Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara terminologi, Islam adalah tunduk dan patuh secara sempurna terhadap
seluruh ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW yang dapat diketahui secara
darurat. Setiap umat Islam dituntut untuk menjadikan seluruh rangkaian
kehidupannya menjadi ibadah (taqarrub) kepada Allah SWT karena hanya dengan
cara seperti itulah hidup menjadi bermakna. Tugas seorang muslim untuk
menyebarkan keselamatan bagi setiap makhluk termasuk manusia tanpa
membeda-bedakan seorang pasien berdasar pada agamanya yang merujuk
mendorong manusia kepada kebaikan dan petunjuk, menyuruh perbuatan makruf
dan mencegah perbuatan mungkar, agar mereka memperoleh kehidupan yang
beruntung di dunia dan di akhirat.
Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5)
turun pula Surah Al-Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi
Muhammad berdakwah menyiarkan ajaran Islam kepada umat manusia. Sejarah
dakwah Rasulullah terbagi menjadi dua periode, yaitu masa dakwah di Makkah
dan di Madinah. Tujuan dakwah Rasulullah SAW adalah agar umat manusia
meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hukum, sehingga
menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan nabi Muhammad SAW dan
ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Semua umat Islam harus mendasari keislamannya dengan pengetahuan agama
(Islam) yang memadai, minimal sebagai bekal untuk menjalankan fungsinya di
muka bumi ini, baik sebagai khalifatullah (QS. al-Baqarah (2): 30) maupun
sebagai ‘abdullah (QS. al-Dzariyat (51): 56). Demikian hal nya dengan perawat
muslim, yang bukan saja harus tahu dan paham tentang sejarah pendidikan dan
pembinaan umat di zaman Rasulullah tapi juga harus menerapkannya dalam
praktik keperawatan untuk memaksimalkan tugas seorang perawat dan
meningkatkan derajat kesehatan umat manusia.
Kalimat syahadat merupakan pilar utama dan landasan penting bagi rukun
Islam. Tanpa syahadat maka rukun Islam lainnya akan runtuh begitu pula dengan

1
rukun Iman. Tegaknya syahadat dalam kehidupan seorang individu maka akan
menegakkan ibadah dan agama dalam hidup kita.
Di dalam agama islam, kedua kalimat Syahadat tersebut merupakan sebuah
rangkaian utuh yang harus diimani secara menyeluruh. Agar umat islam dapat
memaksimalkan kualitas Syahadat dalam kehidupannya, maka terlebih dahulu
mereka haruslah mengetahui mengenai makna yang terkandung dalam dua
kalimat tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi dakwah Rasulullah SAW periode di Makkah?
2. Bagaimana strategi dakwah Rasulullah SAW periode di Madinah?
3. Bagaimana penerapan dakwah Rasulullah dalam keperawatan?
4. Apa saja sifat-sifat teladan Rasulullah dalam misi pembinaan umat serta
yang bisa diaplikasikan dalam keperawatan?
5. Bagaimana makna dari syahadatain?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan strategi pembinaan umat yang dilakukan oleh Rasulullah
dan makna syahadatain.
2. Tujuan Khusus
1) Menjelaskan strategi dakwah Rasulullah SAW periode di
Makkah
2) Menjelaskan strategi dakwah Rasulullah SAW periode di
Madinah
3) Menjelaskan sifat-sifat teladan Rasulullah dalam hal misi
pembinaan umat yang bisa diaplikasikan dalam keperawatan
4) Menjelaskan penerapan dakwah Rasulullah SAW dalam
keperawatan
5) Menjelaskan peran perawat dalam mengaplikasikan
strategi pembinaan umat yang dilakukan Rasulullah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembinaan umat oleh Rasulullah SAW periode Makkah

