Anda di halaman 1dari 19

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

Judul buku : Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Era Rasulullah
Sampai Indonesia
Penulis : Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.Ag
Tahun terbit : 2007
Penerbit : KENCANA
Kota terbit : Jakarta
Cetakan : Pertama
Tebal : xxx, 360 hlm; 23 cm

1. PROFIL RASULULLAH SEBAGAI PENDIDIK IDEAL
A. Kondisi Politik, Sosiokultural Pra-Islam Sampai fase Awal Islam
Gambaran dunia politik menjelang pertengahan abad ke-6 sesudah masehi, terbukti
bahwa dunia berada dalam keadaan gelap dan parah dengan takhayul yang merusak
kehidupan spiritual manusia. Bangsa-bangsa yang dulu pernah merdeka dan produktif
peradaban-peradaban tertua di duni, seperti Asyria, Thunisia, dan Mesir, kini tak berkutik
dibawah cengkraman Romawi.
Sekitar tahun 610 M, pada tanggal 17 Ramadhan, turunlah wahyu yang pertama,
surat al-Alaq ayat 1-5, sebagai fase awal pendidikan Islam di Mekkah. Dengan turunnya
wahyu tersebut, pertanda bahwa rasulullah telah resmi sebagai Rasul pembawa risalah-risalah
Ilahi yang akan membawa manusia ke jalan kecerdasan dan kesempurnaan.

B. Tahapan Pendidikan Islam pada Fase Mekkah
1. Tahapan rahasia dan perorangan
Pada Awal turunnya wahyu pertama, al-Quran surat 96, ayat 1-5, pola pendidikan
yang dilakukan adalah secara sembunya-sembunyi, mengingat kondisi sosialpolitik yang
belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya.,
2. Tahap terang-terangan
Perintah dakwah secara terang-terangan dilakukan oleh rasulullah, seiring dengan
jumlah sehabat yang semangkin banyak dan untuk meningkatkan jangkauan seruan dakwah,
karena dinyakini
dengan dakwah tersebut banyak kaum Quraisy yang akan masuk Islam. Di samping itu,
keberadaan rumah Arqam ibn Arqam sebagai pusat dan lembaga pendidikan Islam, sudah
diketetahui oleh kuffar Quraisy.
3. Tahap untuk umum
Hasil seruan dakwah secara terang-terangan yang terfokus kepada keluarga dekat,
kelihatannya belum maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Maka rasulullah
mengubah strategi dakwahnya dari seruan yang terfokus kepada keluarga dekat beralih
kepada seruan umum, umat manusia secara keseluruhan. Seruan dalam skala internasional
tersebut, didasarkan kepada perintah Allah, surat al-Hijr ayat 94-95.

C. Lembaga pendidikan dan sistem pembelajaran
Pada fase Mekkah, Rasulullah beserta para sahabat menghadapi sejumlah tantangan
dan ancaman dari kaum Quraisy. Menurut Ahmad Salaby, sebagai mana yang dikutip
Soekarno, bahwa faktor-faktor yang mendorong kaum Quraisy menentang seruan Islam
sebagai berikut; (1) persaingan kekuasaan (persamaan hak antara kasta bangsawan dan kasta
hamba sahaya yang dilakukan oleh Rasulullah; (2) takut bangkit. Kaum Quraisy tidak dapat
menerima agama Islam yang mengajarkan bahwa manusia akan hidup kembali setelah mati;
(3) taklid kepada nenek moyang secara mebabibuta, dan mengikuti langkah-langkah mereka
dalam soal-soal peribadatang dan pergaulan adalah suatu kebiasaan yang telah berurat
barakat pada bangsa arab; (4) memperniagakan patung. Agama Islam melarang menyembah,
memahat, dan menjual patung. Karena itu saudagar-saudagar patung memandang islam
sebagai penghalang rezeji, dan akan menyebabkan perniagaan merekan akan mati dan lenyap.

D. Materi dan kurikulum pendidikan Islam
Muhammad Yunus mengklasifikasikan materi pendidikan kepada dua maca, yaitu
materi pendidikan yang diberikan di Makkan dan materi pendidikan yang di berikan di
Madinah. Pada fase Makkah terdapat tiga macam inti sari materi palajaran yang diberikan di
Makkah; yaitu keimanan, ibadah dan akhlak. Intisari pendidikan agama di Madinah dapat di
klasifikasikan sebagai berikut; yaitu pendidikan keimana, pendidikan ibadat, pendidikan
akhlak, pendidikan kesehatan dan pendidikan kemasyarakatan.

E. Metode pengajaran Rasulullah
Metode pengajaran ialah metode yang dipakai guru dalam mengadakan hubungan
dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Metode yang diterapkan oleh Rasulullah
adalah (1) metode ceramah; (2) dialog, misalnya dialong antara Rasulullah dengan Muadz
Ibn Jabal; (3) diskusi atau tanyajawab; (4) metode diskusi; (5) metode demonstrasi; (6)
metode eksperimen.

F. Evaluasi pendidikan
Dalam menjalankan misi pendidikan, untuk melihat tingkat atau kadar penguasaan
para sahabat terhadap meteri pelajaran, Nabi SAW juga mengevaluasi sababat-sahabatnya.
Dengan mengevaluasi sahabat-sahabatnya, rasulullah mengetahui kemempuan para sahabat
dalam memahami ajaran agama atau dalam menjalankan tugas.
Di samping menguji para sahabat, Rasulullah juga dievaluasi Allah melelui
malaikat Jibril. Sebagaimana kisah kedatangan malaikat Jibril kepada Nabi SAW.
Adapun sistem pengukuran yang di gunakan Nabi, Nabi melakukan pengukuran
terhadap perilaku manusia dengan tanda-tanda seseorang yang beriman ialah mencintai orang
lain sesma mukmin, seperti mencintai dirinya sendiri.

G. Peran wanita dalam pendidikan islam era Rasulullah
Dalam lintas sejarah, tercatat beberapa nama wanita muslim yang terpelajarpada
permulaan Islam hanya tahu membaca dan menulis. Al-Balaziri mencatat Sayyidah Hafsah
istri Nabi, dan Aisyah binti Saad tahu baca tulis, sedankan Aissyah binti Abu Bakar sanggup
membaca Al-Quran dan banyak memberikan pelajaran.
Khususnya pada era Rasul, tidak ada perbedaan hak dan kewajiban antara laki-laki
dan perempuan dalam menuntut ilmu bahkan kedua jenis manusia tersebut wajib menuntut
ilmu.


2. POLA PENDIDIKAN ISLAM PADA PERIODE
RASULULLAH
Sosiokultural masyarakat Mekkah dan Madinah
Pola pendidikan Islam periode Rasulullah SAW. yang dapat dibedakan menjadi dua
fase, yaitu fase Makkah dan fase Madinah

