Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian Islam menurut bahasa, kata Islam berasal dari kata aslama
yang berakar dari kata salama. Islam juga agama yang mengajarkan umatnya
atau pemeluknya (kaum Muslim/umat Islam) untuk menebarkan keselamatan
dan kedamaian, antara lain tercermin dalam bacaan shalat --sebagai ibadah
utama-- yakni ucapan doa keselamatan "Assalamu'alaikum warohmatullah" (
‫)الس الَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َر ْح َم ةُ هللا‬
َّ --semoga keselamatan dan kasih sayang Allah
dilimpahkan kepadamu-- sebagai penutup shalat. Secara istilah juga, Islam
adalah agama terakhir yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad
Saw sebagai Nabi dan utusan Allah (Rasulullah) terakhir untuk umat
manusia, berlaku sepanjang zaman, bersumber Al-Quran dan As-Sunnah serta
Ijma' Ulama.

Dalam islam juga terdapat sejarah serta makna yang terkandung di


dalamnya, serta kajian sejarah dari masa turun dan berkembangnya islam
pada masa Nabi Muhamad SAW,hingga sejarah masuk dan berkembangnya
islam di Indonesia oleh para pendakwah. Selain itu islam juga memiliki
fungsi bagi kehidupan yaitu sebagai sarana untuk keselamatan,jembatan
perdamaian dunia serta sebagai alat untuk bersosialisasi kepada sesama umat.
Selain itu islam mempunyai sumber ajaran yaitu Al-Quran. Al-Quran itu
sendiri secara Al-Qur’an adalah mu’jizat terbesar Nabi Muhammad saw.
Kemu’jizatannya itu diantaranya terletak pada fashahah dan balaghah-nya,
keindahan susunan dan gaya bahasanya yang tidak ada tandingannya. Selain
itu juga ada hadits,Sunnah dan ijtihad yang terkandung didalamnya.

Selain itu umat Islam juga memiliki tanggung jawab sebagai hamba
allah dan khalifah allah. Tanggung jawab tersebut antara lain adalah dengan
tidak berbuat semena-mena yang dapat merugikan orang lain. Dan juga harus
menunaikan kewajiban-kewajiban sosial sesuai dengan ajaran islam.

1
1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah


dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan Islam pada zaman Nabi Muhammad?

2. Apa hubungan antara Al-Qur’an dan Hadist?

3. Apa yang dimaksud dengan dakwah Islam di Indonesia?

4. Apa tanggungjawab manusia dalam Islam?

5. Bagaimana manusia dalam pandangan Islam?

6. Apa fungsi Islam bagi kehidupan?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perkembangan Islam pada zaman Rasulullah beserta


metode-metode dakwah Nabi Muhammad SAW.

2. Untuk mengetahui hubungan antara Al-Qur’an dan hadist dari beberapa


pandangan.

3. Untuk memahami pengertian dakwah Islam di Indonesia.

4. Untuk mengetahui macam-macam tanggungjawab manusia dalam agama


Islam.

5. Untuk mempelajari kedudukan manusia menurut pandangan Islam.

6. Untuk mempelajari fungsi agama Islam dalam kehidupan sehari-hari

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Islam Pada Zaman Nabi Muhammad SAW

Sebelum datangnya bangsa Islam situasi Bangsa Arab terutama


disekitar Mekah masih dihiasi berhala sebagai sesembahan oleh masyarakat
sekitar. Selain menyembah berhala, masyarakat Arab juga menyembah agama
Nasrani, dimana yang memeluk agama ini adalah masyarakat Yaman, Najran,
dan Syam. Selain Nasrani juga terdapat agama Yahudi yang dipeluk oleh
masyarakat Yahudi imigran di Yaman dan Madinah. Lalu juga terdapat
agama Majusi, yaitu agama yang dipeluk oleh orang-orang Persia.

Demikianlah Nabi Muhammad lahir pada situasi dan kondisi tersebut.


Zaman itu dikenal sebagai zaman Jahiliyah, yaitu masa kegelapan dan
kebodohan dalam hal agama. Tetapi dalam hal ekonomi dan sastra bangsa
Arab mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kota Mekkah merupakan
kota pusat perangan dan jalur perdagangan dunia yang peting saat itu, yang
menghubungkan antara Utara, Syam, dan selatan, Yaman, antara timur, Persia
dan Barat Abesinia dan Mesir.

Sastra merupakan suatu hal yang dianggap penting oleh bangsa Arab,
mereka memamerkan syair-syair mereka di asar Ukaz, majinnah dan Majjah.
Mereka juga suka berperang, jadi perang antar suku merupakan hal yang
sudah biasa pada saat itu. selain itu mereka juga suka menghormati tamu dan
memberi perlindungan kepada siapapun yang datang meminta perlindungan.
Orang-orang quraisy juga suka bermusyawarah, buktinya mereka mempunyai
lembaga yang bernama Darun Nadwah. Dan nabi Muhammad dilahirkan di
lingkungan tersebut, da disiniah beliau menegakkan agama Islam.

Nabi Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal atau 20 April 571
M. Kelahiran nabi tersebut bersaan dengan peristiwa penyerangan ka'bah oleh
raja abrahah dengan membawa pasukan gajahnya yang sangat besar
dinamakan dengan Tahun Gajah. Beliau lahir dalam keadaan yatim, setelah

3
berumur 8 tahun beliau menjadi yatim piatu, lalu beliau hidup bersama
dengan kakek dan pamannya. Pada umur 12 tahun, beliau berdagang dengan
pamannya. Dengan perantara berdagang ini akhirnya beliau dipertemukan
dengan Siti Khodijah yaitu istri beliau yang merupakan saudagar kaya.