2
Pengajaran dan pendidikan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW
menggunakan berbagai metode yang sesuai dengan fitrah manusia, yakni sebagai
makhluk yang memiliki berbagai kecenderungan, kekurangan dan kelebihan.
Untuk itu terkadang beliau menggunakan metode ceramah, diskusi, musyawarah,
tanya jawab, bimbingan, teladan, demonstrasi, bercerita, hafalan, penugasan dan
bermain peran. Adapun pendekatan yang digunakan Nabi Muhammad adalah
pendekatan fitrah, yakni memberikan ajaran sesuai intelektual, kecerdasan peserta
didik, latar belakang dan situasi kondisi yang menyertainya.
Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar
masyarakat Arab meninggalkan kejahiliahannya di bidang agama, moral, dan
hukum. Sehingga menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan Nabi
Muhammad SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika masyarakat Arab telah
mengamalkan seluruh ajaran Islam dengan niat ikhlas karena Allah SWT dan
sesuai dengan petunjuk-petunjuk Rasulullah SAW, tentu mereka akan memperoleh
keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
2.1.1 Strategi pembinaan umat oleh Rasulullah SAW periode Makkah
Adapun Strategi pembinaan umat oleh Rasulullah SAW periode
Makkah ini dibagi menjadi dua tahapan yaitu :
a. Dakwah secara sembunyi-sembunyi selama 3-4 tahun.
Cara ini ditempuh oleh Rasulullah SAW karena beliau begitu yakin,
bahwa masyarakat Arab jahiliah, masih sangat kuat mempertahankan
kepercayaan dan tradisi warisan leluhur mereka. Sehingga mereka
bersedia berperang dan rela mati dalam mempertahankannya. Pada masa
dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk
masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya
sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Sesuai dengan ajaran Islam,
bahwa berdakwah bukan hanya kewajiban Rasulullah SAW, tetapi juga
kewajiban para pengikutnya (umat Islam), maka Abu Bakar Ash-Shiddiq,
seorang saudagar kaya, yang dihormati dan disegani banyak orang.
Karena budi bahasanya yang halus, ilmu pengetahuannya yang luas, dan

3
pandai bergaul telah meneladani Rasuliillah SAW, yakni berdakwah
secara sembunyi-sembunyi.
b. Dakwah secara terang-terangan
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari
kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT
agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut
berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216. Ketika wahyu itu turun beliau
mengundang keluarga dekatnya untuk berkumpul di bukit Syafa,
menyerukan agar berhati-hati terhadap azab yang keras dikemudian hari
bagi orang yang tidak mengakui Allah sebagai Tuhan-Nya dan
Muhammad sebagai Nabi-Nya.
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara
lain sebagai berikut :
1) Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk
menghadiri jamuan makan dan mengajak mereka agar masuk Islam.
2) Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama
yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul
Bukit Shafa, yang letaknya tidak jauh dan Ka’bah. Rasulullah SAW
memberi peringatan kepada semua yang hadir agar segera
meninggalkan penyembahan terhadap berhala-berhala dan hanya
menyembah atau menghambakan diri kepada Allah SWT.
3) Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para
penduduk di luar kota Mekah.
Dalam memberikan pembinaan umat Islam di Makkah, ada dua bidang
pokok yang dipakai oleh Rasulullah, yaitu :
1. Pendidikan Tauhid, dalam teori dan praktek
Intisari pendidikan Islam di Makkah adalah ajaran tauhid yang menjadi
perhatian utama Rasulullah. Pada saat itu masyarakat Jahiliyah sudah banyak
menyimpang dari ajaran tauhid yang telah dibawa oleh Nabi Ibrahim. Karena
tauhid merupakan pondasi paling dasar, maka harus ditata terlebih dahulu.
Pokok-pokok ajaran tauhid tercermin dalam QS. Al-Fatihah.
2. Pengajaran Al-Qur’an

4
Al-Qur’an merupakan intisari dan sumber pokok dari ajaran Islam yang
disampaikan Nabi Muhammad SAW kepada umat agar secara utuh dan
sempurna menjad milik umatnya yang selanjutnya akan menjadi warisan turun-
temurun, dan menjadi pegangan pedoman hidup bagi kaum muslimin
sepanjang zaman.
Selain itu, dalam kedua wahyu yang mula-mula turun (QS. Al-Alaq : 1-5
dan QS. Al-Muddatsir : ayat 1-7), pendidikan dalam Islam di Makkah terdiri dari
4 macam, yaitu :
1. Pendidikan keagamaan
Kesadaran untuk menyembah semata-mata kepada Allah, tidak menyekutukan-
Nya, karena Dia Tuhan yang Maha Besar dan Maha Pemurah.
2. Pendidikan Akliyah dan Ilmiyah
Merupakan pembelajaran tentang kejadian penciptaan manusia dan penciptaan
alam semesta.
3. Pendidikan Akhlak dan Budi Pekerti
Pendidik mengajarkan tentang keikhlasan atau kerelaan tanpa mengharapkan
imbalan ketika melakukan sesuatu yang semata-mata hanya karena Allah. Serta
mengajarkan bagaimana berakhlak dan berbudi pekerti yang baik.
4. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
Memberikan pengertian tentang pentingnya menjaga kebersihan pakaian,
tempat tinggal, dll.
Ajaran Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di
awal kenabiannya adalah sebagai berikut :
1. Keesaan Allah SWT
Islam mengajarkan bahwa pencipta dan pemelihara alam semesta adalah Allah
SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Allah SWT tempat bergantung segala apa saja
dan makhluk-Nya, tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak ada selain
Allah SWT, yang menyamai-Nya (QS. A1-Ikhlãs, 112: 1-4).
2. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
Islam mengajarkan bahwa mati yang dialami oleh setiap manusia, bukanlah
akhir kehidupan, tetapi merupakan awal dan kehidupan yang panjang, yakni
kehidupan di alam kubur dan di alam akhirat. Manusia yang ketika di dunianya
taat beribadah, giat beramal saleh, dan senantiasa berbudi pekerti yang terpuji,
tentu akan memperoleh balasan yang menyenangkan. Di alam kubur akan
memperoleh berbagai kenikmatan dan di alam akhirat akan ditempatkan di