1. Fase Mekkah
Allah mahabijaksana, sabagai calon panutan umat manusia, Muhammad ibn
Abdullah sejak awal sekali talah disiapkan Allah, dengan menjaganya dari sikap-sikap
jahiliah. Dengan akhlaknya yang terpuji, syarat dengan nilai-nilai humanisem dan
spiritualisme ditengah-tengah manusia yang hampir tidak berprikemanusiaan, Muhammad
ibn Abdullah, masih sempet mendapat gelar tertinggi, yaitu al-Amin. Ibn Abdullah ,seseorang
yang teguh mempertahankan tradisi Nabi Ibrahim, tabah dalam mencari kebenaran hakiki,
menjatuhkan diri dari keramain dan sikap hedonisem dengan berkontenplasi (ber-tahanus) di
Gua Hira.
Tahapan pendidikan islam pada fase Makkah
Pola pendidikan yang dilakukan Rasulullah sejalan dengan tahapan-tahapan dakwah yang
disampaikannya kepada kaum Quraisy. Tahapan-tahapan tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Tahap pendidikan Islam secara rahasia dan perorangan
2. Tahap pendidikan Islam secara terang-terangan
3. Tahap pendidikan Islam untuk umum
Materi pendidikan Islam
Materi pendidikan fase Makkah dapat dibagi kepada dua bagian, yaitu
Pertama, materi pendidikan tauhid, materi ini lebih difokuskan untuk memurnikan ajaran
agama tauhid yang dibawa Nabi Ibrahim, yang telah diselewengkan oleh masyarakat jahiliah.
Kedua, materi pengajaran al-Quran. Materi ini dapat dirinci kepada: (1) materi baca tulis Al-
Quran. (2) menghafal ayat-ayat Al-Quran. (3) pemahaman Al-Quran.
Metode Pendidikan Islam
Metode yang dilakukan Rasulullah dalam membidik para sahabatnya antara lain: (1)
metode ceramah; (2) dialog; (3) diskusi dan tanya-jawab; (4) metode perumpamaan; (5)
metode kisah; (6) metode pembiasaan; (7) metode hafalan.
Ada pula metode pendidikan Islam yang dilakukan Nabi Muhammad pada periode
Makkah dan Madinah yang ditulis oleh Najb Khalid al-Amar dalam buku Tarbiyah
Islamiyah ialah (1) melalui teguran langsung; (2) melalui sindiran Rasulullah; (3)
pemutusan dari jamaah; (4) melalui perbandingan kisah orang-orang terdahulu.
Kurikulum pendidikan islam
Kurikulum pendidikan Islam pada periode Rasulullah baik di Makkah maupun di
Madinah adalah al-Quran yang Allah wahyukan.
Lembaga pendidikan Islam
Lembaga pendidikan islam dibagi menjadi dua, yaitu rumah Arqam ibn dan yang kedua
Kuttab.

2. Fase Madinah
kedatangan Nabi Muhammad SAW. bersama bersama kaum muslimin Makkah,
disambut oleh penduduk Madinah dengan gembira dan penuh dengan rasa persaudaraan.
Lembaga pendidikan Islam
Ketika Rasulullah dan para sahabat Hijrah ke Madinah salah satu program pertama yang
beliau lakukan adalah pembangunan sebuah mesjid. Mesjid itulah yang menjadi pusat
kegiatan Nabi Muhammad SAW. Bersama kaum muslimin, untuk secara bersama membina
masyarakat baru, masyarakat yang disinari oleh tauhid, dan mencerminkan persatuan dan
kesatuan umat.
Lembaga pendidikan islam di Madinah
Diantar pelaksanaan pendidikan islam di Madinah yaitu: Pendidikan ukhuwalah
(persaudaraan) antara kaum muslimin, pendidikan kesejahteraan sosial, penddidikan
kesejahteraan keluarga kaum kerabat dan pendidikan hankam (pertanaah dak keamanan)
dakwah Islam.


3. POLA PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KHULAFAUR
RASYIDIN
A. Masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin
1. Masa Khalifah Abu Bakar as-Siddiq
Pada masa kekahlifahan Abu Bakar diguncang pemberontakan oleh ornaag-orang
murtad. Berdasarkan hal itu Abu Bakar memusatkan perhatiannya untuk memerangi para
pemberontak yang dapat mengacaukan keamanan dan memengaruhi orang-orang islam.
Dengan demikian, dikirimlah para pasukan untuk menumpas para pemberontak di Yamamah.
Dalam penumpasan tersebut banyak umat islam yang gugur, yang terdiri sahabat dekat
Rasulullah dan para Hafiz Al-Quran, sehingga mengurangi jumlah yang hafal al-Quran.
Oleh karena itu, Umar ibn Khatab menyarankan kepada Kahlifah Abu Bakar untuk
mengumpulkan ayat-ayat al-Quran, kemudian untuk merealisasikan saran tersebut diutuslah
Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan semua tulisan al-Quran tersebut. Pola pendidikan pada
masa Abu Bakar masih seperti masa Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga
pendidikannya.
Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau Keimanan,
akhlak, ibadah, kesehatan dan gebagainya.
2. Masa Ubar bin Khatab
Pelaksanaan pendidikan di masa khalifah Ubar Bin Khatab lebih maju, sebab
selama Umar memerintah, negara berada dalam keadaan stabil dan aman, ini dsebabkan,
disamping telah ditetapkan masjid sebagai pusat pendidikan, juga telah terbentuknya pusat-
pusat pendidikan diberbagai kota dangan materi yang dikembangkan, baik segi ilmu bahasa,
manulis dan pokok ilmu-ilmu lainnya. Pendidikan dikelola dibawah pengaturan gubernur
yang berkuasa pada saat itu serta diiringi kemajuan dari berbagai bidang, seperti jawatan pos,
kopolisian, baitulmal, dan sebagainya. Adapun sumber gaji para pendidik pada waktu itu
diambilkan dari daerah yang ditaklukan dan dari baitulmal.
3. Masa Kahlifah Usman bin Affan
Pada masa kekalifahan Usaman bin Affan, palaksanaan pendidikan tidak jauh
berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan dimasa ini hanya melanjutkan apa yang telah
ada, namun hanya sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan Islam. Para sahabat
yang berpengaruh dan dekat dengan Rasulullah yang tdak diperbolehkan meninggalkan
Madinah dimasa Khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar dan menetap di daerah-
daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan
pendidikan di daerah-daerah.
3. Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
Pada masa ini banyak terjadi pemberontkan dan kekacauan, sehngga pada masa ia
berkuasa pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan pada masa Ali berkuasa, kegiatan
pendidikan Islam mandapat hambatan dan ganguan. Pada masa itu Ali tidak sempat lagi
memikirkan masalah pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya itu ditumpahkan pada
masalah keamanan dan kedamainan bagi masyarakat Islam. Dengan demikian, pola
pendidikan pada masa khulafaur Rasyidin tidak jauh berbeda pada masa Nabi yang menekan
pada pengajaran baca tulis dan ajaran-ajaran Islam yang bersumber pada al-Quran dan Hadis
Nabi.

B. Pusat-pusat Pendidikan Pada Masa Khulfaur Rasyidin
Pusat-pusat pendidikan pada masa khulafur Rasyidin antara lain:
1. Mekkah. Guru pertama di Mekkah adalah Muaz Bin Jabal yang mengajarkan Al-Quran dan
Fikih
2. Madinah. Sahabat yang terkenal antara lain: Abu Bakar, Usman bin Affan, Ali bin Abi
Thalib, dan sahabat-sahabat lainnya
3. Basrah. Sahabat yang terkenal antara lain: Abu Musa Al-Asyaty, dia adalah seorang ahli
Fikih dan Al-Quran.
4. Kuffah. Sahabat-sahabat yang termasyur di sini adalah Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin
Masud. Abdullah bin Masud mengajarkan al-Quran, ia adalah ahli tafsir, hadis dan fikih.
5. Damsyik (syam). Muaz bin Jabal, Ubaidah dab Abu Darda.
6. Mesir. Abdullah bin Amru bin Ash, ia adalah seorang ahli hadis.


4. POLA PENDIDIKAN ISLAM PADA PERIODE DINASI
UMAYYAH
A. Pengambil Alhi Kekuasaan
Demi menghindari pertumpahan darah yang lebih besar dikalangan umat Islam,
maka Hasan ibn besedia mengundurkan diri dengan beberapa syarat kepada Muawiyah di
antaranya:
1. Agar Muawiyah tidak menaruh dendam tehadap seorang ping dari penduduk
Irak.
2. Agar pajak tanah negeri Ahwaz diberikan kepada Hasan Setiap tahunnya.
3. Muawiyah membayar kepada saudaranya husein sebanya 2 juta dirham.
4. Menjamin keamanan dan memaadkan kesalahan penduduk Irak.
5. Pemberian kepada bani hasyim haruslah lebih banyak daripada bani Abdu Syam.
6. Jabatan khalifah sesudah muawiyah harus diputuskan berdasarkan musyawarah diantara
kaum muslimin
Dengan demikian, Muawiyah menjadi penduasa yang sah di seluruh wilayah
kedaulatan pemerintahan Islam. Peristwa ini disebut dengan Am al-Jamaah yang artinya
tahun persatuan.

