karya beliau adalah :
1) Shiratul Mustaqiem.
2) Durratul Aqaid Bisyarahal Aqaid.
3) Tibyan fi Ma’rifatil Adyan.
4) Hidayatul Habib Fi Taghrib wat Tarhib.(kumpulan terjemahan Hadist
dalam bahasa Melayu).
Pada tahun 1054 H/1644 M Nuruddin al-Raniri kembali ketempat
kelahirannya di Ranir Gujarat.
4. Abdur Rauf Singkel.
Abdur Rauf Singkel dilahirkan di Singkel Aceh tahun 1024 H/1615 M,
nama aslinya Abdur Rauf al-Fansuri atau Abdur Rauf al-Singkili. Beliau
adalah orang yang pertama kali mengembangkan Tarekat Syattariyah di
Indonesia. Pada tahun 1640 M Abdur Rauf Singkel berangkat ke tanah Arab
dan menetap di Mekah untuk menambah pengetahuan agama. Ia berguru
kepada Ahmad Qusasi dan Ibrahim al-Qur’ani.
Setelah mendapat pengetahuan dan ijazah dari Ibramim al-Qur’ani ia
kembali ke Aceh tahun 1584 H/1661 M, ketika itu Aceh dikuasai oleh
Sultanah Syafiatuddin Tajul Alam.
Di Aceh, Abdur Rauf Singkel giat dalam berdakwah dan mempunyai
banyak murid, di antara muridnya adalah Burhanuddin Ulakan Pariaman
Sumatera Barat. Abdur Rauf Singkellah yang menghapuskan ajaran Salik
Buta. Ajaran Salik Buta yang dihapus adalah para Salik (Pengikut Tarekat)
yang tidak mau bertobat dibunuh.
Abdur Rauf Singkel memiliki lebih kurang 21 karya tulis yang
terdiri dari kitab tafsir, hadis, fikih dan tasawuf. Karyanya di bidang tafsir
antara lain Turjuman al-Mustafid (Terjemah Pemberi Faedah) merupakan kitab
tafsir pertama di Indonesia yang berbahasa Melayu. Kitab tafsir yang lain
karyanya adalah Mir’at at-Tullab fi Tahsil Ma’rifah Ahkam asy-Syar’iyyah li al-
Malik al-Wahab. Sedangkan karyanya di bidang tasawuf adalah ‘Umdat al-
Muhtajin (Tiang Orang yang Memerlukan), Kifayat al-Muhtajin (Pencukup Para
Pengemban Hajat), Daqa’iq al-Huruf (Detail Huruf), dan Bayan Tajalli
(Keterangan Tentang Tajalli).
Terkait dengan pemikiran Abdul Rauf Singkel mengenai wujud Allah
dalam beberapa tulisannya mengenai tasawuf terlihat bahwa Abdur Rauf
Singkel tidak setuju dengan tindakan pengkafiran oleh Nuruddin al-Raniri
terhadap pengikut Hamzah Fansuri dan Syamsudin al-Sumaterani yang
berpaham Wahdatul Wujud atau Wujudiyyah. Menurutnya, jika tuduhan
pengkafiran ini tidak benar orang yang menuduh dapat disebut kafir.
Pandangan Abdur Rauf Singkel terhadap Wahdatul Wujud atau
Wujudiyyah dinyatakan dalam buku Bayan Tajalli. Ia mengatakan bahwa
betapapun dekatnya seorang hamba terhadap Allah swt; pencipta dan
makhluk tetap mempunyai arti sendiri.
Abdur Rauf Singkel meninggal dan dimakamkan di Kuala (muara) Banda
Aceh, sehingga ia dikenal dengan nama Tengku Syiah Kuala. Nama ini
diabadikan pada perguruan tinggi yang didirikan di Banda Aceh tahun 1961
M, yaitu Universitas Syiah Kuala.
5. Syekh Abdussamad al Palimbani
Syekh Abdussamad al Palimbani lahir di Pelembang tahun 1116 H/1704
M, ayahnya berasal dari Yaman. Beliau pertama kali mendapat pendidikan di
Kedah (Semenanjung Malaka) dan Patani (Thailand) kemudian ia belajar ke
Timur Tengah.
Syekh Abdussamad sangat peduli terhadap perkembangan keagamaan
dan politik yang terjadi di Nusantara. Hal ini terlihat dari beberapa karya dan
juga himbauannya terhadap umat Islam untuk melakukan jihad fi sabilillah
menentang kekuatan penjajah Eropa. Karyanya tersebut adalah Nasihah al-
Muslimin wa Tazkiyarah al-Mukminin fi Fadla’ilil Jihad fi Sabililah (Nasehat
bagi kaum muslim dan peringatan bagi orang beriman tentang keutamaan
jihad di jalan Allah). Sampai akhir hayatnya Syeh Abdussamad menetap di
Haramain dan wafat tahun 1203 H/1789 M di usia 85 tahun.
6. Syeh Ahmad Khatib al-Minangkabawi
Syeh Ahmad Khatib al-Minangkabawi lahir di Bukittinggi Sumatera
Barat tahun 1276 H/1855 M. Ayahnya seorang jaksa di Padang sedangkan
ibunya adalah puteri Tuanku nan Renceh seorang ulama terkenal dari
kelompok Paderi. Beliau mendapat pendidikan awal di SR (Sekolah Rendah)
dan sekolah guru di Bukittinggi. Pada tahun 1876 M beliau melanjutkan
pendidikan ke Mekah sampai akhirnya memperoleh kedudukan yang tinggi
dalam mengajarkan agama. Selain itu ia juga diangkat menjadi Imam Besar
Masjidil Haram yang bermazhab Syafi’i.
Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi memberikan gagasan
pembaharuan Islam dengan menekankan pentingnya syariat dan menolak
tarekat. Terlihat dalam karyanya Izhar Zugalul Kadzibin, yang menolak praktek
tarikat Naqsabandiyah.
Dari murid-murid Syekh Ahmad Khatib di Mekah tercatat empat orang
ulama Melayu Indonesia yang kemudian hari menjadi penerus gagasan
pembaharuan di Minangkabau. Mereka adalah :
1) Syekh Thahir Jalaluddin al-Azhari (1869-1956 M)
2) Syekh Muhammad Jamil Djambek (1860-1947 M)
3) H. Karim Amrullah (1879-1945 M)
4) H. Abdullah Ahmad (1878-1933 M)
Syekh Ahmad Khatib meninggal di Mekah tahun 1334 H/ 1916 M dalam
usia 60 tahun.