Fase kenabian, Nabi Muhammad bertahanus(menyepi) di Gua Hira, atas


keprihatinannya terhadap bangsa Arab yang menyembah berhala. Dan dalam
gua tersebut trunlah wahyu pertama nabi yaitu surah al-'alaq ayat 1-5, pada
masa itu nabi Muhammad belum diperintahkan oleh Allah untuk menyerukan
agamanya. Namun setelah turun wahyu yang ke dua yaitu surah Al-Mudatsir
ayat 1-7, nabi Muhammad diangkat menjadi rasul dan wajib berdakwah .
dakwah nabi Muhammad dibagi menjadi 2 periode yaitu, Periode Mekah dan
Periode Madinah. Ciri-ciri periode Mekah yaitu pembinaan dan pendidikan
tauhid kepada masyarakat Mekah. Dn ciri periode Madinah yaitu pendidikan
sosial dan politik.

2.2 Dakwah Islam di Indonesia

2.2.1 Hakikat Dakwah

Istilah dakwah diungkapkan secara langsung oleh Allah SWT


dalam ayat-ayat al-qur’an. Kata “dakwah” di dalam al qur’an
diungkapkan kira-kira 198 kali yang tersebar dalam 55 surah 176 ayat
(H. Dzikron Abdillah, t.th). Kata “dakwah” oleh al-Qur’an digunakan
secara umum. Artinya, Allah masih menggunakan istilah da’wah ila
Allah (dakwah Islam) dan da’wah ila al-nar (dakwah setan).

Secara terminologi, para ahli berbeda-beda dalam memberikan


pengertian tentang dakwah Islam. Ada yang mengartikan dakwah Islam
secara luas seperti hasan al-Banna, ada yang memberikan pengertian
bahwa dakwah merupakan transformasi sosial, seperti Adi Sasono,
Dawam Rahardjo, Abdul Munir Mulkhan, dan ada juga yang
menafsirkan dakwah secara normatif yakni mengajak manusia ke jalan
kebaikan dan petunjuk untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan
akhirat (Syekh Ali Mahfudz, 1970).

4
Meskipun terjadi perbedaan-perbedaan, tetapi sebenarnya
pendapat-pendapat mereka memiliki benang merah yang dapat menjadi
titik temu dan hakikat dari dakwah itu sendiri, yakni dakwah Islam
sebagai aktivitas (proses mengajak kepada jalan Islam).

Dalam aktivitas mengajak kepada jalan Islam, al-Qur’an


memberikan gambaran yang jelas seperti tertera dalam surah Fushilat
(41) ayat 33 sebagai berikut:

Artinya : “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang


yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan
berkata: Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah
diri.” (Q.S. Fushilat [41]: 33)

Berdasarkan ayat di atas ada dua pendekatan yang dapat


digunakan dalam menjalankan aktivitas dakwah, yakni dakwah bil-qaul
bil-lisan dan dakwah bil-amal. Dakwah bil-lisan yaitu penyampaian
informasi atas pesan dakwah melalui lisan (ceramah atau komunikasi
langsung antara subjek dan objek dakwah). Efektifitas dakwah bil-lisan
disini adalah apakah ceramah-ceramah agama yang dilakukan oleh para
da’i itu mempunyai manfaat nyata atau hanya sekedar informasi verbal
yang kurang memberi pengaruh terhadap objek dakwah.

Dakwah bil-lisan bisa efektif, juga bisa tidak atau kurang afektif.
Maka dakwah bil-lisan dapat dinyatakan afektif apabila:

1. Berkaitan dengan acara-acara ritual seperti khutbah jumat, khutbah


Hari Raya. Dikatakan efektif karena ia merupakan bagian dari
ibadah, selagi isi dan sistematikanya menarik serta rentang
waktunya ideal.
2. Kajian/materi yang disampaikan berupa tuntunan praktis dan
disampaikan kepada jamaah yang terbatas baik jumlahnya maupun
luas ruangannya.

5
3. Disampaikan dalam konteks sajian terprogram secara rutin dan
memakai kitab-kitab sebagai sumber kajian. Dikatakan efektif
karena bahannya dapat diperoleh dan dipelajari lebih dalam oleh
obyek dakwah.
4. Disampaikan dengan system dialog dan bukan monologis, sehingga
audience dapat memahami materi dakwah secara tuntas, setidak-
tidaknya metode ceramah masih dapat dikatakan efektif manakala
diiringi dengan tanya jawab dua arah.

Terdapat beberapa metode dakwah. Pertama, dakwah Fardiah


merupakan metode dakwah yang dilakukan seseorang kepada orang lain
(satu orang) atau kepada beberapa orang dalam jumlah yang kecil dan
terbatas. Kedua, dakwah Ammah yang dilakukan oleh seseorang
dengan media lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan
maksud menanamkan pengaruh kepada mereka. Mereka biasanya
menyampaikan khotbah (pidato). Ketiga, dakwah bil-Lisan, yakni
penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan (ceramah atau
komunikasi langsung antara subyek dan obyek dakwah). Keempat,
dakwah bil-Haal, dengan mengedepankan perbuatan nyata. Yang
kelima, dakwah bit-Tadwin, atau pola dakwah melalui tulisan, baik
dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, internet, koran, dan
tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah. Keenam adalah
dakwah bil Hikmah, yang berdakwah dengan cara arif bijaksana,
semisal melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek
dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak
merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik.

2.3 Fungsi Agama Dalam Kehidupan Manusia

Berikut fungsi agama dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :

1. Sebagai sarana pendidikan.

Dalam hal ini, agama dapat berfungsi sebagai sarana pendidikan terbaik
untuk mengajarkan hal hal baik yang dapat menguntungkan seluruh pihak.