B. Pembentukan Dinasti Bani Umayyah
Dapat disimpulkan bahwa keberhasilan yang dicapai Muawiyah, bukan hanya
bermula dari kemenangan berdiplomasi yang terjadi pada Perang Shifin serta terbunuhnya
khalifah Ali bin Abi Thalib, melainkan semenjak ia menjadi gubernur. Muawiyah dikenal
dengan gaya kepemimpinannya yang kuat, ia menjadi landasan kepemimpinanm politikus,
serta professional dalam mengatur administrasi pemerintahan. Hal ini dilihat dari peran yang
pernah dimainkannya semenjak zama Rasulullah.
Dinasti Umayyah berkusasa selama 91 tahun. Dengan 14 orang khalifah yang
dimulai Umayyah ibn Abu Sufyan dan diakhiri Marwan ibn Muhammad.
Pada awalnya pemerintah dinasti Bani Umayyah besifat demokrasi lalu berubah
menjadi feudal atau kerajaan. Pusat pemerintahan berpusat di kota Damaskus, hal ini
dimaksud agar lebih mudah dalam memerintah, karena muawiyah sudah begitu lama
memegang kekuasaan di wilayah tersebut serta ekspandi territorial yang sudah begitu luas.

C. Kemajuan Yang Dicapai
Berbagai kemajuan telah diperoleh pada dinasti ini. Dalam bidang administrasi
misalnya, telah terbentuk berbagai lembaga administrasi pemerintah yang mendukung
pimpinan dinasti Umayyah. Disamping melakukan ekspansi territorial, pemerintah dinasti
Umayyah juga menaruh perhatian dalam bidang pendidikan. Diantara ilmu pengetahuan yang
berkembang pada masa itu adalah ilmu agama, ilmu sejarah, ilmu pengetahuan dibidang
bahasa dan bidang filsafat.

D. Pola Pendidikan dan Pusat Pendidikan
Pada masa dinasti Umayyah pola pendidikan bersifat desentralisasi, tidak memiliki
tingkatan dan standar umur. Kajian keilmuan yang ada pada periode ini berpusat di
Damaskus, kuffah, Mekkah, Madinah, Mesir, cordova dan beberapa kota lainnya. Diantara
ilmu-ilmu yang dikembangkannya, yaitu: kedokteran, filsafat, astronomi atau perbintangan,
ilmu pasti, sastra, seni baik itu seni bangun, seni rupa, maupun seni suara.
Adapun pola pendidikan pada dinasti Umayyah, diantaranya: (1) pendidikan istana.
Adapun rancana pelajaran di istana sebagai berikut: Al-Quran, hadis-hadis yang mulia, syair-
syair yang terhormat, riwayat hukam, menulis, membaca dan lain-lain. (2) Nasihat pembesar
kepada Muaddib. (3) Badiah. (4) Perpustakaan. (5) Bamaristan (rumah sakit tempat berobat
dan merawat orang serta tempet studi kedokteran).

5. POLA PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM PADA
PERIODE ABBASIYAH
A. Sejarah Beridirnya Daulah Abbasiyah
Berdirinya daulah Abbasiyah diawali dengan dua strategi, yaitu satu dengan sistem
mencari pendukung dan penyebaran ideh secara rahasia, hal ini sudah berlangsung dari akhir
abat pertama hijriah yang bermarkas di Syam dan tempatnya di Al Hamamah, sistem ini
berakhir dengan bergabungnya Abu Muslim al-Khurasani pada jumiyah yang sepakat atas
terbentuknya Daulah Abbasiyah. Sedangkan startegi kedua dilanjutkan dengan terang-
terangan dan himbuan-himbauan di forum-forum resmi untuk mendirikan Daulah Abbasiyah
sedangkan strategi yang diterapkan oleh Muhammad bin Al-Abasy dan kawan-kawannya
sejak akhir abat pertama samapi 132 H akhirnya membuahkan hasil dengan berdirinya
Daulah Abbasiyah.
B. Kedudukan Khalifah
Sestem pemerintahan ke khalifa atau pemerintah bani Abbasiyah meniru cara
Umawiyah bukan mencontoh Khukafaurrasyidin yang berdasarkan pemilihan khalifah
dengan musyawarah dari rakyat. Dan ada satu hal yang baru lagi bagi khalifah Abbasiyah
ialah pemakaian gelar Al-Mansyur. Hal tersebut dapat ditelusuri dari lokasi di mana
Abbasiyah berkuasa yang bertumpu pada bekas kekuasaan Persia, sehingga model Persia
dijadikan acuan adalah wakil tuhan di bumi.
C. Sistem Politik, Pemerintahan dan Bntuk Negara
1. Sistem Politik
Adapun sistem politik yang dijalankan daulah Abbasiyah antara lain:
A. Para Khalifah tetap dari turunan arab murni.
B. kota Baghdad sebagai ibu kota negara.
C. Ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting dan mulia
D. kebebsan berfikir sebagai hak asasi manisia sepenuhnya
E. Para menteri keturunan Persia diberi hak yang penuh dalam menjalankan pemerinyahannya.


2. Sistem Pemerintahan dan Bentuk negara
Pemerinta Abbasiyah berlanjut dari tahun 132-656, kurang lebih selam 524 tahun.
Pemerintah Abbasiyah menurut pandangan ahli sejarah membagi kepada beberapa periode:
A. Periode khalifah abbasiyah yang pertama Abdul Abbas Al-Saffah 132-136 H/750-754 M
B. Periode kedua adalah Abu Jakfar Al-Mansyur tahun 136-158 H/754-775 M
C. Periode ketiga adalah Almahdi tahun 158-169 H/775-785 M
D. Khalifah keempat adalah Al-Hadi dari tahun 169-170 H/ 785-786 M
E. Khalifah keenam Harun Al-Rasyid tahun 170-193 H/876-809 M
F. Khlifah kelima Al-Amin dari tahun 193-198 H/808-813 M
G. Khalifah ketujuh Al-Mamun dari tahun 198-218 H/818-833 M
H. Khalifah kedelapan Al-Mutasmin dari tahun 218-227 H/833-842 M
I. Khalifah kesembilan Al-wasiq dari tahun 227-232 H/742-847 M
D. SISTEM SOSIAL
Pada zaman Daulah Abbasiyah ini terjadi perubahan yang sangat menonjol di
antaranya adalah:
1. Tampilan kelompok Mawali khususnya pada pemerintahan Irak, yang menduduki peran dan
posisi penting di pemerintahan.
2. Menurut janji Jurzi Zaidah, masyarakat terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok khusus
dan kolompok umum.
3. Kerajaan Islam Daulah Abbasiyah tersusun dari beberapa unsur bangsa yang berbeda-bada.
4. Perkawinan campuran dari melahirkan anak dari unsur campuran darah.
5. Terjadinya pertukaran pendapat, cerita, pikitan sehingga muncul kebudayaan yang baru.
6. Perbudakan.



6. POLA PENDIDIKAN ISLAM DI SPANYOL ERA AWAL
TINJAUAN HISTORIS FILOSOFIS
A. Sekilas Sejarah Awal Spanyol Islam
Kedatangan Islam di Spanyol telah membawa perubahan yang sangat besar,
terutama di bidang sosial dan ilmu pengetahuan serta kebudayaan. Perkembangan
kubudayaan Spanyol Islam terbentuk bukan hanya karena sentuhan dari tradisi Arab-Islam,
akan tetapi lebih dari itu kerena akibatnya persentuhan peradaban yang dibawa oleh Arab-
Islam dengan kebudayaan masyarakat yang multibudaya inilah yang akhirnya terikat menjadi
satu dan membentuk budaya islam yang tinggi pada masa itu. Semua ini tidak lepas dari
kepiawaian dan dukungan dari penguasa dalam memajukan ilmu pengetahuan dan tingginya
motivasi umat islam dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan budaya, sehingga dalam
waktu singkat Spanyol berubah menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan islam di
belahan Barat.



