Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ILMU DAKWAH

D
I
S
U
S
U
N
OLEH
ARBI AGUSTA

IAI AL AZHAAR LUBUK LINGGAU


TAHUN 2022-2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nyalah Penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Salawat serta
salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut-
pengikutnya hingga akhir zaman.

Penyusunan makalah ini dibuat Penulis dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Ilmu dakwah.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.Namun,


Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Penulis pada khususnya
pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masyarakat merupakan sebuah komunitas yang tak dapat dipisahkan dari budaya.
Budaya itu yang kemudian membedakan antar satu komunitas dengan komunitas yang lain.
Budaya berpengaruh pula terhadap adat kebiasaan, pola pikir serta sikap setiap individu
yang tergabung di dalamnya. Orang sunda berbeda dengan orang batak dari berbagai sisi,
mulai bahasa, etika serta standar kepribadiannya. Begitu pula dengan etnis-etnis lain yang
ada di Indonesia bahkan di dunia.

Di era Nabi Muhammad, masyarakat Arab kala itu tersusun atas klan-klan suku. Nabi
Muhammad terlahir dan besar di tengah suku yang terpandang di jazirah Arab kala itu, yakni
Quraisy. Islam datang sebagai agama yang “menuntun” masyarakat Arab agar melaksanakan
perintah Tuhan Allah, serta meninggalkan sesembahan nenek moyang mereka yaitu dewi-
dewi banatullah Al-Latta, Al-Uzza dan Al-Mannat. Perjuangan Nabi ini tidak mudah sebab
setiap klan tidak menyetujui ajaran monotheisme yang diajarkan Nabi Muhammad. Dengan
kegigihannya, Islam pun berkembang hingga saat ini.

Islamisasi masyarakat Arab yang dilanjutkan dengan Islamisasi masyarakat dunia ini dapat
dilakukan dengan suatu aktivitas bernama dakwah. Banyak hal-hal yang berkaitan dengan
dakwah dan akan diurai dalam makalah ini, terutama dari pengertian dan ruang lingkupnya

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan yang menjadi master of question dalam makalah ini adalah :

1. Apa itu dakwah dan hal-hal yang berkaitan dengannya?


2. Kenapa dakwah begitu diperlukan?
3. Di mana dan kapan saat yang tepat bagi seorang da’i itu bedakwah?
4. Bagaimankah materi yang mampu menunjang efektivitas kegiatan dakwah??
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAKWAH

Dakwah menurut etimologi (bahasa) berasal dari kata bahasa Arab : da’a – yad’u –
da’watan yang berarti mengajak, menyeru, dan memanggil[1]. Di antara makna dakwah
secara bahasa adalah:

• An-Nida artinya memanggil; da’a filanun Ika fulanah, artinya si fulan mengundang fulanah
• Menyeru, ad-du’a ila syai’i, artinya menyeru dan mendorong pada sesuatu

Dalam dunia dakwah, rang yang berdakwah biasa disebut Da’i dan orang yang menerima
dakwah atau orang yang didakwahi disebut dengan Mad’u

Dalam pengertian istilah dakwah diartikan sebagai berikut:

1. Prof. Toha Yaahya Oemar menyatakan bahwa dakwah Islam sebagai upaya mengajak
umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan
untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat.
2. Syaikh Ali Makhfudz, dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin memberikan definisi dakwah
sebagai berikut: dakwah Islam yaitu; mendorong manusia agar berbuat kebaikan dan
mengikuti petunjuk (hidayah), menyeru mereka berbuat kebaikan dan mencegah dari
kemungkaran, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.
3. Hamzah Ya’qub mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia dengan
hikmah (kebijaksanaan) untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
4. Menurut Prof Dr. Hamka dakwah adalah seruan panggilan untuk menganut suatu
pendirian yang ada dasarnya berkonotasi positif dengan substansi terletak pada aktivitas
yang memerintahkan amar ma’ruf nahi mungkar.
5. Syaikh Muhammad Abduh mengatakan bahwa dakwah adalah menyeru kepada kebaikan
dan mencegah dari kemungkaran adalah fardlu yang diwajibkan kepada setiap muslim.
Dari beberapa definisi di atas secara singkat dapat disimpulkan bahwa dakwah
merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh informan (da’i) untuk menyampaikan
informasi kepada pendengar (mad’u) mengenai kebaikan dan mencegah keburukan.
Aktivitas tersebut dapat dilakukan dengan menyeru, mengajak atau kegiatan persuasif
lainnya.

