Anda di halaman 1dari 19

METODE KHITABAH

PENGERTIAN METODE DAKWAH

OLEH
INDRIA DEVI : 2220203870233025
NURUL ILMI

PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PAREPARE

2023 M/ 1445 H
KATA PENGANTAR
Bersyukur kepada Yang Maha Kuasa yang telah memberikan segala
rahmat dan karunia-Nya selama di dunia, terkhusus pada tugas makalah yang
akhirnya dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam cinta kepada
kekasih Allah SWT. Ucapan terima kasih yang paling dalam kepada pihak yang
telah berkonribusi pada penyusunan makalah ini sedari awal hingga akhir
proses pengerjaannya. Segala sumber informasi baik dari bacaan ataupun
referensi internet yang telah melengkapi bahan yang dibutuhkan pada makalah
ini.
Perlu disadari bersama bahwa tidak ada maha karya yang sempurna
dalam diciptakannya kecuali sang Maha Pencipta itu sendiri, begitu pun pada
makalah ini. Maka kritik dan saran dari berbagai pihak terpercaya sangat
dibutuhkan dalam memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terdapat di
dalam makalah ini. Sehingga menjadi evaluasi kembali untuk pembuatan
makalah berikutnya.
Permohonan maaf pada sedikit-banyaknya kekeliruan di dalam makalah
ini. Semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi kita semuanya. Aamiin.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti “cara”
atau “jalan”. Dalam Kamus Ilmiah Popular, metode juga dapat berarti cara
mengerjakan sesuatu dengan sistematis dan teratur. Dakwah merupakan aktivitas
keagamaan yang memiliki banyak pengaruh terhadap persebaran dan perkembangan
ajaran di dunia. Melalui dakwah ini pula Nabi Muhammad SAW berhasil mengajak
kaum-kaum kafir di Mekkah untuk bertaubat dan menganut agama Islam. Secara
istilah, dakwah dapat diartikan sebagai usaha atau aktivitas para ulama dan orang-orang
yang memiliki ilmu agama dalam rangka mengajak atau menyadarkan manusia
terhadap urusan keagamaannya.
Dalam konteks Islam, dakwah merujuk kepada kegiatan penyebaran pesan-
pesan sekaligus dorongan agar manusia dapat secara sukarela tunduk dan beribadah
hanya kepada Allah SWT. Tujuan utama dakwah adalah mewujudkan kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat yang diridhai oleh Allah SWT. Yakni dengan
menyampaikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan
yang diridhai Allah SWT sesuai dengan segi atau bidangnya masing-masing. Ditinjau
dari sudut etimologi atau bahasa, dakwah berasal dari bahasa Arab, yang berarti
panggilan, ajakan, atau seruan. Menurut ilmu tata bahasa Arab, kata dakwah berbentuk
“isim masdar” yang berasal dari fiil (kata kerja) [da’a] ‫[– دعا‬yad’u] ‫[ يدعو‬da’watan] ‫دعوة‬
(yang artinya memanggil, mengajak, atau menyeru).
Sedangkan pengertian dakwah secara terminologi yeng telah dikemukakan oleh
para ahli adalah sebagai berikut:
1. Prof. Toha Yahya Umar, M.A. dalam bukunya Ilmu Dakwa mendefinisikan
dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang
benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk keselamatan dan kebahasiaan
mereka di dunia dan akhirat.
2. Prof. H.M. arifin M.Ed. dalam bukunya Psikologi dakwah Suatu Pengantar
Studi, mendefinisikan dakwah sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk
lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan
berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual
maupun secara kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian,
kesadaran, sikap, penghayatan serta pengamalan terhadap agama sebagai
message yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur
pemaksaan.
3. Asmuni Syukir dalam bukunya Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam
mendefinisikan istilah dakwah dari dua segi yakn pengertian dakwah yang
bersifat pembinaan dan bersifat pengembangan. Pengertian dakwah yang
bersifat pembinaan adalah suatu usaha mempertahankan syariat sehingga
menjadi manusia yang mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat,
sedangkan pengertian dakwah yang bersifat pengembangan adalah usaha untuk
mengajak manusia yang belum beriman kepada Allah untuk metaati syari at
Islam supaya (memeluk agama Islam) supaya hidup bahagia dan sejahtera di
dunia maupun di akhiat.