5
surga yang penuh dengan hal-hal yang memuaskan, begitupun sebaliknya.
(Q.S. Al-Qari’ah, 101: 1-11)
3. Kesucian jiwa
Islam menyerukan umat manusia agar senantiasa berusaha menyucikan
jiwanya dan melarang keras mengotorinya. Seseorang dianggap suci jiwanya
apabila selama hayat di kandung badan senantiasa beriman dan bertakwa atau
meninggalkan segala perbuatan dosa, dan dianggap mengotori jiwanya apabila
durhaka pada Allah SWT dan banyak berbuat dosa. Sungguh beruntung orang
yang senantiasa memelihara kesucian jiwanya, dan alangkah ruginva orang
yang mengotori jiwanya (Q.S. Asy-Syams, 91: 9-10).
4. Persaudaraan dan Persatuan
Persaudaraan mempunyai hubungan yang erat dengan persatuan, bahkan
persaudaraan landasan bagi terwujudnya persatuan. Islam mengajarkan bahwa
sesama orang beriman adalah bersaudara. Mereka dituntut untuk saling
mencintai dan sayang-menyayangi, di bawah naungan rida Ilahi. Rasulullah
SAW bersabda: “Tidak dianggap beriman seorang Muslim di antara kamu,
sehingga ia mencintai saudaranya, seperti rnencintai dirinya.” (H.R. Bukhari,
Muslim, Ahmad, dan Nasa’i).
2.2 Pembinaan umat oleh Rasulullah SAW periode Madinah
Pendidikan pertama yang dilakukan oleh Rasulallah SAW di Madinah
yaitu memperkuat persatuan kaum muslimin dan mengikis habis-habisan sisa
permusuhan dan persukuan. Hal ini akan meningkatkan persaudaraan dan
persatuan kaum muslimin. Tujuan utama pendidikan Islam di Madinah yaitu lebih
mengarah pada pembentukan masyarakat Islam dengan asas pembinaannya yaitu
persaudaraan, persatuan, toleransi, tolong-menolong, musyawarah, dan keadilan.
Lembaga pendidikan Islam periode Madinah selain kuttab adalah masjid
dan suffah. Kuttab (tempat sekolah anak-anak) sudah ada di negeri Arab sebelum
datangnya Islam namun belum dikenal secara luas. Kuttab awalnya dijadikan
sebagai tempat belajar membaca dan menulis, setelah Islam datang kuttab
dijadikan sebagai tempat mengakarkan Al-Qur’an dan agama. Masjid sebagai
tempat kegiatan Rasulallah dan kaum muslimin. Di masjid itulah Rasulallah
bermusyawarah mengenai berbagai urusan, mendirikan shalat, membacakan Al-