Dakwah menjadikan perilaku Muslim dalam menjalankan Islam sebagai agama rahmatan
lil’alamin yang harus didakwahkan kepada seluruh manusia, yang dalam prosesnya
melibatkan unsur: da’i (subyek), maaddah (materi), thoriqoh (metode), wasilah (media), dan
mad’u (objek) dalam mencapai maqashid (tujuan) dakwah yang melekat dengan tujuan
Islam yaitu mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Islam sebagai agama merupakan penerus dari risalah-risalah yang dibawa nabi terdahulu,
terutama agama-agama samawi seperti Yahudi dan Nasrani. Islam diturunkan karena
terjadinya distorsi ajaran agama, baik karena hilangnya sumber ajaran agama sebelumnya
ataupun pengubahan yang dilakukan pengikutnya. Dalam agama Nasrani misalnya, hingga
saat ini belum ditemukan kitab suci yang asli.

Karena dakwah merupakan aktivitas amar ma’ruf nahi mungkar, dakwah tidak selalu
berkisar pada permasalahan agama seperti pengajian atau kegiatan yang dianggap sebagai
kegiatan keagamaan lainnya. Paling tidak ada tiga pola yang dapat dipahami mengenai
dakwah.

a. Dakwah Kultural

Dakwah kultural adalah aktivitas dakwah yang mendekatkan pendekatan Islam


Kultural, yaitu: salah satu pendekatan yang berusaha meninjau kembali kaitan doktrinasi
yang formal antara Islam dan negara. Dakwah kultural merupakan dakwah yang mendekati
objek dakwah (mad’u) dengan memperhatikan aspek sosial budaya yang berlaku pada
masyarakat. Seperti yang telah dilaksanakan para muballigh dahulu (yang dikenal sebagai
walisongo) di mana mereka mengajarkan Islam menggunakan adat istiadat dan tradisi lokal.
Pendekatan dakwah melalui kultural ini yang menyebabkan banyak masyarakat yang
tertarik masuk Islam. Hingga kini dakwah kultural ini masih dilestarikan oleh sebagian umat
Islam di Indonesia.
b. Dakwah Politik

Dakwah politik adalah gerakan dakwah yang dilakukan dengan menggunakan kekuasaan
(pemerintah); aktivis dakwah bergerak mendakwahkan ajaran Islam supaya Islam dapat
dijadikan ideologi negara, atau paling tidak setiap kebijakan pemerintah atau negara selalu
diwarnai dengan nilai-nilai ajaran Islam sehingga ajaran Islam melandasi kehidupan politik
bangsa. Negara dipandang pula sebagai alat dakwah yang paling strategis.

Dakwah politik disebut pula sebagai dakwah struktural. Kekuatan dakwah struktural ini
pada umumnya terletak pada doktrinasi yang dipropagandakannya. Beberapa kelompok
Islam gigih memperjuangkan dakwah jenis ini menurut pemahamannya.

c. Dakwah Ekonomi

Dakwah ekonomi adalah aktivitas dakwah umat Islam yang berusaha


mengimplementasikan ajaran Islam yang berhubungan dengan proses-proses ekonomi guna
peningkatan kesejahteraan umat Islam. Dakwah ekonomi berusaha untuk mengajak umat
Islam meningkatkan ekonomi dan kesejahteraannya. Ajaran Islam dalam kategori ini antara
lain; jual-beli, pesanan, zakat, infak dan lain sebagainya.

Makna “dakwah” juga berdekatan dengan konsep ta’lim, tadzkir, dan tashwir. Ta’lim
berarti mengajar, tujuannya menambah pengetahuan orang yang diajar, kegiatannya
bersifat promotif yaitu meningkatkan pengetahuan, sedang objeknya adalah orang yang
masih kurang pengetahuannya. Tadzkir berarti mengingatkan dengan tujuan memperbaiki
dan mengingatkan pada orang yang lupa terhadap tugasnya sebagai serang muslim. Karena
itu kegiatan ini bersifat reparatif atau memperbaiki sikap, dan perilaku yang rusak akibat
pengaruh lingkungan keluarga dan sosial budaya yang kurang baik, objeknya jelas mereka
yang sedang lupa akan tugas dan perannya sebagai muslim.