Menurut beberapa pendapat yang menjelaskan tentang pengertian dakwah di


atas, maka penulis dapat menyimplkan dakwah adalah usaha mengubah situasi yang
buruk menjadi lebih baik dalam rangka membangun masyarakat islami berdasarkan
kebenaran agama Islam yang hakiki. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha
peningkatan pemahaman keagamaan dalam tingkah laku dan pandangan hidup, tetapi
menuju sasaran yang luas dan menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan. ata
metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti “cara” atau “jalan”.
Dalam Kamus Ilmiah Popular, metode juga dapat berarti cara mengerjakan sesuatu
dengan sistematis dan teratur.

Dakwah merupakan aktivitas keagamaan yang memiliki banyak pengaruh


terhadap persebaran dan perkembangan ajaran di dunia. Melalui dakwah ini pula Nabi
Muhammad SAW berhasil mengajak kaum-kaum kafir di Mekkah untuk bertaubat dan
menganut agama Islam. Secara istilah, dakwah dapat diartikan sebagai usaha atau
aktivitas para ulama dan orang-orang yang memiliki ilmu agama dalam rangka
mengajak atau menyadarkan manusia terhadap urusan keagamaannya.

Dalam konteks Islam, dakwah merujuk kepada kegiatan penyebaran pesan-


pesan sekaligus dorongan agar manusia dapat secara sukarela tunduk dan beribadah
hanya kepada Allah SWT.

Tujuan utama dakwah adalah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan


hidup di dunia dan akhirat yang diridhai oleh Allah SWT. Yakni dengan menyampaikan
nilai-nilai yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan yang diridhai
Allah SWT sesuai dengan segi atau bidangnya masing-masing. Setelah diangkat
menjadi rasul Allah SWT, Rasulullah SAW melakukan dakwah Islam baik secara lisan,
tulisan maupun perbuatan. Beliau memulai dakwahnya kepada istrinya, keluarganya
dan sahabat karibnya. Awalnya dakwah dilakukan secara sembunyi-sembunyi, karena
situasi tak memungkinkan. Namun, setelah jumlah sahabat yang memeluk Islam
bertambah banyak, dakwah pun mulai dilakukan secara terang-terangan.

‫ الخدري سعيد أبي عن‬-‫عنه اهلل رضي‬- ‫قال‬: ‫يقول وسلم عليه اهلل صلى اهلل رسول معت*س‬: ‫منكم رأى من‬
‫را*منك‬

‫بيده فليغيره‬، ‫فبلسانه يستطع لم فإن‬، ‫فبقلبه يستطع لم فإن‬، ‫اإليمان أضعف وذلك‬

‫ رواية وفي‬: ‫خرد حبة اإليمان من ذلك وراء ليس‬

Dari Abu Sa’id Al Khudry -radhiyallahu ‘anhu- berkata, saya mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Barang siapa di antara kamu yang melihat
kemungkaran, maka hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan tangannya, jika tidak
mampu hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan lisannya, jika tidak mampu
hendaklah ia merubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang paling lemah.” (HR.
Muslim no. 49
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian metode dakwah?
2. Apa saja bagian metode dakwah?
3. Apa saja Tujuan metode dakwah?
C. Tujuan Penulisan

Setelah diuraikan, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian metode dakwah


2. Untuk mengetahui tujuan metode dakwah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian metode dakwah
Dakwah merupakan aktivitas keagamaan yang memiliki banyak pengaruh
terhadap persebaran dan perkembangan ajaran di dunia. Melalui dakwah ini pula Nabi
Muhammad SAW berhasil mengajak kaum-kaum kafir di Mekkah untuk bertaubat dan
menganut agama Islam.

Mengutip Jurnal Suhuf: Konsep Dakwah Dalam Islam karya Budihardjo, dakwah
berasal dari kata da’a dan yad’u yang berarti “mengajak”, “menyeru”, “mengundang”,
atau “memanggil”.

