Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN Rasulullah SAW.

, sebagai suri teladan dan rahmatan lilalamin bagi orang yang mengharapkan rahmat dan kedatangan hari kiamat dan banyak menyebut Allah adalah pendidik pertama dan terutama dalam dunia pendidikan Islam. Proses transformasi ilmu pengetahuan, internalisasi nilai-nilai spritualisme dan bimbingan emosional yang dilakukan Rasulullah dapat dikatakan sebagai mukjizat luar biasa yang manusia apa dan di mana pun tidak dapat melakukan hal yang sama. Hasil pendidikan Islam periode Rasulullah terlihat dari kemampuan muridmuridnya (para sahabat) yang luar biasa, ahli dalam berbagai bidang yang mengantarkan Islam ke pintu gerbang zaman keemasan. Hanya periode Rasulullah, fase Makkah dan Madinah, para aktivis pendidikan dapat menyerap berbagai teori dan prinsipp dasar yang berkaitan dengan pola-pola pendidikan dan ineraksi sosial yang lazim dilaksanakan dalam setiap manajemen pendidikan Islam. Gambaran dan pola pendidikan Islam pada masa Rasulullah SAW di Makkah dan Madinah adalah sejarah masa lalu yang perlu kita ungkapkan kembali, sebagai bahan perbandingan, sumber gagasan, gambaran strategi menyukseskan proses pendidikan Islam pada saat ini. Pola pendidikan masa Rasulullah SAW., tidak terlepas dari materi, metode, evaluasi dan sebagainya yang berhubungan dengan proses pendidikan Islam, baik dalam tatanan teoritis maupun praktis.

PEMBAHASAN TARBIYAH MASA RASUL A. Sosiokultural Masyarakat Makkah dan Madinah Kondisi sosiokultural masyarakat Arab pra Islam, terutama pada masyarakat Makkah dan Madinah sangat mempengaruhi pola pendidikan periode Rasulullah di Makkah dan Madinah. Secara kuantitas orang-orang yang masuk Islam pada fase Makkah lebih sedikit dari pada orang-orang yang masuk Islam pada fase madinah. Hal tersebut diantaranya dikarenakan oleh watak dan budaya nenek moyang mereka. Secara umum, kondisi geografis jazirah Arab khususnya Makkah merupakan hamparan padang pasir yang tandus. Kondisi ini membentuk masyarakat Arab yang bertipologi dinamis dalam berusaha, berani, jujur, tegas pendirian, dan memiliki daya ingat yang kuat. Meskipun mereka tidak bisa membaca dan menulis, mereka mampu mengeksperesikan nilai sastranya melalui lisan dengan cara menghapal bait-bait syair dengan baik. Sementara bila dilihat dari letak geografisnya, Makkah berada pada wilayah yang sangat strategis bagi terjadinya interksi antar kabilah dan suku. Bahkan dengan adanya Kabah yang setiap tahun dikunjungi oleh orang-orang diluar Arab, menjadikan Makkah sebagai pusat perdagangan dan keagamaan.1 Sedangkan masyarakat Madinah lebih mudah dimasuki ajaran Islam karena saat kondisi masyarakat, khususnya Aus dan Khazraj, sangat membutuhkan seorang pemimpin, untuk melenturkan pertikaian sesama meraka dan sebagai pelindung dari ancaman kaum yahudi, di samping sifat penduduknya yang lebih ramah yang dilatarbelakangi kondisi geografis yang lebih nyaman dan subur. 2 Pola pendidikan Islam pada masa Rasul SAW dapat dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase Makkah dan fase Madinah.

1 Samsul Nizar, Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam Potret Timur Tengah Era Awal Indonesia (Jakarta: Quantum Teaching, 2005) hlm. 2-3. 2 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam Menelususri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah sampai Indonesia (Jakarta: Kencana, 2008) hlm. 30-31.