Tashwir berarti melukiskan sesuatu pada alam pikiran seorang, tujuannya


membangkitkan pemahaman akan sesuatu melalui penggemaran atau penjelasan. Kegiatan
ini bersifat propagatif, yaitu menanamkan ajaran agama kepada manusia, sehingga mereka
terpengaruh untuk mengikutinya.
Dakwah yang diwajibkan tersebut berorientasi pada beberapa tujuan:

1. Membangun masyarakat Islam, sebagaimana para rasul Allah yang memulai dakwahnya
di kalangan masyarakat jahiliah. Mereka mengajak manusia untuk memeluk agama Allah
Swt, menyampaikan wahyu-Nyan kepada kaumnya, dan memperingatkan mereka dari
syirik.
2. Dakwah dengan melakukan perbaikan pada masyarakat Islam yang terkena musibah.
Seperti penyimpangan dan berbagai kemungkaran, serta pengabaian masyarakat
tersebut terhadap segenap kewajiban.
3. Memelihara kelangsungan dakwah di kalangan masyarakat yang telah berpegang pada
kebenaran, melalui pengajaran secara terus-menerus, pengingatan, penyucian jiwa, dan
pendidikan.

B. LANDASAN DAKWAH

Dakwah merupakan kewajiban yang syar’i. Hal ini sebagaimana tercantum di dalam Al-
Qur’an maupun As-Sunnah.

Beberapa Ayat Dakwah

ِ‫س ِبي ِل ِهِ َوه َُوِ أ َ ْع َل ُم‬


َ ‫ن‬
ِ‫ع‬ َ ‫ن َربَّكَِ ه َُِو أ َ ْعلَ ُِم ِب َمن‬
َ ِ‫ض َّل‬ َ ‫ِي أ َ ْح‬
َِّ ‫س ُنِ ِإ‬ َِ ‫سنَ ِِة َو َجا ِد ْل ُهم ِبا َّلتِي ه‬
َ ‫ظ ِِة ا ْل َح‬
َ ‫س ِبي ِلِ َر ِبِّكَِ ِبا ْلحِ ِْك َم ِةِ َوا ْل َم ْو ِع‬
َ ‫ا ْدعُ ِإلِى‬
َِ‫بِا ْل ُم ْهتَدِين‬

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl [16]:125)

َِ‫ن ْال ُمنك َِِر َوأ ُ ْولَـئِكَِ هُ ُِم ْال ُم ْف ِل ُحون‬ َِ ‫ُون إِلَى ْال َخي ِِْر َويَأ ْ ُم ُر‬
َ َِ‫ون بِ ْال َم ْع ُروفِِ َويَ ْن َه ْون‬
ِِ ‫ع‬ َِ ‫َو ْلتَكُن ِ ِّمنكُ ِْم أ ُ َّمةِ يَِ ْدع‬

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang
yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran [3]: 104)
Beberapa Hadits Dakwah

‫ان‬ ِْ ‫ف‬
ِِ ‫اْلي َم‬ ْ َ ‫ن لَ ِْم يَ ْستَطِ ِْع فَبِقَ ْلبِ ِِه َوذَلِكَِ أ‬
ُِ َ‫ضع‬ ِْ ِ‫سانِ ِِه فَإ‬ ِْ ِ‫ن َرأَى ِم ْنكُ ِْم ُم ْنك ًَرا فَ ْليُغَيِ ِّْرِهُ بِيَ ِدِِه فَإ‬
َ ‫ن لَ ِْم يَ ْستَطِ ِْع فَبِ ِل‬ ِْ ‫َم‬

(‫)رواه صحيح مسلم‬

Rasulullah pernah bersabda: “Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka cegahlah


dengan tanganmu, apabila belum bisa, maka cegahlah dengan mulutmu, apabila belum bisa,
cegahlah dengan hatimu, dan mencegah kemungkaran dengan hati adalah pertanda
selemah-lemah iman”