Secara istilah, dakwah dapat diartikan sebagai usaha atau aktivitas para ulama dan
orang-orang yang memiliki ilmu agama dalam rangka mengajak atau menyadarkan
manusia terhadap urusan keagamaannya.

Dalam konteks Islam, dakwah merujuk kepada kegiatan penyebaran pesan-pesan


sekaligus dorongan agar manusia dapat secara sukarela tunduk dan beribadah hanya
kepada Allah SWT. sebagaimana yang telah dijelaskan dalam surat Ali Imran berikut.

"Dan hendaklah ada dari kamu satu umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang
beruntung." (QS. Ali Imran:104)

Dirangkum dari buku Methodologi Dakwah Membangun Peradaban terbitan Cv.


Pusdikra Mitra Jaya, metode dakwah merupakan salah satu unsur penting dalam
dakwah. Metode dianggap sebagai alat yang sangat menentukan keberhasilan proses
aktivitas dakwah.

Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti “cara” atau
“jalan”. Dalam Kamus Ilmiah Popular, metode juga dapat berarti cara mengerjakan
sesuatu dengan sistematis dan teratur.
Berdasarkan pengertian tersebut, metode dakwah dapat dipahami sebagai suatu
cara atau jalan yang dipakai oleh juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi
dakwah agar tujuannya dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Perintah mengenai dakwah dalam ajaran Islam ini juga tercantum dalam berbagai
hadits dan ayat Al-Quran, salah satunya pada surat an-Nahl ayat 125 yang berbunyi
sebagai berikut:

‫عن‬َ ‫ض َّل‬ َ ‫س ُن ۚ ِإ َّن َربَّكَ ه َُو أ َ ْعلَ ُم بِ َمن‬ َ ‫سنَ ِة ۖ َو ٰ َجد ِْل ُهم بِٱلَّتِى ه‬
َ ْ‫ِى أَح‬ َ ‫ظ ِة ْٱل َح‬
َ ‫سبِي ِل َربِِّكَ بِ ْٱلحِ ْك َم ِة َو ْٱل َم ْو ِع‬
َ ‫ٱدْعُ إِلَ ٰى‬
َ‫س ِبي ِلِۦه ۖ َوه َُو أ َ ْعلَ ُم ِب ْٱل ُم ْهتَدِين‬
َ
Artinya: "Ajaklah manusia ke jalan Tuhan-mu dengan cara yang bijaksana,
pengajaran yang baik dan berdialoglah dengan mereka dengan cara-cara yang
lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl:125)
Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos, merupakan gabungan dari
kata meta yang berarti melalui, mengikuti, sesudah, dan kata hodos yang berarti
jalan, cara. Sedangkan dalam bahasa Jerman metode berasal dari akar kata
methodica yang berarti ajaran tentang metode. Sedangkan dalam bahasa Arab
metode disebut thariq, atau thariqah yang berarti jalan atau cara. Kata-kata
tersebut identik dengan kata al-Uslub. (Aliyudin, 2010: 1010)

Sedangkan ushlub secara istilah, menurut Syaikh al-Jurjani adalah:

‫ ما يمكن التوصل بصحيح النظر الى المطلوب‬Sesuatu yang dapat mengantarkan kepada
tercapainya tujuan dengan paradigma yang benar.

Sedangkan secara istilah, uslub al-Da’wah adalah:

‫ الطرق التى يسلكها الداعى فى دعواته او تطبيق مناهج الدعوة‬Kemudian menurut Basrah Lubis,
metode adalah “a systematic arragement of thing or ideas”. (suatu sistem atau cara
untuk mengatur suatu ide atau keinginan). Dengan demikian dari beberapa definisi
di atas dapat dipahami, bahwa metode dakwah (ushlub al-Da’wah) adalah suatu
cara dalam melaksanakan dakwah, agar mencapai tujuan dakwah secara efektif dan
efisien.

