Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam yang dibawa dan diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW memiliki
ajaran yang paling lengkap di antara agama-agama yang pernah diturunkan oleh
Allah SWT kepada umat manusia. Kelengkapan Islam ini dapat dilihat dari
sumber utamanya, Al-Quran, yang isinya mencakup keseluruhan isi wahyu
yang pernah diturunkan kepada para Nabi. Isi Al-Quran mencakup keseluruhan
aspek kehidupan manusia, baik yang mengatur aspek hubungan antara manusia
dengan Allah, manusia dengan dirinya sendiri, maupun manusia dengan
manusia lainnya. Semuanya diatur secara terperinci dalam islam.
Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat
Arab Jahiliyah, atau masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam
bidang agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh
dari ajaran agama tauhid, yang telah diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti
Nabi Adam a.s. Mereka umumnya beragama watsani atau agama penyembah
berhala. Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab Jahiliyah yang
menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan kaum Sabiin.
Pengangkatan Muhammad sebagai nabi atau rasul Allah SWT, terjadi pada
tanggal 17 Ramadan, 13 tahun sebelum hijrah (610 M) tatkala beliau sedang
bertahannus di Gua Hira, waktu itu beliau genap berusia 40 tahun. Muhammad
diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai dengan turunnya
Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama kali yakni Al-Quran
Surah Al-Alaq, 96: 1-5. Turunnya ayat Al-Quran pertama tersebut, dalam
sejarah Islam dinamakan Nuzul Al-Quran.
Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-Alaq: 1-5)
turun pula Surah Al-Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi
Muhammad berdakwah menyiarkan ajaran Islam kepada umat manusia. Sejarah
dakwah Rasulullah terbagi menjadi dua periode, yaitu masa dakwah di Makkah
dan di Madinah. Tujuan dakwah Rasulullah SAW adalah agar umat manusia
meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hukum, sehingga

1
menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan nabi Muhammad SAW dan
ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Semua umat Islam harus mendasari keislamannya dengan pengetahuan
agama (Islam) yang memadai, minimal sebagai bekal untuk menjalankan
fungsinya di muka bumi ini, baik sebagai khalifatullah (QS. al-Baqarah (2): 30)
maupun sebagai abdullah (QS. al-Dzariyat (51): 56). Demikian hal nya dengan
perawat muslim, yang bukan saja harus tahu dan paham tentang sejarah
pendidikan dan pembinaan umat di zaman Rasulullah tapi juga harus
menerapkannya dalam praktik keperawata untuk memaksimalkan tugas seorang
perawat dan meningkatkan derajat kesehatan umat manusia.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana strategi dakwah Rosulullah SAW dikota Makkah?
b. Bagaimana strategi dakwah Rosulullah SAW dikota Madinnah?
c. Bagaimana sifat teladan Rasulullah SAW dalam misi pembinaan umat?
d. Bagaimana penerapan dakwah Rasulullah dalam keperawatan?

1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Menjelaskan strategi pembinaan umat yang dilakukan oleh Rasulullah dan
bagaimana kontribusi peran perawat terhadapnya
b. Tujuan Khusus
1) Menjelaskan strategi dakwah Rosulullah SAW dikota Makkah
2) Menjelaskan strategi dakwah Rosulullah SAW dikota Madinnah
3) Menjelaskan sifat teladan Rasulullah SAW dalam misi pembinaan umat
4) Menjelaskan penerapan dakwah Rasulullah dalam keperawatan

1.4 Manfaat
a. Mahasiswa mampu memahami strategi dakwah Rosulullah SAW dikota
Makkah

2
b. Mahasiswa mampu memahami strategi dakwah Rosulullah SAW dikota
Madinnah
c. Mahasiswa mampu memahami sifat teladan Rasulullah SAW dalam misi
pembinaan umat
d. Mahasiswa mampu memahami penerapan dakwah Rasulullah dalam
keperawatan

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Strategi Dakwah Rasulullah SAW Periode Mekkah


Nabi Muhammad saw lahir di Mekkah tahun 571 Masehi. Beliau keturunan
keluarga bangsawan Arab, yaitu Bani Hasyim dari suku quraisy, suku yang
dipercayai memelihara Kabah yang dibangun Nabi Ibrahim dan anaknya
(Ismail). Ayah nabi bernama Abdullah, adalah anak bungsu dari Abdul
Muthalib. Abdullah meninggal dunia sebelum anaknya lahir. Sedang ibu nabi
(Aminah) meninggal enam tahun kemudian (Jamil Ahmad, 2000: 2).
Memasuki usia yang keempat puluh, di saat dia berkontemplasi di gua Hira,
tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, malaikat Jibril muncul dihadapannya,
menyampaikan wahyu Allah yang pertama (QS. 96: 1-5): Bacalah dengan
nama Tuhanmu yang telah mencipta. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu itu Maha Mulia. Dia telah mengajar
dengan qalam. Dia telah mengajar manusia apa yang tidak mereka ketahui.
Dengan turunnya perintah itu, mulailah Rasulullah saw melakukan dakwah
Islam. Langkah pertama yang dilakukan adalah berdakwah secara diam-diam
di lingkungan keluarga terdekat dan di kalangan rekan-rekannya. Hal ini dapat
dilihat dari firman Allah SWT dalam Surah Asy-Syuara ayat 214: dan
berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat.
Karena itulah, orang yang pertama kali menerima dakwahnya adalah keluarga
dan sahabat dekatnya, di antaranya: Khadijah (isteri), Ali bin Abi Thalib
(sepupu), Abu Bakar (sahabat), Zaid ( budak yang diangkat anak), Ummu
Aiman (pengasuh). Abu Bakar berhasil mengislamkan beberapa orang teman
dekatnya, seperti Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin
Auf, Saad bin Abi Waqqas, Thalhah bin Ubaidillah dan al-Arqam bin Abi al-
Arqam (Badri Yatim, 2008: 19).
Selama tiga tahun pertama sejak diutusnya Nabi Muhammad saw dakwah
dilakukan secara sembunyi-sembunyi, selanjutnya dakwah dilakukan dengan
terang-terangan secara lisan, misalnya memberi nasehat, memberi peringatan
dsb. Hal ini dituturkan dalam QS. Al-Hijr ayat 94: maka sampaikanlah