6
Perintah larangan dapat dipatuhi agar berada dalam jalan kebenaran dan
kebaikan di jalannya masing masing.

2. Sebagai sarana untuk keselamatan.

Antara Tuhan dan penganutnya, agama berfungsi sebagai jalan terbaik


agar manusia dapat memanfaatkan permohonan dan mengharapkan
keselamatan dari kejahatan dan dari ancaman api nerak.

3. Sebagai jembatan perdamaian dunia.

Agama mengajarkan untuk selalu berbuat dan berperilaku baik, saling


menghormati, dan menyayangi antar sesama manusia. Dari ideologi dan
agama yang berbeda, semuanya dilandasi oleh saling mengutamakan
persamaan derajat tanda merugikan sebelah pihak, dan terjauhi dari
penghinaan dan penghujatan.

4. Sebagai alat untuk bersosialisasi.

Manusia akan dianggap lebih peka, cerdas, maupun lebih tanggap dalam
menyikapi masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Aktivitas yang
berjalan pada jalan kemaksiatan akan menodai sekelilingnya dan menjerat
generasi berikutnya yang akan mengaruh pada kedosaan.

5. Sebagai jenjang hidup yang baru.

Agama mengajarkan unuk melakukan hal baik dan melarang manusia


untuk berbuat sesuatu yang merugikan. Ajaran agama dapat memperbaiki
kualitas seseorang dalam bergaul dan berinteraksi, bahkan mampu
mengubah pribadi seseorang di jenjang kehidupan yang baru.

6. Sebagai tempat untuk berinteraksi.

Semua agama di dunia mengajarkan kebaikan dan kebenaran, untuk saling


berinteraksi satu sama lain, membolehkan segala usaha duniawi selama
tidak bertentangan dengan agama, dan menjalankan norma – norma yang
terdapat dalam masyarakat.

7
7. Sebagai semangat kreativitas.

Agama mengajarkan untuk bertindak mandiri dan kreatif agar seseorang


lebih baik dan terarah tanpa diselipi oleh segala kecurangan atau kejahatan
yang dapat merugikan pihak lainnya.

8. Sebagai identitas diri.

Selain umat yang beragama, umat yang tidak mempunyai agama atau
atheis pun juga memiliki identitas agama. Karena banyaknya agama yang
ada, dengan identitas ini kita tentu harus saling menghargai antar sesama
manusia.

9. Agama juga bisa disebut sebagai ajaran teoritis.

Agama tentu mengajarkan bagaimana cara berperilaku dengan baik sesuai


dengan norma, moral, perintah, dan larangan yang berkaitan dengan etika
bermasyarakat. Saling menghormati dan saling hidup berdampingan
merupakan salah satu cara manusia bisa hidup berdampingan tanpa
mengenal perbedaan agama maupun tradisi.

10. Agama juga bisa disebut sebagai benteng kekuatan.

Agama juga mempengaruhi perilaku dan sikap manusia baik secara


individu maupun sosial.

11. Agama juga bisa disebut sebagai kebanggaan.

Beragama berarti mematuhi Tuhan, dimana tempat kita berserah diri dan
memohon bantuan serta sarana beribadah agar menjadi manusia yang lebih
dekat dengan Pencipta-Nya dan menjadi pribadi yang lebih baik dari
sebelumnya. Agama disebut sebagai kebanggaan bukan untuk
dipertunjukan dalam segala bentuk kesombongan, pamer, ataupun
keangkuhan. Sebuah kesombongan hanya akan membangin dinding
antara kira dengan orang lain untuk saling berinteraksi. Hai ini terjadi
karena pada dasarnya manusia tidak menyukai seseorang yang pamer dan
bangga karena tujuan untuk menyombongkan diri.

8
Setelah membaca fungsi dari agama sebagai pedoman hidup, dapat
dipahami bahwa agama juga berperan penting dalam membentuk dan membangun
tatanan masyarakat menjadi lebih teratur dan terarah karena ajaran agama sendiri
mampu menciptakan kerukunan dan memperbaiki kualitas pergaulan pada orang –
orang yang senantiasa hidup berdampingan tanpa ada sedikit rasa iri, dengki,
paling benar, atau angkuh.

2.3.1 Pengertian Agama Islam

Pengertian agama Islam adalah keyakinan yang sempurna dan


memiliki maksud baik di dalamnya. secara terminologis agama islam
adalah agama atau oeraturan peraturan Allah yang diwahyukan kepada
Nabi dan Rasul-Nya sebagai petunjuk bagi umat manusia agar
mencapai kebahagiaan di dunia maupun akhirat.

2.3.2 Karakteristik Agama Islam

Istilah karakteristik ajaran islam terdiri dari dua kata: karakteristik


dan ajaran islam. Kata karakteristik dalam kamus bahasa Indonesia,
diartikan sesuatu yang mempunyai karakter atau sifat yang khas. Islam
dapat diartikan agama yang diajarkan nabi Muhammad SAW yang
berpedoman pada kitab suci al qur'an dan diturunkan di dunia ini
melalui wahyu allah SWT. Berarti karakteristik ajaran islam dapat
diartikan sebagai ciri yang khas atau khusus yang mempelajari tentang
berbagai ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia dalam berbagai
bidang agama, muamalah (kemanusiaan), yang didalamnya temasuk
ekonomi, social, politik, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, lingkungan,
dan disiplin ilmu. Macam-macam karakteristik islam yaitu Rabbaniyah,
Insaniyyah, Syamil Kamil Mutakammil, Al-‘Adalah, Tsabun dan
Tsabat Wa Al-Murunah.