Kerajaan Islam di Sulawesi

1. Kerajaan Islam Gowa dan Tallo


Kerajaan Islam Gowa dan Tallo adalah dua kerajaan yang terletak di
Sulawesi Selatan dan saling berhubungan baik. Berdiri pada tahun 1591 M,
Raja pertama Kerajaan Gowa yang masuk Islam adalah Karaeng Tonigallo
setelah menganut Islam ia mengganti namanya dengan Sultan Alauddin
Awwalul Islam (1591-1638 M). Pada tahun 1603 M kerajaan Islam Gowa
diproklamirkan sebagai kerajaan Islam Makassar.
Setelah Sultan Alauddin wafat tahun 1638 M, digantikan oleh anaknya
Hasanuddin. Nama kecil Hasanuddin adalah Mallombasi atau Muhammad
Bakir dan setelah dewasa bergelar Daeng Mattawang, sebagai anak raja Gowa
ia bergelar Karaeng Bontomangape. Setelah dinobatkan sebagai raja Makasar
ke 16 ia bergelar Sultan Hasanuddin (1653 – 1669).

Pada masa pemerintahannya ia berhasil


membawa kerajaan Gowa kepada puncak kejayaannya, sehingga Gowa
menjadi kerajaan Islam terbesar di Indonesia Bagian Timur.
Ketika Belanda berusaha memonopoli perdagangan rempah-rempah di
Indonesia Timur, ditentang habis-habisan oleh Sultan Hasanuddin.
Keberanian Sultan Hasanuddin untuk Menentang Belanda menyebabkan ia
dijuluki sebagai Ayam Jantan dari Timur. Melihat keadaan itu, membuat
Belanda marah dan melakukan penyerangan ke Gowa. Serangan itu dipimpin
oleh Cornelis Janszoon Speelman dan mendapat bantuan dari Aru Palaka
dengan pasukan Bugisnya.
Serangan ini menyebabkan Gowa mengalami kekalahan. Untuk mengikat
kekuatan atas kemenangan Belanda, diadakan perjanjian Bongaya pada
tanggal 18 November 1667 M.
Isi perjanjian :
1) VOC/Belanda berhak menguasai dan memonopoli perdagangan di
Makasar.
2) Sultan Hasanuddin harus mengakui kekuasaan VOC di Makasar.
3) Sultan Hasanuddin harus membayar seluruh biaya perang.
4) Aru Palaka ditetapkan menjadi raja
Pada tanggal 12 April 1668 M terjadi lagi peperangan antara Gowa
dengan VOC, peperangan lebih kurang satu tahun dan menyebabkab jatuhnya
benteng Sombaopu ke tangan Belanda. Setelah itu Sultan Hasanuddin
mengundurkan diri dan akhirnya wafat pada tanggal 12 Juni 1670 M.
Semenjak itu tak terdengar lagi cerita Kerajaan Islam Gowa.
Kerajaan Islam di Pulau Jawa

1. Kerajaan Islam Demak


Kerajaan Islam Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa,
didirikan oleh Raden Fatah atau yang dikenal dengan pangeran
Jimbun/Senopati Jimbun Ngabdurrahman. Pusat pemerintahannya terletak di
kota Demak, Semarang, Jawa Tengah. Pada mulanya Demak adalah sebagai
pusat pengajaran agama yang didirikan Raden Fatah. Ia mulai membuka
pesantren pada tahun 1475 M atas perintah Sunan Ampel, selanjutnya Demak
menjadi pusat perdagangan dan akhirnya menjadi Kerajaan Islam yang berdiri
sekitar tahun 1500 M. Raden Fatah wafat tahun 1518 M, digantikan oleh
putranya Adipati Unus/Pati Unus(1518-1521 M), yang bergelar adalah
Pangeran Sebrang Lor artinya seorang pangeran yang menyeberang ke sebelah
Utara.

