Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

METODE ILMU DAKWAH


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah ilmu dakwah
Dosen pengampu : Dr. H. Khoirul Basyar, M.S.I

Disusun oleh :
1. Aqsho Amri (30423058)
2. Rina Aliza Syafira (30423071)
3. Ilmi yusuf (30423080)
4. Fatikhatul fadhilah (30423086)

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS USHLUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UIN KH. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN
2024
A. PENDAHULUAN

Ada ungkapan bijak- Al-Thariqoh Ahammu Min al-Maddah, Metode lebih baik daripada
materi. Secara realitas, kondisi dakwah di Indonesia belum menunjukan kemajuan yang
berarti. Dakwah masih berjalan di tempat dan masih berputar pada persoalan-persoalan klasik
yang ada di masyarakat. Kalau pun ada perkembangan pada tataran teoretis, hal itu belum
memberikan masukan yang signifikan bagi perkembangan dakwah di Indonesia. Dakwah
terkadang hanya sebatas tontonan dan tidak dijadikan tuntunan. Oleh karena itu, maju
mundurnya aktivitas dakwah di Indonesia sangat bergantung pada kemauan keras, kerja keras
dan kerja cerdas umat Islam untuk melakukan perubahan, khususnya pada aspek metode
dakwah.1

Metode ilmu dakwah merupakan sebuah pendekatan atau cara yang digunakan untuk
menyampaikan pesan-pesan agama Islam kepada orang lain dengan tujuan untuk mengajak
mereka memahami dan menerima ajaran Islam. Metode ini melibatkan berbagai strategi
komunikasi, pendekatan psikologis, dan pemahaman tentang target audiens agar pesan yang
disampaikan dapat diterima dengan baik dan efektif. Metode dakwah juga merupakan cara-
cara sistematis yang menjelaskan arah strategis dakwah yang telah ditetapkan. Ia bagian dari
startegi dakwah. Karena menjadi strategi dakwah yang masih berupa konseptual, metode
dakwah bersifat lebih konkret dan praktis. Ia harus dapat dilaksanakan dengan mudah. Arah
metode dakwah tidak hanya meningkatkan efektifitas dakwah, melainkan pula bisa
menghilangkan hambatan-hambatan dakwah. Setiap strategi memiliki keunggulan dan
kelemahan. Metodenya berupaya menggerakkan keunggulan tersebut dan memperkecil
kelemahannya. Setiap metode memerlukan teknik dan implementasinya. Teknik adalah cara
yang dilakukan seorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode (Wina Sanjaya,
2007: 125). Teknik berisi langkah-langkah yang diterapkan dalam membuat metode lebih
berfungsi. Karena ilmu dakwah banyak berhubungan bahkan sangat memerlukan disiplin
ilmu lain, seperti Ilmu komunikasi, Ilmu manajeman, Psikologi, dan Sosiologi, maka
penjabaran metode dan teknik-tehniknya banyak meminjam dari beberapa ilmu di atas
dengan beberapa modifikasi. Aktifitas dakwah dikatakan berjalan secara efektif bilamana apa
yang menjadi tujuan benar-benar dapat dicapai. Strategi yang didukung dengan metode yang
bagus dan pelaksanaan program yang akurat, akan menjadikan aktifitas dakwah menjadi
matang dan berorientasi jelas dimana cita-cita dan tujuan telah jelas direncanakan. Karena
tujuan dan cita-cita yang jelas dan realistis pasti akan mendorong dakwah untuk mengikuti
1
Fahrurrozi, Faizah, dan Kadri, Ilmu Dakwah, (Jakarta : Prenadamedia Group, 2019) hal.116
arah yang telah terencana. Untuk itu perlu sebuah metode atau cara yang sistematis yang
digunakan untuk menyampaikan materi atau pesan dakwah kepada mad’u.2

Dalam prakteknya, seorang dai atau pendakwah perlu memilih metode yang tepat
sesuai dengan konteks dan karakteristik audiens yang dituju. Selain itu, keberhasilan dakwah
juga sangat bergantung pada niat baik, pengetahuan agama yang cukup, serta kemampuan
komunikasi yang baik. Metode ilmu dakwah diharapkan dapat menjadi sarana untuk
mengajak orang lain mendekatkan diri kepada Allah dan menjalankan ajaran-Nya dengan
penuh keikhlasan dan kecintaan.