4
(Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik. Sejak turunnya ayat
ini, nabi mulai menyampaikan dakwah secara terbuka, sebuah langkah pertama
untuk memasukkan gagasan agama ke dalam aktualisasi social dan kehidupan
politik. Satu hal yang sangat penting adalah bahwasanya kelompok
pengikutnya yang pertama adalah kalangan migran, kalangan miskin, warga
kalan yang lemah, dan anak-anak dari kalangan klan kuat (Ali bin Abi Thalib),
dimana mereka merupakan kalangan yang paling kecewa terhadap pergeseran
moral dan social di Mekah, dan mereka membuktikan pesan-pesan Nabi
Muhammad saw sebagai sebuah alternative yang vital (Ira Lapidus, 1999: 34-
35).
Adapun metode yang dilakukan nabi dalam dakwah secara terang-terangan
adalah:
1. Mengundang Bani Abdul Muttalib ke rumahnya dan menjelaskan bahwa
dia telah diutus oleh Allah (A. Syalabi, 2003: 76), mendengar penjelasan
nabi, Abu Lahab marah sambil berkata: celakalah engkau! Apa untuk
inikah kami engkau panggil? (A. Syalabi, 2003: 76). Hal inilah yang
melatarbelakangi turunnya Surah Al-Lahab.
2. Undangan terbuka kepada seluruh masyarakat quraisy di bukit Shafa.
Nabi ingin melihat bagaimana pandangan masyarakat quraisy terhadap
kepribadian beliau. Masyarakat quraisy sepakat bahwa beliau adalah orang
yang tak pernah berdusta. Setelah itu beliau mengumumkan kenabiannya
(Wahyu Ilahi dan Harjani Hefni, 2007:50).
3. Muhammad saw memproklamirkan ke-Esa-an Tuhan dan mengajarkan
kesatuan dan persamaan antara manusia (Jamil Ahmad, 2000: 3).
4. Nabi mengadakan pertemuan khusus dengan orang-orang yang percaya
kepada beliau untuk aktivitas pembacaan (tilawah), pengajaran (talim),
dan pensucian (tazkiyah), di rumah Arqam bin Abil Arqam, dan
merupakan sekolah Islam yang pertama. Kelima, beberapa pengikut nabi
meninggalkan Mekah dan mencari perlindungan atau mengungsi ke
Ethiopia, sebuah negeri di seberang Laut Merah (Bernard, 2000: 79).

5
Setelah dakwah secara terang-terangan, pemimpin quraisy mulai berusaha
menghalangi dakwah Rasul. Semakin bertambah jumlah pengikut nabi,
semakin keras tantangan yang dilancarkan kaum quraisy. Menurut Ahmad
Syalabi (2003: 77-80), ada lima factor yang mendorong orang quraisy
menentang seruan itu:
1. Bersaingan berebut kekuasaan.
Mereka mengira tunduk kepada agama Muhammad berarti tunduk kepada
kekuasaan Bani Abdul Muttalib. Sedang suku-suku bangsa Arab selalu
bersaing untuk merebut kekuasaan dan pengaruh.
2. Penyamaan hak antara kasta bangsawan dan kasta hamba sahaya.
Bangsa Arab hidup berkasta-kasta. Tiap-tiap manusia digolongkan kepada
kasta yang tak boleh dilampauinya. Tetapi, seruan Nabi Muhammad
memberikan hak sama kepada manusia.
3. Takut dibangkit.
Agama Islam mengajarkan bahwa pada hari kiamat manusia akan
dibangkit dari kuburnya, dan bahwa semua perbuatan manusia akan
dihisab.
4. Taklid kepada nenek moyang.
Taklid kepada nenek moyang secara membabi buta, dan mengikuti
langkah-langkah mereka dalam soal-soal peribadatan dan pergaulan
adalah suatu kebiasaan yang berurat berakar pada bangsa Arab.
5. Memperniagakan patung.
Ini adalah satu sebab materi. Salah satu dari perusahaan orang Arab zaman
dahulu, ialah memahat patung yang menggambarkan al-Lata, al-Uzza,
Manah dan Hubal. Patung-patung itu mereka jual kepada Jemaah-jemaah
haji.

Kaum quraisy selalu berusaha untuk menumpas dan menindas agama


Islam dengan menempuh jalan apa saja (H. Munzier Suparta & Harjani Hefni,
2003: 48), salah satunya dengan memboikot Bani Hasyim. Isi piagam
pemboikotan tersebut antara lain: mereka memutuskan segala bentuk
hubungan dengan Bani Hasyim seperti pernikahan, silaturrahmi dan jual beli
(Badri Yatim, 2008: 23).

6
2.2 Substansi Dakwah Rasulullah Pada Periode Makkah
1. Memurnikan akidah
Nabi Muhammad SAW berusaha memurnikan akidah masyarakat
Arab khususnya penduduk Makkah. Adapun yang beliau murnikan adalah
ajaran Nabi Ibrahim yang telah diselewengkan. Akhirnya, setelah hampir 23
tahun beliau beserta pengikutnya dapat menaklukkan Makkah dan
menghancurkan berhala sembahan mereka melalui gerakan Futuh Makkah
(Penaklukkan Kota Makkah).
2. Menanamkan Kemuliaan Alkhlak
Rasulullah menyatakan bahwa dirinya diutus untuk
menyempurnakan akhlak manusia. Artinya, sebelum diutusnya Rasulullah
terjadi dekadensi (kerusakan) moral dalam berbagai bidang kehidupan. Hal
tersebut dibuktikan dengan banyaknya contoh perilaku tak bermoral, seperti
penguburan bayi perempuan hidup-hidup karena malu memiliki anak yang
tidak pandai berperang, perzinaan, mabuk-mabukan, dan perbudakan yang
merajalela.
3. Membebaskan Tirani terhadap Kaum lemah
Rasulullah diutus juga untuk membebaskan penindasan terhadap
kaum lemah, khususnya yang dilakukan para penguasa. Misalnya,
membebaskan eksploitasi budak belian yang hampir disamakan dengan
kepemilikan benda.
4. Membangun Kebudayaan yang Lebih beradab
Misi lain Rasulullah dalam berdakwah, yaitu untuk membangun
manusia berbudaya dan beradab. Berbudaya dan beradab maksudnya
kebudayaan atau peradaban yang dilandasi nilai-nilai luhur ilahiyyah
(ketuhanan). Budaya atau peradaban Islam yang dibangun Rasulullah
tersebut akhirnya mampu mengalahkan budaya jahiliyah yang sangat
eksploitatif. Akhirnya, bangsa Arab dengan Islamnya mampu mengubah
budaya dan peradaban dunia.

2.3 Strategi Perjuangan Dakwah Rasulullah SAW

7
Selama tahun-tahun pertama masa kenabian, Nabi Muhammad saw
mendapatkan sejumlah pengikut, mula-mula dari anggota keluarganya sendiri,
dan kemudian dari lingkungan masyarakat yang agak luas. Lambat laun,
gagasan-gagasan baru dan tindakan-tindakan baru yang mereka lakukan itu
menimbulkan kecurigaan dan mendapat perlawanan dari kalangan keluarga
yang terkemuka di Mekah. Mereka memandang Nabi Muhammad saw dan
ajaran yang disebarkannya sebagai ancaman terhadap kedudukan mereka
sendiri. Kaum quraisy melakukan tekanan-tekanan, dan bahkan penyiksaan
terhadap beberapa pengikut nabi yang baru masuk Islam (Bernard, 2000:79).
Hal inilah yang membuat nabi melakukan beberapa strategi, di antaranya:

1. Hijrah ke Habsyi
Pada tahun 615, tanda-tanda kongkrit bahwa Nabi Muhammad akan
menjadi pimpinan komunitas baru berdasarkan ajarannya, dan terlepas dari
komunitas Mekah lainnya. Bulan ketujuh tahun kelima kenabian
berangkatlah 11 orang laki-laki beserta 4 wanita. Kemudian rombongan
berikut menyusul hingga jumlah yang hijrah ke Habsyi mencapai 70 orang.
Di antaranya adalah Utsman bin Affan dan istrerinya (Ruqayyah puteri Nabi
Muhammad saw), Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Jafar bin
Abi Thalib, dan lain-lain. Mereka melakukan hijrah untuk
mengamankanagama yang baru mereka anut, bahkan bersedia melepaskan
keluarga dalam angka membentuk kehidupan bersama di sebuah negeri
asing. Ikatan keagamaan ni lebih kuat daripada ikatan darah. Dengan cara
demikian, agama baru tersebut mengancam tata kemasyarakatan yang lama
sekaligus menggantinya dengan tata kemasyarakatan yang baru (Rianawati,
2010: 33).
Kedatangan orang-orang Islam di Habsyi disambut dengan baik oleh
Raja Nejus. Bahkan ia memberikan perlindungan dan diizinkan untuk
melaksanakan ibadah Islam. Dia juga menolak permintaan suku quraisy
supaya mengembalikan orang-orang mukmin ke Mekah. Di saat pengikut
nabi hijrah ke Habsyi, dia tetap berada di Mekah untuk berdakwah. Dia
mendapat perlindungan dari Bani Hasyim. Bahkan dua orang okoh quraisy