9
2.3.3 Ruang Lingkup Ajaran Agama Islam

Berikut beberapa ruang lingkup dalam ajaran agama Islam, diantaranya:


1. Aqidah artinya ikatan. secara terminologi akidah adalah kepercayaan
yang dianut oleh orang orang yang beragama atau tali yang
mengokohkan hubungan manusia dengan Tuhan. inti aqidah adalah
tauhid kepada Allah. tauhid berarti satu (Esa).
2. Syariah mencakup seluruh hukum hukum atau syariat samawi yang
diturunkan bagi manusia lewat para Nabi yang hadir di tengah
mereka.
3. Akhlak atau ihsan artinya tingkah laku dan budi pekerti yang baik
menurut islam. jadi, akhlah dpaat diartikan sebagai sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk
kepada sang Khaliq.

Dalam ruang lingkup akidah, para ulama membuat kesepakatan


yaitu akidah terbagi menjadi dalam 4 pembahasan:

1. Illahiyat, yaitu pembahasan tentang ketuhanan, utamanya


pembahasan tentang Allah.

2. Nubuwwat, yaitu pembahasan tentang para nabi dan rasul Allah.

3. Ruhaniyat, yaitu pembahasan yang berkaitan dengan jin, malaikat


dan iblis.

4. Sam’iyyat, yaitu pembahasan tentangalam ghaib seperti alam kubur,


akhirat, surga dan neraka.

2.4 Apa Hubungan Antara Al-Quran dan Hadits?

Hadits merupakan sumber dan dasar hukum islam yang menempati


kedudukan yang sangat penting setelah al-Qur’an. Kewajiban kaum muslim
mengikuti hadits sama wajibnya dengan mengikuti alqur’an. Hal ini
disebabkan hadits merupakan mubayyin (penjelas) terhadap al-Qur’an.

10
Tanpa memahami dan menguasai hadits, seseorang tidak akan dapat
memahami al-Qur’an dengan baik. Sebaliknya, seseorang tidak akan dapat
memahami hadits tanpa memahami al-Qur’an, karena al-Qur’an merupakan
dasar hukum pertama yang didalamnya berisi syari’at. Sedangkan hadits
merupakan dasar hukum kedua, yang didalamnya berisi penjelasan dan
penjabaran al-Qur’an.

Al-Qur’an dan hadits merupakan dua sumber hukum islam yang


memiliki kaitan yang sangat erat dan bahkan tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Sementara itu kedudukan hadits dalam islam juga tidak dapat diragukan
karena terdapat penegasan yang banyak, baik dalam alqur’an maupun dalam
hadits.

Al-hadits didefinisikan oleh ulama pada umumnya seperti definisi Al-


sunnah sebagai “segala sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi Muhammad
SAW baik ucapan, perbuatan dan taqrir (ketetapan), maupun sifat fisik dan
psikis, baik sebelum beliau menjadi nabi maupun sesudahnya.” Ulama ushul
fiqh, membatasi pengertian hadits hanya pada “ucapan-ucapan Nabi
Muhammad SAW. Yang berkaitan dengan hukum” sedangkan bila
mencangkup perbuatan dan taqrir beliau yang berkaitan dengan hukum, maka
ketiga hal ini mereka namai Al-Sunnah.

Sementara itu ulama’ tafsir mengamati bahwa perintah taat kepada


Allah dan rasulNya yang ditemukan dalam Al-Quran dikemukakan dengan
dua redaksi yang berbeda. Pertama adalah Athi’u Allah wa Al-rasul, dan
kedua adalah Athi’u Allah wa athi’u ar-rasul. Perintah pertama mencakup
kewajiban taat kepad beliau dalam hal-hal yang sejalan dengan perintah Allah
SWT karena itu, redaksi tersebut mencukupkan penggunaan sekali saja kata
Ahti’u. Perintah kedua mencakup kewajiban taat kepada beliau walaupun
dalam hal-hal yang tidak disebut secara eksplisit oleh Allah SWT dalam Al-
Quran, bahkan kewajiban taat kepada Nabi tersebut mungkin harus dilakukan
terlebih dahulu dalam kondisi tertentu walaupun ketika sedang melaksanakan
perintah Allah SWT, sebagaimana diisyaratkan oleh kasus Ubay ibn Ka’ab
yang ketika sedang shalat dipanggil oleh Rasul SAW itu sebabnya dalam

11
redaksi kedua di atas, kata athi’u diulang dua kali, dan atas dasar ini pula
perintah ta’at kepada Ulu Al-‘Amr tidak dibarengi dengan kata athi’u karena
ketaatan terhadap mereka tidak berdiri sendiri, tetapi bersyarat dengan
sejalannya perintah mereka dengan ajaran-ajaran Allah SWT dan Rasul-Nya.
(Perhatikan Firman Allah dalam QS 4:59). Menerima ketetapan Rasul SAW
dengan penuh kesadaran dan kerelaan tanpa sedikitpun rasa enggan dan
pembangkangan, baik pada saat ditetapkannya hukum maupun setelah itu,
merupakan syarat keabsahan iman seseorang, demikian Allah SWT
bersumpah dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa’ ayat 65.

Tetapi, di sisi lain, harus diakui bahwa terdapat perbedaan yang


menonjol antara hadits dan alqur’an dari segi redaksi dan cara penyampaian
atau penerimaannya. Dari segi redaksi, diyakini bahwa wahyu alqur’an
disusun langsung oleh Allah SWT. Malaikat jibril hanya sekedar
menyampaikan kepada Nabi Muhammad saw., dan beliau pun langsung
menyampaikannya kepada umat, dan demikian seterusnya generasi demi
generasi. Redaksi wahyu-wahyu alqur’an itu, dapat dipastikan tidak
mengalami perubahan, karena sejak diterimanya oleh Nabi, ia ditulis dan
dihafal oleh sekian banyak sahabat dan kemudian disampaikan secara
tawattur oleh sejumlah orang yang menurut adat mustahil akan sepakat
berbohong. Atas dasar ini, wahyu-wahyu alqur’an menjadi qath’iy al-wurud.
Ini, berbeda dengan hadis, yang pada umumnya disampaikan oleh orang per
orang dan itupun seringkali dengan redaksi yang sedikit berbeda dengan
redaksi yang diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW. Di samping itu, diakui
pula oleh ulama hadits bahwa walaupun pada masa sahabat sudah ada yang
menulis teks-teks hadits, namun pada umumnya penyampaian atau
penerimaan kebanyakan hadits-hadits yang ada sekarang hanya berdasarkan
hafalan para sahabat dan tabi’in. Ini menjadikan kedudukan hadits dari segi
otensitasnya adalah Zanniy Al-Wurud.