Adipati Unus wafat tahun 1421 M. Ia


digantikan oleh Sultan Trenggono (1521-1546 M). Pada masa pemerintahan
Sultan Trenggono, Kerajaan Islam Demak mencapai puncak kejayaan. Pada
waktu itu datang seorang mubaligh dari Samudera Pasai bernama Fatahillah
atau Fadilah Khan. Di Demak Fatahillah menjadi guru agama di lingkungan
istana, sebagai penasehat Sultan dan panglima tentara Demak. Kemudian
Fatahillah dikawinkan dengan adik Sultan Trenggono yaitu Nyai Ratu
Pembayun.
Pada tahun 1526 M Sultan Trenggono menyiapkan tentaranya untuk
menyerang Banten dan Sunda Kelapa dibawah pimpinan Fatahillah. Dalam
perjalanannya, tentara Demak singgah di Cirebon. Di situ Fatahillah bertemu
dengan Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah), menantunya sendiri.
Dalam kesempatan itu Fatahillah mendapat bantuan tentara sehingga
pasukan Demak berjumlah 1967 personel dengan persenjataan yang lengkap.
Tahun 1526 M pelabuhan Banten dapat ditundukkan oleh Fatahillah,
selanjutnya satu tahun kemudian menyerang Sunda Kelapa dan ditaklukkan
pada 22 Juni 1527 M. Selanjutnya Sunda Kelapa berganti nama menjadi
Jayakarta.Penggantian nama tersebut diresmikan oleh Sunan Gunung Jati.
Usaha Perluasan wilayah Timur dilakukan Sultan Trenggono pada tahun
1546 M. Dalam serangan ke Jawa Timur itu Sultan Trenggono gugur, sehingga
pasukan kembali ke Demak. Dia digantikan oleh putranya bernama Sultan
Prawoto yang hanya memerintah kurang lebih satu tahun karena ia terbunuh
oleh Aria Penangsang.
Pada masa pemerintahan Sultan Trenggono penyebaran Islam
memperoleh perhatian besar. Masjid Demak yang dibangun Raden Fatah,
dipugar kembali oleh Sultan Trenggono. Pada masa ini hidup empat orang dari
Wali Songo, yaitu:
1) Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
2) Sunan Kudus (Syekh Ja’far Shadiq)
3) Sunan Kalijogo (Raden Mas Joko Sa’id)
4) Sunan Muria (Raden Prawoto) atau kadang-kadang disebut juga Raden
Umar Said.

2. Kerajaan Islam Pajang


Kesultanan Pajang merupakan pelanjut dari kesultanan Demak. Wilayah
Keraaan Pajang terletak di daerah Kertasura sekarang. Kerajaan ini
merupakan kerajaan Islam Pertama di Pedalaman Jawa. Usia kesultanan ini
tidak lama karena diambil alih oleh Kerajaan Mataram.
Sultan pertama dari kerajaan ini adalah Jaka Tingkir yang bergelar Sultan
Adiwijaya, menantu Sultan Trenggono. Ia diangkat oleh Sultan Trenggono
menjadi penguasa Pajang. Pada tahun 1546 M setelah Sultan Trenggono
meninggal, di Kerajaan Demak terjadi perebutan kekuasaan.
Jaka Tingkir yang telah menjadi penguasa di Pajang segera mengambil alih
kekuasaan karena pewaris tahta kerajaan bernama Sultan Prawoto tewas
dibunuh oleh Aria Penangsang. Setelah mengambil alih kekuasaan, Jaka
Tingkir meminta agar semua pusaka kerajaan dipindahkan ke Pajang.
Jaka Tingkir adalah seorang penguasa yang sangat berpengaruh masa itu.
Pada masanya, Islam berkembang dengan pesat, dia berusaha memperluas
wilayah ke pedalaman hingga ke arah Timur daerah Madiun. Setelah itu
secara berturut-turut menaklukkan Blora tahun 1554 M, Kediri tahun 1577 M
dan pada tahun 1581 M ia mendapat pengakuan sebagai raja Islam dari raja-
raja yang berkuasa di jawa Timur. Pada masanya terdapat pula perkembangan
peradaban Islam di Jawa, terutama sastra dan kesenian.
3. Kerajaan Islam Mataram
Awal pembentukan kerajaan Mataram adalah ketika Sultan Adiwijaya dari
Pajang meminta bantuan kepada Ki Gede Pamanahan untuk menghadapi
pemberontakan Aria Penangsang. Sebagai balas jasa sultan Hadiwijaya
memberinya hadiah daerah Mataram yang menurunkan raja-raja Islam
Mataram.
Pada tahun 1577 M Ki Pamanahan menempati istana barunya di Mataram.
Dia Digantikan oleh putranya, bernama Senopati tahun 1584 M dan
dikukuhkan oleh Sultan Pajang. Senopatilah yang dianggap sebagai Sultan
Mataram yang pertama.
Senopati berkeinginan menguasai semua kerajaan yang berada dibawah
pengaruh kerajaan Pajang. Hal itu tidak mendapat dukungan apalagi
pengakuan dari para raja di Jawa Timur yang merupakan kerajaan yang
berada di bawah kekuasaan Demak-Pajang.
Senopati meninggal dunia tahun 1601 M, digantikan oleh putranya Seda
Ing Krapyak yang berkuasa hingga tahun 1613 M, setelah itu digantikan oleh
puteranya Sultan Agung. Sultan Agung berusaha melanjutkan usaha ayahnya
untuk memperluas wilayah kekuasaan, termasuk menguasai wilayah Jawa
Timur secara keseluruhan. Pada masa ini terjadi kontak senjata pertama
dengan Belanda.