8
masuk ke dalam Islam yakni Hamzah bin Abdul Muttalib dan Umar bin
Khattab.
Masuknya Umar ke dalam Islam, dimana awalnya dia adalah musuh
Islam yang sangat kuat. Diceritakan bahwa sewaktu Umar akan pergi
mencari Nabi untuk membunuhnya. Di tengah jalan dia berjumpa dengan
Naim bin Abdullah dan menanyakan tujuan kepergian Umar. Umar lalu
menceritakan tentang keputusannya membunuh nabi. Dengan mengejek
Naim mengatakan agar Umar lebih baik memperbaiki urusan rumah
tangganya lebih dahulu. Seketika itu juga Umar kembali ke rumah dan
mendapati iparnya sedang asyik membaca al-Quran. Umar marah dan
memukul sang ipar dengan ganas. Kejadian itu tidak membuat ipar dan
adiknya meninggalkan Islam. Sehingga Umar meminta dibacakan kembali
al-Quran tersebut. Kandungan arti dan alunan ayat-ayat Kitabullah ternyata
membuat Umar begitu terpesona, sehingga ia bergegas ke rumah nabi dan
langsung memeluk agama Islam.
2. Pergi Ke Thaif
Tahun kesepuluh kenabian dikenal dengan tahun duka bagi Nabi
Muhammad saw, sebab 2 orang yang sangat dicintainya telah meninggal
dunia, yaitu Siti Khadijah dan Abu Thalib. Kedua orang ini adalah pembela
dan pelindung yang sangat tabah, kuat dan disegani masyarakat Mekah.
Dengan meninggalnya Siti Khadijah dan Abu Thalib, orang-orang kafir
quraisy semakin berani mengganggu dan menyakiti Nabi Muhammad saw,
karena penderitaan yang dialami Nabi Muhammad saw semakin hebat,
maka ia berencana memperluas wilayah dakwahnya di luar Mekah seperti
ke Thaif. Beliau melakukan perjalanan ke Thaif ditemani oleh Zaid bin
Haritsah. Kepergiannya ke Thaif untuk menyebarkan Islam kepada
pembesar-pembesar dan kepala-kepala suku di tempat tersebut. Nabi
berharap dakwahnya diterima masyarakat Thaif, akan tetapi, harapan
tersebut tidak menjadi kenyataan, bahkan beliau diusir dan dihina dengan
cara-cara yang tidak manusiawi. Beliau diusir dan dilempari batu oleh para
pemuda Kota Thaif.

9
Mereka tidak mau mengambil resiko, karena mereka pasti akan
mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari masyarakat Mekah bila
menerima Islam sebagai agama baru mereka. Para pembesar Kota Thaif
menganggap Muhammad adalah orang gila yang terusir dari Mekah,
berdasarkan informasi yang mereka terima dari Abu Jahal, bahwa apa yang
diajarkan Muhammad adalah kebohongan besar yang akan menyesatkan
bangsa Arab.
3. Perjanjian Aqabah
Perjanjian Aqabah di awali dengan dakwah yang dilakukan Nabi
terhadap orang-orang Yastrib yang datang ke Mekah pada musim haji.
Sebagian mereka menerima seruan Nabi dan masuk ke dalam Islam.
Peristiwa ini merupakan titik terang dalam perjalanan dakwah nabi, karena
penerimaan masyarakat Yastrib terhadap misi yang disampaikannya
membuka lembaran baru dalam usaha beliau menyampaikan ajaran Islam.
Akhirnya terjadilah perjanjian Aqabah I pada tahun 621 dan setahun
kemudian diadakan perjanjian Aqabah II. Isi perjanjian tersebut, mereka
mengundang nabi dan para pengikutnya datang dan tinggal di kota mereka,
dan bahkan menjadikan nabi sebagai penengah dan juru damai dalam
pertikaian-pertikaian yang terjadi di antara mereka. Mereka juga
menyatakan kesanggupan membela nabi dan para pengikutnya dan
menyertai beliau pindah dari Mekah ke kota mereka, sebagaimana halnya
mereka membela warga mereka sendiri.
Dari perjanjian ini, nabi mengirimkan kira-kira 60 keluarga ke Yastrib
terlebih dahulu, kemudian nabi menyusul mereka ke Yastrib. Kepindahan
nabi dan para pengikutnya dari Kota Mekah ke Yastrib, dalam bahasa Arab
dikenal hijrah, yang secara harfiah berarti migrasi atau berpindah, peristiwa
ini sangat menentukan sejarah kerasulan Muhammad, bahkan penanggalan
hijriah diambil dari peristiwa ini. Kota Yastrib menjadi pusat keagamaan
dan komunitas muslim, nama Yastrib berubah menjadi al-madinah yang
berarti kota. Komunitas muslim disebut ummat yang berarti masyarakat
(Bernard Lewis, 2010: 80).

10
Di Mekah Muhammad merupakan pribadi biasa yang berjuang melawan
ketidakacuhan atau ketidakpedulian yang ada di lingkungannya, dan
kemudian juga melawan sikap permusuhan dari golongan yang berkuasa.
Masyarakat Mekah pada waktu itu terbagi atas dua bagian besar, golongan
merdeka dan golongan budak belian (al-hurr wal-abd). Dalam hal kekayaan,
mereka terbagi dua, orang kaya dan orang miskin (al-aghniya wal-fuqara).
Dalam kekuatan politik, mereka hanya mengenal yang kuat dan yang lemah
(al-mala wal-dhuafa). Status social sedemikian pentingnya, sehingga
budak belian bukan saja tak dianggap sebagai manusia, melainkan
diperjualbelikan seperti binatang, sehingga melahirkan bayi wanita
dianggap aib yang luarbiasa. Dilukiskan di dalam al-Quran: ingatlah ketika
anak perempuan itu ditanya dosa apa (yang mereka lakukan, sehingga)
mereka dibunuh? (QS. 81: 8-9).