B. PEMBAHASAN
1. Sumber Ilmu Dakwah
ilmu dakwah secara umum ialah suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara
dan tuntunan-tuntunan bagaimana sehatrusnya menarik perhatian manusua untuk
menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideology, pendapat , pekerjaan tertentu.
Ilmu dakwah seperti halnya ilmu-ilmu social lainnya, di lahirkan dari
kenyataan social yang ada, yaitu manusia dengan segala aspeknya, antara lain aspek
kejiwaanya, aspek tingkah laku individu dan interaksi sosialnya, aspek tradisi dan
nilai nilai yang ada di masyarakatnya dan sebagainya. Aspek aspek tertentu dari
kenyataan social di atas di bahas secara khusus oleh suatu ilmu seperti ilmu sosiologi,
ilmu antropologi, ilmu jiwa social dan sebagainya. Lahirnya suatu ilmu pastinya akan
semakin memperjelas aspek tertentu dari masyarakat yang di kajinya dan ini
mengundang rasa ingin tahu manusia untuk semakin mendapatkan gambaran dari
aspek kehidupan masyarakat lainnya, Karena aspek-aspek kehidupan manusia sangat
komplek yang selalu berhubungan satu dengan lainnya. Salah satu aspek kehidupan
yang ada dalam masyarakat adalah aspek kehidupan beragama dan aspek kehidupan
beragama ini telah melahirkan beberapa ilmu. Aspek kehidupan keagamaan yang
lebih kecil dari aktvitas keagamaan secara keseluruhan adalah aktivitas seseorang atau
kelompok untuk menyampaikan ajaran islam, kepada orang atau kelompok lain, atau
di sebut dengan dakwah. Aspek yang terakhir inilah ynag kemudian menjadi pokok
bahasa ilmu dakwah. Apakah yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan
menyampaikan ajaran islam kepada orang lain tersebut. Tidak lain karena adanya
2
Rohmatullah Romadhon, Materi Dakwah KH. Syafi’i Pimpinan Majelis Dzikir Baitul Ma’ruf : Analisis
Wacana. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya. , (2014)
perintah yang tegas dari sumber hukum islam itu sendiri. 3 Diantaranya ialah sebagai
berikut :
a. Al-Qur’an
Di dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang membahas tentang masalah
dakwah. Di antara ayat-ayat tersebut ada yang berhubungan dengan kisah para
rasul dalam menghadapi umatnya. Selain itu, ada ayat-ayat yang ditujukan kepada
Nabi Muhammad ketika beliau melancarkan dakwahnya. Semua ayat-ayat
tersebut menunjukkan metode yang harus dipahami dan dipelajari oleh umat
muslim. Contohnya pada surah Ali-Imran ayat 104 yang artinya “dan hendaklah
ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang orang
yang beruntung.” (Q.S. ali Imran 3:104)
QS. Al-Qashash ayat 87:
“Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari
(menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu,
dan serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan janganlah sekali-sekali kamu
termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan”.
b. Sunnah rasul
Di dalam sunnah rasul banyak kita jumpai hadits-hadits yang berkaitan
dengan dakwah. Begitu juga sejarah hidup dan perjuangannya dan cara-
cara yang beliau pakai dalam menyiarkan dakwahnya baik ketika beliau
berjuang di Makkah maupun di Madinah. Semua ini memberikan contoh
dalam metode dakwahnya. Karena setidaknya kondisi yang dihadapi
Rasulullah SAW ketika itu dialami juga oleh juru dakwah yang sekarang
ini.
c. Pengalaman
Experience Is The Best Teacher, itu adalah motto yang punya pengaruh
besar bagi orang-orang yang suka bergaul dengan orang banyak.
Pengalaman juru dakwah merupakan hasil pergaulannya dengan orang
banyak yang kadangkala dijadikan reference ketika berdakwah.4

2. Ilmu Dakwah
3
Mohammad Hasan, Metodologi Pengembangan Ilmu Dakwah, (Surabaya : Pena Salsabila,2013) hal.139
4
Akrom Khasani, Metode dakwah Nabi Muhammad SAW ditengah pluralitas masyarakat Madinah (suatu
pendekatan Historis). Undergraduet (S1) thesis, UIN Walisongo Semarang : 2014
Di bawah ini berdasarkan pelacakan terhadap literatur, ditemukan pendapat para
pakar rumusan tentang definisi ilmu dakwah.