Dengan kata lain, segala cara dalam menegakan syari’at Islam untuk mencapai
tujuan dakwah yang telah ditentukan, yaitu terciptanya kondisi kehidupan mad’u yang
selamat dan sejahtera (bahagia) baik di dunia maupun di akhirat kelak. Hal ini sejalan
dengan hakikat gerakan dakwah yang dinyatakan al-Ghazali. Menurutnya gerakan
dakwah merupakan proses menegakan syariat Islam secara terencana dan teratur agar
manusia menjadikannya sebagai satu-satunya tatanan hidup yang haq dan cocok
dengan fithrahnya. (Aliyudin, 2010: 1011)

Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki pengertian “suatu cara
yang bias ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan
menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata piker manusia”. Sedangkan dalam
metodologi pengajaran ajaran Islam disebutkan bahwa metode adalah “Suatu cara yang
sistematis dan umum terutama dalam mencari kebenaran ilmiah”.

Dalam kaitannya dengan pengajaran ajaran Islam, maka pembahasan selalu


berkaitan dengan hakikat penyampaian materi kepada peserta didik agar dapat diterima
dan dicerna dengan baik. (Munir & Ilahi, 2012: 32-33)

Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk
menyampaikan ajaran materi dakwah Islam. Dalam menyampaikan suatu pesan
dakwah, metode sangat penting peranannya, karena suatu pesan walaupun baik, tetapi
disampaikan lewat metode yang tidak benar, maka pesan itu tidak biasa saja ditolak
oleh si penerima pesan. (Munir & Ilahi, 2012: 33)

Ketika membahas tentang metode dakwah, maka pada umumnya merujuk pada
surat an-Nahl: 125 berikut bunyi ayatnya:
‫سبِي ِل ِهۦ‬ َ ‫ض َّل‬
َ ‫عن‬ َ ‫س ۚنُ إِ َّن َربَّكَ ه َُو أ َ ۡعلَ ُم بِ َمن‬
َ ‫ِي أ َ ۡح‬ ۡ ۖ َ ‫ظ ِة ۡٱل َح‬
َ ‫سنَ ِة َو ٰ َجدِل ُهم بِٱلَّتِي ه‬ َ ‫سبِي ِل َربِِّكَ بِ ۡٱلحِ ۡك َم ِة َو ۡٱل َم ۡو ِع‬
َ ‫ٱ ۡدعُ إِلَ ٰى‬
١٢٥‫َوه َُو أ َ ۡعلَ ُم بِ ۡٱل ُمهۡ ت َ ِد‬

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Alhidayatillah, 2017: 269)

Dari segi bahasa metode dakwah berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan
“hodos” (jalan, cara). Dengan demikian kita dapat artikan metode adalah cara atau jalan
yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa
metode berasal dari bahasa Jerman methodica, artinya ajaran tentang metode. Dalam
bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam bahasa Arab
disebut thariq. Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran
untuk mencapai suatu maksud (Munir, 2009: 6).

Menurut KH. Ahmad Siddiq, mantan Rais „Am Nahdlatul Ulama„ berbagai macam
sarana diperlukan untuk dakwah ini, mulai dari harta benda, tenaga, ilmu teknologi,
wibawa, lembaga sosial dan lain-lain. Negara sebagai salah satu wujud persekutuan
sosial dan kekuasaan yang di dalamnya juga merupakan salah satu sarana untuk
menciptakan tata kehidupan yang diridhai oleh Allah swt dan perjuangan dakwah harus
dilakukan dengan cara-cara yang diridhai oleh Allah pula, menuju rahmatan lil al-amin
(Amin, 2013: 96). Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh
seorang da‟i (komunikator) kepada mad‟u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar
hikmah dan kasih sayang (Munir, 2009: 7).

Berdasarkan uraian para ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa metode
dakwah adalah strategi yang diatur da‟i dalam melaksanakan aktifitas amar ma’ruf nahi
munkar yang disesuaikan dengan keadaan mad‟u agar tujuan dakwah benar-benar
mampu terwujud.
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiantan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan.
Menurut Kemp, Dick dan Carey, yang dikutip Karman, metode merupakan cara yang
dapat digunakan untuk melaksanakan strategi, method is a way in achieving something
(Karman, 2018: 270). Sedangkan dakwah sebagai suatu usah menyerukan kepada
perorangan manusia maupun seluruh umat manusia, konsepsi Islam tentang pandangan
dan tujuan manusia hidup di dunia yang meliputiamal ma’ruf nahi munkar dengan
berbagai macam dan media yang diperbolehkan akhlak dan membimbing
pengalamannya dalam peri kehidupan masyarakat dan peri kehidupan bernegara
(Mulkan, 2002:113).