2.4 Strategi Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinnah


Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah ini berlansung selama 10 tahun,
yakni semenjak tanggal 12 rabiul awal tahun pertama hijrah sampai dengan
wafatnya Rasulullah SAW tanggal 12 Rabiul Awal tahun ke-11 hijrah. Adapun
materi dakwah yang disampaikan oleh Rasulullah SAW pada periode madinah
ini adalah ajaran-ajaran islam tentang masalah sosial kemasyarakatan. Dan
mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah adalah orang-
orang yang sudah masuk islam dari kalangan Muhajirin dan Anshar dan juga
ortang-orang yang belum masuk islam seperti kaum yahudi penduduk
madinah, para penduduk di luar kota madinah yang termasuk bangsa arab dan
yang tidak termasuk bangsa arab.
Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT bukan hanya untuk bangsa arab
tetapi untuk seluruh umat manusia di dunia, Allah berfirman dalam surat Al-
Anbiya ayat 107: 107. Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam.
Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah
masuk islam bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran islam baik yang
turun di mekah maupun yang turun di madinah kemudian mengamalkan dalam
kehidupan sehari-hari sehingga mereka betul-betul bertakwa. Sedangkan

11
dakwah yang ditujukan kepada orang yang belum masuk islam bertujuan agar
mereka bersedia menerima islam sebagai agamanya, memperlajari ajaran-
ajarannya dan mengamalkannya. Akhirnya setelah Nabi Muhammad SAW
menetap di madinah, maka nabi mulai untuk mengatur kehidupan
bermasyarakat dengan jalan membangun pemerintahan islam yang bebas dari
intimidasi.
Ada beberapa ciri-ciri umum dari dakwah nabi selama berada di Madinah
yang dapat diidentifikasi, diantaranya:
1. Menjaga kesinambungan tarbiyah dan tazkiyah bagi sahabat yang telah
memeluk islam.
Diantara program yang dilakukan adalah membacakan ayat-ayat Al-
Quran untuk semua masyarakat, mensucikan jiwa dan mengajarkan
kepada mereka Al-Quran dan Sunnah, membangun masjid dan
mempersaudarakan orang-orang muhajirin dan anshar.
2. Mendirikan Daulah Islamiyah
Daulah adalah sarana dakwah yang paling besar dan merupakan lembaga
terpenting yang secara resmi menyuarakan nilai-nilai dakwah. Adapun
beberpa syarat yang harus dipenuhi dalam pembentukan daulah adalah:
1) Adanya basis massa kaum muslimin yang solid
2) Adanya negeri yang layak dan memenuhi syarat
3) Tersedianya perangkat sistem yang jelas
3. Adanya keseriusan untuk menerapkan hukum syariat untuk seluruh lapisan
masyarakat, baik skala personal maupun jamaah. Seperti melaksanakan
syiar-syiar islam, menerpakan hudud, dan memutuskan perkaradiantara
orang yang berselisih.
4. Hidup berdampingan dengan musuh islam yang menyatakan ingin hidup
damai dan bermuamalah dengan mereka dengan aturan yang jelas.
Toleransi ini disatu sisi bertujuan untuk mempertontonkan secara lansung
kepada mereka indahnya model masyarakat islam, dan disisi lain
menciptakan kestabilan hidup bernegara.

12
5. Mengahadapi secara tegas pihak yang memilih perang serta
mempersiapkan kekuatan bekesinambungan untuk mengahdapi beberpa
kemungkinan-kemungkinan tersebut
6. Merealisasikan universalitas dakwah islam dengan merambah keseluruh
kawasan dunia
7. Melalui surat, duta, mengirim rombongan, menerima utusan yang datang
dan seterusnya.

Didalam melaksanakan dakwah di madinah ada beberapa pokok-pokok


pikiran yang dijadikan strategi dakwah oleh rasulullah saw, diantaranya yaitu:
1. Berdakwah mulai dari diri sendiri
Berdakwah mulai dari diri sendiri disini maksudnya adalah sebelum
mengajak orang lain untuk meyakini kebenaran islam dan mengamalkan
ajarannya, maka terlebih dahulu orang yang berdakwah itu harus meyakini
kebenaran agama islam dan mengamalkan ajaran nya terlebih dahulu.
Begitu jugalah hendaknya para pendakwah pada saat sekarang ini,
hendaknya setiap pendakwah dan para dai telah memahami apa yang akan
mereka sampaikan kepada orang lain dan mereka terlebih dahulu telah
melaksanakan apa yang mereka sampaikan tersebut. Hal itu perlu dilakukan
agar orang yang kita dakwahi atau orang yang kita ajak untuk melakukan
kebaikan tersebut merasa lebih yakin bahwa pekerjaan yng kita anjurkan
tersebut memang perbuatan yang baik dan juga agar orang yang kita ajak
tersebut bisa untuk mengambil contoh dari apa yang kita perbuat.
Selain itu, kita sebagai seorang pelajar hendaknya kita bisa untuk
meneladani sifat yang demikian. kita sebagai siswa dan siswi hendaklah
mengajak teman-teman kita untuk melaksanakan perintah Allah dan
meninggalkan larangannya, tetapi sebelum itu kita sudah harus melakukan
terlebih dahulu. Contohnya kita mengajak dan menyuruh orang lain untuk
shalat maka kita harus terlebih dahulu melaksanakan shalat tersebut. Dan
masih banyak lagi contoh yang bisa kita lakukan.
2. Dilandasi dengan niat yang ikhlas

13
Didalam berdakwah, hendaklah dilandasi dengan niat yang ikhlas hanya
kerena Allah SWT semata, bukan dengan untuk memperoleh popularitas
dan keuntungan yang bersifat materi
3. Menyadari bahwa dakwah adalah wajib bagi Rasulullah dan umatnya
Kita menyadari bahwa dakwah adalah kewajiban bagi semua orang, baik itu
anak-anak, remaja, maupun dewasa. Tidak ada batas umur dalam
berdakwah, dan juga tidak ada batasan waktunya. Siapapun dan dimanapun
wajib untuk melaksanakan dakwah untuk mengajak kepada ajaran islam
yang lurus.
4. Berdakwah sesuai petunujuk Allah SWT
Firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 125
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.

Keberhasilan dakwah nabi dapat dilihat pada sikap orang-orang Yastrib di


perjanjian Aqabah I dan II, dimanamereka mau mengubah sikap dan perilaku
mereka, bahkan bersedia menjadi pelindung nabi. Sebab dakwah pada
hakekatnya merupakan suatu upaya seorang dai dan sekaligus juga sebagai
media untuk mengubah perilaku masyarakat dari yang negative menjadi positif
atau berakhlak mulia, tertinggal menjadi maju serta bodoh menjadi pandai (M.
Bahri Ghazali, 1997: 1). Inilah yang dilakukan Nabi terhadap masyarakat
Yastrib, membentuk suatu masyarakat baru, dan meletakkan dasar-dasar untuk
suatu masyarakat yang besar yang sedang ditunggu oleh sejarah. Dalam
mewujudkan semua ini, nabi menempuh langkah-langkah dakwah sebagai
berikut:
1. Membangun masjid
Waktu Rasulullah saw masuk Madinah, penduduk Madinah yang
sudah memeluk Islam (kaum Anshar) banyak yang mengundang serta
menawarkan rumah untuk beristrahat. Setelah nabi sampai di tanah milik