َِ‫للا ِبك‬ ُِ ‫ِي‬ ِْ َ ‫للاِ فِ ْي ِِه فَ َوللاِِ ِِل‬


َِ ‫ن يَ ْهد‬ ِ ‫ق‬ ِْ ‫علَ ْي ِه ِْم‬
ِِ ِّ ‫مِن َح‬ ُِ ‫اْل ْسالَ ِِم َوأ َ ْخ ِب ْرهُ ِْم بـِ َمِا يَ ِج‬
َ ‫ب‬ ِ ‫سا َحتِ ِه ِْم ث َُِّم ا ُ ْدعُ ُه ِْم ِإلَى‬
َ ‫ل ِب‬ َ ‫ا َ ْن ِف ِْذ‬
َِ ‫علَى َرسُلِكَِ َحتَّى ت َ ْن ِز‬
‫ن َيكُ ْونَِ َلكَِ ُح ْم ُِر النَّ َع ِِم‬ ِْ َ ‫ن أ‬
ِْ ِ‫الِ َواحِ دِا ً َخيْرِ َلكَِ م‬
ً ‫َر ُج‬

ِ‫رواه البخارى‬

“Ajaklah mereka memeluk Islam dan beritahu mereka apa-apa yang diwajibkan atas mereka
yang berupa hak Allah di dalamnya. Demi Allah, Allah memberi petunjuk kepada seseorang
lantaran engkau, adalah lebih baik bagimu daripada engkau memiliki unta merah”

C. KARAKTER DAKWAH

Apabila dikatakan “dakwah islamiah”, maka yang dimaksudkan adalah “Risalah terakhir
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai wahyu dari Allah dalam bentuk
kitab yang tidak ada kebatilan di dalamnya, baik di depan atau belakangnya, dengan kalam-
Nya yang bernilai mukjizat, dan yang ditulis di dalam mushaf yang diriwayatkan dari Nabi
Saw dengan Sand yang mutawatir, yang membacanya bernilai ibadah”.

Dengan penjabaran demikian, dakwah Islam memiliki beberapa karakter yang


membedakannya dari dakwah-dakwah yang lain. Ada beberapa karakteristik di antaranya
ialah:

1. Rabaniyah, artinya bersumber dari wahyu Allah Swt.


2. Wasathiyah, artinya tengah-tengah atau seimbang
3. Ijabiyah, artinya positif dalam memandang alam, manusia, dan kehidupan
4. Waqi’iyah, artinya realistis dalam memperlakukan individu dan masyarakat
5. Akhlaqiyah, artinya sarat dengan nilai kebenaran, baik dalam sarana maupun tujuannya
6. Syumuliyah, artinya utuh dan menyeluruh dalam manhajnya
7. Alamiyah, bersifat mendunia
8. Syuriyah, berpijak di atas prinsip musyawarah dalam menentukan segala sesuatunya
9. Jihadiyah, artinya terus memerangi siapa saja yang berani menghalang-halangi Islam, dan
mencegah tersebarnya dakwah.
10. Salafiyah, artinya menjaga orisinalitas dalam pemahaman dan akidah

D. FAKTOR FAKTOR KEBERHASILAN DAKWAH

Dakwah tidak akan berhasil apabila seorang da’i tidak menyerahkan dirinya secara
totalitas untuk berjuang di jalan Allah. Dakwah yang berhasil ialah dakwah yang efektif
membimbing manusia untuk amar ma’ruf dan nahi mungkar. Banyak faktor yang
mendukung keberhasilan dakwah ini, di antaranya ialah:

1. Pemahaman yang mendalam


2. Keimanan yang kuat
3. Kecintaan yang kukuh
4. Kesadaran yang sempurna
5. Kerja yang kontinu

Dalam rangka mencapai tujuan yang mulia itu, seorang muslim harus bersedia menjual diri
dan hartanya kepada Allah, sampai dia tidak memiliki apa-apa. Dia menjadikan dunia hanya
untuk dakwahnya, demi untuk memperoleh keberhasilan akhirat, sebagai pembalasan atas
pengorbanannya. Allah Swt berfirman :

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman diri dan harta mereka
dengan memberikan surga untuk mereka (At-Taubah:111).
E. SARANA DAKWAH DAN REALISI TARGET