4. Kerajaan Islam Cirebon


Kesultanan Cirebon merupakan kerajaan Islam Pertama di Jawa
Barat dan didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Cirebon pada awal abad ke-16 M
merupakan sebuah daerah kecil di bawah kekuasaan Pakuan Pajajaran.
Orang yang berhasil memajukan Cirebon adalah Pangeran
Walangsungsang dan orang yang berhasi meningkatkan status Cirebon
menjadi kerajaan adalah Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati adalah
putera dari Nyai Rara Santang dengan Maulana Sultan Mahmud alias Syarif
Abdullah dari Bani Hasyim. Sunan Gunung Jati lahir pada tahun 1448 M dan
wafat tahun 1568 M dalam usia 120 tahun.
Dari Cirebon Sunan Gunung Jati menyebarkan Islam ke daerah-daerah
lain di Jawa Barat seperti Majalengka, Kuningan, kawali (Galuh), Sunda
Kelapa dan Banten. Pengembangan Islam dan perdagangan di wilayah Banten
dilakukan oleh Sunan Gunung Jati pada tahun 1525 M. Ketika ia kembali ke
Cirebon, Banten diserahkan kepada anaknya bernama Sultan Hasanuddin.
Sultan Hasanuddin inilah yang menurunkan raja-raja Banten. Pada tahun
1527 M Sunan Gunung Jati menyerang ke wilayah Sunda Kelapa dan dapat
dikuasai.
Sunan Gunung Jati wafat ia digantikan oleh Cicitnya bernama
Pangeran Ratu atau Panembahan Ratu. Panembahan Ratu Wafat tahun 1650
M, digantikan oleh putranya bernama Panembahan Girilayah.

5. Kerajaan Islam Banten


Kesultanan Banten didirikan oleh Sunan Gunung Jati pada tahun 1526 M
atas bantuan Fatahillah. Pada saat itu Fatahillah memimpin tentara Demak
dan Cirebon guna merebut wilayah Pajajaran dan penyebaran Islam di wilayah
Jawa Barat. Ketika akan kembali ke Cirebon, Banten diserahkan kepada
puteranya bernama Sultan Hasanudin.
Sultan Hasanudin memerintah pada tahun 1552-1570 M, mula-mula
Banten dalam kekuasaan kerajaan Islam Demak,tapi ketika di Demak terjadi
kekacauan, maka Sultan Hasanudin menyatakan Banten bebas dari
kekuasaan raja Demak. Pada masa Sultan Hasanudin terjadi penyebaran
Islam ke daerah Lampung dan juga terjadi hubungan persahabatan dengan
sultan Aceh yang menguasai Indrapura. Bahkan hubungan itu diperkuat
dengan pernikahan antara Sultan Hasanudin dengan puteri Indrapura.
Sultan Hasanudin Wafat tahun 1570 M, pemerintahan Kerajaan Banten
dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Maulana Yusuf. Ia memerintah pada
tahun 1570-1580 M. Pada tahun 1579 M Sultan Maulana Yusuf mulai
mengadakan penyebaran agama Islam ke wilayah Pajajaran.
Raja terakhir Pajajaran yang bernama Prabu Sedah meninggal dunia ketika
terjadi serangan tentara Banten yang dipimpin Sultan Maulana Yusuf. Dengan
meninggalnya Prabu Sedah ini maka berakhirlah kerajaan Hindu dan Budha
di Jawa Barat.
Sultan Maulana Yusuf meninggal tahun 1580 M dan digantikan oleh
puteranya yang bernama Maulana Muhammad. Ia memerintah pada tahun
1580-1596 M, ia bergelar Kanjeng Ratu Banten. Ia naik tahta sewaktu berusia
9 tahun, oleh karena itu, pemerintahan dijalankan oleh Mangkubumi yang
dibantu oleh Tuan Kadi Besar. Pada tahun 1596 M waktu berusia 25 tahun
Maulana Muhammad kembali memegang pemerintahan sendiri. Pada waktu
itu ia juga mengadakan serangan ke Kerajaan Islam Palembang yang
diperintah oleh Kiyai Gedeh Ing Soro sebagai Adipati yang setia kepada
kerajaan Islam Mataram. Dalam penyerangan itu Maulana Muhammad tewas
terbunuh.
Pengganti Maulana Muhammad adalah Puteranya yang bernama Abdul
Mufakhir. Karena masih bayi, maka pemerintahan dipegang oleh Mangkubumi
Ranamanggala. Ia menjadi Wali Banten tahun 1608-1624 M. Pada masa
Ranamanggala ini Banten mencapai kebesaran dan kejayaan.
Pada tahun 1624 M Ranamanggala Mangkat, sehingga keadaan setelah
itu menjadi lemah. Banten mulai bangkit lagi di waktu pemerintahan dipegang
oleh Abdul Fatah yang terkenal dengan sebutan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-
1682 M). Sultan Ageng Tirtayasa sangat anti Belanda, sikapnya ini didukung
oleh Syeikh Yusuf Al-Makassary, seorang ulama Makasar yang melarikan diri
ke Banten karena Makasar diserang Balanda pada tahun 1667 M. Tetapi sikap
ini tidak disetujui oleh anaknya Abdul Kahar yang terkenal dengan sebutan
Sultan Haji.
Perselisihan paham antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan anaknya
Sultan Haji dimanfaatkan oleh Belanda untuk menyerang Banten. Pada tahun
1681 M terjadi peperangan yang sangat hebat antara Sultan Ageng Tirtayasa
dengan Sultan Haji.
Dalam pertempuran itu Sultan Haji mendapat kemenangan karena dibantu
oleh Belanda. Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap Belanda tahun 1683 M dan
dibawa ke Batavia, kemudian ia meninggal tahun 1692 M dalam tahanan
Belanda.
Setelah itu, pemerintahan berada di tangan Sultan Haji yang pro Belanda.
Tapi Pemerintahan Sultan Haji tidak berkembang karena selalu diatur oleh
Belanda. Ketika Deandels menjadi Gubernur Jenderal Belanda di Indonesia
tahun 1808-1811 M, Kerajaan Islam Banten dihapuskan. Sejak itu kerajaan
Islam Banten tidak terdengar lagi dalam percaturan dunia Islam, khususnya
di Nusantara.