B. Perkembangan Pendidikan dan Kebudayaan Spanyol Islam
Upaya dalam mengembangkan pendidikan dan peradaban dapat dilihat dari
beberapa gebrakan, yang kemudian diikuti oleh para penguasa spanyol sesudahnya. Adapun
upaya-upaya tersebut, antara lain: Mendirikan lembaga pendidikan dan membangun
perpustakaan
C. Faktor Penunjang Pengembangan Pendidikan Spanyol Islam
Terlepas dari berbagai fenomena diatas, yang jelas kemajuan ilmu pengetahuan
Spanyol Islam tidak terlepas dari berbagai faktor penunjang, baik faktor internal maupun
faktor eksternal. Faktor internal dalam hal ini adalah faktor ajaran islam sebagai motifasi,
nilai dan doktrin yang terakumulasi dalam al-Quran dan hadis, ini merupakan pendorong
utama dalam memajukan pendidikan Spanyol Islam.
Sedangkan faktor ekstrinsik, merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya
kaum musilimin Spanyol dalam menciptakan kultur Islam dalam mebentuk kebudayaan.
Faktor tersebut antara lain adalah: (1) faktor kekuasaan; (2) faktor akademis; (3) faktor
kompetisi positif yang ditunjukan umat Islam dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan
dan kebudayaan; (4) faktor toleransi dan stabilisasi nasional antara Islam dan non-Islam.

7. PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI ANDALUSIA
SISILIA
1. Lembaga pendidikan Islam di Spanyol
Kuttab
Pada lembaga ini siswa-siswanya mempelajari berbagai meacam ilmu pengetahuan
diantaranya adalah
a. Fikih
b. Bahasa dan Sastra
c. Musik dan Seni
Pendidikan tinggi
Tidak dapat di pungkiri bahwa Islam Spanyol merupakan tonggak sejarah peradaban,
kebudayaan dan pendidikan pada abad kedelapan dan akhir abad ketigabelas. Universitas
Cordova berdiri megah menjadi ikon Spanyol, sehingga Spanyol termasyur ke seluruh dunia.
Selain itu terdapat pula Universitas Sevilla, Malaga, dan Granada. Pada perguruan
tinggi ini diajarkan ilmu kedokteran, astronomi, teologi, hukum Islam, kimia dan lain-lain.
Namun secara garis besar pada perguruan tinggi di spanyol terdapat dua konsentrasi ilmu
pengetahuan, yaitu filsafat dan sains
Faktor Pendukung Kemajuan Pendidikan Islam di Spanyol
A. Adanya dukungan dari penguasa, membuat pendidikan Islam cepat sekali majunya karena
penguasa sangat mencintai ilmu pengetahuan dan berwawasan jauh ke depan.
B. Adanya beberapa sekolah dan universitas dibeberapa kota di Spanyol yang sangat terkenal.
C. Banyaknya para sarjana Islam yang datang dari ujung tumur dan ujung barat wilayah islam
dengan membawa barbagai buku dan berbagai gagasan.
D. Adanya persaingan antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol dalam bidang
ilmu pengetahuan dan peradaban.
Luluhnya Kedigdayaan Islam di Andalusia
Di antara penyebab runtuhnya peradaban dan pendidikan Islam di Andalusia adalah: (1)
konflik agama; (2) Ideologi perpecahan; (3) krisis Ekonomi; (4) Peralihan kekuasaan.

2. Lembaga pendidikan di Sisilia
Kuttab
Syalabi menyebutkan, bahwa pada kota Palermo terdapat 300 kuttab, jumlah ini
termasuk hitungan yang sangat banyak pada masa itu.
Science and Tecnology
Sisilia telah menorehkan sejarah yang tak dapat didustakan untuk peradaban dan
perkembangan ilmu pengetahuan, karena pada daerah ini telah menetaskan ulama-ulama
besar yang melahirkan karya-karya besar, di antaranya, yaitu:
A. Muhammad ibn Khurasan dan Ismail ibn Khalaf, di bidang ilmu al-Quran dan Qiraat.
B. Abu Abbas dan Abu Bakar ibn Muhammad al-Yamimi, di bidang Hadis.
C. Ibnu al-Farra dan Musa ibn Hasan, di bidang ilmu Kalam.
D. Ali Hamzah al-Bashri dalam bidang sastra.
E. Abu Said Ibrahim dan Abu Bakar al-shiqli, bidang fisika, kimia dan matematika.
F. Abu al-Abbas Ahmad ibn al-Slam di bidang kedokteran.
Faktor Pedukung Kemajuan Pendidikan Islam di Sisilia
a) Para penguasa muslim di sisilia adalah orang pencinta ilmu dan berwawasan luas.
b) Menggaji para dosen, peneliti dan ilmuan.
c) Membebaskan para dosen, peneliti dan ilmuan dari wajib militer
d) Migrasi para ilmuan, peneliti, dosen dan guru dari berbagai penjuru dunia Islma ke sisilia,
karena tertarik dengan tunjangan yang memadai.
Perang Salib dan Akibatnya Terhadap Pendidikan Islam dan Ilmupengetahuan
Muslim di Andalusia dan Sisilia
Akibat yang ditimbulkan oleh Perang Salib yang berlangsung selama dua abad itu
amat banyak sekali, diantaranya adalah:
a) Pemeluk Islam yang menduduki Andalusia dan Sisilia terpaksa hengkang dari dua daerah ini,
karena kemenangan Ratu Isabela dan Raja Ferdinand membuat mereka memberikan tawaran
yang tidak menguntungan satu pun (keluar dari spanyol, memeluk agama Kristen, atau
dibunuh).
b) Delapan kali Perang Salib, hanya serangan pertama yang dianggap menang oleh K.Hitti,
sedangkan yang lainnya adalah gagal, sehingga tujuan perang dialihkan untuk merebut kota
Mesir.
c) Kegagalan merebut mesir membuat perang salib selanjutnya tidak terarah, maka Spanyol
dan Sisilia yang jauh berada di Baghdad diserang dengan membabibuta tanpa pandang bulu,
sehingga daerah ini mendapat getah dari perang salib.
d) Dengan dikuasainya sisilia dan Spanyol oleh Raja Ferdinand dan Ratu Isabela yang sangat
membenci Islam Karen perang salib, sehingga mereka mengikis habis seluruh jejak Islam dan
peradabanny, kecuali bangunan-bangunan yang dianggap perlu yang masih eksis sampai
sekarang dan lain-lain.

8. LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM ERA AWAL;
RUMAH, KUTTAB, MASJID, SALOON DAN MADRSAH
A. INSTITUSI PENDIDIKAN ERA AWAL
1. Rumah
Lembaga pendidikan ini muncul dari pemikiran-pemikiran yang selaras dengan
kebutuhan masyarakat, disadari, digerakkan dan dikembangkan oleh Al-Quran dan Sunah.
Karena itu lembaga pendidikan Islam bukanlah sesuatu yang datang dari luar, tetapi tumbuh
dan berkembang seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan ajaran Islam telah mengenal
lembaga pendidikan saja detik-detik awal turunnya wahyu kepada nabi Muhammad SAW.,
rumah Al-Quran ibn Abi al-Arqam merupakan lembaga pendidikan pertama.
2. Kuttab
Kuttab ada dua bentuk, (1) berfunggsi sebagai tempat pendidikan yang memfokuskan
pada baca tulis. (2) kutab tempat pendidikan yang mengajarkan al-Quran dan dasar-dasar
keagamaan.
3. Masjid
Perkembangan masjid sengat signifikan dengan perkembangan yang terjadi di
masyarakat. Terlihat lagi pada saat masyarakat Islam mengalami kemajun, urgensi
masyarakat Islam terhadap masjid menjadi semangkin kompeks.
4. Saloon
Saloon dalam bahasa Arab berarti sanggar seni. Menurut Hasan Abd. Al-Al seorang
ahli pendidikan Islam dari Universitas Thantha, menyatakan Saloon ini telah berdiri masa
Abbasiyah dengan nama Al-Shalunat al-Adabiyah, yaitu sanggar seni dan sastra. Beda
dengan Harun Nasution bahwa saloon-saloon yang timbul dalam bentuk yang bersahaja
sudah mulai pada zaman bani Umayyah, dan kemudian hidup dengan megahnya dizaman
Abbas.
5. Madrasah
Dalam sejarah pendidikan Islam, makna dari madrasah tersebut memegang peran
penting sebagai institusi belajar umat Islam selama perkembangan dan pertumbuhannya.
Sebab, pemakaiana istilah madrasah secara definitive barumuncul pada abad ke 11.
Penjelasan istilah madrasah merupakan trasformasi dari masjid ke madrasah.