Dengan pemahaman yang benar terhadap dakwah, kita berupaya melaksanakan


pemahaman ini agar terjelma dalam kehidupan yang nyata, dan prinsip-prinsip yang
dilaksanakan dapat disaksikan dan dirasakan pengaruhnya oleh manusia. Hal itu dilakukan
melalui upaya untuk merealisasikan target-target berikut ini:

1. Ishlah An-Nafs (perbaikan jiwa), sehingga menjadi seorang muslim yang kuat fisiknya,
baik akhlaknya, luas wawasan berpikirnya, mampu bekerja, bersih akidahnya, benar
ibadahnya dan bermanfaat untuk orang lain. Perbaikan ini menuntun hingga menjadi
manusia asan takwim.
2. Membina rumah tangga islami sehingga berimbas pada harmonisasi kehidupan dalam
lingkup keluarga maupun masyarakat luas.
3. Irsyad Al-Mujtama’ (memberi pengarahan kepada masyarakat) yakni dengan
menanamkan prinsip amar ma’ruf nahi mungkar.
4. Berdakwah kepada pemerintah untuk menerapkan syariat Allah dengan segala metode
yang bijaksana dan akhlak islami
5. Berdakwah untuk mewujudkan persatuan Islam dengan cara misalnya melakukan
konsolidasi kepada negara-negara Islam[10].

Cara untuk mewujudkan target mulia tersebut ialah dengan cara sebagai berikut:

1. Melalui dakwah yang disampaikan dengan hikmah (bijaksana), nasihat yang baik, dan
bantahan dengan yang baik pula
2. Dengan pendidikan Islam yang bermanhajkan Qur’an dan ajaran Rasul
3. Bangunan pendidikan Islam adalah tempat mereka dididik dengan pendidikan Islam.

F. DAKWAH SEBAGAI ILMU

Pengertian “ilmu’’ sering dikacaukan dengan pengertian “pengetahuan’’.

pengetahuan adalah kesan yang terdapat di dalam pemikiran manusia sebagai hasil
sentuhan dengan obyek tertentu. Kesan itu kemudian diberi lambang dalam wujud ‘kata’
atau lukisan dalam wujud untain kata-kata. Sedangkan “ilmu’’ adalah sejumlah pengetahuan
yang tersusun secara sistematis,logis,hasil pemikiran manusia, obyektif atau dapat diuji oleh
siapapun. Senada dengan pendapat diatas, Soekanto mengemukakan unsur-unsur (elemen)
yang merupakan bagian-bagian dari ilmu, antara lain: pengetahuan (knowledge), tersusun
secara sistematis, menggunakan pemikiran, dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau
umum(obyektif). Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan, dimana pengetahuan
meruopakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu atau hasil usaha manusia untuk
memahami suatu obyek tertentu, Ilmu, disamping merupakan kumpulan pengetahuan, juga
harus mempunyai obyek dan metode (cara kerja) tertentu yang sifatnya umum.

Sedangkan menurut Amrullah Ahmad, ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang


tersusun secara sistematis sebagai hasil belajar manusia terhadap ayat-ayat Allah dengan
tujuan untuk beribadah kepada Allah mencari kebenaran, untuk kesejahteraan hidup di
dunia dan agarsemakin bertaqwa kepada Allah SWT.

G. SUBYEK DAKWAH DAN ILMU PENGETAHUAN

Subyek dakwah adalah seorang yang menjadi sumber ide, sehingga pesan dakwah akan
sangat dipengaruhi oleh keahlian, kecerdasan, ketrampilan, sikap dan tingkah laku seorang
da’i, begitu pula dengan subyek pengetahuan.

Seorang da’i harus memiliki pengetahuan, orang yang memiliki pengetahuan juga harus
mengetahui cara dakwah untuk menyampaikan pegetahuan yang ia ketahui. Dengan
demikian keduanya akan terjalin interaksi satu sama lain.