1. Fase Makkah Allah MahaBijaksana, sebagai calon panutan umat manusia, Muhammad ibn Abdullah telah disiapkan Allah dengan menjaganya dari sikap-sikap jahiliyah. Dengan akhlaknya yang terpuji, sarat dengan nilai-nilai humanisme dan spritualisme ditengah-tengah umat manusia yang hampir saja tidak berperikemanusiaan, Muhammad mendapat gelar al-Amiin. Muhammad adalah seseorang yang yang teguh mempertahankan tradisi Nabi Ibrahim as, tabah dalam mencari kebenaran yang hakiki, menjauhkan diri dari keramaian dan sikap hedonisme dengan bertahannus di Gua Hira. Pada tanggal 17 Ramadhan turunlah wahyu Allah yang pertama, surat al-Alaq ayat 1-5 sebagai fase pendidikan Islam makkah. a. Tahapan Pendidikan Islam pada Fase Makkah Pola pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah sejalan dengan tahapan-tahapan dakwah yang disampaikannya kepada kaum Quraiys. 1) Tahap Pendidikan Islam Secara Rahasia dan Perorangan Pada awal turunnya wahyu pertama, pola pendidikan yang dilakukan adalah secara sembunyi-sembunyi, mengingat kondisi sosial-politik yang belum stabil, dimulai dari diri sendiri dan keluarga terdekat. Mula-mula Rasulullah mendidik istrinya untuk beriman kepada Allah, kemudian diikuti oleh anak angkatnya Ali bin Abi Thalib (anak pamannya) dan Zaid ibn Haritsah (seorang pembantu rumah tangga yang kemudian diangkat menjadi anak angkatnya). Kemudian sahabat karibnya Abu Bakar Siddiq. Secara berangsur-angsur ajakan tersebut disampaikan secara meluas, tetapi masih terbatas di kalangan keluarga dekat dari suku Quraisy saja, seperti Usman bin Affan, Zubair ibn Awaam, Saad ibn Abi Waqas, Abdurrahman ibn Auf, Thalhah ibn Ubaidillah, Abu Ubaidillah ibn Jahrah, Arqam ibn Arqam, Fatimah binti Khattab, Said ibn Zaid,

mereka semua tahap awal ini disebut Assabiqunal al awaalun (orang-orang yang mula-mula masuk Islam).3 Sebagai lembaga pendidikan dan pusat pendidikan Islam yang pertama pada era awal ini adalah rumah Arqam ibn Arqam. 2) Tahap Pendidikan Islam Secara Terang-terangan Pendidikan secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama tiga tahun, sampai turun waktu berikutnya, yang memerintahkan dakwah secara terbuka dan terang-terangan.4 Ketika wahyu tersebut turun, beliau mengundang keluarga dekatnya untuk berkumpul dibukit Shafa, menyerukan agar berhati-hati terhadap azab Allah yang keras di hari kiamat bagi orang-orang yang tidak mengakui Allah sebagai Tuhan Yang Esa dan Muhammad sebagai utusan-Nya. Seruan tersebut dijawab oleh Abu Lahab , yang keudian turunlah ayat yang menjelaskan perihal Abu Lahab dan Istrinya. Perintah dakwah secara terang-terangan dilakukan oleh Rasulullah, seiring dengan jumlah sahabat yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jangkauan seruan dakwah, karena diyakini dengan dakwah tersebut banyak kaum Quraisy yang akan masuk agama Islam. Di samping itu, keberadaan rumah Arqam ibn Arqam sebagai pusat dan lembaga pendidikan Islam sudah diketahui oleh kaum kafir Quraisy. 3) Tahap Pendidikan Islam untuk Umum Hasil seruan dakwah secara terang-terangan yang tefokus kepada keluarga dekat, kelihatannya belum sesuai dengan yang diharapkan. Maka, Rasulullah mengubah strategi dakwah dari
3 Lihat Djamaluddin Darwis, Dinamika Pendidikan Islam: Sejarah, Ragam dan Kelembagaan (Semarang: RASAIL, 2006) hlm. 4. 4 Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Penrj. Ali Audah (Jakarta: Balai Pustaka, 1972) hlm. 30-32.

seruan yang terfokus kepada keluarga dekat beralih kepada seruan umum, umat manusia secara keseluruhan. Seruan dalam skala global tersebut didasrkan perintah Allah dalam surat alHijr ayat 94-95. Sebagai tindak lanjut dari perintah Allah tersebut, pada musim haji Rasulullah mendatangi kemahkemah para jamaah haji. Pada awalnya tidak banyak yang menerima, kecuali sekelompok jamaah haji Yastrib, kabilah Khazraj yang menerima dakwah secara antusias. Dari sinilah sinar Islam memancar ke luar Makkah. Penerimaan masyarakat Yastrib terhadap ajaran Islam dengan mudahnya dikarenakan beberapa faktor, yaitu adanya kabar darai kaum Yahudi akan lahirnya seorang Rasul, suku Aus dan Khazraj mendapat tekanan dan ancaman dari kelompok Yahudi, dan konflik anhtara Khazraj dan Aus yang berkelanjutan dalam rentang waktu yang sudah lama membutuhkan seorang pemimpin yang mampu melindungi dan mendamaikan mereka. Berikutnya, dimusim haji pada tahun ke-12 kerasulan Muhammad SW., Rasulullah didatangi 12 orang laki-laki dan seorang wanita untuk berikrar kesetiaan, yang dikenal dengan Baiah al-Aqabah mereka berjanji tidak akan menyembah selain kepad Allah SWT., tidak akan mencuri dan berzina, tidak akan membunuh anak-anak, dan menjauhkan perbuatanperbuatan keji, selalu taat kepada Rasulullah dan tidak mendurhakainya terhadap sesuatu yang tidak mereka inginkan. Berkat semangat yang tinggi yang dimiliki para sahabat dalam mendakwahkan ajaran Islam, sehingga seluruh penduduk Yastrib masuk Islam kecuali orang Yahudi. Musim haji berikutnya 73 orang jamaah haji dari Yatsrib datang kepada