9. KURIKULUM DAN POLA PENGEMBANGAN ILMU
PENGETAHUAN PADA MASA KLASIK ZAMAN KEEMASAN
1. PENGERTIAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
Kurikulum itu adalah merupakan landasan yang digunakan pendidikan untuk
membimbing peserta didiknya kea rah tujuan pendidikan yang di inginkan melalui akumulasi
sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental. Ini berarti bahwa proses pendidikan
Islam bukanlah suatu yang dapat dilakukan secara serampangan, tetapi hendaknya mengacu
pada konseptualisasi manusia transformasi sejumlah pengetahuan keterampilan dan sikap
mental yang harus tersusun dalam kurikulum pendidikan Islam.
2. KURUKULUM PENDIDIKAN ISLAM SEBELUM BERDIRINYA MADRASAH
Berbicar mengenai pendidikan Islam sebelum berdirinya sekolah atau madrasah dapat
dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu Kurikulum Pendidikan Rendah dan Kurikulum
Pendidikan Tinggi.
3. MADRASAH PADA MASA KLASIK
Hal penting lain, yang perlu dicatat dari gambaran di atas, ialah bahwa institusi
pendidikan Islam mengalami perkembangan, sesuai dengan kebutuhan dan perubahan
masyarakat muslim di kala itu. Perkembangan dan kebutuhan masyarakat ditandai oleh:
a) Perkembangan ilmu, kaum muslimin pada awalnya membutuhkan pemahaman al-Quran
sebagai apa adanya, begitu juga membutuhkan keterampilan membaca dan menulis.
b) Perkembangan kebutuhan, pada masa awal, yang menjadi kebutuhan utama ialah
mendakwahkan islam.

10. TRANSFORMASI DAN KONTRIBUSI INTELEKTUAL
ISLAM ATAS DUNIA BARAT
A. MASA KEGELAPAN DUNIA BARAT DAN KEMAJUAN PERADABAN ISLAM
Dari segi ilmu pengetahuan, selama beberapa abad, barat dikuasai oleh doktrin gereja
yang cenderung menolak kajian ilmu pengetahuan dan budaya berpikir atau filsafat yang
pernah barkembang pada masa sebelumnya di Yunani.
Sementara itu, ketika dunia Barat berada pada masa kegelapan, terutama di bidang
ilmu pengetahuan akibat dari doktrin gereja, dunia Islam sibuk melakukan pengkajian dan
pengembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat sehingga melahirkan peradaban yang
bernilai tinggi.
B. TRANSFORMASI INTELEKTUAL ISLAM KE DUNIA BARAT
Faktor Internal -> sifat inklusifitas umat islam dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
Faktor Eksternal -> setidaknya ada 4 faktor yaitu:
1. Terpecahnya beberapa institusi Kristen Ortodoks sekte Nestorian dan Monophysite dengan
gereja Induk, dengan alasan perbedaan doctrinal.
2. Penakluk Alexander Agung juga ikut menjadi penyebab tersebarnya ilmu pengetahuan dan
kebudayaan Yunani ke Persia dan India yang kemudian kedua negara ini akhirnya menjadi
wilayah kekuasaan Islam.
3. Adanya pengembangan kurikulum studi yang mampu mengakomodir seluruh ilmu
pengetahuan era Universitas Alxandria oleh kekaisaran Persia di akademi jundi Shapur.
4. Adanya peran para penerjemah Hebrew (Yahudi) yang telah menerjemahkan karya-karya
Yunani kedalam bahasa Hebrew dan Arab.
Selain itu, samsul Nizar menyebutkan bahwa penyebaran filsafan melalui jalur
perdagangan, pendidikan dan penerjemah karya-karya Muslim ke dalam bahasa lastin.
Jalur tersebut adalah: MELALUI ANDALUSIA (Spanyol), MELALUI PULAU SISILIA,
MELALUI PERANG SALIB, MELALUI JALUR PENDIDIKAN, MELALUI
PENERJEMAH KARYA-KARYA MUSLIM KE BAHASA LATIN, MELALUI
JALUR PERDAGANAN.
C. KONTRIBUSI INTELEK ISLAM TERHADAP DUNIA BARAT
Secara umum, kontribusi intelektual islam atas dunia islam meliputi:
1. Sumbang dari intelektual Islam di berbagai bidang ilmu pengetahuan kedunia barat,
diantaranya Astronomi, Matematika, Fisika, Kimia, Ilmu Hayat, Kedokteran, Filsafat, Sastra,
Geografi, Sosiologi, Arsitektur dan music
2. Memperkaya kurikulum pendidikan barat khusunya di wilayah Barat laut yang muncul
karena adanya proses penerjemah karya-karya umat Islam di berbagai bidang ilmu seperti
yang telah disebutkan di atas.
3. Orang islam telah memperkanalkan kepada dunia Barat tentang metode eksperimental yang
merupakan perkembangan yang menentukan terhadap spekulasi yang membingungkan bagi
orang-orang Yunani sebelumnya.
4. Telaha diperkenalkannya sistem notasi dan decimal oleh para ilmuan muslim ke dunia Barat.
5. Umat Islam telah memperkenalkan pabrik-pabrik kertas ke dunia Barat untuk menulis karya-
karya ilmiah.
Disamping itu masih banyak kontribusi berharga lainnya dari intelektual islam terhadap
kemajuan dunia barat.


11. MADRASAH NIHZHAMIYAH; PENGARUHNYA
TERHADAP PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DAN
AKTIVITAS ORTODOKSI SUNNI
A. LEMBAGA PENDIDIKAN NIZHAMIYAH
Nizhamiyah adalah sebuah lembaga pendidikan yang didirikan tahun 457-459 H/1065-
1067 M (abad IV) oleh Nizham al-Muluk dari dinasti Saljuk.
Tujuan Nizham al-Mulk mendirikan medrasah-masrasah itu adalah untuk memperkuat
pemerintahan Turki Saljuk dan untuk mazhab keagamaan pemerintahan.
B. KURIKULUM DAN MATERI YANG DIBERIKAN MADRASAH NIZHAMIYAH
Madrasah Nazhamiyah tidak mengajarkan ilmu pengetahuan yang bersifat duniawi,
tetapi terfokus pada pelajaran ilmu agama terutama ilmu fikih. Selanjutnya dapat dipahami
bahwa materi pelajaran di madrasah Nizhamiya hanya mempelajari ilmu agama, tidak ada
ilmu mengenai ilmu umum, seperti ilmu filsafat, ilmu mantik dan ilmu keterampilan lainnya.
Karena terlihat madrasah ini khusus didirikan untuk menyebarkan mazhab Sunni atau
kepentingan politik, sebab dari latar belakang diadakannya Madrasah Nizhamiya untuk
pengaruh mutazilah dan syiah yang sangat kuat sebelum di lingkungan masyarakat pada
masa itu.
C. TOKOH-TOKOH DAN IDE-IDE MADRASAH NIZHAMIYA
Guru-guru yang memberikan pelajaran di Madrasah Nizhamiyah antara lain: Abu
Ishak al-Syirazi, Abu Nashr al-Shabbagh, Abu Qosim al-Alawi, Abu Abudullah al-Thabari,
Abu Hamid al-Ghazali, Radliyud Din al-qazwaini, Al-Firuzabadi.
Ide-ide dari tokoh pendidikan Nizhamiyah
Disini dicantumkan hanya ide-ide al-Ghazali yakni tentang metode asas mengajar.
1. Memperhatikan tingkat daya piker anak
2. Menerangkan pelajaran dengan jelas
3. Mengajarkan ilmu pengetahuan dari yang konkret kepada yang abstrak
4. Mengajarkan ilmu pengetahuan dengan cara berangsur-angsur
Pengaruh Madrasah Nizhamiyah
Dalam bidang ekonomi madrasah Nizhamiyah memenag dimaksudkan untuk
mempersiapkan pegawai pemerintah, khususnya dilapangan hukum dan administrasi di
samping sebagai lembaga untuk mengajarkan ilmu syariah dalam rangka mengembangkan
ajaran islam.