A. Toha Jaja Omar, membedakan ilmu dakwah menjadi dua macam. Pertama,
definisi secara umum yaitu suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara dan
tuntutan- tuntutan, bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk
menganut dan melaksanakan suatu ideologi-pendapat-pekerjaan tertentu. Kedua, ia
mendefinisikan ilmu dakwah menurut Islam yaitu mengajak manusia dengan cara
bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk
kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.

B. Menurut Amrullah Ahmad, ilmu dakwah adalah kumpulan pengetahuan yang


berasal dari Allah yang yang dikembangkan umat Islam dalam susunan yang
sistematis dan terorganisir mengenai manhaj melaksanakan kewajiban dakwah
dengan tujuan berikhtiar mewujudkan Khairul Ummah.

C. Ahmad Subandi, mengatakan ilmu dakwah adalah suatu pengetahuan mengenai


alternatif-alternatif dan sarana-sarana yang terbuka bagi terlaksananya komunikasi
mengajak dan memanggil umat manusia kepada agama Islam, memberikan
informasi mengenai Amar ma'ruf nahi mungkar agar dapat tercapai kebahagiaan
dunia dan akhirat, dan supaya terlaksana ketentuan Allah “menyiksa orang yang
menolak dan menganugerahkan pahala bagi orang yang beriman dengan pesan
komunikasi tersebut.

Lebih lanjut dapat ditegaskan bahwa ilmu dakwah adalah ilmu yang berfungsi
mentransformasikan dan menjadikan Manhaj atau kaifiat dalam mewujudkan ajaran
Islam menjadi tatanan Khoirul Ummah (Q.S. Ali Imran : 110) atau
mentransformasikan dan menjadikan manset dalam mewujudkan iman menjadi
amal saleh (Q.S. Al-bayyinah : 7). Hakikatnya adalah membangun dan
mengembalikan manusia kepada Fitrah (Q.S. Ar-rum : 30), meluruskan tujuan
hidup manusia Q.S. az-zariyat ayat 56 serta menegakkan fungsi manusia sebagai
khalifah Q.S. al-baqarah ayat 30 dan pengembangan risalah Q.S. Ali Imron : 104

Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa ilmu dakwah pada dasarnya


membahas dakwah dari sudut teoritis dan landasan filosofinya pembahasannya yang
berupa tinjauan dakwah yang mencakup semua unsur, yang harus dijadikan
landasan dalam pelaksanaan operasional dakwah di samping itu, ilmu dakwah yang
berkaitan dengan landasan teoretis tinjauan aspek epistemologi dan aksiologi
maupun dalam operasionalnya, bukanlah suatu yang bersifat statis melainkan
bersifat dinamis dan berkembang seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta dinamika kehidupan masyarakat.5

Adapun ilmu-ilmu bantu ilmu dakwah sebagai berikut :

1. Ilmu dakwah dan ilmu ilmu agama (islam)


Ilmu dakwah yang menerangkan seluk beluk ilmu dakwah islamiyah, atau
penyampaian ajaran islam kepada orang lain memiliki kaitan yang sangat erat
dengan ilmu ilmu agama (islam) seperti tafsir, hadist, fiqh, perbangdingan agama
dan sebagainya. Hal ini di sebabkan melalui ilmu ilmu inilah agama islam sebagai
materi dakwah islamiyah dapat di gali dan kaji secara detail. Dengan penggalian
ajaran islam melalui ilmu ilmu ini, maka semakin dapat di ketahui hal yang
berkaitan dengan dakwah baik mengenai cara cara dakwah, pengaruhnya terhadap
sikap dan tingkah laku seorang, media dakwah dan masalah masalah lain yang
termasuk obyek ilmu dakwah. Di samping itu dari ajaran islam yang di gali
melalui ilmu ilmu dakwah di atas juga di rumuskan kode etik dakwah islamiyah
yang dapat di jadikan pegangan dalam setiap dakwah. Akan tetapi sebaliknya,
ilmu ilmu agama juga membutuhkan iilmu dakwah dalam menyampaikan dirinya
kepada umat manusia.Tanpa di terangkan atau di sampaikan kepada masyarakat.
Ilmu ilmu agama tersebut hanya merupakan suatu ide belaka yang tidak bisa
terwujud dalam kenyataan serta tidak di ketahui orang lain.
2. Ilmu dakwah dan ilmu ilmu social positif
Yang di maksud ilmu social positif adalah ilmu ilmu social ang membicarakan
sesuau menurut apa adanya dan bukan membicarakan bagaimana seharusnya
sesuatu itu seperti pada ilmu ilmu normative. Yang termasuk ilmu ilmu ini antara
lain : sosioligi, antropologi, psikologi dan sejenisnya. Ilmu ilmu positif ini
menerangkan berbagai macam segi kehidupan individu sossial secara detail dan
terperinci. Oleh karena itu ilmu ilmu ini dapat membantu ilmu dakwah dalam
memahami masyarakat tersebut, sebab penyampaian ajarn islam yang mnejadi
sasran ilmu dakwah sangat komplek yang enyangkut segi social, pross social,
interaksi social dan perubahan social seperti yang di bahas dalam sosiologi,