Sementara itu, Al-Qur’an semenjak pertama kali diturunkan, sekarang dan di masa
yang akan datang, selalu menjadi sumber rujukan dan isnpirasi dakwah. Hal tersebut
diperkuat dengan keberadaan Al-Qur’an sebagai wahyu atau firman Allah mempunyai
identitas mutlak dan universal sehingga nilai-nilai kelakuannya tidak terbatas dimensi
waktu dan dimensi ruang dan tempat. Hal ini dikenal dengan proposisi yang
menyebutkan. Kandungan Al-Qur’an banyak memuat pesan moral tentang dakwah,
yakni upaya seruan, ajakan, bimbingan, dan arahan menuju jalan yang lurus dan
kebenaran. Adapun metode dakwah Islam berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an terdiri dari
empat macam. Tiga di antaranya terangkum dalam surah An-Nahl ayat

‫سنَة َِو َجاد ِْل ُه ْمبِا َّلتِي ه‬


َ ‫ظة ِْال َح‬
َ ‫ب ِِ َكبِ ْالحِ ْك َمة َِو ْال َم ْو ِع‬ َ ‫سبِي ِل ِه َوه َُوأ َ ْعلَ ُمبِ ْال ُم ْهتَدِينَادْعُإِلَى‬
ِِّ ‫سبِيل َِر‬ َ ‫ضلَّعَ ْن‬
َ ‫َربَّ َك ُه َوأ َ ْعلَ ُمبِ َم ْن‬

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa berdakwah membutuhkan cara atau metode
yang tepat dalam mengajak manusia menuju kebenaran. Karena semua orang tidak
dapat diajak lewat satu cara saja. Artinya, hendaknya berbicara kepada orang lain
sesuai dengan kemampuan dan informasi yang dimilikinya. Oleh karenanya, ketika
menghadapi ilmuwan dan orang-orang yang berpendidikan tinggi hendaknya
menggunakan argumentasi yang kuat serta logis. Menghadapi orang awam atau
masyarakat kebanyakan hendaknya memberikan pelajaran atau nasihat yang baik.
Sementara berdebat atau berdialog dua arah dengan mereka yang keras kepala harus
dilakukan dengan cara yang baik dan berpengaruh