12. PENDIDIKAN ISLAM PADA ERA KEMUNDURAN

A. KEJATUHAN BAGDAD DAN CORDOVA
1. Kejatuhan Baghdad
Faktor-faktor yang membuat Baghdad menjadi lemah dan kemudian hancur dapat
dikelompokkan menjadi faktor-faktor intern dan faktor-faktor ekstern. Faktor intern: adanya
persaingan tidak sehat antara beberapa bengsa yang ada di Abbasiyah, adanya konflik aliran
pemikiran dalam Islam, munculnya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dari
kekuasaan pusat, kemerosotan ekonomi akibat kemunduran politik. Adapun faktor ekstern:
Perang salib yang terjadi dalam beberapa gelombang, hadirnya tentara mongol.

2. Kejatuhan Cordova
Kemunduran dan kehancuran kekuasaan Islam di Spanyol disebabkan oleh: tidak jelasnya
sistem peralihan kekuasaan yang menyebabkan munculnya perebutan kekuasaan di antara
ahli waris, lemahnya figure dan karismatik yang dimiliki khalifah khususnya sesudah
khalifah Al-Hakam II, perselisihan di kalangan umat Islam itu sendiri, konflik Islam dengan
Kristen, munculnya Muluk al-Thawaif.


B. KEMUNDURAN PENDIDIKAN ISLAM PACA KEJATUHAN BAGHDAD DAN
CORDOVA.
M.M Sharif dalam bukunya Muslim Tought, faktor-faktor kemunduran pendidikan
Islam, antara lain: telah berkelebihan filsafat Islam yang dimasukan oleh Al-Ghazali dalam
alam islami di timur, dengan filsafat Islamnya menuju kea rah bidang rohaniah hingga
menghilang ia kedalan alam tasawuf, umat Islam terutama para pemerintahnya melalaikan
ilmu pengetahuan dan kebudayaan, dan tidak memberi kesempatan untuk belajar, terjadinya
pemberontakan-pemberontakan yang dibarengi dengan serangan dari luar.

13. KEHANCURAN DINASTI ABBASIYAH DAN
PENGARUHNYA TERHADAP PELAKSANAAN
PENDIDIKAN DI DUNIA ISLAM

A. KEHANCURAN DINASTI ABBASIYAH
1. Faktor Internal
Faktor internal itu antara lain adalah: konflik internal keluarga istana, tampilnya
dominasi militer, permasalahan keuangan, berdirinya dinasti-dinasti kecil, luasnya wilayah
dan fanatisme keagamaan.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal itu adalah: perang salib dan serangan tentara mongol.

B. KEHANCURAN DINASTI ABBASIYAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP
PENDIDIKAN DUNIA ISLAM
Penyebab kehancuran total yang dihadapi kota pendidikan dan kebudayaan islam
antara lain: telah berlebihannya filsafat Islam (Islam bersifat sufistik), sedikitnya kurikulum
Islam, tertutupnya pintu ijtihad.

14. SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA ARSITEKTUR
ISLAM MASA DINASTI USMANIAH

A. SEJARAH AWAL BERDIRINYA DINASTI USMANIAH
Cikal bakal lahirnya dinasti Usmaniah bermula dari kabilah yang dipimpin Arthogol.
Kabilah ini pada awalnya berangkat menuju Anatolia dan mengabdi kepada Sultan Alaudin
II, penguasa Anatolia waktu itu. Melalui bantuan kabilah ini, sultan Alaudin II mampu
mengalahkan Byzantium yang selama ini sering mengganggu stabilitas Anatolia.
B. PERKEMBANGAN ARSITEKUR DINASTI USMANIAH
Pada masa pemerintahan dinasti ini, perkembangan seni arsitektur benyak dopengaruhi dan
berasimilasi dengan kebudayaan lokal. Fenomena ini terjadi karena para arsitektur bangunan
tradisional Byzaitun dan Romawi yang demikian termashur sebelum masuknya Islam ke
negeri ini. Bahakan dalam pelaksanaanya, para penguasa sebelumnya, para penguasa juga
mengikutsertakan para arsitek Yunani, Romawi dan Byzantium dalam merencanakan
pelaksanakan pembangunan masjid, tata kota, serta bangunan material lainnya.

C. CORAK SENI ARSITEKTUR DINASTI USMANIAH
1. Arsitektur Mesjid.
Corak seni arsitektur mesjid pada masa pemerintahan dinasti Usmaniah mengambil tiga
bentuk, yaitu tipe masjid lapangan, masjid madrasah, dan tipe masjid kubah.
2. Arsitektur Istana
Bentuk arsitektur bangunan istana era ini menampilkan bentuk yang memiliki tersendiri.
3. Arsitektur Kuburan
Disini bangunan kuburan mangembil corak bangunan berkubah. Antara gang-gangnya ditata-
mengelilingi bangunan kuburan-dengan bangunan beratap.
4. Arsitektur Pemandian Umum
Berbentuk persegi panjang yang beratap rata di bagian depannya dan beratap kubah pada
bagian sumber airnya.
5. Pumah Sakit dan Sekolah
Caraknya dibentuk sesuai dengan bayangan masjid. Setiap pintunya dibentuk melengkung
seperti kubah. Bentuk bangunan ini memberikan corak arsitektur di kedua lembaga ini lebih
bernuansa islami.
6. Tata Kota
Hasil akumulasi desain tata kota yang dilihat Sinan di Eropa kemudian dipadukan dengan
nilai seni ajaran islam. Dimana-mana terlihat tumbuhan hijau yang diperuntukan sebagai
paru-paru kota.

15. DINAMIKA SEJARAH PENDIDIKAN PEREMPUAN
POTRET TIMUR TENGAH DAN INDONESIA ERA AWAL

A. DINAMIKA SEJARAH PEREMPUAN TIMUR TENGAH ERA AWAL
Kenyataannya sejarah menunjukan bahwa masa sebelum Islam, kaum perempuan
selalu ditempatkan pada posisi objek dan menempati posisi ke dua setelah laki-laki.
Perempuan dianggap kurang berharga, sehingga sering kali dieksploitasi melebihi batas-batas
peri kemanusiaan.
Dengan kehadiran Islam telah dimulai suatu tradisi baru bagi kaum perempuan
dengan diberikannya kemerdekaan dan hak-hak mereka yang selama ini tidak pernah mereka
dapatkan, derajat mereka terangkat sebagai manusia.
Perempuan juga mendapatkan pendidikan dan pengajaran sama seperti laki-laki,
sehingga lahirlah orang-orang yang berintelektual dari kalangan perempuan diantaranya:
Khadijah binti Khuwalid, Aisyah binti Abu Bakar, Asma binti Abu Bakar, Hafsah binti
Umar, Fatimah az Zahra, Nasibah binti Kaab, Aminah binti Qays al Ghifariyah, Ummu
Athiyyah al-Anshariyyah, Rabiah binti Masud, Al khasna, Hindun binti Atabah, Laila binti
Salman, Siti Sakinah binti al Husein.

B. DINAMIKA SEJARAH PENDIDIKAN PEREMPUAN ISLAM DI INDONESIA ERA
AWAL
Tujuan pendidikan Diniyah Putri adalah membentuk putrid menjadi pribadi yang berjiwa
Islam, ini dilaksanakan dalam masa tiga tahun pertama. Setelah jiwa mereka ditempa untuk
menjadi seorang muslimah yang berakhlak mulia, berkepribadian islma, pada tiga tahun
berikutnya kepada mereka lalu diberikan pendidikna membentuk mereka menjadi ibu
pendidik yang mencakup tiga pengertian, yaitu: ibu pendidik dalam rumah tangga, ibu
pendidik bagi murid-muridnya disekolah, ibu pendidik dalam masyarakat.
Diantara pendidikan secara nonformal dan informal di luar kelas yang sebagian besar,
langsung diberikan oleh Rahma kepada anak asuhannya adalah: pendidikan bercocok tanam,
pendidikna menjahit, pendidikan memasak, pendidikan berdakwah dimuka umum,
pendidikan anyam-menganyam, pendidikan berbudi halus, pendidikan sosial melalui
koperasi, pendidikan sikap hidup sederhana, pendidikan sosial dan pendidikan disiplin.