6
Qur’an. Suffah adalah suatu tempat yang telah dipakai untuk aktivitas pendidikan.
Biasanya tempat ini menyediakan pemondokan bagi pendatang baru dan yang
tergolong miskin. Ada sembilan suffah yang salah satunya berlokasi di dekat
Masjid Nabawi.
Materi pendidikan pada masa ini tidak terbatas pada masalah akidah,
ibadah, dan akhlak tetapi materinya lebih kompleks dengan cakupan yang lebih
luas dibanding dengan materi pendidikan Islam di makkah. Materi pendidikan
Islam ketika Rasulallah di Madinah adalah sebagai berikut:
1. Hafalan dan penulisan Al-Qur’an
Pengajaran Al-Qur’an masih berlangsung terus sampai Rasulallah bersama
para sahabatnya hijrah ke Madinah. Penghafalan dan penulisan Al-Qur’an
berjalan terus sampai dengan masa akhir turunnya wahyu. Dengan demikian
Al-Qur’an menjadi bagian dan kehidupan mereka, baik dalam bentuk hafalan
maupun tulisan. Hal ini berarti menambah kekayaan budaya mereka, yang pada
mulanya budaya lisan, sekarang berkembang juga budaya tulis.
2. Pemantapan ketauhidan umat
Dalam bidang agama, Rasulallah melakukan pembebasan dan sikap-sikap
kemusyrikan dengan pemahaman spiritualitas ajaran Islam. Rasulallah
menyerukan bahwa Allah adalah zat yang wajib ada, cahaya bagi segala sendi
kehidupan manusia, memiliki sifat-sifat luhur, al-rahman, al-rahim.
3. Sastra Arab
Dengan kedatangan Islam, bangsa Arab mendapatkan nilai sastra bernilai tinggi
dalam Al-Qur’an dan mereka juga telah mendapatkan susunan kalimat yang
sangat indah di dalamnya sebagai sesuatu yang membuat mereka sangat kagum
sehingga mendorong untuk membacanya.
4. Seluruh aspek ajaran Islam
Materi pendidikan Islam yang dilaksanakan Rasulallah di Madinah sesuai
dengan seluruh isi Al-Qur’an dan sunah Nabi. Pendidikan keimanan, ubudiah
(pengabdian), akhlak dan kebersihan, kesehatan, sosial masyarakat, ekonomi
dan politik, pendidikan ke arah ilmu pengetahuan alam, pendidikan kesadaran
hukum, dan lain-lain. Wahyu terakhir Al-Qur’an yang turun di padang Arafah
ketika Rasulallah melakukan ibadah haji wadha’ (terakhir) adalah firman Allah

7
SWT yang artinya: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu,
dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah aku ridhai islam sebagai
agamamu” (QS Al-Maidah: 3).
Ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan, antara lain:
a) Hubungan manusia dengan Allah SWT,
b) Hubungan manusia dengan sesama manusia,
c) Hubungan manusia dengan dirinya sendiri,
d) Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.
2.2.1 Tahapan Pembinaan yang dilakukan Rasulallah di Madinah
1. Pembinaan akidah, ibadah, dan mu’amalah kaum muslim melalui masjid
sebagai pusat kegiatan. Pada periode Madinah ini turun ayat-ayat yang
berhubungan dengan balasan amal saleh, jenis-jenis ibadah, dan hubungan
sosial menurut Islam.
2. Pembinaan ukhuwah (persaudaraan) Muhajirin dan Anshar demi menyatukan
kaum muslim. Kaum Anshar dan kaum Muhajirin yang berasal dari daerah
yang berbeda dengan membawa adat kebiasaan yang berbeda pula sebelum
bersatu membentuk masyarakat Islam, berasal dari suku bangsa yang saling
berselisih.
3. Pembinaan kader-kader perjuangan untuk mempertahankan wilayah dan para
juru dakwah.
4. Pemetaan aturan pertahanan dan sosial untuk menjaga stabilitas Madinah. Di
Madinah, Rasulallah SAW mengadakan perjanjian damai dan kerjasama dalam
mempertahankan diri dengan orang-orang non muslim khususnya Yahudi.
Bentuk dari perjanjian ini lahir Piagam Madinah.
2.2.2 Strategi Dakwah Rasullullah periode Madinah
1. Berdakwah dimulai diri sendiri
2. Cara (metode) melaksanakan dakwah sesuai dengan petunjuk Allah ta’âla
dalam Surah An-Nahl: 125:
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang

8
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl, 16: 125)
3. Berdakwah itu hukumnya wajib bagi Rasulullah SAW dan umatnya
4. Berdakwah dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah ta’âla semata.
2.2.3 Usaha Rasullullah untuk membentuk masyarakat Islam di Madinah
1. Membangun masjid
Fungsi masjid sebagai:
a. Sarana pembinaan umat Islam di bidang akidah, ibadah dan akhlak
b. Sarana ibadah khususnya salat lima waktu dan Jumat
c. Tempat belajar dan mengajar tentang ajaran Islam
d. Tempat pertemuan untuk menjalin persaudaraan
e. Sarana sosial
2. Mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Ansar.
a. Hamzah bin Abdul Muthallib dengan Zaid bin Harits
b. Abu Bakar dengan Kharizah bin Zaid
c. Utsman bin Affan dengan Aus bin Tsabit
d. Umar bin Khattab dengan Itban bin Malik Al-Khazraji
e. Abdurahman bin Auf dengan Sa’ad bin Rabi
3. Perjanjian saling membantu antara umat Islam dan non-Islam
4. Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi, dan sosial yang islami demi
terwujudnya masyarakat madani.
2.3 Pengertian Syahadatain dan Maknanya
Secara bahasa, “Asyhadu” berarti saya bersaksi. Kesaksian ini bisa dilihat
dari waktu, termasuk dalam aktivitas yang sedang berlangsung dan masih sedang
dilakukan ketika diucapkan, Asyhadu memiliki tiga arti:
a. Al I’lan (pernyataan), QS. Ali Imran (3) : 18
b. Al Wa’d (janji), QS. Ali Imran (3) : 81
c. Al Qosam (sumpah), QS. Al Munafiqun (63) : 2
Secara istilah syahadat merupakan pernyataan, janji sekaligus sumpah untuk
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya melalui :
a. Pembenaran dalam hati (tasdiqu bil qolbi)
b. Dinyatakan dengan lisan (al qaulu bil lisan)
c. Dibuktikan dengan perbuatan (al ’amalu bil arkan)

