Anda di halaman 1dari 17

Makalah (Problematika & Metode Dakwah Kontemporer)

MANHAJ DAKWAH RASULULLAH


DI MAKKAH & MADINAH

OLEH:
AGUSMAN

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
1443 H/ 2021 M
Makalah (Problematika & Metode Dakwah Kontemporer)

MANHAJ DAKWAH RASULULLAH DI MAKKAH & MADINAH


Agusman
1Prodi S3 Ilmu Dakwah, Universitas Islam As Syafi'iyah, Indonesia
*email.agusmancz@gmail.com

Abstrak
Abstrak: Islam merupakan agama terahir yang diturunkan oleh Allah melalui Nabi Muhammad SAW.
Sebagai agama dakwah, Islam selalu menyeru kepada umatnya untuk menyampaikan ajarannya
kepada orang lain, sehingga setiap muslim yang baligh dan berakal berkewajiban mengemban misi
Islam ini. Dakwah merupakan segala aktifitas dan kegiatan yang mengajak orang untuk berubah dari
satu situasi yang mengandung nilai kehidupan yang bukan islami kepada nilai kehidupan yang islami.
Ativitas dan kegiatan tersebut dilakukan dengan mengajak, mendorong, menyeru, tanpa tekanan,
paksaan dan provokasi, dan bukan pula dengan bujukan dan rayuan pemberian sembako dan
sebgainya. Sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah, beliau senantiasa menyampaikan wahyu yang
diterimanya untuk disampaikan kepada umatnya, dalam rangka menyempurnakan akhlak manusia.
Dakwah yang dilakukan dimulai sejak tinggal di Makkah sampai Madinah. Manhaj dakwah Nabi
menjadi rujukan penting dan wajib bagi setiap da’i, untuk mengetahui bagaimana seharusnya sikap
seoarang muslim bersikap ketika menghadapi lahan dakwah di masyarakat.

Kata Kunci: Manhaj, Dakwah, Wahyu.

I. Pendahuluan
Menyeru kepada Allah (dakwah) merupakan jalan utama menuju kebaikan umat ini.
Dalam Al-quran disebutkan bahwa umat terbaik yaitu sebagaimana firman Allah (QS. Ali
Imran: 110), “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman,
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Allah SWT menjelaskan dalam Alquran mengenai tugas dakwah yang harus dilakukan
manusia. "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang mengajak kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Merekalah
orang-orang beruntung" (QS Ali Imran: 104). Dalam hadits riwayat Bukhori, Rasulullah SAW
bersabda, “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.”.
Islam merupakan agama samawi dengan berprinsip pada sistem kehidupan yang selaras
dengan perintah Allah SWT dalam wahyu-Nya, dan menjalankan kehidupan dengan
mengikuti tuntunan Rasulullah SAW . Merupakan mata rantai terakhir agama Allah yang
tertuju kepada seluruh umat manusia sepanjang masa hingga hari akhir kelak. Oleh karena
itu Allah menyatakan (QS. Al-Maidah: 3), “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai menjadi agama
bagimu.”
Mengikuti manhaj dakwah Rasulullah menjadi sebuah keharusan yang mesti menjadi
perhatian para da’i. Sebuah organisasi dakwah akan mampu menjadi media perubahan di
Makalah (Problematika & Metode Dakwah Kontemporer)