Tentang hubungan Alqur’an dengan sunnah, Ibn Hazmin berkomentar,


bahwa ketika kita menjelaskan Alqur’an sebagai sumber hukum syara’, maka
di dalam Alqur’an itu sendiri terdapat keterangan Allah SWT yang
mewajibkan kita untuk mentaati Rasulullah SAW, dan penjelasan bahwa

12
perkataan Rasulullah SAW yang berhubungan dengan hukum syara’ pada
dasarnya adalah wahyu yang datang dari Allah SWT juga. Hal tersebut
termuat didalam firman Allah SWT, dalam surat Al-Najm ayat 3-4:

َ ُ‫) ِإنْ ُه َو ِإاَّل َو ْح ٌي ي‬3( ‫ق َع ِن ا ْل َه َوى‬


)4( ‫وحى‬ ُ ‫َو َما يَ ْن ِط‬

Artinya : “Dan tiadalah yang diucapkan beliau (Rasulullah SAW) itu


(bersumber) dari hawa nafsunya, ucapannya itu tiada lain adalah wahyu
yang diwahyukan (Allah SWT) kepadanya.”

Dari periwayatan diatas dapat dipahami, bahwa wahyu yang datang dari
Allah SWT serta disampaikan-Nya kepada Rasulullah SAW terbagi dua,
yaitu:

1. Wahyu yang matluw, yang bersifat mukjizat yaitu, Al-qur’an al-Karim.

2. Wahyu yang marwi dan ghayr matluw, yang tidak bersifat mukjizat, yaitu
khabar yang datang dari Rasulullah SAW yang berfungsi menjelaskan apa
yang datang dari Allah SWT, sebagaimana dinyatakan Allah SWT didalam
firman-Nya dalam surat Al-Nahl ayat 44:[6]

ِ ‫لِتُبَيِّنَ لِلنَّا‬.....
َ‫س َما نُ ِّز َل ِإلَ ْي ِه ْم َولَ َعلَّ ُه ْم يَتَفَ َّكرُون‬

Artinya : “.....Agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah


diturunkan kepada mereka....”

Allah SWT telah mewajibkan umat islam untuk menaati wahyu dalam
bentuknya yang kedua ini (yaitu hadits atau sunnah), sebagaimana menaati
wahyu dalam bentuknya yang pertama (Al-qur’an) tanpa
membedakannyadalam hal menaatinya.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Al-qur’an dan sunnah


adalah dua sumber hukum syara’ yang tidak dapat dipisahkan antara yang
satu dengan yang lainnya. Tidak mungkin seseorang untuk memahami hukum
syara’ secara baik kecuali dengan merujuk kepada keduanya.

13
Ibn Qayyim al-Jawziyyah ketika mengomentari ayat Allah SWT dalam
surat An-Nisa’ ayat 59 yang berbunyi:

‫سو َل َوُأولِي اَأْل ْم ِر ِم ْن ُك ْم ۖ فَِإنْ تَنَا َز ْعتُ ْم ِفي ش َْي ٍء فَ ُردُّوهُ ِإلَى‬
ُ ‫يَا َأ ُّي َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا َأ ِطي ُعوا هَّللا َ َوَأ ِطي ُعوا ال َّر‬
‫سنُ تَْأ ِوياًل‬ ٰ
َ ‫سو ِل ِإنْ ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َوا ْليَ ْو ِم اآْل ِخ ِر ۚ َذلِ َك َخ ْي ٌر َوَأ ْح‬
ُ ‫هَّللا ِ َوال َّر‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah SWT dan taatilah
Rasulullah SAW, dan Ulil amri diantar kamu. Maka jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah permasalahan tersebut kepada
Allah SWT (Al-Qur’an) dan Rasulullah SAW (sunnah), jika kamu benar-
benar beriman pada Allah SWT dan hari kemudian. Yang itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

Dia (Ibn Qayyim) berkata, bahwa perintah Allah SWT untuk menaati-
Nya dan menaati Rasul-Nya tampak jelas dari pengulangan kata-kata tha’at
yang mendahului kata Allah SWT dan Rasulullah SAW. Hal tersebut adalah
sebagai pemberitahuan bahwa menaati Rasulullah SAW adalah wajib secara
mutlak, baik yang diperintahkan Rasulullah SAW itu sesuatu yang terdapat
didalam Al-Qur’an maupun karena kepada Rasulullah SAW telah Allah
berikan sebuah kitab, yaitu Al-Quran al-Karim, dan yang sama dengannya,
yaitu sunnah.

2.5 Manusia Dalam Pandangan Islam

2.5.1 Penyebutan Manusia Dalam Al-Qur’an

a) Basyar :

Kata al-Basyar disebut sebanyak 37x dalam Al-Qur’an. Makhluk


sekedar ada (being), yang memiliki insting seperti yang dimiliki
oleh hewan. Konsep basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat
biologis manusia, seperti asalnya dari tanah liat/lempung kering.

b) Al-Insan :

Al-Insan disebut sebanyak 65x dalam Al-Qur’an. Makhluk yang


menjadi (becoming), dan terus bergerak maju ke arah kesempuraan.