Kerajaan-kerajaan Islam di Sumatera

Seiring dengan perjalanan waktu, pemeluk agama Islam di Indonesia


makin bertambah. Selanjutnya mereka mulai mendirikan kerajaan-kerajaan
dan menerapkan sistem pemerintahan yang islami. Di wilayah Sumatera
pernah berdiri beberapa kerajaan Islam yang telah memainkan peran
pentingnya di dalam proses penyebaran dan pengembangan Islam di
Nusantara.
Kerajaan-kerajaan tersebut akan dijelaskan dalam uraian berikut ini.
1. Kerajaan Islam Samudera Pasai
Kerajaan Samudra Pasai terletak di pantai Timur Sumatera di Aceh
Utara. Ibu kota kerajaan Islam ini terletak di Pasai. Pada mulanya kerajaan ini
terdiri atas dua daerah yang berdiri sendiri yakni Samudrea dan Pasai. Kedua
daerah itu sudah dikenal oleh para pedagang jauh sebelum kedatangan agama
Islam, setelah Islam menguasai daerah tersebut namanya menjadi kerajaan
Islam Samudera Pasai.
Berdirinya kerajaan Islam Samudera Pasai pada tahun 1285 M mendapat
dukungan politis dari kerajaan Mamluk di Mesir. Hal itu ditandai dengan
datangnya utusan kerajaan Mamluk bernama Syeikh Ismail pada saat
penobatan Meurah Silu menjadi raja Islam pertama Kerajaan Islam Samudera
Pasai, Meurah Silu bergelar Malikus Saleh dan memerintah dari tahun 1285 –
1297 M. Ia menganut Mazhab Syafi’i sesuai dengan Sultan Mamluk di Mesir.
Dalam menjalankan pemerintahannya Malikus Saleh dibentu oleh Seri
Kaya dan Bawa Kaya. Keduanya itu diberi gelar Sidi Ali Khiatuddin dan Sidi
Ali Hasanuddin. Diceritakan pula bahwa pada masa pemerintahan Malikus
Saleh datang seorang alim dari Mesir bernama Faqir Muhammad yang
kedatangannya mengemban misi dakwah Islam.
Sultan Malikus Saleh meninggal dunia pada tahun 686 H/1297 M,
posisinya digantikan oleh anaknya yaitu Sultan Muhammad (1297-1326 M)./
Ia bergelar Sultan Malik al Dzahir I. Sultan Malik al Dzahir meninggal dunia
pada tahun 1326 M dan digantikan oleh putranya bernama Sultan Akhmad
Bahiam Syah (1326-1348 M) yang bergelar Sultan Malikuz Zhahir II. Data
mengenai perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai pemerintahan
Sultan Akhmad Bahiam Syah tercatat dengan baik oleh pengembara muslim
Maroko, Ibnu Batutah. Ketika ia berkunjung ke tempat itu pada tahun 1345
M. Menurut Ibnu Batutah, Sultan Samudera Pasai adalah seorang yang cakap,
gagah dan pemeluk Islam yang taat. Dia adalah orang yang menjunjung tinggi
agama dengan sungguh-sungguh. Ia berhasil mengislamkan penduduk di
daerah-daerah sekitarnya.
Setelah Sultan Akhmad
Bahiam Syah meninggal dunia, posisinya digantikan oleh putranya bernama
Zainal Abidin (1348- 1406 M). Pada waktu itu Zainal Abidin Masih kecil dan
pemerintahan dipegang oleh Pembesar Kerajaan. Keadaan demikian membuat
Samudera Pasai menjadi lemah. Keadaan itu diperparah lagi ketika Samudera
Pasai diserang oleh kerajaan Siam dengan kekuatan 4000 tentara. Dalam
Serangan itu Zainal Abidin ditawan dan baru bebas setelah ditebus dengan
dua ekor itik dari emas dan sebuah pisau emas.
Pada tahun 1377 M Kerajaan Samudera Pasai diserang oleh Kerajaan
Majapahit. Serangan itu dilancarkan karena Hayam Wuruk dari Majapahit
khawatir atas kemajuan Samudera Pasai, terutama kemajuan di bidang
perdagangan dan penyebaran agama Islam. Sebab hal itu akan
membahayakan posisi Majapahit dalam perdagangan dan kekuatan politik di
Nusantara.
Serangan Majapahit tak dapat ditahan oleh Samudera Pasai meskipun
telah mendapat bantuan dari kerajaan Siam. Dengan demikian Kerajaan
Samudera Pasai ditaklukkan kerajaan Majapahit. Meskipun begitu gerakan
dakwah Islam tidak terhambat bahkan berjalan baik. Hal itu disebabkan
karena letak pusat kekuasaan dengan daerah yang dikuasai sangat jauh
sehingga sulit melekukan kontrol atas wilayah kekuasaannya di luar Jawa.
Untuk memperkuat peran dan posisi kerajaan, terutama di jalur
perdagangan strategis di Selat Malaka, Kerajaan Samudera Pasai menjalin
hubungan politik dengan Malaka melalui perkawinan antara raja Parameswara
dengan puteri Zainal Abidin. Hubungan itu berdampak positif terhadap
mempercepat proses islamisasi.
Dalam Suatu situasi yang kurang menguntungkan, terjadi peperangan
antara Samudera Pasai dengan tentara Nuku pada tahun 1406 M. Dalam
pertempuran itu Zainal Abidin tewas. Setelah itu pemerintahan dipegang oleh
Haidar Bahiam Syah (1406-1417 M). Setelah Haidar meninggal, digantikan
oleh Nagor (1417-1419 M).
Setelah Nagor meninggal digantikan oleh Ahmad Permala (Raja Bahoy) dari
tahun (1419-1420 M).
Pada tahun 1420-1434 M Kerajaan Samudera Pasai diperintah
oleh Sultan Iskandar. Pada waktu itu terjalin hubungan dengan Tiongkok.
Dari Tiongkok datang seorang utusan yang bernama Cheng Ho. Dengan
adanya hubungan itu pemerintah Tiongkok memberi jaminan perlindungan
dan bantuan kepada Samudera Pasai apabila ada serangan dari manapun
datangnya. Untuk memperkuat hubungan diplomatik tersebut Sultan
Iskandar Melakukan kunjungan balasan ke Tiongkok dan ia meninggal di
sana.
Setelah Sultan Iskandar wafat, pusat perdagangan pindah ke Malaka
dan sejak saat itu Kerajaan Samudera Pasai tidak mempunyai kekuatan lagi,
baik dalam bidang politik maupun perdagangan, sehingga akhirnya Samudera
Pasai mengalami keruntuhan. Setelah itu tidak banyak data dan informasi
mengenai kelanjutan kerajaan ini.
Meskipun Kerajaan Samudera Pasai runtuh, namun kerajaan ini tetap
dikenal, karena telah banyak berjasa dalam pengembangan agama Islam di
Nusantara.
Raja-raja yang pernah memerintah kerajaan Islam Samudera Pasai
adalah:
1) Sultan Al Malikus Shaleh (1285-1297 M)
2) Sultan Muhammad (Al Malikuz Zhahir I) (1297-1326 M)
3) Sultan Akhmad Bahiam Syah (Al Malikuz Zhahir II) (1326-1348 M)
4) Sultan Zainal Abidin (1348-1406 M)
5) Sultan Haidar Bahiam Syah (1406-1417 M)
6) Sultan Nagor (1417-1419 M)
7) Sultan Akhmad Permala (1419-1420 M)
8) Sultan Iskandar (1420-1434 M)