masyarakat, jika mereka mengerti dan mampu mengimplementasikan pola dakwah Nabi.
Selain itu setiap da’i mesti memahami unsur penting dalam dakwah sebagaimana yang
dicontohkan oleh Nabi. Betapa pun sempurnanya materi, lengkapnya bahan dan aktualnya
isu-isu yang disajikan, tetapi bila disampaikan dengan cara yang tidak tepat akan
menimbulkan kesan yang tidak menggembirakan. Tetapi sebaliknya, walaupun materi
dakwahnya kurang sempurna, bahan sederhana dan isu-isu yang disampaikan kurang
aktual, namun disajikan dengan cara yang menarik dan menggugah maka akan
menimbulkan kesan yang menggembirakan. Terlebih lagi di era modern ini, seorang juru
dakwah harus mampu memanfaatkan segala bentuk sarana untuk kepentingan penyebaran
dakwah Islam diseluruh penjuru bumi ini.1
Adapun unsur-unsur penting pendukung dakwah adalah; ilmu yang bermanfaat, amal
salih, maksud dan tujuan yang Iuruș, pemahaman yang benar, penguasaan agama yang
matang, pengenalan yang baik terhadap kondisi obyek dan sasaran dakwah, ketegaran dan
keberanian dalam membela kebenaran, dan kemampuan beradu argumentasi dengan cara
yang paling baik.
Manhaj dakwah Nabi merupakan rangkaian peristiwa yang integral (utuh) dan saling
berkaitan satu sama lain: antara satu bagian dengan bagian yang lain saling
menyempurnakan. Rangkaian itu dimulai sejak permulaan dakwah dan berakhir dengan
sempurnanya syariat yang diturunkan. Dan Nabi SAW , mengalami semua peristiwa itu
secara keseluruhan.
Satu hal yang perlu diperhatikan, dakwah Islam sangat berbeda dari sekian banyak
bentuk dakwah dan gerakan. Dakwah ini ibarat sebuah tanaman unggul nan istimewa,
sehingga harus ditumbuhkan dengan baik, dikembangkan pada tanah yang subur, disiram
dengan ‘air’ ketabahan dan kesabaran yang baik. Dan jalan terjalnya yang panjang, tidak
dapat dipangkas dengan loncatan-loncatan yang membahayakan dan diringkas dengan
pembelokan-pembelokan yang membinasakan2, melainkan harus dijalankan dengan manhaj
(metode) yang telah dicontohkan Nabi kepada kita berdasarkan wahyu dan dengan
wataknya yang moderat dan seimbang antara kelembutan dan keberanian. Dengan begitu,
niscaya kita tidak akan mendapatkan reaksi-reaksi yang membuat kita melakukan tindakan
gegabah yang merugikan. Selain itu, kita juga tidak akan mudah menyerah di bawah tekanan
tipu daya, hasutan, upaya-upaya damai yang menyebabkan dakwah melenceng jauh dari
maksud dan tujuannya
Berdasarkan penjelasan di atas, maka tulisan makalah ini membahas terkait manhaj
dakwah Rasulullah di Makkah & Madinah.

1
Fitria Akmal dan Anhar Fazri, “Konsep Pengembangan Metode Dakwah Modern,” AT-TANZIR: JURNAL ILMIAH
PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM, 2017, 183–98.
2
Al Khathib, Al-Kifayah fi ‘ilmi ar-riwayah, hal.212
Makalah (Problematika & Metode Dakwah Kontemporer)

II. Pembahasan
A. Pengertian Manhaj Dakwah
Secara etimologi, manhaj (‫ )المنھج‬berasal dari kata: (‫ نھجا‬- ‫ )نھجا – ينھج‬yang berarti jalan yang
terang.3 Makna seperti ini terdapat dalam Al-Qur’an (QS. Al Ma’idah: 48), Allah Ta’ala
befirman “untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang”.
Manhaj dakwah, menurut Al-Bayanun berdasarkan sumbernya terdiri atas 2 bagian,
diantaranya:
(1) Al-manahij al-rabbaniyyah. Manhaj dakwah yang ditunjukkan oleh Allah melalui Al-
qur’an dan sunnah sebagai manhaj yang tidak mungkin salah dan menjadi kaedah
prinsipil bagi manhaj-manhaj dakwah lainnya.
(2) Al-manahij al-basyariyyah. Manhaj dakwah yang disusun oleh para da’i dan ulama dengan
ijtihad mereka dari berbagai segi dakwah untuk mengaplikasikan manhaj rabbanī
tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi yang melingkupi mad’u.4
Fadhilatusy Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan berkata bahwa manhaj artinya jalan
atau metode, dan manhaj yang benar adalah jalan hidup yang lurus dan terang dalam
beragama menurut pemahaman para Sahabat. Manhaj diterapkan dalam akidah, suluk,
akhlak, muamalah, dan dalam semua kehidupan seorang Muslim. Setiap langkah yang
dilakukan seorang Muslim dikatakan manhaj.5
Jadi, dari segi bahasa manhaj berarti jalan yang jelas, terang dan dikatakan juga jalan
yang lurus atau mengikut Sunnah. Sedangkan menurut istilah, manhaj ialah kaidah-kaidah
dan ketentuan-ketentuan yang digunakan bagi setiap pembelajaran ilmiah Islamiyah, seperti
kaidah-kaidah bahasa Arab, ushul akidah, ushul fiqih, ushul tafsir, dakwah dan lainnya.
B. Mengapa Harus Mengikuti Manhaj Dakwah Para Nabi
Kewajiban terbesar yang wajib ditempuh oleh para da’i, ustadz dan ulama adalah meniti
manhaj para Nabi dalam berdakwah menuju Allah Azza wa Jalla. Berdasarkan tinjauan dari
sudut agama dan akal tidak boleh seorang da’i menyimpang dari manhaj dakwah Anbiyaa’,
lalu memilih manhaj dakwah yang lain6, karena:
(1) Manhaj Anbiyaa’ (para Nabi) adalah jalan paling lurus, yang ditetapkan Allah kepada
seluruh Nabi, dari pertama sampai terakhir.
(2) Sesungguhnya para Nabi benar-benar telah berpegang teguh dan mempraktekkan
manhaj tersebut.
(3) Allah telah mewajibkan kepada Rasul-Nya yang mulia untuk meneladani dan menempuh
manhaj para Nabi itu dan kita wajib mengikuti beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