14
kedua orang anak yatim bernama Sahal dan Suhail keduanya anak Amr bin
Amarah dibawah asuhan Muadz bin Afra, berhentilah unta yang
ditunggangi nabi, kemudian beliau dipersilahkan oleh Abu Ayub Anshari
untuk tinggal di rumahnya.
Setelah beberapa bulan nabi di situ maka beliau membangun Masjid
Nabawi pada sebuah tanah milik kedua anak yatim tersebut, tanah itu dibeli
oleh nabi untuk pembangunan masjid, juga untuk tempat tinggal. Masjid
yang di bangun tersebut berfungsi sebagai tempat melaksanakan ibadah
shalat. Dalam kesempatan ini nabi dan para pengikutnya berdiri bahu-
membahu, mengajarkan keuntungan yang tak terkirakan dari persaudaraan,
dan menanamkan semangat persamaan. Masjid juga sebagai sarana penting
untuk mempersatukan kaum muslimin dan mempertalikan jiwa mereka, di
samping sebagai tempat bermusyawarah merundingkan masalah-masalah
yang dihadapi, masjid pada masa Nabi bahkan juga berfungsi sebagai pusat
pemerintahan (Badri Yatim, 2008: 26).
2. Menciptakan persaudaraan baru
Kaum muslimin yang berhijrah dari Mekah ke Madinah disebut
muhajirin dan kaum muslimin penduduk Madinah disebut anshor.
Kaum muslimin Mekah yang berhijrah ke Madinah banyak menderita
kemiskinan, karena harta benda dan kekayaan mereka ditinggalkan di
Mekah, diwaktu mereka berhijrah ke Madinah melarikan agama dan
keyakinan yang mereka anut.
Nabi Muhammad saw menciptakan persaudaraan baru antara kaum
muhajirin dengan kaum anshor. Ali ibn Abi Thalib dipilih menjadi saudara
nabi sendiri. Abu Bakar nabi saudarakan dengan Kharijah ibnu Zuhair.
Jafar ibnu Abi Thalib dengan Muaz ibnu Jabal. Rasulullah telah
mempertalikan keluarga-keluarga Islam. Masing-masing keluarga
mempunyai pertalian yang erat dengan keluarga-keluarga yang banyak,
karena ikatan persaudaraan yang diadakan rasulullah. Persaudaraan ini pada
permulaannya mempunyai kekuatan dan akibat sebagai yang dipunyai oleh
persaudaraan nasab, termasuk di antaranya hal pusaka, hal tolong menolong
dan lain-lain (A. Syalabi, 2003: 103).

15
3. Perjanjian dengan masyarakat Yahudi Madinah
Setelah mempersaudarakan antara kaum muhajirin dengan anshor,
selanjutnya nabi menjalin hubungan antara kaum muslim dengan golongan
Yahudi penduduk Madinah. Jalinan hubungan ini terwujud dalam bentuk
perjanjian atau undang-undang yang kemudian dikenal sebagai Piagam
Madinah yang ditulis pada tahun 623 M atau tahun ke-2 H. di antara
dictum perjanjian paling penting adalah sebagai berikut:
a. Kaum muslimin dan kaum Yahudi hidup secara damai, bebas memeluk
dan menjalankan ajaran agamanya masing-masing.
b. Orang-orang Yahudi berkewajiban memikul biaya mereka sendiri, dan
kaum muslimin wajib memikul biayamereka sendiri.
c. Apabila salah satu pihak diperangi musuh, maka mereka wajib
membantu pihak yang diserang.
d. Di antara mereka saling mengingatkan, dan saling berbuat kebaikan,
serta tidak akan saling berbuat kejahatan.
e. Kaum muslimin dan Yahudi wajib saling menolong dalam
melaksanakan kewajiban untuk kepentingan bersama.
f. Bumi Yastrib menjadi tanah suci karena naskah perjanjian ini.
g. Nabi Muhammad adalah pemimpin umum untuk seluruh penduduk
Madinah. Bila terjadi perselisihan di antara kaum muslimin dengan
kaum Yahudi, maka penyelesaiannya dikembalikan kepada nabi
sebagai pemimpin tertinggi di Madinah (Wahyu Ilaihi & Harjani Hefni,
2007: 59).

Nabi berhasil membangun sebuah Negara baru yakni Negara


Madinah, secara aklamasi nabi diangkat sebagai kepala Negara yang
diberikan otoritas untuk memimpin dan melaksanakan ketatanegaraan yang
telah disepakati bersama. Jadi, di Madinah beliau seorang penguasa, yang
menjalankan kekuasaan politik dan militer dan juga keagamaan (Bernard
Lewis, 2010: 80).

4. Pembangunan pranata sosial dan pemerintahan.

16
Madinah adalah wilayah pertanian, dihuni oleh berbagai klan dan
tidak oleh sebuah kesukuan yang tunggal, namun berbeda dengan Mekah,
Madinah merupakan perkampungan yang diributkan oleh permusuhan yang
sengit dan anarkhis antara kelompok kesukuan yang terpandang Suku Aws
dan Khazraj. Permusuhan yang berkepanjangan mengancam keamanan
rakyat kecil dan mendukung timbulnya permasalahan eksistensi Madinah.
Berbeda dengan masyarakat Badui, masyarakat Madinah telah hidup saling
bertetangga dan tidak berpindah dari tempat satu ke tempat lainnya.
Selanjutnya berbeda dengan Mekah, Madinah senantiasa mengalami
perubahan social yang meninggalkan bentuk kemasyarakatan absolut
model Badui. Kehidupan sosial Madinah secara berangsur-angsur diwarnai
oleh unsur kedekatan ruang daripada oleh system kekerabatan. Madinah
juga memiliki sejumlah warga Yahudi, yang mana sebagian besar
penduduknya lebih simpatik terhadap monotheisme (Ira. M. Lapidus, 1999:
38). Namun setelah masyarakat muslim berkembang menjadi besar dan
berkuasa, mereka mulai menaruh rasa dendam dan tidak suka.
Islam di Madinah bukan hanya sebuah agama, tetapi juga mengatur
Negara. Karena masyarakat Islam telah terwujud, maka menjadi suatu
keharusan Islam untuk menentukan dasar-dasar yang kuat bagi masyarakat
yang baru terwujud itu. Sebab itu ayat-ayat al-Quran yang diturunkan dalam
periode ini terutama ditujukan kepada pembinaan hukum. Ayat-ayat yang
diturunkan itu diberi penjelasan oleh rasulullah. Mana-mana yang belum
jelas dan belum terperinci dijelaskan oleh rasulullah dengan perbuatan-
perbuatan beliau
Islam yang diturunkan oleh Allah SWT ke muka bumi melalui
perantaraan kenabian Muhammad saw, ditujukan sebagai pedoman bagi
kehidupan di dunia dan akhirat. Islam mengembang amanat untuk
memerdekakan manusia dari segala perbudakan dan membebaskan manusia
dari segala penindasan. Islam tidak mengenal batas-batas suku, keturunan,
tempat tinggal, atau jenis kelamin. Semua umat manusia, dalam pandangan
Islam, mempunyai kedudukan setara. Sebab, kemuliaan kedudukan manusia
dalam Islam tergantung dari kwalitas ketaqwaannya pada Allah SWT atau

17
amal salehnya. Tentu saja kwalitas ketaqwaan atau amal saleh ini tidak
hanya diukur dengan perilaku vertical kepada Tuhannya, namun juga akhlak
horizontal kepada sesama manusia. Sesuai dengan firman Tuhan al-Hujurat:
13: hai manusia, sesungguhnya kami jadikan kamu berasal dari laki-laki
dan perempuan, dan kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku agar kamu berkenal-kenalan, sesungguhnya orang yang termulia di
antaramu pada sisi Allah ialah orang yang lebih taqwa.