H. OBJEK DAKWAH DAN PENGETAHUAN

Ciri khusus untuk mengetahui ilmu yang satu dengan yang lain adalah terletak pada
objeknya terutama objek formalnya. Adapun objek penelaahan ilmu dakwah adalah
memiliki objek-objek material dan objek formal. Objek material dakwah sebagaimana ilmu-
ilmu sejenis lainnya adalah tentang tingkah laku manusia. Sedangkan objek formal nya
adalah “ usaha manusia untuk menyeru/mengajak manusia lain dengan ajaran islam agar
menerima, meyakini dan mengamalkan ajaran islam bahkan memperjuangkannya”. Dengan
demikian, maka yang menjadi objek telaahan ilmu dakwah adalah manusia dengan segala
sikap tingkah lakunya yang berkaitan dengan aktivitas dakwah. Tegasnya, masalah-masalah
yang dikandung dalam pembahasan ilmu dakwah adalah semua permasalahan yang timbul
dan melingkupi persoalan aktivitas dakwah, sebagai konsekuensi sebab akibat adanya
manusia yang menyeru atau mengajak manusia lain kepada islam. Dari proses ajakan,
dorongan, motivasi, dan bentuk-bentuk sejenis lainnya membutuhkan pembahasan dan
pemecahan secara tuntas, atau paling tidak membutuhkan metodologi yang sistematis,
dengan dasar inilah ”ilmu dakwah sebagai sumbangan ilmu pengetahuan” diperlukan.

I. METODE DAKWAH TERHADAP PENGETAHUAN

Ada sebagian pihak yang meragukan tentang keberadaan dakwah sebagai suatu
ilmu. Untuk mengetahui apakah dakwah itu dapat dikatakan sebagai suatu ilmu, maka perlu
kiranya dikemukakan dasar timbulnya ilmu itu sendiri yang sekaligus dapat dijadikan
landasannya bahwasannya asumsi dakwah merupakan pengetahuan normatif yang berarti
bahwa ilmu dakwah merupakan disiplin ilmu yang merumuskan kaidah-kaidah norma atau
nilai yang akan dijadikan ukuran tingkah laku yang seharusnya dilakukan manusia sebagai
makhluk yang hidup di masyarakat. Dengan asumsi tersebut maka ilmu dakwah erat
kaitannya dengan ilmu-ilmu pengetahuan normatif lainnya seperti ilmu-ilmu agama, filsafat,
kebudayaan serta ilmu sosiologi yang dikategorikan sebagai disiplin ilmu merupakan
sumber-sumber nilai kehidupan. Dengan demikian ilmu dakwah merupakan suatu ilmu yang
normatif dogmatis yaitu pemahaman yang diambil Alquran dan sunnah seperti yang lazim
diketahui dalam pembahasan-pembahasan ilmu pegetahuan yang lain. Pada sisi lain, bahwa
belum adanya pengalaman yang mapan dalam tradisi keilmuan ini justru menjadikan ilmu
dakwah sebagai disiplin ilmu yang paling challenging (mendatangkan tantangan). Sementara
ini belum banyak di ungkap sejarah perkembangan ilmu dakwah sebagai sumbangan ilmu
pengetahuan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
• Dakwah merupakan aktivitas yang wajib dilakukan oleh setiap umat Islam.
• subyek dakwah disebut da’i, objek dakwah disebut mad’u
• Esensi dari dakwah ialah menyampaikan kebaikan dengan amar ma’ruf nahi mungkar.
• Dakwah dapat dilakukan dengan bermacam cara dan berbagai kondisi karena
pelaksanaan dakwah tidak hanya dilakukan dengan ceramah.
• Pola dakwah bahkan harus dipahami dengan beberapa pendekatan di antaranya
pendekatan kultural, struktural dan ekonomi.
• Karakter dakwah Islam salah satunya ialah rabbaniyah, artinya bersumber dari wahyu
Allah Swt.
B. SARAN
Demikian, yang dapat penyaji sampaikan. Tentulah masih banyak terdapat
kekurangan dan kelalaian dalam makalah kami. Kami memohon dengan sangat
sekiranya saudara(i) sekalian dapat memberikan kritik dan saran yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqih Dakwah; Studi atas berbagai prinsip dan kaidah yang harus
dijadikan acuan dalam dakwah islamiah, Solo, 2011

Drs. Wahidin Saputra, M.A., Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta, 2011

Drs. Suisyanto, M.Pd, Pengantar Filsafat Dakwah, Yogyakarta, 2006

Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, Jakarta, 2008

Anda mungkin juga menyukai