14
Selalu dihubungkan dengan sifat psikologis / spiritual manusia
sebagai makhluk yang berpikir, berilmu, dan memikul amanah

c) An-nas :

Kata An-Nas disebut sebanyak 240 kali dalam Al-Qur’an.


Menunjuk pada semua manusia merupakan makhluk social yang
memiliki berbagai kegiatan.

d) Bani Adam

Menunjuk pada aspek historis, bahwa semua umat manusia berasal


dari Nabi Adam

e) ‘Abdun

Aspek manusia sebagai hamba Allah yang harus tunduk dan patuh
kepadaNya

2.5.2 Tujuan Penciptaan Manusia

Beribadah kepada Allah

َ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ا ْل ِجنَّ َواإل ْن‬


‫س ِإال لِيَ ْعبُدُو ِن‬

Artinya : “Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku” (QS. Adz-dzariyyat: 56)

Ayat di atas jelas menyebutkan tujuan diciptakan manusia adalah


untuk beribadah, hanya menyembah Allah semata. Ayat ini
mengisyaratkan pentingnya tauhid, karena tauhid adalah bentuk ibadah
yang paling agung, mengesakan Allah dalam ibadah.

15
2.5.3 Proses Penciptaan Manusia

a) Unsur Fisik

Arti :

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu


saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian
air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik." (QS. al-
Mu’minun : 14)

Proses penciptaan manusia dari unsur fisik berarti hanya berupa


unsur jasmaninya saja. Ketika berada di dalam rahim seorang wanita
tersebut, selama kurun waktu tertentu (40 hari) nuthfah tersebut
berkembang menjadi ’alaqah (segumpal darah), kemudian dalam kurun
waktu tertentu pula (40 hari), ’alaqah berubah menjadi mudghah
(segumpal daging), lalu selama kurun waktu tertentu (40 hari) berubah
menjadi tulang-belulang yang terbungkus daging, dan akhirnya tumbuh
dan berkembang menjadi anak manusia.

b) Unsur Non-fisik/Ruh

Dalam QS. As-sajadah ayat 7-9, Allah berfirman :

‫ساللَ ٍة ِمنْ َما ٍء‬


ُ ْ‫سلَهُ ِمن‬ ْ ‫) ثُ َّم َج َع َل َن‬7( ‫سا ِن ِمنْ ِطي ٍن‬ َ ‫سنَ ُك َّل ش َْي ٍء َخلَقَهُ َوبَ َدَأ َخ ْل‬
َ ‫ق اإل ْن‬ َ ‫الَّ ِذي َأ ْح‬
‫صا َر َواأل ْفِئ َدةَ قَلِيال َما‬ ِ ‫س َّواهُ َونَفَ َخ ِفي ِه ِمنْ ُر‬
َّ ‫وح ِه َو َج َع َل لَ ُك ُم ال‬
َ ‫س ْم َع َواأل ْب‬ َ ‫) ثُ َّم‬8( ‫َم ِهي ٍن‬
9( َ‫ش ُكرُون‬
ْ َ‫ت‬

16
Artinya : “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-
baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian
Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani).
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)wya
roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”

Dalam ayat tersebut, digambarkan bahwa setelah proses


penciptaan fisik manusia, selanjutnya ialah proses penciptaan ruhnya
yang kemudian ditiup ke dalam tubuh manusia

2.5.4 Alam Kehidupan Manusia

1) Alam Rahim : Alam kehidupan sejak terjadi konsepsi hingga lahir

2) Alam dunia : Sejak kelahiran sampai meninggal dunia

3) Alam Barzah : Sejak kematian sampai kiamat

4) Alam Akhirat : terbagi menjadi 4, yaitu Yaumul Ba’ats


(kebangkitan), yaumul mahsyar (dikumpulkan di padang mahsyar),
yaumul miizan (penimbangan amal), yaumul jaza’ (pembalasan)

2.5.5 Kedudukan Manusia

Sejak senelum manusia diciptakan, Allah telah menyampaikan


kepada para malaikat bahwa manusia akan diciptakan sebagai khalifah-
Nya di bumi sebagaimana Allah firmankan dalam QS. Al-Baqarah:30)

2.5.6 Potensi Manusia

a) Potensi fisik : Jasmani

b) Potensi Nonfisik

17
Akal : Kebijaksanan, intelegensi, pengertian

Qalb : Hati/bersifat ketuhanan

Emosi/nafsu : Kekuatan yang mendorong manusia untuk mencapai


keinginannya

2.5.7 Karakter Manusia

a) Hadis/baru dari sifat jasmaniahnya

b) Azali dari roh ilahiahnya

Oleh karena itu pada diri manusia terdapat karakter baik dari
Tuhannya, dan buruk dari nafsunya.

2.5.8 Martabat Manusia

Di hadapan Allah, manusia sama dengan makhluk Allah lainnya.


Namun, martabat manusia ditentukan olleh nilai perbuatan dalam
kehidupannya di dunia.

a) Muttaqun : Orang yang bertakwa

b) Mukmin : Orang Yang beriman

c) Muslim : Orang beragama Islam

d) Muhsin : Orang yang berbuat baik

e) Mukhlish : Orang yang ikhlas

f) Mushlih : Orang yang menciptakan kebaikan

g) Kafir : Orang yang mengingkari adanya Allah

h) Fasik : Orang yang keluar dari kebenaran

i) Munafik : Orang yang pura-pura beragama islam

j) Musyrik : Orang yang menyekutukan Allah

k) Murtad : Orang yang keluar dari agama islam

18
Allah begitu memuliakan manusia dalam Al-Qur’an, maupun
dalam penciptaannya. Maka dari itu, sudah seharusnya kita menaatiNya
dan mengimaniNya dengan sepenuh hati.