B. Bagian metode dakwah


1. Berdakwah dengan metode hikmah, yaitu menguasai keadaan dan kondisi
(zuruf)mad’un-nya, serta batasan-batasan yang disampaikan tiap kali dakwah
dilaksanakan.Sehingga tidak memberatkan dan menyulitkan mereka yang
didakwahi sebelummereka siap sepenuhnya. Hikmah timbul dari budi pekerti
yang halus dan bersopan santun. Dakwah hendaklah ditempuh dengan segala
kebijaksanaan untuk membukaperhatian yang didakwahi sehingga pikirannya
tidak lagi tertutup. Bijaksana dalamberdakwah adalah mampu menyesuaikan
diri dengan kalangan yang sedangdidakwahi, yaitu tidak membeda-bedakan
manusia yangdidakwahi akan tetapi yang berbeda adalah penyesuaian diri saat
menghadapi mereka. Mengajak orang lain kepada kebenaran dengan cara
hikmah senantiasa baik dan dapat diterima. Karena argumentasi yang
berlandaskan akal dan kebijaksanaan adalah kokoh dan menjadi dasar bagi
semua orang berakal dalam berdialog dan berinteraksi.
2. Berdakwah dengan maw’izhoh hasanah (nasihat yang baik). Nasihat yang baik
dapat menembus hatimanusia dengan lembut dan terserap oleh hati nurani
dengan halus.Bukan dengan bentakan dankekerasan, juga tidak dengan
membeberkan cela yangada. Karena kelembutan dalam memberikan nasihat
akan lebih banyak menunjukkanhati yang bimbang, menjinakkan hati yang
membenci, dan tentunya memberikanbanyak kebaikan. Hal ini dimaksudkan
agar orang dapatmenerimanya dengan baik pula, pelajaran yang masuk di akal
setelah ditimbang dengan baik. Sebagai contoh adalah saat Rasulullah SAW
diminta oleh seseorang mengajarkan bagaimana agar ia dapat berhenti
melakukan dosa terus-menerus. Rasulullah SAW memberikan ajaran,
“Janganlah berdusta!”. Orang itu pun berjalan dengan besar hati karena yang
dilarang Rasulullah SAW hanya satu jenis dosa saja. Kemudian timbullah niat
hatinya untuk berbuat dosa, akan tetapi sebelum ia berbuat terpikir olehnya,
“jika aku perbuat dosa ini lalu besok aku berjumpa dengan Rasulullah SAW
kemudian beliau bertanya padaku sudah ke mana saja aku,bagaimana mungkin
aku bisa berbohong menjawabnya, sedangkan aku telah berjanji untuk tidak
berdusta”. Inilah ajaranyang baik dan tepat, meski hanya satu pesan saja, untuk
tidak berdusta.Nasihat yang baik yang dapat menembus hati manusia dapat
disampaikan dengan cara menceritakan kisah-kisah dalam Al-Qur’an atau
peristiwa-peristiwa bersejarah yang mengandung nilai moral, ruhani, dan
sosial. Kisah-kisah dalam AlQur’an memiliki daya tarik yang dapat menyentuh
perasaan sehingga memikat pendengar untuk mengikuti peristiwanya dan
merenungkan maknanya. Melalui kisah-kisah para Nabi, Rasul, dan kaum
terdahulu ada banyak hal yang dapat diambil untuk pelajaran hidup bagi
manusia yang ingin kembali ke jalan Allah. Tujuan khusus berkisah dalam
berdakwah adalah untuk memberikan motivasi psikologis kepada para
pendengarnya. Dengan demikian, cara memberikan pelajaran atau nasihat dapat
dinilai baik atau buruk. Oleh karenanya berkaitan dengan nasihat, Allah
memberikan penekananpada para penyeru atau pendakwah agar memberikan
pelajaran dengan cara yang baik dan lemah lembut. Karena nasihat yang baik,
yang melihat situasi dan kondisi kapan sebaiknya suatu nasihat disampaikan
pada seseorang, dan penyampainya tidak mengandung unsur paksaan akan
lebih mudah diterima dan dapat membekas di hati. Sehingga orang yang diberi
nasihat akan senang mengamalkan petuah yang telah diberikan kepadanya.
3. Metode berdakwah melalui debat dengan cara yang paling baik (yujadilu billati
hiya ahsan). Berdebat tanpa bertindak zhalim terhadap lawan debat ataupun
sikap peremehan dan pencelaan terhadapnya. Sehingga jelas tujuan dari
berdakwah bukanlah untuk mengalahkan orang lain dalam debat, akan tetapi
untuk menyadarkan dan menyampaikan kebenaran kepadanya. Dengan
argumen dan ide yang berbobot tentunya dapat melunakkan pertentangan dalam
perdebatan, menundukkan jiwa yang sombong tanpa meremehkan lawan debat.
Jadi, debat dalam dakwah bukanlah untuk menunjukkan siapa yang pandai
bersilat lidah, akan tetapi untuk mencapai tujuan dakwah yang utama, yaitu
terbukanya pikiran dan sampainya pengajaran. Allah memerintahkan
memberikan bantahan yang ahsan (terbaik). Karena sering terjadi bantahan
yang disampaikan disertai rasa bangga bahkan sombong dari orang yang
memberikan argumen dan menghina mereka yang didebat. Dalam kondisi yang
demikian, hasil yang diinginkan malah sebaliknya. Mereka yang diajak kepada
kebenaran bukan saja menjadi benci kepada yang memberikan nasihat, bahkan
boleh jadi malah membenci kebenaran. Al-Quran mengajarkan umat Islam agar
membantah pandangan orang lain dengan cara terbaik. Karena tujuan yang
diinginkan adalah menarik dan menyeru orang pada kebenaran, bukan berdebat
dan adu mulut yang berujung pada semakin kuatnya sikap keras kepala dan
penentangan terhadap kebenaran. Membahas satu masalah dengan mereka yang
menentang harus berdasarkan kebenaran, keadilan dan kejujuran, bukan
kelicikan, kebohongan dan penghinaan.Adapun metode dakwah selanjutnya
adalah metode dakwah dengan keteladanan yang baik (al-qudwah al-hasanah).
Dalam Al-Qur’an teladan disebut dengan “uswah” atau “qudwah” yang
memiliki arti suatu keadaan ketika seorang manusia mengikuti manusia lain.
Baik dalam hal keburukan maupun kebaikan. Namun, keteladanan yang
dimaksud di sini adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat
pendidikan Islam atau metode dakwah Islam, yaitu keteladanan yang baik
sesuai dengan pengertian “uswatun hasanah”