2.5 Masa-masa Akhir Dakwah Rasulullah SAW


Di akhir hayatnya tugas yang dibebankan di pundaknya beliau terlaksana
dengan sempurna. Di bulan-bulan terakhir kenabian, Rasulullah SAW
melaksanakan beberapa kegiatan, diantaranya:
a. Melaksanakan Haji Wada
Rasulullah melaksanakan ibadah haji yang pertama dan terakhir. Haji ini
memiliki arti haji perpisahan. Dalam kesempatan itu Rasulullah
menyampaikan khotbah yang berisi tentang prinsip-prinsp yang mendasari
gerakan Islam, dan yang terpenting adalah bahwa umat Islam harus selalu
berpegang pada 2 sumber yaitu Al-Quran dan sunnah.
b. Mengirim ekspedisi ke romawi
Merupakan ekspedisi terakhir yang dikirimkan Rasulullah. Beliau
mengirim pasukan menuju wilayah Balqa dan Darum di Palestina di bawah
komando Usamah bin Zaid untuk menakut-nakuti romawi dan juga
mengembalikan kepercyaan di hati syarakat Arab yang tinggal di
perbatasan.

2.6 Hari-hari Terakhir Bersama Rasulullah SAW


Rasulullah menerita demam selama 13/14 hari mulai tanggal 29 Shafar
tahun 11H, setelah menghadiri pemakaman jenazah di Baqi. Istri-istri
Rasulullah meminta izin untuk merawatnya dirumah Aisyah dan beliaupun
mengizinkannya. Dalam mimbarnya yang terakhir Rasulullah berpesan pada
saat itu aku berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik terhadap orang-orang
Anshar. Sesungguhnya orng-orang Anshar adalah oarng-orang dekatku

18
dimana aku berlindung kepada mereka. Karena mereka telah melalui apa yang
menjadi beban mereka dan masih tersisa apa yang akan menjadi hak mereka.
Oleh karena itu, berbuat baiklah kepada siapa saja diantara meraka yang
melakukan kesalahan. Dan dikala skaitnya semakin parah beliau
memerintahkan Abu Bakar untuk memimpin sholat. Hanya dalam waktu 11
tahun beliau menjadi pemimpin politik, berhasil menduduki seluruh jazirah arab
ke dalam kekuasaannya.

2.7 Sifat Teladan Rasulullah dalam Misi Pembinaan Umat


Selain Dakwah secara sembunyi-sembunyi yang kemudian dilanjutkan
secara terang-terangan, pendekatan dari dalam, prakondisi selanjutnya adalah
pemimpin yang kharismatik. Prinsip Uswah Hasanah atau suri teladan
merupakan salah satu ujung pangkal keberhasilan dakwah Rasulullah SAW.
Terlihat jelas bahwa Rasulullah saw. Memiliki sifat-sifat asasi sebagai rasul
secara lengkap dan sempurna. Hal ini menunjukkan bahwa beliau benar-benar
seorang utusan Allah. Allah menciptakannya dalam keadaan paling sempurna
dan paling tinggi derajatnya serta menganugerahi amal yang paling agung
nilainya, sampai seandainya semua manusia disatukan untuk mengembannya,
niscaya tetap tidak akan mampu.
1. Kesabaran Rasulullah
Kita telah melihat kesabaran Rasulullah dalam menahan intimidasi,
diskriminasi, terror, siksaan, celaan, tanggapan yang negative, dan hinaan
yang terus menerus dari orang-orang kafir saat beliau melakukan dakwah
menyebarkan agama Islam. Semua beliau terima dengan sabar. Waktu yang
beliau lalui dalam menghadapi itu semua adalah tiga belas tahun, maka kita
tahu betapa lamanya beliau bersabar. Coba kita perhatikan, kesabaran
Rasulullah saw. Telah diuji dalam segala tempat, situasi dan kondisi dan
beliau menghadapi ujian itu dengan kesabaran yang luar biasa.
2. Kasih Sayang
Manusia yang bergelut dan mengatur manusia lain biasanya hatinya
keras dan airmatanya kering. Jarang sekali orang yang bergelut dalam hal
itu memiliki sifat rahmat atau kasih sayang. Akan tetapi, Rasulullah SAW

19
dan orang-orang yang meneladaninya tidak termasuk tipe ini. Meskipun
mereka memiliki keberanian, kekuatan, kekerasan dan kesabaran yang
hebat, tetapi semua itu adalah sifat-sifat yang tidak menghapus sifat rahmat
mereka sama sekali. Bahkan sebagaimana sifat itu secara sempurna ada
dalam diri Rasulullah SAW. Telah kita lihat bagaimana air mata Raslullah
SAW.
3. Kebijakan
Beliau memiliki sifat Al-hilmu yang berarti bijaksana sebagaimana
memiliki segala sifat kebaikan secara sempurna. Beliau murka melihat
kebenaran diinjak-injak kehormatannya, dan murka beliau tidak akan rela
sampai kebatilan dihancurkan dan muska. Kendatipun demikian, beliau
adalah orang yang paling bijaksana menghadapi orang jahila yang tidak tahu
adab bicara, atau orang yang berebuat tidak baik pada beliau.
4. Kedermawanan
Kedermawanan Rasulullah saw.tiada tertandingi. Allah telah
menjadikan seperlima harta rampasan peering untuk beliau. Kaum
muslimin telah memperoleh harta rampasan perang yang melimpah ruah.
Wafat dan baju besinya menjadi jaminan utang pada seorang Yahudi dan
beliau memerintahkan untuk membagikan warisan untuk umat Islam. Tak
ada sedikit warisan pun untuk keluarganya. Beliau tidak berpakaian kecuali
pakaian yang asar dan tidak tidur kecuali dengan sedikit makan. Beliau takut
jika dalam rumahnya tersisa harta yang belum dibagikan kepada umatnya.
Dengan mengetahui semua ini, kita tentu tahu kedermawanan seperti
apakah sifat dermawan yang ada dalam diri beliau dan jiwa bersih apa yang
ada dalam diri beliau.
5. Ketawadhuan dan Kesederhanaan
Dari pengarang kitab Bathul Abthal, Ia mengatakan, Sifat yang jelas
bagi pahlawan yaitu Rasulullah SAW selalu saja masih tampak jelas dari
generasi ke generasi dalam tabiat beliau yang mulia yaitu mempermudah
segala hal dan tawadhu (merendahkan diri). Dengan dua sifat itu Rasulullah
SAW adalah gambaran alami bagi kemuliaan seorang manusia. Sifat ini
muncul dari hati nuraninya yang terdalam. Dengan sifat itu, ia telah

20
meruntuhkan keangkuhan kekuasaan dan raja serta asesoris yang
mengikutinya, seperti riya, perkataan dan perbuatan yang menipu manusia.