5
Abdullah, Ilmu Dakwah : Kajian Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Aplikasi Dakwah, (Depok : Rajawali
Pers, 2019)
tentang sifat sifat, tradisi dan nilai nilai social kemsyarakatan seperti yang di
bahas dalam antropologi, maupun tentang tingkah lakku manusia sebagai pribadi
social dan sebagai pribadi social dan masalah kejiwaan lainnya seperti yang di kaji
oleh psikologi maupun psikologi social.
3. Ilmu dakwah dan ilmu ilmu normatif dan metodologis
Yang dimaksud dengan ilmu-ilmu normative ini antara lain:ilmu peneliatian
(riset), ilmu logika, ilmu bimbingan dan
penyuluhan,retorika,publisistik/komunikasi dan sebagainya. 6

3. Metode Dakwah
a. Pengertian Metode Dakwah

Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu “methods” yang berarti jalan.
Dalam bahasa Inggris disebut method yang berarti cara dan metode yang berarti
mengatur dengan cara tertentu. Dalam bahasa Indonesia disebut “metode” yang
juga berarti cara menyelesaikan atau memecahkan suatu masalah jadi yang
dimaksud metode ialah cara-cara, prosedur atau rentetan gerak usaha tertentu
untuk mencapai sesuatu tujuan.

Adapun pengertian metode dakwah, dapat dikemukakan beberapa pendapat


antara lain:

Menurut Salahuddin Sanusi, bahwa yang dimaksud dengan metode dakwah


adalah: cara-cara menyampaikan ajaran Islam kepada individu kelompok atau
masyarakat agar supaya ajaran itu dengan cepat dapat dimiliki diyakini serta
dijalankannya.

Farid Ma'ruf Nur, mengemukakan bahwa metode dakwah ialah suatu sistem
atau cara melakukan dakwah Islamiyah yang tepat terhadap sasarannya supaya
dengan mudah dapat diterima diyakini dan diamalkan oleh semua orang dan
lapisan masyarakat.

6
Mohammad Hasan, Metodologi Pengembangan Ilmu Dakwah, (Surabaya : Pena Salsabila,2013)
Menurut Nasrudin bahwa metode dakwah ialah sistem atau cara-cara menggali
atau mengajak manusia kepada islam untuk patuh dan taat kepada allah dan
rasulnya, baik ia merupakan individu maupun kelompok atau masyarakat.7

Dari definisi tersebut dapat disimpilkan bahwa metode dakwah ialah cara-cara
dan prosedur yang disusun secara sistematis dan terencana untuk menyeru
manusia kepada dienul Islam baik peroraangan maupun mayarakat agar meyakini,
menghayati dan mengamalkan ajaran islam itu dalam kehidupan demi
kesejahteraan, kesenangan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat kelak.