2.6 Tanggung Jawab Manusia Dalam Agama Islam

Tanggung jawab adalah beban yang dipikul oleh seseorang akibat


sesuatu yang ia lakukan, baik karena ucapan dan perbuatannya ataupun
karena diamnya. Tanggung jawab berguna sebagai pengontrol kebebasan
manusia. Manusia bebas melakukan apa saja yang mereka inginkan, tapi itu
semua harus ada pertanggungjawabannya. Apa yang dilakukan seseorang
pertama-tama akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt kemudian
di hadapan dirinya sendiri dan di hadapan masyarakat.

Dalam agama Islam tanggung jawab sangat dijunjung tinggi. Karena


tanggung jawab berhubungan dengan hak dan kewajiban yang harus
dipenuhi. Setiap manusia adalah pemimpin yang akan
mempertanggungjawabkan kepimpinannya, baik memimpin diri-sendiri
maupun memimpin orang lain.

Dalam Islam tanggung jawab individu meliputi tanggung jawab


sebagai seorang idividu, tanggung jawab terhadap masyarakat, tanggung
jawab terhadap Allah, dan tanggung jawab terhadap bangsa dan Negara.

6.1.1 Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah

Allah menciptakan segala sesuatunya tidak sia-sia, termasuk juga


penciptaan manusia. Manusia diciptakan untuk satu tujuan utama, yaitu
beribadah kepada Allah. Hal ini diterangkan dalam QS. Adz-dzariyat:
56 yang berbunyi :

َ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ا ْل ِجنَّ َواِإْل ْن‬


‫س ِإاَّل لِيَ ْعبُدُو ِن‬

Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan


supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”(Q.S.Adz-zariyat: 56 )

19
6.1.2 Tanggungjawab Manusia Sebagai Khalifah Allah

Sebagai makhluk Allah manusia mendapat amanat yang


harus dipertanggungjawabkan dihadapan Nya. Tugas hidup yang
dipikul manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifahan, yaitu tugas
kepemimpinan yakni sebagai wakil Allah di muka bumi untuk
mengelola dan memelihara alam. Dengan kata lain, manusia
mempunyai tanggung jawab untuk memelihara, merawat, melestarikan,
dan mengelola bumi

6.1.3 Tanggungjawab Terhadap Masyarakat Bangsa dan Negara

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak boleh berbuat sewenang-


wenang yang dapat merugikan orang lain. Dengan merugikan orang
lain berarti manusia mengganggu kebebasan dan menyalahi hak
mereka, dan tidak bertanggung jawab terhadap orang lain. Menunaikan
kewajiban-kewajiban sosial yang jumlahnya cukup banyak dan
bervariasi, menurut semua orang merupakan satu keutamaan.

......‫س ِإاَّل َعلَ ْي َها ۚ َواَل تَ ِز ُر َوا ِز َرةٌ ِو ْز َر ُأ ْخ َر ٰى‬


ٍ ‫ب ُك ُّل نَ ْف‬ ِ ‫ َواَل تَ ْك‬........
ُ ‫س‬

Artinya: “…Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan


kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri dan seorang yang
berdosa tidak akan memikul dosa orang lain….” (Q.S.Al-An’aam: 164)

Selain itu, dalam berbangsa dan bernegara pun kita mempunya


tanggung jawab. Salah satu contohnya adalah Aksi Bela Negara. Bela
negara di dalam Al-Qur’an secara tekstual memang tidak ada yang
secara tegas, kebanyakan ayat menggunakan jihad fi sabilillah (jihad di
jalan Allah. Upaya yang sungguh-sungguh melibatkan seluruh
komponen bangsa untuk mempertahanan negara itu bisa disebut sebagai
“jihad” dalam pengertian yang luas. Salah satu bentuk jihad
mempertahankan negara adalah menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa.

20
6.1.4 Kebutuhan Manusia Terhadap Agama Islam

Manusia jelas memiliki kebutuhan terhadap agama islam karena


dalam agama islam sudah terkandung petunjuk kehidupan manusia yg
paling baik, larangan-larangan yang sudah jelas balasan dan
keburukannya jika dilakukan manusia, dan hal-hal yang belum
diketahui manusia untuk menjadi panduan dalam kehidupan manusia.
agama islam tidak pernah menghilang sama sekali dalam sejarah
manusia. Hal ini membuktikan bahwa agama islam merupakan bagian
yang vital dari kehidupan manusia baik di masa lalu, masa kini, maupun
di masa depan. Dengan kata lain, agama islamlah yang menjadikan
peradaban manusia mencapai tingkatan kemajuan seperti sekarang ini.
Bahkan, agama islamlah yang pada dasarnya berulang kali
menyelamatkan peradaban umat manusia dari kehancurannya.

Sebuah peradaban dapat tumbuh dan berkembang karena


memiliki landasan moral yang kuat; dan agar landasannya kuat, sebuah
moralitas harus mendapat inspirasi dari kepercayaan kepada Tuhan
yang terdapat dalam ajaran keagamaan oleh kekuatan agama islam.
Kenyataanya, sekarang semakin banyak kalangan yang menyadari
bahwa berbagai persoalan manusia, terutama yang berkaitan dengan
aspek spiritual, hanya dapat diselesaikan dengan agama Islam.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Dari pembahasan yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan


bahwa, agama sangat diperlukan oleh manusia sebagai pegangan hidup,
sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna.

Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk biologis, psikologis dan


sosial yang memiliki dua predikat statusnya dihadapan Allah sebagai Hamba
Allah dan fungsinya di dunia sebagai khalifah Allah, mengantur alam, dan
mengelolanya untuk mencapai kesejahteraan kehidupan manusia itu sendiri
dalam masyarakat. Upaya-upaya dalam mencapai kesejahteaan itu disertai
dengan tetap tunduk dan patuh kepada sunnatullah. Rasa agama dan perilaku
keagamaan (agama dan kehidupan beragama) merupakan pembawaan dari
kehidupan manusia, atau dengan istilah lain merupakan “fitrah” manusia.