2. Kerajaan Malaka
Kerajaan Malaka merupakan sebuah kerajaan Islam yang menguasai
daerah semenanjung Malaka dan Riau. Raja-raja yang memerintah Kerajaan
Malaka adalah sebagai berikut :
1) Iskandar Syah ( 1396 – 1414 M )
Iskandar Syah merupakan raja pertama Kerajaan Malaka. Nama aslinya
adalah Paramisora. Ia melarikan diri bersama pengikutnya dari Karajaan
Majapahit ke Semenanjung Malaya dan membangun kerajaan baru yang
kemudian diberi nama Malaka.
Kerajaan Islam Malaka merupakan kerajaan Islam ke dua setelah kerajaan
Samudera Pasai. Kerajaan ini berkembang menjadi kerajaan Islam terbesar
yang disegani oleh kerajaan-kerajaan lain di sekitarnya.
2) Muhammad Iskandar Syah ( 1414 – 1424 M )
Muhammad Iskandar Syah merupakan putera dari Iskandar Syah yang
naik tahta menggantikan ayahnya. Dalam kekuasaannya dia adalah
melanjutkan cita-cita ayahnya untuk memperluas wilayah kekuasaan
Kerajaan Malaka dan ia berhasil mengujasai wilayah semenanjung Malaya.
3) Sultan Muzafar Syah ( 1424 – 1458 M )
Sultan Muzafar Syah memerintah Kerajaan Malaka menggantikan
Muhammad Iskandar Syah. Setelah menguasai tahta kerajaan, Muzafar Syah
mempergunakan gelar Sultan yang merupakan gelar raja-raja dalam kerajaan
Islam.
Sumber sejarah menyebutkan bahwa pada masa kekuasaan Muzafar Syah
Kerajaan Malaka mendapat serangan dari Kerajaan Siam. Serangan itu dapat
digagalkan oleh Kerajaan Malaka. Keberhasilan itu selanjutnya makin
mengukuhkan kebesaran Kerajaan Malaka sebagai penguasa jalur pelayaran
Selat Malaka.
Pada masa pemerintahannya ia juga berhasil memperluas daerahnya
hingga ke Pahang, Indragiri dan Kampar.
4) Sultan Mansyur Syah ( 1458 – 1477 M )
Sultan Mansyur Syah adalah pengganti Sultan Muzafar Syah. Pada masa
pemerintahannya Malaka berhasil menguasai Kerajaan Siam, sehingga Malaka
dapat memperluas wilayah kekuasaannya dan mengukuhkan kebesarannya.
Kebijakan Sultan Mansyur Syah terhadap sesama kerajaan Islam, ia tidak
menyerang Kerajaan Samudera Pasai. Hal ini dilakukan untuk menjaga
hubungan dengan sesama kerajaan Islam.
5) Sultan Alauddin Syah ( 1477 – 1488 M )
Sultan Mansyur Syah wafat 1477 M, ia digantikan oleh puteranya Sultan
Alauddin Syah. Pada masa pemerintahannya perekonomian Malaka dalam
kondisi cukup stabil, perdagangan dan pelayaran di pelabuhann Malaka
masih ramai. Namun secara politis masa pemerintahan Sultan alauddin Syah
mengalami kemunduran karena banyak daerah taklukan yang melepaskan diri
dan banyaknya terjadi perang dan pemberontakan.
6) Sultan Mahmud Syah
Sultan Mahmud Syah menggantikan ayahnya Sultan Alauddin Syah. Pada
masa pemerintahan Sultan Mahmud Syah Malaka mengalami kemunduran
baik secara politik maupun ekonomi. Secara politik kekuasaan Malaka hanya
tinggal di daerah Semenanjung Malaka, sedang daerah yang lain sudah
melepaskan diri dan berdiri sendiri. Dalam kondisi seperti ini armada Portugis
tiba di Malaka di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque yang akhirnya
menguasai dan menaklukkan Malaka.
Secara ekonomi, peran Malaka diambil alih oleh kerajaan Banten yang
memiliki pelabuhan ditepi Selat Sunda . Hal ini terjadi karena armada Portugis
menguasai kerajaan Malaka dan mengenakan pajak yang tinggi bagi setiap
kapal yang masuk sejak tahun 1511 M.