9
Kata “syahadatain” artinya ‘dua kalimat syahadat’. Syahadatain yang
dimaksud adalah syahadat tauhid yaitu persaksian bahwa tidak ada tuhan selain
Allah, dan syahadat risalah yaitu persaksian bahwa Nabi Muhammad saw adalah
utusan Allah. Dua kalimat ini merupakan gerbang bagi orang nonmuslim ketika
masuk Islam.
Lafal syahadatain adalah: ‫ال رو أرششهرلد أرمن لمرحممدداً ررلسوُلل اا‬
‫أرششهرلد أرشن لر إالرهر إالم م‬
Artinya : “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah,dan aku bersaksi bahwa
Nabi Muhammad utusan Allah.”
1) Makna syahadat “la ilaha illallah”
Secara umum kalimat ini terdiri atas dua bagian yaitu Laa Ilaaha (tiada
Ilah) dan Illallah (selain Allah). "Laa" yang terdapat pada kalimat "Laa Ilaaha
Illallah" adalah merupakan muruf nafi (penghilangan) yang menghilangkan segala
jenis, dalam hal ini yang di nafi-kan adalah segala jenis Ilah. Illa adalah huruf
istisna (pengecualian) yang mengecualikan Allah dengan segala jenis Ilah yang di
nafi-kan. Bentuk kalimat seperti ini disebut kalimat manfi (negatif) lawan dari
kalimat mutsabat (positif). Kata Illa telah meng"itsbat"kan kalimat yang negatif
(manfi). Dalam bahasa Arab, itsbat setelah nafi mempunyai maksud membatasi
(Al Hasru), dan taukid (menguatkan). Dengan demikian ‘Laa Ilaaha Illallah’
berarti membuang seluruh ilah dan illahllah berarti menetapkan Allah sebagai
satu-satunya Ilah yang sebenar-benarnya berhak di sembah. Oleh karena itu nafi
(menghilangkan) ilah-ilah yang ada harus disertai dengan itsbat (menetapkan)
Allah sebagai ilah yang tunggal dalam kehidupan. Jadi kedua hal itu tidak dapat
dipisahkan. "Ilah" di dalam bahasa Arab memiliki akar kata alaha yang berarti
antara lain : tenteram, lindungan, cinta, dan sembah.
Ketika seseorang mengucapkan syahadat ini, berarti dia mengakui dengan
lisan dan hatinya bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dan
dijadikan tujuan ibadah kecuali Allah. Adapun semua sesembahan selain Allah
adalah sesembahan yang batil dan tidak boleh dijadikan tujuan beribadah.
2) Makna syahadat “Muhammadurrasulullah”
Persaksian Laa Ilaaha Illallah diatas tidak akan terwujud secara benar
dalam kehidupan sehari-hari tanpa mengikuti petunjuk yang diberikan Rasulullah
Muhammad SAW maka persaksian terhadap kerasulan Nabi Muhammad SAW

10
dijadikan sebagai salah satu dari dua kalimah syahadat yang merupakan pintu
gerbang untuk memasuki Dienul Islam. Ketika seseorang mengucapkan syahadat
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, berarti dia siap untuk
melaksanakan konsekuensi berikut:
a. Menaati semua perintahnya.
b. Menjauhi semua larangannya.
c. Membenarkan semua berita darinya dan tidak beribadah kecuali yang sesuai
dengan petunjuk beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Keperawatan Dalam Islam


Secara terminologi, Islam adalah tunduk dan patuh secara sempurna terhadap
seluruh ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW yang dapat diketahui secara
darurat (al islam: al khudlu’ wa al inqiyad al tamm lima ja-a bihi Nabiyu
Muhammadin sallallahu ‘alaihi wa salam wa ‘ulima bi al dlarurat). Setiap umat