Rasulullah dan menetapkan keimanan kepada Allah dan RasulNya, atau disebut dengan Baiah al-Aqabah II dan mereka sepakat membawa Rasulullah ke Yastrib. b. Materi Pendidikan Islam Materi pendidikan pada fase Makkah dapat dibagi kepada dua bagian yaitu: Pertama, materi pendidikan tauhid, materi ini lebih difokuskan untuk memurnikan ajara agama tauhid yang dibawa Nabi Ibrahim, yang telah diselewengkan oleh masyarakat jahiliyah. Secara praktis pendidikan tauhid diberikan melalui cara-cara yang bijaksana, menuntun akal pikiran dengan mengajak umatnya untuk membaca, memperhatikan, memikirkan kekuasaan dan kebesaran Allah dan diri manusia sendiri. Kemudian beliau mengajarkan cara bagaimana mengaplikasikan pengertian tersebut dalam kehidupan sehari-hari.5 Kedua, materi pengajaran al-Quran. Materi ini dapat dirinci kepada; 1) materi baca tulis al-Quran, untuk sekarang ini disebut dengan materi imla dan iqra. 2) materi menghafal ayat-ayat alQuran. 3) materi pemaham al-Quran, yang disebut dengan tafsir alQuran, tujuan materi ini adalah meluruskan pola pikir umat Islam yang dipengaruhi pola pikir jahiliah. c. Metode Pendidikan Islam Metode pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah dalam membeidik sahabatnya antara lain dengan metode ceramah, dialog, diskusi atau tanya jawab, metode perumpamaan, metode kisah, metode pembiasaan, dan metode hafalan seperti dianjurkannya untuk menjaga al-Quran dengan cara menghafalnya. d. Kurikulum Pendidikan Islam
5 Zuhairini dkk. Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1997) hlm. 23-27.

Kurikulum pendidikan Islam pada periode Rasulullah baik di Makkah maupun Madinah adalah al-Quran yang Allah wahyukan sesuai dengan kondisi dan situasi, kejadian dan peristiwa yang dialami umat Islam saaat itu, karena itu dalam prakteknya tidak saja logis dan rasional, tetapi juga fitrah dan pragmatis. e. Lembaga Pendidikan Islam Menurut penulis lembaga pendidikan Islam pada fase Makkah ini adalah rumah Arqam ibn Arqam yang merupakan tempat pertama berkumpunya kaum muslimin beserta Rasulullah untuk belajar hukum-hukum dan dasar-dasar ajaran Islam. 2. Fase Madinah Kedatangan Nabi Muhammad SAW., bersama kaum muslimin Makkah, disambut oleh penduduk Madinah dengan gembira dan penuh rasa persaudaraan. Maka, Islam mendapat lingkungan baru yang bebas dari ancaman para penguasa Quraisy Makkah, lingkungan yang dakwahnya, menyampaikan ajaran Islam dan menjabarkannya dalam kehidupan seharihari. Wahyu turun secara beruntun selama periode Madinah dan dengan bijaksana Nabi Muhammad SAW., mengajarkan dan menganjurkan para pengikutnya untuk menghafal dan menuliskan ayat-ayat al-Quran. a. Lembaga Pendidikan Islam Ketika Rasulullah dan para sahabat hijrah ke Madinah salah satu program pertama yang beliau lakukan adalah pembangunan masjid. Setelah selesai pembangunan masjid, maka Nabi Muhammad SAW., pindah menempati sebagian ruangnya yang memang khusus disediakan untuknya. Demikian pula di antara kaum Muhajirin yang miskin yang tidak mampu membangun tempat tinggalnya. Masjid itulah pusat kegiatan Nabi Muhammad SAW., bersama kaum muslimin, untuk secara bersama membina masyarakat baru, masyarakat yang disinari oleh tauhid, dan mencerminkan persatuan