َ ‫ سُو ِِّلَِ لالَّ ِِأُس َْوة ٌ َح‬dalam Q.S. Al Ahzab


ً ‫سنَةٌ ِل َم ْنكَانَيَ ْر ُجو َّلالََِّ َو ْاليَ ْو َماآلخِ َر َوذَ َك َّرَِ لالََِّ َكث‬
.‫ِيرا لَقَدْكَانَلَكُ ْمفِي َر‬
ayat 21
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
dia banyak menyebut Allah.”

Metode keteladanan telah diterapkan oleh Rasulullah sejak awal mula agama
Islam hadir. Dakwah Islam menjadi lebih mudah untuk dipahami dan dimengerti
dengan adanya suri tauladan dari Rasulullah. Metode keteladanan sendiri merupakan
suatu cara atau jalan yang ditempuh para pendakwah dengan perbuatan atau tingkah
laku yang patut untuk ditiru. dengan tujuan keteladanan sebagai sarana dakwah Islam.
Keteladanan merupakan bentuk perilaku individu yang bertanggung jawab yang
bertumpu pada praktik secara langsung. Dengan metode praktik secara langsung akan
memberikan hasil lebih efektif dan maksimal dalam proses dakwah.Keteladanan
menjadi alat untuk mencapai tujuan dakwah Islam karena hakikat dakwah Islam adalah
mencapai keridhaan Allah dan menjadikan pribadi manusia berakhlak mulia dalam
bermasyarakat sesuai ajaran agama.

Selain itu, dakwah Islam bertugas membimbing masyarakat rancangan akhlak


yang dibuat oleh Allah untuk manusia. Sehingga menjadi pribadi manusia yang utuh
sehat jasmani dan rohani, berinteraksi sosial serta bertanggung jawab penuh terhadap
tatanan hidup bermasyarakat dan beragama.Banyak contoh betapa agungnya sikap
Rasulullah dalam berdakwah sekalipun dianiaya dari orang-orang musyrik beliau tetap
bersabar. Misalnya, ketika Rasulullah dihinakan penduduk Mekkah, maka beliau
mengajak Zaid bin Haritsah untuk pergi berdakwah ke Thaif, dengan sebuah harapan
dakwahnya akan didengar. Namun yang terjadi malah sebaliknya, penduduk Thaif
ramai-ramai menolak dakwah Rasulullah. Tua-muda, laki-perempuan beramairamai
melempari tubuh Nabi dengan penuh kebencian dan cacian.Seperti diberi kekuatan,
Rasulullah kemudian bersabda: Allahummahdi qoumi fainnahum laa ya'lamun (Ya
Allah berilah petunjuk kepada kaumku, karena mereka tidak tahu). Bukan dendam
yang dipantulkan, kendati wajahnya penuh dengan luka dan darah, tetapi kasihlah yang
ditunjukkannya. Alangkah mulianya akhlak rasul. Dalam fitnah dan amarah para jahili,
beliau tetap istiqamah memancarkan kesejukan abadi. Pancaran cinta, marhamah harus
didakwahkan kepada setiap manusia di setiap sudut kehidupan.Sepeninggal
Rasulullah, dakwah Islam dilanjutkan para sahabat, di antaranya para pemimpin Islam
yang empat: Abu Bakar, Umar bin Khathab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Di masa para sahabat dan generasi sesudahnya inilah, dakwah Islam terus
meluas dan makin mendapatkan tempat di hati masyarakat, sekalipun tantangan juga
tak kalah derasnya. Mengiringi proses kehidupan, tugas dakwah terus berlanjut hingga
kini. Bahkan, setiap diri dari kita pun sebenarnya mempunyai amanat menyampaikan
dakwah Islam yang rahmahtan lil ‘alamin.