Oleh karena itu, marilah kita meneruskan perjuangan yang telah


dibawakan oleh para pendahulu kita, yang telah membawa islam pada zaman
keemasannya, agar islam kembali meraih masa kejayaannya hingga akhir
zaman nanti.

3.2 Kritik dan Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan


makalah ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis
miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat penulis harapkan untuk perbaikan ke depannya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Mujilan,dkk. 2019. Buku Ajar Matakuliah Pengembangan Kepribadian Agama


Islam Membangun Pribadi Muslim Moderat. Jakarta: Midada Rahma Press.

Chusnul, Annisa. 2019. Perkembangan Islam Pada Zaman Nabi Muhammad.


https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/19130013/5de1
0435097f3655c7317892/perkembangan-islam-pada-masa-nabi-muhammad
(diakses pada tanggal 18 Februari 2020)

Muhammad D. 2017. “Pendidikan Karakter Bertanggung Jawab Menurut Al-


Qur’an Surah Luqman Ayat 16”. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institiut
Agama Islam Negeri Salatiga: Salatiga

Abdul, M. (2011). Bela Negara dalam Perspektif Al-qur’an. Analisis, Volume XI,
Nomor 1. https://media.neliti.com/media/publications/57146-ID-bela-
negara-dalam-perspektif-al-quran-se.pdf

Yogi, S. (2016). Hubungan Agama dan Negara dalam Perspektif Aksi Bela
Islama. Aqidah dan Agama Islam.
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jaqfi/article/download/17/13/1167
(diakses pada tanggal 19 Februari 2020)

Mansoureh Ebrahimi, Juni 2017. Islamic Identity, Ethical Principles and Human
Values. Jurnal. Universiti Teknologi Malaysia. [diakses 14 Februari 2020],
dari
https://www.researchgate.net/publication/320568572_Islamic_Identity_Ethi
cal_Principles_and_Human_Values

Sukardi, Ismail. 2016. Character Education Based on Religious Values: an


Islamic Prespective. Raden Fatah State Islamic University of Palembang,
Indonesia. [diakses 15 Februari 2020], dari
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tadib

23
Tim Penerjemah JIC, 2005. Islam Rahmat Bagi Alam Semesta. Pustaka Alvabet.
Shihab, Quraish. 2011. Membumikan Al-Qur’an Jilid 2. Lentera
Hati.Tafsirq.com

Yusron. 2016. Pengertian Islam. https://belajargiat.id/islam/n (diakses 12-


Februari-2020)

Sanmiharja Tohirin. 2013. Pengertian dan Ruang lingkup akidah.


https://www.kompasiana.com/masto/552e33656ea834581d8b45d4/pengerti
an-dan-ruang-lingkup-akidah (diakses 19 Februari 2020)

Sari, Maya Tita. 2016. Fungsi Agama Dalam Kehidupan Manusia.


https://dalamislam.com/dasar-islam/fungsi-agama (diakses pada tanggal 18
Februari 2020)

Nazwar. 2016. Peranan Agama dalam Kehidupan Manusia.


https://palembang.tribunnews.com/2016/06/16/peranan-agama-dalam-
kehidupan-manusia. (diakses pada tanggal 19 Februari 2020)

Admin12. 2018. Pedoman Hidup Manusia. https://stit-rh.ac.id/2018/03/10/agama-


pedoman-hidup-manusia/ (diakses pada tanggal 18 Februari 2020)

Nurdin. 2017. WORLD WIDE WEB 30 UNTUK DAKWAH : MANFAAT DAN


STRATEGI PENGGUNAANNYA.
https://www.researchgate.net/publication/320410347_WORLD_WIDE_WE
B_30_UNTUK_DAKWAH_MANFAAT_DAN_STRATEGI_PENGGUNA
ANNYA (diakses pada tanggal 18 Februari 2020)

Muhammadin. (2013). Kebutuhan Manusia Terhadap Agama. Nomor 1.


https://media.neliti.com/media/publications/99550-ID-kebutuhan-manusia-
terhadap-agama.pdf (diakses pada tanggal 19 Februari 2020)

Yuda, Radit. KONSEP MANUSIA DALAM ISLAM.


https://www.academia.edu/4727825/KONSEP_MANUSIA_DALAM_ISLA
M_Manusia_diciptakan_Allah_Swt (diakses pada tanggal 18 Februari 2020)

Budiharjo. 2007. Konsep Dakwah Dalam Islam. Volume 19 Nomor 2


https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/904

24
Sasongko, Agung. 2017. 6 Metode Dakwah.
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/02/24/
olv2d3313-6-metode-dakwah (diakses pada tanggal 19 Februari 2020)

Delvia Dewi. 2015. Metode Dakwah Para Penyebar Islam Di Indonesia.


https://www.academia.edu/26020009/Metode_Dakwah_Para_Penyebar_Isla
m_Di_Indonesia (diakses pada tanggal 19 Februari 2020)

Admin NU Khatulistiwa. 2017. Hubungan Hadist dengan Al-Quran


https://nukhatulistiwa.com/2017/04/hubungan-hadist-dengan-al-quran/
(diakses pada tanggal 19 Februari 2020)

Admin ICC. 2017. Kebutuhan Manusia Akan Agama.


https://icc-jakarta.com/2017/07/14/kebutuhan-manusia-akan-agama (diakses
pada tanggal 19 Februari 2020)

Fad, Mohammad Farid. Hakikat Manusia Dalam Pandangan Islam.


http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/Pertemuan_IV_Udinus.pdf (diakses
pada tanggal 19 Februari 2020)

25

Anda mungkin juga menyukai