21
BAB III
PEMBAHASAN
PENERAPAN DAKWAH RASULULLAH DALAM KEPERAWATAN

3.1 Keperawatan Dalam Islam


Setiap umat Islam dituntut untuk menjadikan seluruh rangkaian
kehidupannya menjadi ibadah (taqarrub) kepada Allah SWT karena hanya
dengan cara seperti itulah hidup menjadi bermakna. Tugas seorang muslim
untuk menyebarkan keselamatan bagi setiap makhluk termasuk manusia tanpa
membeda-bedakan seorang pasien berdasar pada agamanya. Tugas penyebaran
untuk berbuat baik adalah merupakan inti dari ajaran dakwah yaitu mendorong
manusia kepada kebaikan dan petunjuk, menyuruh perbuatan makruf dan
mencegah perbuatan mungkar, agar mereka memperoleh kehidupan yang
beruntung di dunia dan di akhirat.
Oleh karena itu, profesi keperawatan dalam pandangan Islam memiliki
berbagai aspek. Berikut akan diuraikan beberapa prinsip keperawatan dalam
Islam yaitu sebagai berikut.
1. Aspek Teologi
Setiap hamba telah dibekali oleh Allah dua potensi yaitu kehendak
(masyiah) dan kemampuan (istithaah). Atas dasar kehendak maka
seorang muslim memiliki cita-cita untuk melakukan berbagai rekayasa dan
inovasi dalam kehidupannya yang dibaktikan karena Allah. Dengan
adanya kehendak dan kemampuan maka seorang manusia melakukan
upaya yang sungguh-sungguh tanpa menyisakan kemampuannya dan
setelah itu menyerahkan hasilnya menanti ketentuan Allah. Dalam
perspektif yang seperti itulah bertemunya dua hal yang seing dipandang
krusial dalam pemahaman akidah yaitu antara usaha manusia dan takdir
Allah. Keduanya adalah merupakan perpaduan dalam perjalanan hidup
manusia yang disebut tawakkal. Hal ini tercermin dalam Al Quran
sebagian diantaranya menekankan manusia agar berbuat secara maksimal
karena Allah tidak akan merubah nasib seseorang sehingga merubah
sendiri.

22
2. Aspek Fungsi kemanusiaan yaitu khilafah dan ibadah
Tugas khilafah adalah mengelola seluruh alam semesta untuk
kepentingan umat manusia. Dan tentunya harus diingat bahwa tugas
pengelolaan yang baik harus dilakukan oleh hamba-hamba Allah yang
memiliki kepatutan untuk itu. Selanjutnya pelaksanaan tugas khilafah yang
benar pastilah akan menghasilkan ibadah yang benar pula dan demikian
sebaliknya. Atas dasar itu, seorang muslim hendaknya menggali seluruh
informasi ilmu pengetahuan tentang alam semesta termasuk tugas
perawatan sekalipun ilmu itu ada pada umat lain yang tidak muslim.
Anjuran tentang hal ini ditegaskan dalam berbagai ayat Al Quran antara lain
dengan penyebutan tipologi orang berilmu itu dengan ulul albab. Allah
menegaskan bahwa sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan
pergantian siang dan malam adalah menjadi tanda-tanda kebesaran Allah
bagi orang yang berpikir.
3. Aspek akhlak
Yaitu ihsan yang menyatakan bahwa setiap orang yang beriman
hendaklah menyadari bahwa dirinya selalu dalam pengawasan Allah sesuai
dengan Hadis Rasul bahwa engkau menyembah Allah seakan engkau
melihatNya dan andaikata engkau tidak mampu melihatNya maka yakinlah
Ia melihatmu (an tabud Allah kaannaka tarahu fa in lam takun tarahu fa
innahu yaraka). Atas dasar itu, seorang muslim dalam segala tindakannya
tidak memerlukan kendali eksternal untuk menjadi orang baik karena di
dalam hatinya terdapat potensi fitrah yang selalu menuntunnya untuk
menjadi orang yang takut berbuat maksiat.

3.2 Prinsip Etika dalam Proses Keperawatan


Seorang perawat juga bisa berfungsi sebagai muballig, dai, guru dan
sebagainya. Sebagaimana disinggung di muka bahwa terdapat empat prinsip
etika dalam profesi keperawatan, maka akan diberi alas teologis dari sudut
pandangan Islam:
1. Penghargaan terhadap kemandirian klien menjadi prinsip etik dalam teori
keperawatan. Islam mengajarkan bahwa keberadaan seorang manusia

23
hendaklah memperbanyak orang yang memberikan pertolongan bukan
orang yang mengharap pertolongan sesuai dengan sabda Rasul yadu al
ulya khairun min yadu al sufla, artinya tangan di atas yaitu yang
memberikan pertolongan lebih baik dari tangan yang di bawah.
2. Tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan teori keperawatan
sekalipun pada akhirnya yang menyembuhkan itu semata-mata Allah
SWT. Seluruh perangkat tenaga medis hanya berfungsi sebagai sebab yang
mengantarkan kesembuhan atau sebaliknya terhadap klien.
3. Seorang yang berprofesi sebagai perawat dan memiliki komitmen
keislaman yang kuat adalah selalu mempertimbangkan manfaat dari
perbuatannya karena Rasul bersabda yang artinya sebagian dari tanda
keindahan Islam seseorang adalah meninggalkan perbuatan yang tidak
berguna kepadanya (min husni islam al mar-I tarku ma la yanihi).
4. Seorang yang berprofesi perawat adalah mereka yang mampu berlaku adil
baik kepada pasien maupun kepada dirinya sendiri sehingga juga
memperhatikan kebutuhan fisik dan psikisnya.

3.3 Peran Perawat dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual


Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah
distres spiritual, merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompok
mengalami atau beresiko mengalami gangguan dalam kepercayaan atau sistem
nilai yang memberikannya kekuatan, harapan, dan arti kehidupan, yang
ditandai dengan pasien meminta pertolongan spiritual, mengungkapkan adanya
keraguan dalam sistem kepercayaan, adanya keraguan yang berlebih dalam
mengartikan hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih pada kematian dan
sesudah hidup, adanya keputusasaan, menolak kegiatan ritual, dan terdapat
tanda-tanda seperti menangis, menarik diri, cemas, dan marah, kemudian
ditunjang dengan keadaan fisik seperti nafsu makan terganggu, kesulitan tidur,
dan tekanan darah meningkat (Carpenito-Monyet, 2006).
Distres spiritual terdiri atas:
a. Spiritual yang sakit, yaitu kesulitan menerima kehilangan dari orang yang
dicintai atau dari penderitaan yang berat

24
b. Spiritual yang khawatir, yaitu terjadinya pertentangan kepercayaan dan
sistem nilai seperti adanya aborsi
c. Spiritual yang hilang, yaitu adanya kesulitan menemukan ketenangan
dalam kegiatan keagamaan

Kriteria pasien yang membutuhkan bantuan spiritual:


a. Pasien kesepian. Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang menemani
akan membutuhkan bantuan spiritual karena mereka merasakan tidak ada
kekuatan selain kekuatan Tuhan, tidak ada yang menyertainya selain
Tuhan.
b. Pasien ketakutan dan cemas. Adanya ketakutan atau kecemasan dapat
menimbulkan perasaan kacau, yang dapat membuat pasien membutuhkan
ketenangan pada dirinya, dan ketenangan yang paling besar adalah
bersama Tuhan.
c. Pasien menghadapi pembedahan. Menghadapi pembedahan adalah
sesuatu yang sangat mengkhawatirkan karena akan timbul perasaan antara
hidup dan mati, pada saat itulah keberadaan pencipta dalam hal ini adalah
Tuhan sangat penting sehingga pasien selalu membutuhkan bantuan
spiritual.
d. Pasien yang harus mengubah gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat
membuat seseorang lebih membutuhkan keberadaan Tuhan (kebutuhan
spiritual). Pola gaya hidup dapat membuat kekacauan keyakinan bila
kearah yang lebih buruk. Akan tetapi bila perubahan gaya hidup kearah
yang lebih baik, maka pasien akan lebih membutuhkan dukungan spiritual

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual


a. Perkembangan. Usia perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan
kebutuhan spiritual, karena setiap tahap perkembangan memiliki cara
meyakini kepercayaan terhadap Tuhan.
b. Keluarga. Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi
kebutuhan spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat
dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.