b. Macam-macam Metode Dakwah


Dalam Al-Qur’an disebutkan ada tiga metode yang harus dijalankan oleh
seorang dai, yaitu berdakwah dengan Hikmah, berdakwah dengan Al-
Mau’idzah al-hasanah (pelajaran yang baik), berdakwah dengan melakukan
bantahan yang baik. Seperti yang sudah dijelaskan dalm Q.S. An-Nahl (16 :
125).8
1. Hikmah
Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud An-Nasafi dalam buku
Metode Dakwah karya M. Munir, mengartikan hikmah, yaitu: “Dakwah
bil-hikmah” adalah dakwah dengan menggunakan perkataan yang benar
dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan
keraguan. Dari pengertian tersebut, M. Munir mengartikan hikmah
merupakan kemampuan dan ketepatan da’i dalam memilih, memilah dan
menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u.9
Berdakwah dengan metode hikmah, yaitu menguasai keadaan dan
kondisi (zuruf) mad’un-nya, serta batasan-batasan yang disampaikan tiap
kali dakwah dilaksanakan. Sehingga tidak memberatkan dan menyulitkan
mereka yang didakwahi sebelum mereka siap sepenuhnya. Hikmah timbul
dari budi pekerti yang halus dan bersopan santun. Dakwah hendaklah
ditempuh dengan segala kebijaksanaan untuk membuka perhatian yang
didakwahi sehingga pikirannya tidak lagi tertutup. Bijaksana dalam
7
Masmuddin Efendi P., Pengantar Ilmu Dakwah, (Sulawesi Selatan, Read Institut Press : 2014)
8
Fahrurozi, Faizah, dan Kadri, Ilmu Dakwah, (Jakarta, Prenadamedia Grub : 2019)
9
Akrom Khasani, Metode dakwah Nabi Muhammad SAW ditengah pluralitas masyarakat Madinah (suatu
pendekatan Historis). Undergraduet (S1) thesis, UIN Walisongo Semarang : 2014
berdakwah adalah mampu menyesuaikan diri dengan kalangan yang
sedang didakwahi, yaitu tidak membeda-bedakan manusia yang didakwahi
akan tetapi yang berbeda adalah penyesuaian diri saat menghadapi mereka.
Mengajak orang lain kepada kebenaran dengan cara hikmah senantiasa
baik dan dapat diterima. Karena argumentasi yang berlandaskan akal dan
kebijaksanaan adalah kokoh dan menjadi dasar bagi semua orang berakal
dalam berdialog dan berinteraksi.

2. Maw’izoh hasanah

Berdakwah dengan maw’izhoh hasanah (nasihat yang baik). Nasihat


yang baik dapat menembus hati manusia dengan lembut dan terserap oleh
hati nurani dengan halus. Bukan dengan bentakan dan kekerasan, juga
tidak dengan membeberkan keburukan yang ada. Karena kelembutan
dalam memberikan nasihat akan lebih banyak menunjukkan hati yang
bimbang, menjinakkan hati yang membenci, dan tentunya memberikan
banyak kebaikan. Hal ini dimaksudkan agar orang dapat menerimanya
dengan baik pula, pelajaran yang masuk di akal setelah ditimbang dengan
baik. Sebagai contoh adalah ketika Rasulullah SAW diminta oleh
seseorang mengajarkan bagaimana agar ia dapat berhenti melakukan dosa
terus-menerus. Rasulullah SAW memberikan ajaran, “Janganlah
berdusta!”. Orang itu pun berjalan dengan besar hati karena yang dilarang
Rasulullah SAW hanya satu jenis dosa saja. Kemudian timbullah niat
hatinya untuk berbuat dosa, akan tetapi sebelum ia berbuat terpikir
olehnya, “jika aku berbuat dosa ini lalu besok aku berjumpa dengan
Rasulullah SAW kemudian beliau bertanya padaku sudah ke mana saja
aku, 102 bagaimana mungkin aku bisa berbohong menjawabnya,
sedangkan aku telah berjanji untuk tidak berdusta”. Inilah ajaran yang baik
dan tepat, meski hanya satu pesan saja, untuk tidak berdusta. Nasihat yang
baik yang dapat menembus hati manusia dapat disampaikan dengan cara
menceritakan kisah-kisah dalam Al-Qur’an atau peristiwa-peristiwa
bersejarah yang mengandung nilai moral, ruhani, dan sosial. Kisah-kisah
dalam AlQur’an memiliki daya tarik yang dapat menyentuh perasaan
sehingga memikat pendengar untuk mengikuti peristiwanya dan
merenungkan maknanya. Melalui kisah-kisah para Nabi, Rasul, dan kaum
terdahulu ada banyak hal yang dapat diambil untuk pelajaran hidup bagi
manusia yang ingin kembali ke jalan Allah. Tujuan khusus berkisah dalam
berdakwah adalah untuk memberikan motivasi psikologis kepada para
pendengarnya. Dengan demikian, cara memberikan pelajaran atau nasihat
dapat dinilai baik atau buruk. Oleh karenanya berkaitan dengan nasihat,
Allah memberikan penekanan pada para penyeru atau pendakwah agar
memberikan pelajaran dengan cara yang baik dan lemah lembut. Karena
nasihat yang baik, yang melihat situasi dan kondisi kapan sebaiknya suatu
nasihat disampaikan pada seseorang, dan penyampainya tidak
mengandung unsur paksaan akan lebih mudah diterima dan dapat
membekas di hati. Sehingga orang yang diberi nasihat akan senang
mengamalkan petuah yang telah diberikan kepadanya.