3. Kerajaan Islam Aceh Darussalam


Kerajaan Islam Aceh Darussalam didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah
pada tahun 1513 M. Selama memerintah (1514-1530 M) dia berusaha
mempertahankan wilayah kekuasaannya terutama dari serangan bangsa
Portugis. Untuk memperkuat posisinya di dunia Islam Sultan Ali Mughayat
Syah menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara Arab. Kerajaan
Islam Aceh Darussalam melaksanakan pembangunan pada masa
pemerintahan Sultan Alauddin Riyat Syah (1537-1568 M) baik bidang
ekonomi, angkatan bersenjata, agama.
Sebagai Daerah Islam, Aceh segera menjalin hubungan persahabatan
dengan negeri-negeri Islam di India, Arab, Turki dan di kepulauan Indonesia
sendiri. Tujuannya adalah untuk memperkuat hubungan dan menjaga
persatuan sesama umat Islam. Hubungan itu tidak hanya dalam bidang
politik, tetapi juga dalam bidang ekonomi dan perdagangan.
Untuk membangun Angkatan Bersenjata, para ahli persenjataan dan
perkapalan didatangkan dari India, Arab dan Turki, sebab bangsa-bangsa
tersebut punya hubungan keagamaan dengan Aceh dan kemampuan mereka
dalam berperang tidak ada bandingannya ketika itu. Pemuda Aceh dididik dan
dilatih oleh tenaga ahli luar negeri dalam membuat kapal, senjata dan taktik
serta strategi berperang.
Setelah kuat, Aceh mulai melakukan ekspansinya ke wilayah pantai
Timur Sumatera, Pantai Barat semenanjung Malaya, Pantai Sumatera Barat
dan Pedalaman Sumatera Utara (Batak), meskipun tidak dapat dikuasai
sepenuhnya.
Selama masa pemerintahan kerajaan Islam Aceh, terdapat 14 orang
sultan, yaitu :
1) Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1530 M)
Sultan Ali Mughayat Syah adalah raja pertama dari kerajaan Aceh
Darussalam. Kekuasaan beliau meliputi batas sungai Rokan, dan beliau selalu
berusaha untuk mengusir bangsa Portugis dari Malaka.
2) Sultan Shalahuddin (1530-1537 M)
Sultan Salahuddin adalah pengganti Sultan Ali Mughayat Syah. Pada masa
pemerintahannya Kerajaan Aceh mengalami kemunduran, karena ia kurang
memperhatikan keadaan pemerintahan kerajaan.
3) Sultan Alauddin Riayat Syah (1537-1568 M)
Sultan Alauddin Riayat Syah merebut kekuasaan dari Sultan Shalahuddin
karena lemahnya pemerintahan Salahuddin.
Sultan Alauddin mengadakan perbaikan kondisi kerajaan dan melakukan
perluasan wilayah. Selain itu ia juga aktif melakukan dakwah Islam termasuk
ke pulau Jawa. Salah satu bentuk usaha dakwahnya adalah dengan mengirim
mubaligh ke pulau Jawa, diantaranya Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung
Jati yang dikirin ke Gresik Jawa Timur.
4) Sultan Ali Riayat Syah (1567-1575 M)
5) Sultan Muda (1575-1576 M)
6) Sultan Alauddin Mukmin Syah (1576) = 100 hari
7) Sultan Zainal Abidin (1576-1577 M)
8) Sultan Alauddin Mansur Syah (1577-1585 M)
9) Sultan Ali Riyat Syah Indrapura (raja Buyung) (91585-1588 M)
10) Sultan Riyat Syah (Zainal Abidin) (1588-1604 M)
11) Sultan Ali Riayat Syah (1604-1607 M)
12) Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M)
Pada masa Sultan Iskandar Muda Kerajaan Aceh mencapai puncak
kejayaannya dan mengalami perkembangan yang pesat. Kerajaan Aceh
berhasil menyaingi monopoli perdagangan Portugis di Malaka.
Wilayah kekuasaan Aceh pada masa Sultan Iskandar Muda sampai ke daerah-
daerah Semenanjung Malaya (Malaysia sekarang). Struktur pemerintahan
Aceh Darussalam pada saat itu terbagi menjadi dua wilayah yaitu kekuasaan
oleh kaum bangsawan dan kekuasaan oleh alim ulama. Dalam kekuasaan
kebangsawanan Aceh terbagi dalam daerah-daerah kehulubalangan yang
dikepalai oleh ulubalang.
13) Sultan Iskandar Tsani (Alauddin Mughayat Syah) (1636-1641 M)
Sultan Iskandar Tsani adalah menantu Sultan Iskandar Muda. Ia naik tahta
tahun 1636. Pada masa pemerintahannya Aceh mengalami kemunduran. Satu
persatu wilayah taklukan melepaskan diri, karena kebijakannya yang lebih
lunak dari Sultan Iskandar Muda.
14) Ratu Tajul Alam Syafiatuddin Syah (1641-1676 M)
Sultan Iskandar Tsani wafat tahun 1641, ia di gantikan oleh puteri Sultan
Iskandar Muda yang bergelar Sultanah Tajul Alam syafiatuddin Sah.