11
Islam dituntut untuk menjadikan seluruh rangkaian kehidupannya menjadi ibadah
(taqarrub) kepada Allah SWT karena hanya dengan cara seperti itulah hidup
menjadi bermakna. Tugas seorang muslim untuk menyebarkan keselamatan bagi
setiap makhluk termasuk manusia tanpa membeda-bedakan seorang pasien
berdasar pada agamanya. Tugas penyebaran untuk berbuat baik adalah merupakan
inti dari ajaran dakwah yaitu mendorong manusia kepada kebaikan dan petunjuk,
menyuruh perbuatan makruf dan mencegah perbuatan mungkar, agar mereka
memperoleh kehidupan yang beruntung di dunia dan di akhirat.
Oleh karena itu, profesi keperawatan dalam pandangan Islam memiliki
berbagai aspek. Berikut akan diuraikan beberapa prinsip keperawatan dalam Islam
yaitu sebagai berikut.
1. Aspek Teologi
Setiap hamba telah dibekali oleh Allah dua potensi yaitu kehendak (masyiah)
dan kemampuan (istitha’ah). Atas dasar kehendak maka seorang muslim
memiliki cita-cita untuk melakukan berbagai rekayasa dan inovasi dalam
kehidupannya yang dibaktikan karena Allah. Dengan adanya kehendak dan
kemampuan maka seorang manusia melakukan upaya yang sungguh-sungguh
tanpa menyisakan kemampuannya dan setelah itu menyerahkan hasilnya
menanti ketentuan Allah. Dalam perspektif yang seperti itulah bertemunya dua
hal yang seing dipandang krusial dalam pemahaman akidah yaitu antara usaha
manusia dan takdir Allah. Keduanya adalah merupakan perpaduan dalam
perjalanan hidup manusia yang disebut tawakkal. Hal ini tercermin dalam Al
Quran sebagian diantaranya menekankan manusia agar berbuat secara
maksimal karena Allah tidak akan merubah nasib seseorang sehingga merubah
sendiri.
2. Aspek Fungsi kemanusiaan yaitu khilafah dan ibadah
Tugas khilafah adalah mengelola seluruh alam semesta untuk kepentingan
umat manusia. Dan tentunya harus diingat bahwa tugas pengelolaan yang baik
harus dilakukan oleh hamba-hamba Allah yang memiliki kepatutan untuk itu.
Selanjutnya pelaksanaan tugas khilafah yang benar pastilah akan menghasilkan
ibadah yang benar pula dan demikian sebaliknya. Atas dasar itu, seorang
muslim hendaknya menggali seluruh informasi ilmu pengetahuan tentang alam
semesta termasuk tugas perawatan sekalipun ilmu itu ada pada umat lain yang
tidak muslim. Anjuran tentang hal ini ditegaskan dalam berbagai ayat Al Quran

12
antara lain dengan penyebutan tipologi orang berilmu itu dengan ulul albab.
Allah menegaskan bahwa sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan
pergantian siang dan malam adalah menjadi tanda-tanda kebesaran Allah bagi
orang yang berpikir.
3. Aspek akhlak
Yaitu ihsan yang menyatakan bahwa setiap orang yang beriman hendaklah
menyadari bahwa dirinya selalu dalam pengawasan Allah sesuai dengan Hadis
Rasul bahwa engkau menyembah Allah seakan engkau melihatNya dan
andaikata engkau tidak mampu melihatNya maka yakinlah Ia melihatmu (an
ta’bud Allah kaannaka tarahu fa in lam takun tarahu fa innahu yaraka). Atas
dasar itu, seorang muslim dalam segala tindakannya tidak memerlukan kendali
eksternal untuk menjadi orang baik karena di dalam hatinya terdapat potensi
fitrah yang selalu menuntunnya untuk menjadi orang yang takut berbuat
maksiat.
3.2 Peran Perawat dalam Dakwah Islam
1. Peran Perawat dalam Bimbingan Rohani
Peranan dokter dan perawat tidak sebatas memberikan pengobatan secara fisik
melainkan juga pengobatan psikis (kejiwaan) pasien. Diyakini, dengan terapi
secara psikis akan lebih membantu kesembuhan pasien karena kondisi
kejiwaannya lebih tenang. Dalam menjalankan tugas, seorang perawat harus
melandasi kepada pikiran dan perasaan cinta, afeksi, dan komitmen mendalam
kepada pasien dapat dilakukan dengan cara:
a) Perawat juga bisa membimbing ritual keagamaan sesuai dengan keyakinan
klien, seperti cara bertayamum, salat sambil tiduran, atau berzikir dan
berdoa. “Bila perlu perawat dapat mendatangkan guru agama pasien untuk
dapat memberikan bimbingan rohani hingga merasa tenang dan damai.
Dalam kondisi sakaratul maut perawat berkewajiban mengantarkan klien
agar wafat dengan damai dan bermartabat.
b) Tugas seorang perawat, menekankan pasien agar tidak berputus asa apalagi
menyatakan kepada pasiennya tidak memiliki harapan hidup lagi.
“Pernyataan tidak memiliki harapan hidup untuk seorang muslim tidak
dapat dibenarkan. Meski secara medis tidak lagi bisa menanganinya, tapi