dan kesatuan umat. Di masjid itulah beliau bermusyawarah mengenai berbagai urusan, mendirikan shalat berjamaah, membacakan alQuran.6 Dengan demikian masjid merupakan pusat pendidikan dan pengajaran. Suatu kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat baru di Madinah, adalah disyariatkannya media komuunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat jumat. Dengan shalat jumat tersebut hampir seluruh warga masyarakat berkumpul untuk secara langsung mendengar khutbah dari Nabi Muhammad SAW. b. Materi Pendidikan Islam Pada fase Madinah materi pendidikan yang diberikan cakupannya lebih kompleks dibandingkan dengan maeri pendidikan pada fase Makkah. Diantara pelaksanaan pendidikan Islam di Madinah adalah: 1) Pendidikan ukhuwah (persaudaraan) antara kaum muslimin. Dalam melaksanakan pendidikan ukhuwah ini, Nabi Muhammad SAW., bertitik tolak dari struktur kekeluargaan yang ada pada masa itu. Nabi mempersatukan mereka karena Allah. 2) Pendidikan kesejaheraan sosial. Untuk terjaminnya kesejahteraan sosial tergantung pada pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan sehari-hari. Untuk itu setiap orang harus memiliki pekerjaan, untuk mengatasi masalah tersebut maka Rasulullah mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshor, agar mereka bekerjasama satu dengan yang lainnya. 3) Pendidikan pertahanan dan keamanan dakwah Islam. Masyarakat kaum muslimin merupakan satu negara di bawah
6 Lihat S.M. Zianuddin Alavi, Pemikiran Pendidikan Islam pada Abad Klasik dan Pertengahan (Bandung: Angkasa, 2003) hlm. 2.

bimbingan

Nabi

Muhammad

SW.,

yang

mempunyai

kedaulatan. Oleh karena itu, setelah masyarakat kaum muslimin di Madinah berdiri dan berdaulat, usaha Nabi Muhammad SAW., berikutnya adalah memperluas pengakuan kedaulatan tersebut dengan jalan mengajak kabilah-kabilah sekitar Madinah untuk mengakui konstitusi Madinah. Ajakan tersebut disampaikan dengna baik dan bijaksana.

PENUTUP

Pola pendidikan Islam periode Rasulullah SAW., fase Makkah dan Madinah memiliki persamaan dan perbedaan, yaitu pada fase Makkah pendidikan masih terpusat di rumah Arqam ibn Arqam, sedangkan fase Madinah pendidikan terpusat di masjid yang menjadi multifungsi. Materi pendidikan disesuaikan dengan kondisi yang ada pada masing-masing periode. Kurikulum yang dipakai yaitu al-Quran yang dijelaskan dengan hadis Nabi Muhammad SAW., SAW. yang diturunkan secara berangsur-angsur. Namun pada fase Madinah lebih komplit seiring dengan wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah

DAFTAR PUSTAKA

10

Djamaluddin

Darwis,

Dinamika

Pendidikan

Islam:

Sejarah,

Ragam

dan

Kelembagaan, Semarang: RASAIL, 2006. Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Penrj. Ali Audah, Jakarta: Balai Pustaka, 1972. Samsul Nizar, Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam Potret Timur Tengah Era Awal Indonesia, Jakarta: Quantum Teaching, 2005. ___________, Sejarah Pendidikan Islam Menelususri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah sampai Indonesia, Jakarta: Kencana, 2008. S.M. Zianuddin Alavi, Pemikiran Pendidikan Islam pada Abad Klasik dan Pertengahan, Bandung: Angkasa, 2003. Zuhairini dkk. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1997.

TARBIYAH MASA RASUL


11

Disusun untuk dipresentasikan dalam seminar kelas pada mata kuliah Analisis dan Kritik Sejarah Sosial Pendidikan Islam pada Program Pascasarjana UIN SUSKA RIAU

Oleh: ISNAINI SEPTEMIARTI NIM: 0804 S2 780 Dosen Pembimbing Prof. Dr. Zul Asyri, LA, MA

KOSENTRASI PENDIDIKAN ISLAM PROGRAM PASCASARJANA (S2) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU 2009
KATA PENGANTAR

12

Syukur Alhamdulillah penulis ucapan kehadirat Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW. Makalah ini membahas tentang Tarbiyah Masa Rasul, disusun untuk memenuhi tugas dan dipresentasikan dalam seminar kelas pada mata kuliah Analisis dan Kritik Sejarah Sosial Pendidikan Islam di Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, sebagai penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan semua pihak yang tekait. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, terutama kepada Dosen Pembimbing Prof. Dr. Zul Asyri, LA, MA. Pekanbaru, Oktober 2009

Penulis

13

Anda mungkin juga menyukai