4. Kerajaan Islam Palembang


Agama Islam masuk ke Palembang (Sumatera Selatan) diperkirakan abad
ke-7 M/I H, karena Palembang sejak lama telah menjadi tempat persinggahan
para pedagang, baik yang akan pergi ke negeri Cina dan daerah Asia Timur
lainnya, maupun yang akan melewati jalur barat ke India dan Arab serta terus
ke Eropa.
Kerajaan Islam Palembang berdiri sekitar abad ke- 15 M. Palembang pada
awalnya adalah daerah taklukan kerajaan Majapahit. Pendiri Kerajaan Islam
Palembang adalah putra dari Prabu Brawijaya dengan Sri Kertabumi yang
bernama Raden Fatah.
Setelah Majapahit runtuh, Palembang berada dibawah lindungan Kerajaan
Islam Demak-Pajang, kemudian kerajaan Mataram selama 71 tahun. Penguasa
Demak yang pertama di Palembang adalah Pangeran Sedo Ing Lautan, ia
masih keturunan Raden Fatah. Pangeran Sedo Ing Lautan wafat di Jawa
waktu pulang ke Palembang setelah mengantarkan upeti ke Demak.
Ketika huru hara antara Demak dan Pajang terjadi, serombongan priyayi
berjumlah 24 orang meninggalkan tanah Jawa, kepala rombongan adalah
Kiyai Gedeh Ing Suro dan di Palembang lazim dikenal Kiyai Gedeh Ing Suro
Tuo. Ia adalah putra dari Pangeran Sedo Ing Lautan.
Kiyai Gedeh Ing Suro Tuo tidak mempunyai anak dan saudara
perempuannya Nyai Gedeh Ilir mempunyai seorang putra yang bernama Kiyai
Mas Anom Adipati Ing Suro, yang biasa disebut Kiyai Gedeh Ing Suro Mudo.

Penguasa Demak-Pajang di Palembang berjumlah 4 orang, yaitu :


1) Pangeran Sedo Ing Lautan (1547-1552 M)
2) Kiyai Gedeh Ing Suro Tuo (1552-1573 M)
3) Kiyai Gedeh Ing Suro Mudo (1573-1590 M)
4) Kiyai Mas Adipati (1590-1595 M)
Penguasa Mataram di Palembang berjumlah 6 orang, yaitu :
1) Pangeran Madi Ing Angkoso (1595-1630 M)
2) Pangeran Madi Ali (1629-1633 M)
3) Pangeran Sedo Ing Puro (1630-1639 M)
[ semua putera Kiyai Gedeh Ing Suro Mudo ]
4) Pangeran Sudo Ing Kenanyan (1639-1650 M)
5) Pangeran Sudo Ing Pasarean (1651-1652 M)
6) Pangeran Sudo Ing Rajek 1652-1659 M)
Dari Pangeran Sudo Ing Rejek kekuasaan beralih ke saudaranya Kiyai Mas
Endi. Pangeran Ario Kusumo Abdul Rahim inilah sultan pertama dari
kesultanan Palembang Darussalam, dengan gelar Sultan Susuhunan Abdul
Rahman Khalifatul Mukminin Sayyidul Imam. Dimulai sejak pemerintahan
Kiyai Mas Endi diberlakukan gelar putera baru.

Anda mungkin juga menyukai