3.Metode Debat

Metode berdakwah melalui debat dengan cara yang paling baik


(yujadilu billati hiya ahsan). Berdebat tanpa bertindak zhalim terhadap
lawan debat ataupun sikap peremehan dan pencelaan terhadapnya.
Sehingga jelas tujuan dari berdakwah bukanlah untuk mengalahkan orang
lain dalam debat, akan tetapi untuk menyadarkan dan menyampaikan
kebenaran kepadanya. Dengan argumen dan ide yang berbobot pastinya
dapat melunakkan pertentangan dalam perdebatan, menundukkan jiwa
yang sombong tanpa meremehkan lawan debat. Jadi, debat dalam dakwah
bukanlah untuk menunjukkan siapa yang pandai bersilat lidah, akan tetapi
untuk mencapai tujuan dakwah yang utama, yaitu terbukanya pikiran dan
sampainya pengajaran.10

10
Nihayatul Husna, Metode Dakwah Islam Dalam Perspektif Al-Qur’an, (IAINU Kebumen : 2021)
C. KESIMPULAN
Metode dakwah, ilmu dakwah, dan sumber dakwah merupakan tiga komponen
penting dalam upaya menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat. Metode
dakwah merujuk pada cara atau strategi yang digunakan untuk menyampaikan
pesan-pesan dakwah dengan efektif dan tepat sasaran. Berbagai metode dapat
digunakan dalam dakwah, seperti ceramah, pengajaran, media sosial, dan kegiatan-
kegiatan sosial yang bertujuan untuk memperkenalkan nilai-nilai Islam kepada
masyarakat.

Ilmu dakwah merupakan kajian yang mendalam tentang berbagai aspek terkait
dengan dakwah, seperti tujuan dakwah, prinsip-prinsip dakwah, dan strategi-strategi
yang efektif dalam menyebarkan ajaran Islam. Ilmu dakwah memungkinkan para
dai atau pendakwah untuk memahami secara mendalam tentang bagaimana
menyampaikan pesan-pesan agama dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan
Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW.

Sumber dakwah merujuk pada segala hal yang dapat digunakan sebagai dasar atau
acuan dalam menyampaikan pesan dakwah kepada masyarakat. Sumber-sumber
dakwah utama adalah Al-Qur'an dan hadis, yang menjadi pedoman utama dalam
berdakwah. Selain itu, contoh dari kehidupan Rasulullah SAW juga merupakan
sumber inspirasi yang penting dalam menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat.

Secara keseluruhan, metode dakwah, ilmu dakwah, dan sumber dakwah merupakan
komponen-komponen yang saling terkait dan saling mendukung dalam upaya
menyebarkan ajaran Islam. Dengan memahami dan mengaplikasikan ketiga
komponen ini secara baik, diharapkan pesan-pesan agama dapat disampaikan
dengan efektif dan dapat mempengaruhi positif masyarakat dalam menjalani
kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran Islam.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. Ilmu Dakwah : Kajian Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Aplikasi Dakwah,

(Depok : Rajawali Pers, 2019)

Fahrurrozi, Faizah, dan Kadri. Ilmu Dakwah. (Jakarta : Prenadamedia Group, 2019) hal.116

Hasan, Mohammad. Metodologi Pengembangan Ilmu Dakwah, (Surabaya : Pena

Salsabila,2013) hal.139

Husna, Nihayatul. Metode Dakwah Islam Dalam Perspektif Al-Qur’an, (IAINU Kebumen :

2021)

Khasani, Akrom. Metode dakwah Nabi Muhammad SAW ditengah pluralitas masyarakat

Madinah (suatu pendekatan Historis). Undergraduet (S1) thesis, UIN Walisongo Semarang :

2014

P, Masmuddin Efendi. Pengantar Ilmu Dakwah. (Sulawesi Selatan, Read Institut Press :

2014)

Romadhon, Rohmatullah. Materi Dakwah KH. Syafi’i Pimpinan Majelis Dzikir Baitul

Ma’ruf : Analisis Wacana. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya. , (2014)

Anda mungkin juga menyukai