25
c. Ras/suku. Ras/suku memiliki keyakinan/kepercayaan yang berbeda,
sehingga proses pemenuhan kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai
dengan keyakinan yang dimiliki.
d. Agama yang dianut. Keyakinan pada agama tertentu yang dimilikioleh
seseorang dapat menentukan arti pentingnya kebutuhan spiritual.
e. Kegiatan keagamaan. Adanya kegitan keagamaan dapat selalu
mengingatkan keberadaan dirinya dengan tuhan, selalu mendekatkan diri
kepada penciptanya.

3.4 Landasan Upaya Kesesahatan Berdasarkan Al-Quran


Dalam Al-Qur`an maupun hadist, telah diperingatkan akan pentingnya
memperhatikan kesehatan baik dalam konteks upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Beberapa dalil sebagi landasan upaya kesehatan
adalah:
1. Upaya promotif
Berkaitan dengan upaya promotif dalam Al-Quran dan Al-Hadist
dijelaskan sebagai berikut. Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan
Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-Baqarah: 195). Ada dua
kenikmatan yang sering dilalaikan orang, yaitu sehat dan waktu senggang.
(HR. Bukhori dan Muslim)
Berdasarkan dalil tersebut di atas maka manusia dilarang merusak diri
baik jasmani maupun rohani, dalam arti manusia wajib memelihara
kesehatan dan meningkatkannya. Dan uraian hadist tersebut dapat dipahami,
janganlah kita mengabaikan kesehatan dan waktu senggang.
2. Upaya Preventif
Berkaitan dengan upaya preventif dalam Al-Quran dan Al-Hadist
dijelaskan sebagai berikut. Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu
dan keluargamu dari siksa api neraka....... (QS. At-Tahrim (66):6).
Perhatikanlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara, yaitu :1.
Masa hidupmu sebelum datang ajalmu, 2. Masa sehatmu sebelum

26
datangnya sakit. 3. Masa lapangmu sebelum datangnya sempitmu, 4. Masa
mudamu sebelum datangnya masa tua dan 5. Masa kayamu sebelum
datangnya miskin. (HR. Ahmad dan Baihaqi). Jika kamu mendengar
berita ada wabah penyakit disuatu daerah, maka janganlah memasuki
daerah itu. Dan jika kamu berada didalamnya, janganlah kamu keluar dari
daerah itu. (Al Hadits)
3. Upaya kuratif
Berkaitan dengan upaya kuratif dalam Al-Quran dan Al-Hadist
dijelaskan sebagai berikut. Dan apabila Aku sakit, dialah yang
menyembuhkan aku, (QS. Asy-Syuara: 80). Berobatlah kamu wahai
manusia, karena sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit
tanpa menurunkan obatnya, kecuali penyakit tua (mati) (HR. Ashabus
Sunan)
4. Upaya rehabilitatif
Berkaitan dengan upaya kuratif dalam Al-Quran dan Al-Hadist
dijelaskan sebagai berikut. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri
mereka sendir. (QS. Ar-Radu: 11). Berbuatlah untuk bekal duniamu
seakan-akan engkau akan hidup selamanya-lamanya dan beramllah untuk
bekal akheratmu seakan-akan engkau mati besok pagi. (Al Hadist)
Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada wajahmu dan hartamu, tetapi
ia melihat hatimu dan amalmu. (Al Hadist)
Dapat disimpulkan bahwa manusia harus memelihara keseimbangan
antara kehidupan duniawi dan ukhrowi, antara jasmani dan rohani serta
perlu adanya usaha pemulihan yang didasari niat yang sungguh-sungguh
dan bekerja keras.

27
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Secara garis besar, strategi pembinaan umat yang dilakukan Rasulullah
terbagi menjadi dua periode, yaitu periode Makkah dan Madinah. Tujuan
dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab
meninggalkan kejahiliahannya di bidang agama, moral, dan hukum. Sehingga
menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan Nabi Muhammad SAW dan
ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Dakwah di Madinah dianggap kelahiran baru agama
Islam setelah ruang dakwah di Mekkah terasa sempit bagi kaum muslimin.
Karakteristik zaman yang terus berubah sehingga membuat dakwah tidak
hanya dilakukan di lingkungan keluarga, tempat-tempat ibadah, sekolah
maupun tempat-tempat lain. Akan tetapi dakwah juga dapat dilakukan di dalam
lingkungan rumah sakit. Banyak metode dakwah yang dapat dilakukan demi
keefektifan menyiarkan islam lebih jauh. Seorang perawat juga bisa berfungsi
sebagai muballig, dai, guru dan sebagainya.
Pasien membutuhkan sentuhan-sentuhan yang menyangkut aspek psikologi,
baik berupa motivasi, hiburan, sugesti, empati, dukungan dan segala sesuatu
yang menyangkut kejiwaannya. Bimbingan kepada pasien merupakan salah
satu bentuk aktivitas dakwah. Bimbingan rohani pasien merupakan salah satu
bagian dari kegiatan dakwah karena merujuk pada landasan dasar dakwah,
membimbing pasien juga merupakan kewajiban dakwah seorang muslim.
4.2 SaraN
Sebagai seorang perawat muslim, kita harus mencontoh metode dakwah
yang dilakukan Rasulullah, mencontoh sifat sifat teladan Rasulullah dan
diterapkan dalam kehidupan sehari hari terutama dalam hal meningkatkan
derajat kesehatan pasien. Dalam menjalankan tugas, seorang perawat harus
melandasi kepada pikiran dan perasaan cinta, afeksi, dan komitmen mendalam
kepada pasien.

28
DAFTAR PUSTAKA

A.Syalabi. 20013. Sejarah dan Kebudayaan Islam I. Jakarta: Pustaka al-Husn

Badri Yatim. 1993. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Press

Bernard Lewis. 2010. The Middle East, diterjemahkan oleh Abd. Rachman Abror,
Pontianak: STAIN Press

H.Munzier Suparto dan Harjani Hefni. 2003. Metode Dakwah. Jakarta: Prenada
Media

Ilmy Bahrul, Ahmad Dimyanti dan Muhammad Habibie. 2007. Pendidikan Agama
Islam untuk Kelas X SMK: Edisi 1. Bandung : Grafindo Media Pratama.

Ira M. Lapidus. 1999. A History of Islamic Sicieties, diterjemahkan oleh Ghufron


A. Mas`adi, dengan judul Sejarah Sosial Ummat Islam. Jakarta: Raja
Grafindo Persada

Jamil Ahmad. 2000. Hundred Great Muslims, diterjemahkan oleh Tim Penerjemah
Pustaka Firdaus dengan judul Seratus Muslim Terkemuka. Jakarta:
Pustaka Firdaus

M. Bahri Ghazali. 1997. Dawah Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu


Komunikasi Dakwah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya

Patmawati. 2010. Laporan Penelitian, Pembenahan Strategi Dakwah Melalui


Individual and Group Converence, Pontianak: STAIN

Rianawati. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Pontianak: STAIN Press

Wahyu Ilahi dan Harjani Hefni. 2007. Sejarah Dakwah. Jakarta: Rahmat Semesta

29

Anda mungkin juga menyukai