16. DIKOTOMI ILMU PENGETAHUAN

A. KONSEP ISLAM TENTANG ILMU PENGETAHUAN
Al-ghazali adalah guru besar akademi Nizhamiyah Baghdad. Al0Ghazali menganalisis
pengetahuan berdasarkan tiga kriteria:
1. Sumber
a. Pengetahuan yang diwahyukan: Pengetahuan ini diperoleh oleh para nabi dan rasul.
b. Pengetahuan yang tidak diwahyukan: suber pokok ilmu-ilmu ini adalah akal, pengamatan,
percobaan dan akulturasi (penyesuaian).
2. Kewajiban-kewajiban
a. Pengetahuan yang diwajibkan kepada setiap orang; yaitu pengetahuan yang penting sekali
untuk keselamatan seseorang, misalnya etika sosial, kesusilaan dan hukum sipil.
b. Pengetahuan yang diwajibkan kepada masyarakat: yaitu pengetahuan yang penting sekali
untuk keselamatan seluruh masyarakat, misalnya pertanian, obat-obatan, arsitektur dan teknik
mesin.
3. Fungsi Sosial
a. Ilmu-ilmu yang patut dihargai: yaitu ilmu-ilmu (sains) yang berguna dan tidak boleh
diabaikan karena segala aktivitas hidup ini tergantung kepadanya
b. Ilmu-ilmu yang patut dikutuk: termasuk astrologi, magi, berbagai ilmu perang, teknik
genetika, terapi aversi dan studi ilmiah mengenai penyiksaan.

B. SEJARAH TIMBULNYA DIKOTOMI ILMU PENGETAHUAN
Kehancuran nilai-nilai Islam itu sendiri yang tidak lagi mengangap ilmu pengetahuan sebagai
pengetahuan sebagai suatu kesatuan (dikotomi) dan lebih mengedepankan pemikiran tradisi
dari pada pemikiran rasional sehingga konsep ilmu pengetahuan yang telah dikembangkan
oleh para filusuf diambil alih oleh Barat (renainsance) sementara umat Islam sendiri
mengalami kehancuran dan stagnasi.

C. INTEGRASI ILMU-ILMU UMUM DAN ILMU-ILMU KEISLAMAN
Yang menjadi subtandi sentral dari islamisasi ilmu pengetahuan adalah meletakan prinsip-
prinsip tauhid sebagai landasan epistemology ilmu pengetahuan. Ide islamisasi ilmu
pengetahuan yang digulirkan al-Faruqi ini merupakan ide besar yang sempat memukau para
ilmuwan muslim di dunia. Namun demikian, ide tersebut mendapat respon yang bermacam-
macam, ada yang setuju dan mendukung ide ini ada pula yang menyangkal dan mengatakan
tidak mungkin bisa dilakukan islamisasi terhadap ilmu pengetahuan.


17. MUHAMMAD ABDUH DAN USAHA PEMBAHARUAN
PENDIDIKAN ISLAM DI MESIR

A. BIOGRAFI MUHAMMAD ABDUH
Banyak penulis barpendapat bahwa Muhammad Abduh cenderung mutazilah. Sedangkan
syariah yang ditekan Abduh adalah pada persoalan ijtihad, yaitu corak usaha yang ditempuh
dalam memahami syariah untuk memahami kepastian hukum. Pemikiran Muhammad Abduh
delam masalah ini ada dua hal yaitu pandangan ijtihad dan mazhab fikih serta ijtihadnya
Muhammad Abduh.

B. PEMIKIRAN DAN PEMBARUAN MUHAMMAD ABDUH DALAM PENDIDIKAN
ISLAM DI MESIR
1. Purifikasi
2. Reformasi
3. Pembelaan islam
4. Reformulasi


18. GAGASAN ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN DAN
IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN

A. PEMBAHASAN
1. Biografi dan karya-karya al-Faruqi
Al-Faruqi guru besar tamu Sejarah Agama-agama di Chicago Univercity tahun 1963-1964.
Sebagai staf pengajar Program Pengkajian Islam di Syracus Univercity, New York tahun
1964-1968. Professor agama di Temple Univercity Philadelpia tahun 1969-1986. Guru besar
di beberapa kawasan negara di dunia, seperti di Afrika, Eropa, Timur Tengah kemudian Asia
Selatan, Asia Tenggara, Mindanao City Filifina, Universitas Islam di Qom, iran. Ia juga
terkenal sebagai perancang utama kurikulum American Islamic College Chicago. Beliau juga
mendirikan mendirikan Departement Islamic Studies. Kemudian mengamalkan ilmunya di
sana dan memimpin hingga akhir hayatnya pada tanggal 27 mei 1986.
Al-Faruki meninggalkan karyanya lebih kurang 104 artikel yang telah di publikasikan, serta
25 buku yang mencakup berbagai kajian dan diterbitkan dalam berbagai bahasa.
2. Gagasan islamisasi ilmu pengetahuan al-Faruqi
a) Latar belakang dan urgensi islamisasi ilmu pengetahuan
Proses islamisasi itu pengetahuan merupakan kegiatan yang diawali dengan sesuatu
pemikiran filosofis. Landasan filosofis yang dijadikan dasar bagi pengembangan ilmu
pengetahuan. Pengintegrasian ilmu pengetahuan modern dengan nilai-nilai ilahiah.
Berdasarkan pada sumber ajaran islam yakni Al-Quran dan sunah, sehingga lahir ilmu
modern yang islami.
b) Prinsip dan tujuan islamisasi ilmu pengetahuan
c) Strategi porasional islamisasi ilmu pengetahuan

B. PENDIDIKAN ISLAMISASI ILU PENGETAHUAN DALAM PENDIDIKAN
1. Implikasi kelembagaan
Persoalan mendasar dari aspek kelembagaan ini menyangkut bentuk lembaga yang
diinginkan atau diharapkan pascaislamisasi.
2. Aspek kurikulum
Universitas harus memiliki kurikulum inti, karena kurikulum inilah yang menunjukan esensi
dari Universitas.
3. Aspek pendidik
Dalam hal ini para pendidikan ditempatkan pada posisi yang selayaknya, artinya kompetensi
dan proposional yang mereka miliki dihargai sebagaimana mestinya.


19. SEJARAH DAN DINAMIKA LEMBAGA-LEMBAGA
PENDIDIKAN ISLAMISASI DI NUSANTARA

A. SEJARAH DAN DINAMIKA LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN DI
NUSANTARA
1. Surau
Fungsi surau tidak berubah setelah kedatangan islam, hanya saja fungsi keagamaan
semangkin penting yang diperkenalkan pertama kali oleh Syekh Burhanuddin di Ulakan,
Pariaman. Pada masa ini, eksistensi surau di samping sebagai tempat shalat juga digunakan
Syekh Burhanuddin sebagai tempat mengajarkan ajaran Islam, khususnya tarekat (suluk)
2. Meunasah
Dalam perkembangan ;ebih lanjut, meunasah bukan hanya berfungsi sebagai tempat
beribadah saja, melainkan juga sebagai tempat pendidikan, tempat pertemuan, bahkan juga
sebagai tempat transaksi jual beli, terutama barang-barang yang tidak bergerak.
3. Pesantren
Dalam pendidikan yang disebut pesantren tersebut, sekurang-kurangnya memiliki unsure-
unsur: kiai, santri, masjid sebagai tempat penyelenggaraan pedidikan dan pondok atau asrama
sebagai tempat tinggal para santri serta kitab-kitab klasik secagai sumber atau bahan
pengajaran.
4. Madrasah
a. Periode Sebelum Kemerdekaan
Pendidikan dan pengajaran agama Islam dalam bentuk pengajian al-Quran dan pengajan kitab
yang diselenggarakan di rumah-rumah, surau, masjid dan lain-lain.
b. Periode Sesudah Kemerdekaan
Setelah kemerdekaan Indonedia tanggal 17 agustus 1945, kemudian pada tanggal 3 januari
1946 di bentuklah Depertemen Agama yang akan mengurus masalah keberagamaan di
Indonesia termasuk di dalamnya pendidikan, khususnya madrasah.