3
Abi Fadzil Jamaluddin Muhammad al-Afriki al-Misri, Lisaanul ‘Arab, (Kairo: Daarul Hadits, 1991), hal. 383
4
Al-Bayānūnī, al-Madkhal ilā ‘Ilm al-Da’wah, 196.
5
Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan, Al-Ajwibah al-Mufiidah ‘an As-ilati Manaahij Jadiidah, (Riyadh: Daarul Manhaj,
2003), hal.123
6
https://almanhaj.or.id/1092-manhaj-dakwah-ahlus-sunnah-wal-jamaah.html
Makalah (Problematika & Metode Dakwah Kontemporer)

(4) Karena kesempurnaan konsep dakwah para Nabi tergambar dalam dakwah Nabi Ibrahim
Alaihissallam, maka Allah memerintahkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
untuk mengikuti manhaj Nabi Ibrahim Alaihissallam. Allah Azza wa Jalla juga
memerintahkan umat beliau untuk mengikuti agama Nabi Ibrahim Alaihissallam yang
hanif. Allah SWT berfirman (QS. Al Baqoroh: 130) “Dan tidak ada yang benci kepada agama
Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah
memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang
yang saleh.”
(5) Allah telah menciptakan alam ini, menyusunnya dengan aturan yang rapi dan Allah telah
menjadikan ketetapan-ketetapan bagi alam ini. Seandainya ketetapan-ketetapan alam itu
berbeda-beda niscaya rusaklah alam ini. Begitu juga dalam hal syariat, ia tidaklah tegak
kecuali di atas akidah yang haq. Jika syariat telah lepas dari akidah rusaklah syariat
tersebut dan tidak lagi sebagai syariat yang benar.
Perjalanan Nabi Muhammad dalam penyampaian dakwah pada saat itu sangat berat.
Beliau melalui proses panjang dan ujian yang berat baik dari dalam dan luar kaumnya
sendiri. Namun perjuangan Nabi Muhammad terbayarkan dengan berhasil membangun
pondasi kuat agama Islam di tanah Arab. Dalam pembinaan pendidikan Islam Nabi
Muhammad melewati beberapa fase penting yaitu: (1) Fase Makkah yakni fase awal
pembinaan dan (2) Fase Madinah yakni fase penyempurnaan. Kedua fase ini memiliki
karakter dan keunikan masing-masing sehingga membuat pendidikan Islam memiliki
marwah yang kuat sampai sekarang.
C. Manhaj Dakwah Rasulullah pada Fase Makkah
Sebagai kegiatan utama yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad SAW , kegiatan
dakwah di Makkah ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan kegiatan dakwahnya di
Madinah, hal ini disebabkan karena kondisi alam maupun kultur yang berbeda antara
Makkah dan Madinah. Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah
masyarakat Arab Jahiliyah atau masyarakat yang masih berada dalam kebodohan.
Dalam bidang agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari
ajaran agama tauhid, yang telah diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Adam as.
Mereka umumnya beragama watsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang
mereka puja itu mereka letakkan di Ka’bah. Di antara berhala-berhala yang termahsyur
bernama: Ma’abi, Hubai, Khuza’ah, Lata, Uzza dan Manar. Selain itu ada pula sebagian
masyarakat Arab Jahiliyah yang menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan kaum
Sabi’in.
Dakwah yang dilaksanakan di Makkah memiliki penekanan yang berbeda daripada
dakwah di Madinah, karena kondisinya yang memang berbeda daiantara keduanya. Sebagai
masyarakat yang terkenal dengan paganisme, karena mereka menyembah berhala,
masyarakat Makkah memiliki kesetiaan terhadap para leluhurnya dengan taqlid a’ma
Makalah (Problematika & Metode Dakwah Kontemporer)