C. Tujuan Metode Dakwah

Dakwah diwajibkan bagi seorang muslim tentunya untuk mencapai tujuan tertentu.
Berikut beberapa tujuan dari dakwah:

1. Wujud dari kebahagiaan yang diridhai oleh Allah SWT

Dakwah merupakan suatu kegiatan yang memiliki tujuan untuk dapat mewujudkan
kebahagiaan serta kesejahteraan hidup manusia di dunia maupun di akhirat sesuai dengan
apa yang diridhoi oleh Allah.Hal ini karena kegiatan dakwah adalah untuk menyampaikan nilai
yang akan mendatangkan kebahagiaan bagi orang-orang yang menyebarkannya, dikarenakan
mereka dapat memperkuat agama Allah yang tentu saja dapat menghadirkan pahala dan
kebahagiaan.

2. Mengajak untuk selalu menaati serta mengikuti ajaran agama Islam

Cara Nabi Muhammad dalam melakukan dakwah telah menjadi contoh yang tentu saja
layak bagi umat-Nya. Setelah diangkat menjadi Rasul, Nabi Muhammad terus menerus
menyebarkan ajaran agama Islam baik secara tulisan, lisan ataupun melalui
perbuatannya.Rasulullah kemudian memulai dakwahnya pada keluarga, teman serta para
sahabat, kemudian Nabi Muhammad pun melakukan dakwah secara sembunyi-
sembunyi.Akibat dari buah manis Nabi karena bersabar dalam menyampaikan ajaran agama
Islam, maka para pengikut Nabi pun mencoba mengikuti jejak Nabi dalam berdakwah secara
terang-terangan.Al-Quran, kitab suci umat Islam adalah sumber hukum serta menjadi
pedoman bagi ummat Islam yang dijadikan sebagai landasan untuk berdakwah. Dikarenakan
Al-Quran berisi penetapan syariah yang turun dari Allah pada Nabi dan hakikatnya ialah
sebagai ajakan untuk menaati serta mengikuti ajaran agama Islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dakwah dalam al-quran berarti ajakan kepada kebaikan, yaitu ajakan kepada
agama Islam, membangun masyarakat madani yang qur’ani, selalu dalam amar ma’ruf
nahi mungkar. Dakwah merupakan seperangkat aktifitas yang dilakukan oleh setiap
muslim sesuai dengan kemampuannya, bertujuan menjadikan seluruh umat manusia
meyakini dan mengamalkan ajaran Islam dengan baik dan bertanggung jawab serta
diiringi dengan akhlak mulia demi memperoleh kebahagiaan sekarang dan yang akan
datang.

Dakwah sudah ada sejak zaman Rasulullah dan para Rasul terdahulu. Untuk
mencapai tujuan dakwah dibutuhkan metode khusus yang mampu membantu
keberhasilan dakwah. Metode dakwah Islam dalam perspektif Al-Qur’an secara garis
besar terbagi menjadi empat macam yaitu dengan al-hikmah, al-mau’izhah, al-jidal,
dan al-qudwah. Metode hikmah merupakan metode yang sudah dapat menjelaskan
unsur- unsur dakwah baik dari segi da’i, mad’u, media, Metode dan tujuan dakwah
sehingga dapat digunakan dalam tantanan praktisdalam pelaksanaan dakwah.
DAFTAR PUSTAKA

https://kumparan.com/berita-hari-ini/6-metode-dakwah-islam-berdasarkan-al-
quran-dan-ajaran-nabi-1z7m1igdBRe
https://www.jejakmufassir.my.id/2020/04/metode-dakwah.html?m=1
https://www.gramedia.com/literasi/dakwah/

Anda mungkin juga menyukai