20. POLA DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM DI
NUSANTARA PADA MASA AWAL SAMPAI SEBELUM
KEMERDEKAAN

A. POLA DAN KEBUJAKAN PENDIDIKAN ISLAM DI NUSANTARA PADA MASA
AWAL SAMAPI SEBELUM KEMERDEKAAN
Pesantren merupakan satu-satunya lembaga pendidikan formal di Indonesia sebelum adanya
colonial Belanda, justru sangat berbeda dalam sistem dan pengelolaannya dengan sekolah
yang diperkenalkan oleh Belanda.
Adapun madrasah yang didirikan di Indonesia
1. Madrasah Abadiyah School
Menurut peneliti Mahmud Yunus, bahwa pendidikan Islam yang mulanya berkelas dan
memakai bangku, meja dan papan tulis ialahsekolah Abadiyah/madrasah Abadiyah School di
Padang. Sekolah ini didirikan oleh H. Abdullah pada tahun 1907 di Padang Panjang.
2. Madrasah Diniyah School
Tokoh madrasah dalam pembaharuan pendidikan Islam di Minangkabau adalah Zainuddin
Labia Al-Yusnisi 1890-1924, mendirikan madrasah diniyah school pada tahun 1915, sebagai
sekolah agama pertama, yang dilaksanakan menurut sistem pendidikan modern yakni
menggunakan alat tulis dan alat peraga.
3. Madrasah Muhammadiyah
Selanjutnya tokoh yang memiliki pola yang senada dengan yang dilakukan Abdul ahmad di
Padang Panjang adalah KH. Ahmad Dahlan 1868-1923, yang mendirikan organisasi
Muhammadiyah bersama dengan teman-temannya di koto Yogyakarta pada tahun 1912, yang
bertujuan menyebarkan pengajaran Rasulullah kepada penduduk bumiputra dan memajukan
agama Islam.
4. Sumatera Thawalib
Sementara itu surau pertama yang memakai sistem kelas, kelas dalam proses belajar
mengajar adalah Sumatera Thawalib Padang Panjang yang dipimpin oleh Syekh Abdul
Karim Amrullah pada tahun 1921. Kemudian pada tahun yang sama diikuti oleh Sumatera
Thawalib Parabek Bukittinggi yang di pimping oleh Syekh Ibrahim Musa.
5. Madrasah Salafiyah

B. POLA DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH BELANDA SEJAK AWAL SAMPAI
SEBELUM KEMERDEKAAN
Di dalam dada para penjajah tersebut begitu kuat tertanam ajaran dari politikus curang dan
licik Machiavelli yang berisikan: agama sangat diperlukan bagi penjajah, agama dipakai
untuk menjinakan dan menaklukan rakyat, setiap aliran agama yang dianggap palsu oleh
pemeluk agama yang bersangkutan digunakan untuk memecah belah mereka yang mencari
bantuan kepada pemerintah, janji dengan rakyat tidak perlu ditepati jika merugikan, tujuan
dapat menghalalkan segala cara.

Kebijakan Jepang dalam Bidang Pendidikan Islam
Pada masa penjajahan Jepang banyak berdirinya lembaga-lembaga pendidikan dan
pengajaran serta oendirian tempat-tempat ibadah, lembaga-lembaga pendidikan dapat
dikembangkan dan anak-anak dibolehkan untuk belajar agama dan mengaji.


21. ORGANISASI SOSIAL KEAGAMAAN DAN PENDIDIKAN
ISLAM; KASUS AL-JAMIYATUL WASHLIYA

A. KONFIGURASI SOSIAL, POLITIK, DAN DEMOGRAFIS SUMATERA TIMUR
Pembicaraan mengenai berdirinya Al-Washliyah mesti didahului dengan catatan kecil tentang
konfigursi sosial, politik, dan demografis Sumatera Timur. Hal ini tidak lain karena eksistensi
Al-Washliyah sendiri dan kegiatan-kegiatannya sering kali dirumuskan dalam konteks
meresponi keadaan yang berkaitan dengan fakta-fakta sosial, politik dan demografis tersebut.

B. SEKILAS TENTANG SEJARAH BERDIRINYA AL-WASHLIYAH
Dari uraian tentang kegiatan di bidang sosial keagamaan Al-Washiliyah bisa dikatakan
bahwa heterogenitas penduduk Sumatera Timur member warna sendiri bagi organisasi ini hal
tersebut tergambar jelas dalam program-program dan prioritas-prioritasnya, serta dalam sikap
yang diambilnya terhadap kelompok lain.

C. PERANAN DAN KIPRAH AL-WASHLIYAH DALAM BIDANG PENDIDIKAN
ISLAM
Dalam catatan sejarah pembaharuan Islam di Indonedia, Al-Washliyah tidak hanya berhasil
berkiprah di bidang sosial keagamaan dan dakwah, tetapi juga di bidang pendirian dan
pengembangan pendidikan Islam dan penerbitan sebagai upaya ikut serta mencerdaskan
kehidupan bangsa, khususnya umat Islam.


22. POLA DAN KEBIJAKAN PEDIDIKAN ISLAM PADA
MASA AWAL KEMERDEKAAN SAMPAI PADA ORDE
LAMA (ORLA)

A. TEORI-TEORI TENTANG KEDATANGAN ISLAM
Snouck Hurgronje yang berhujah, begitu Islam terpijak kokoh dibeberapa kota pelabuhan
anak benua india, muslim Deccan banyak diantara mereka tinggal disana sebagai pedagang
perantara dalam perdagangan Timur Tengah dengan Nusantara datang ke dunia Melayu
Indonesia debagai penyebar Nabi Muhammad SAW.. karena menggunakan gelar sayyid atau
syarif yang menyelesaikan penyebaran Islam di Nusantara.
B. PERIODESASI SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
Pendidikan Islampada dasarnya dilaksanakan dalam upaya menyahuti kehendal umat Islam
pada masa itu dan pada masa yang akan datang yang dianggap sebagai need of life.
Harun Nasution, secara garis besar membagi sejarah Islam ke dalam tiga periode,yaitu
periode klasik, pertengahan dan modern. Periode pembahasan tentang lintasan atau periode
sejarah pendidikan Islam sebagai berikut: periode pembinaan pendidikan Islam, periode
pertumbuhan pendidikan Islam, periode kejayaan Islam, tahap kemunduran Islam dan tahap
pembaruan pendidikan islam.

C. PENDIDIKAN ISLAM ZAMAN KEMERDEKAAN
Penyelenggaraan pendidikan agama setelah Indonesia merdeka mendapat perhatia serius dari
pemerintah, baik di sekolah Negeri maupun Swasta. Usaha untuk itu dimulai dengan
memberikan bantuan terhadap lebaga sebagai mana yang dianjurkan oleh Badan Pekerja
Komite Nasional Pusat (BPKNP) 27 Desember 1945.

D. BERBAGAI KEBIJAKAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DALAM
BIDANG PENDIDKAN ISLAM
Pada bulan oktober 1945 para ulama di jawa memproklamasikan perang jihad fi sabilillah
terhadap Belanda/sekutu. Fatwa tersebut adalah: kemerdekaan Indonesia wajib di
pertahankan, pemerintah RI adalah satu-satunya yang sah yang wajib di bela dan di
selamatkan, musuh-musuh RI (Belanda/Sekutu), pasti akan menjajah kembali bangsa
Indonesia, kewajiban-kewajiban tersebut di atas adalah fi sabilillah.

E. ORGANISASI, LEMBAGA DAN TOKOH PENDIDIKAN ISLAM
a. Sesuai dengan haluan politik
1) Taman siswa
2) Sekolah Sarikat Rakyat
3) Ksatria Institut
4) Perguruan rakyat
b. Sesuai dengan tuntutan/ajaran agama Islam
1) Sekolah-sekolah Serikat Islam
2) Sekolah-sekolah Muhammadiyah
3) Sumatera Tawalib di Padang Panjang
4) Sekolah-sekolah Nahdatul ulama
5) Sekolah-sekolah Persatuan Umat Islam (PUI)
6) Sekolah-sekolah Al-jamiatul Wasliyah
7) Sekolah-sekolah Al-Irsyad
8) Sekolah-sekolah Normal Islam
9) Dan masih banyak lagi sekolah-sekolah yang didirikan oleh organisasi Islam maupun
perorangan diberbagai pulau di Indonedia.

Anda mungkin juga menyukai