13
kalau Allah bisa saja menyembuhkannya dengan mengabaikan hukum sebab
akibat,” katanya.
c) Perawat juga memandu pasiennya untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT hingga kondisinya semakin saleh yang bisa mendatangkan ketenangan
bagi pasien
d) Sedangkan Isep Zainal Arifin menekankan, perawat bisa memberikan
bimbingan langsung seperti tukar pikiran, berdoa bersama, dan bimbingan
ibadah. Bimbingan tak langsung bisa berupa ceramah, percikan kata
hikmah, buletin, doa tertulis, maupun tuntunan ibadah secara tertulis.
Dengan bimbingan itu diharapkan dapat membantu proses kesembuhan
pasien.
3.3 Sifat teladan Rasulullah SAW dalam pembinaan umat dan aplikasinya
dalam keperawatan
1. Nabi Muhammad SAW memiliki sifat yang sangat mulia. Umat manusia
hendaklah mempelajari sifat-sifat Nabi meliputi Shiddiq, Amanah, Fathonah,
dan Tabligh.
a. Shiddiq (benar)
Aplikasi dalam keperawatan : sebagai seorang perawat hendaknya
meneladani dan meniru sifat shiddiq, berbuat dan berucap dengan benar.
Misalkan pada saat melakukan timbang terima, perawat harus melaporkan
keadaan pasien dan intervensi yang telah dilakukan secara benar.
b. Amanah (bisa dipercaya)
Aplikasi dalam keperawatan : seorang perawat dalam perannya sebagai
caregiver dituntut untuk senantiasa menjunjung tinggi kejujuran dan
tanggung jawab dalam menjalankan tugas sesuai dengan sumpah yang telah
diucapkan. Perawat harus menjaga amanah tersebut karena berhubungan
dengan kesehatan dan keselamatan pasien.
c. Fathonah (Cerdas)
Aplikasi dalam keperawatan : perawat memiliki beberapa peran
diantaranya, caregiver, educator, advocator, case manager, serta researcher.
Oleh karena itu, perawat harus pandai dan menguasai serta mengembangkan
ilmu keperawatan. Ketika bekerja, perawat yang pandai pasti bisa
menganalisis kondisi pasiennya dan memilih intervensi yang tepat. Berpikir

14
kritis serta aktif berdiskusi dengan tenaga kesehatan yang lain untuk
kesembuhan pasien.
d. Tabligh (menyampaikan)
Aplikasi dalam keperawatan : menyampaikan ilmu yang dimiliki melalui
penyuluhan atau pendidikan kesehatan untuk pasien, keluarga pasien dan
masyarakat.
2. Sifat-sifat baik Nabi lainnya seperti ramah, lemah-lembut, dan sifat lainnya
sebagai berikut,
a. Selalu mengawali suatu pekerjaan dengan niat dan Bismillah
Aplikasi dalam keperawatan : memulai perkuliahan, pekerjaan dengan
niat. Niat akan membuat pekerjaan kita agar tetap konsisten dalam garis-
garis yang ditetapkan agama dan profesi.
b. Ramah dan lemah lembut
Aplikasi dalam keperawatan : komunikasi terapeutik yang merupakan
bentuk komunikasi perawat ke pasien disertai dengan sikap ramah dan
lemah lembut.
c. Penerapan pola hubungan egaliter dan akrab.
Aplikasi dalam keperawatan : menggunakan konsep sahabat seperti
Rasulullah, misalkan perawat sebagai KaRu memiliki kedekatan dengan
perawat S1, perawat D3, asisten perawat bahkan dengan petugas kebersihan.
d. Sederhana dan Qana’ah (rida dengan pemberian Allah)
Aplikasi dalam keperawatan : perawat bekerja dengan tulus, mengabdi
serta mengamalkan ilmu. Bekerja untuk memperoleh ridho Alloh SWT,
tidak hanya harta duniawi saja.
3.3 Realisasi syahadatain dalam kehidupan sehari-hari
Syahaadatain yang terdiri dari syahaadah Laa ilaaha illa Allah dan
Muhammad Rasulullah tidak hanya diucapkan secara lisan, tetapi harus diyakini
dalam hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan. Lafadz Laa ilaaha illa
Allah merupakan ikrar seorang muslim untuk meng-esakan AllahSWT dan
mengabdikan diri hanya kepada-Nya, sikap muslim kepada syahaadah uluhiyah ini
adalah ikhlas menerima dan mengamalkan.Muhammad Rasulullah dijadikan
sebagai suri tauladan yang hasanah bagi umat muslim. Syahaadatain harus didasari
rasa mahabbah (cinta)yang kemudian menghasilkan ridha kepada setiap
yang disuruh-Nya. Dari cinta dan ridha ini muncul iman yang kemudian akan
merubah pribadi dari segi I'tiqadi, fikri, syu'uuri dan suluki sehingga
muncul pribadi muslim yang mempunyai nilai di sisi Allah.

15
Setiap tindakan dan amal kita sudah seharusnya bersandar pada prinsip
syahadat tauhid dan syahadat rasul. Karena semua amal yang kita lakukan adalah
derifasi dari pernyataan atas keyakinan dan kesaksian tadi dan tidak berdiri sendiri
melainkan diatasnya.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pelaksanaan pendidikan islam masa nabi dapat di bedakan menjadi dua tahap,
baik dari segi waktu dan tempat penyelenggaraan, maupun dari segi isi dan materi
pendidikan. Yaitu : ( 1 ) fase makkah, sebagai fase awal pembinaan pendidikan
islam dengan makkah sebagai pusat kegiatannya. Dan ( 2 ) fase madinah, sebagai
fase lanjutan ( penyempurnaan ) penbinaan islam dengan madinah sebagai sentral
kegiatannya.
Adapun metode yang diterapkan oleh Nabi antara lain melalui keteladanan,
pembiasaan, nasehat dan cerita. Tujuannya adalah untuk membentuk insan kamil,
pensucian diri dengan ibadah, pembentukan keluarga, masyarakat, bangsa serta
pemeliaraan alam dan lingkungan seperti yang terkandung di dalam Al-qur’an.
Selain itu pada masa Nabi, masjid bukan hanya sebagai tempat beribadah saja
tetapi juga sebagai pusat pendidikan dan komunikasi antar muslim.
Secara istilah syahadat merupakan pernyataan, janji sekaligus sumpah untuk
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Intinya, sebagai umat nabi Muhammad
SAW kita hidup di dunia ini untuk kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah,
mengakui dan meyakini bahwa Muhammad SAW sebagai hamba dan utusan

16
Allah, mengimani semua yang datang dari beliau, termasuk tentang para nabi dan
para rasul Allah yang terdahulu.
4.2 Saran
Sebagai seorang perawat muslim, kita harus mencontoh metode dakwah yang
dilakukan Rasulullah, mencontoh sifat sifat teladan Rasulullah dan diterapkan
dalam kehidupan sehari hari terutama dalam hal meningkatkan derajat kesehatan
pasien. Dalam menjalankan tugas, seorang perawat harus melandasi kepada
pikiran dan perasaan cinta, afeksi, dan komitmen mendalam kepada pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qahthani, Muhammad Sa'id, et al. 2006. Memurnikan Laa Ilaaha Illallah.


Jakarta: Gema Insani Press.
Damaiyanti,Mukhripah. 2008. Komunikasi Terapeutik Dalam Praktek
Keperawatan. Bandung: Refika Aditama.
Destur (2014). Artikel Jalan Dakwah Perawat Muslim. diakses dari
http://www.senyumperawat.com/2014/07/jalan-dakwah-perawat
muslim.html tanggal 07-09-2014 pukul 15.16 WIB
Http://www.rsboromeus.com/pastoralcare
Ilmy, Bachrul. 2007. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Grafindo Media
Pratama.
Komarudin, dkk. 2010. Implementasi Dakwah Melalui Optimalisasi Layanan
Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) Bagi Pasien Rawat Inap Rumah
Sakit Pemerintah Di Jawa Tengah. Penelitian Kelompok Diktis.
Kurniawan, Beni. 2015. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Grasindo
Nata, Abudin. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana. Hal. 77-78.
Ramayulis. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

17
Syukur, Fatah. 2012. Sejarah Pendidikan Islam. Semarang : Pustaka Rizki Putra.
Hal 10-20.
Taufiqurrohman, M.Si. 2015. Panduan Syahadat. Jakarta: Pusat Ilmu.
Wahyudin, Udin & Fathurrahman. 2008. Buku Pelajaran Fikih. Jakarta: Grafindo
Media Pratama.
Yunus, Mahmud. 1992. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : PT. Hidakarya Agung.
Hal 5-6.

18

Anda mungkin juga menyukai