terutama dalam penyembahan terhadap berhala sehingga dakwah pertama kali yang
dilakukan oleh Rasulullah adalah dalam bidang eskatologis/ keyakinan (ketauhidan).
Dakwah pada fase Makkah lebih difokuskan pada keesaan Tuhan karena kondisi
masyarakatnya yang belum bertauhid, sehingga Rasulullah merasa perlu untu membina
keyakinan bangsa Arab terutama Makkah ketika itu. Kondisi bangsa Arab sebelum
kedatangan Islam, terutama di sekitar Mekah masih diwarnai dengan penyembahan berhala
sebagai Tuhan, yang dikenal dengan istilah paganisme.
Selain menyembah berhala, di kalangan bangsa Arab ada pula yang menyembah agama
Masehi (Nasrani), agama ini dipeluk oleh penduduk Yaman, Najran, dan Syam. Di samping
itu agama Yahudi yang dipeluk oleh penduduk Yahudi imigran di Yaman dan Madinah, serta
agama Majusi (Mazdaisme), yaitu agama orang-orang Persia. Adapun karakteristik manhaj
dakwah Nabi Muhammad di Makkah dapat dibagi dalam beberapa hal yaitu:
(1) Ketauhidan
Sebagaimana pada uraian di atas, bahwa dakwah di Makkah lebih ditekankan pada
bidang eskatologis atau ketauhidan. Hal ini berangkat dari keprihatian Rasulullah karena
melihat keberagamaan bangsa Arab terutama penduduk Makkah yang masih musyrik pada
saat itu. Maka kepercayaan masyarakat Makkah akan dikembalikan kepada keyakinan
terhadap keesaan Tuhan (ketauhidan), sehingga patung-patung (berhala) yang tersebar di
Makkah akan dihilangkan sebagai bentuk penyembahan masyarakat Makkah.
Mereka menganggap berhala sebagai wasilah atau perantara terhadap Tuhan mereka
dan sebagai personifikasi dari keberadaan Tuhan. Upaya yang dilakukan oleh Rasulullah
menyiarkan agama Islam memperoleh perlawanan yang hebat dari suku Quraisy, mereka
beranggapan bahwa penyembahan terhadap berhala ini merupakan kesetiaan terhadap
leluhur. Apa yang dilakukan sekarang merupakan bentuk penghormatan terhadap nenek
moyang meraka, sehingga mereka tidak mau menghianati penyembahan yang sudah ada
secara turun temurun.
Rasulullah mengajarkan kepada para sahabatnya agar menyapu bersih segala bentuk
penyekutuan terhadap Allah SWT. Maka dari itu para sahabat menolak dengan tegas setiap
hal yang berhubungan dengan tauhid rububiyah , terutama yang berkenaan dengan
keyakinan-keyakinan terhadap sesuatu yang hanya pantas dilakukan Allah dalam persoalan
pengaturan kehidupan ini.
Pada saat Rasulullah mengajarkan akidah kepada para sahabat dan mendidik mereka
dengannya, maka sesungguhnya beliau sedang berupaya mengembangkan keyakinan hati
akan tercermin dalam tingkah laku dan tindakan praktis. Sebab, akidah bukan hanya sekedar
konsep dan pengetahuan yang cukup dimenegrti dan diketahui akal saja. Karena itu, akidah
harus ditanamkan dalam jiwa hingga menjadi sebuah keyakinan hati yang mampu
Makalah (Problematika & Metode Dakwah Kontemporer)

mempengaruhi seluruh perasaan yang keluar darinya. Sehingga pada tahap selanjutnya,
mampu mempengaruhi seluruh perilaku praktis manusia.7
Berdasarkan analisa terhadap teks Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah, agama Islam
berdiri di atas dua dasar yaitu: Pertama, tidak disembah selain Allah. Dalam konteks syari’at,
prinsip ini bermakna tidak beribadah kepada selain Allah. Kata ibadah di sini merupakan
kata benda yang mencakup segala hal yang dicintai Allah segala nama yang mencakup setiap
hal yang dicintai dan diridhai Allah SWT, baik berupa ucapan maupun perbuatan-perbuatan
lahir dan batin.
Kedua, tidak disembah kecuali dengan apa yang telah disyariatkan melalui lisan
Rasulullah SAW , sebagaimana makna dari dua kalimat syahadat. Dalam hal ini setiap muslim
harus menunjukkan ketundukan dan kepatuhan terhadap Islam dalam ucapan, pemikiran,
dan tingkah lakunya dalam kehidupan. Sebagaimana dalam Firman Allah: ”Katakanlah,
sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperuntukkan kepadaku dan
aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. Al-An’am: 162-
163).8
Berdasarkan penjelasan di atas, tidak diragukan lagi bahwa bangsa Arab yang
notabenenya lebih memahami dan menguasai bahasa mereka-akan benar-benar memahami
bahwa maksud kalimat la ilaaha illalah adalah penunjukan ketaatan dan penyembahan
(ibadah) hanya kepada Allah, Dzat Yang Maha Esa dan tidak ada sekutu baginya.
(2) Pendidikan
Dakwah dalam bidang pendidikan dilakukan Rasulullah sejak dini, yaitu beriringan
dengan masuknya Islam para sahabat satu persatu. Disamping dari rumah ke rumah, maka
rasul memilih rumah sahabat Al-Arqam bin Abi Arqam dijadikan sebagai tempat pertama
penyampaian dakwah Islam secara berkelompok. Di tempat inilah dakwah Rasulullah
dilakukan dengan pendekatan pendidikan.
Dipilihnya rumah al-Arqam sebagai tempat belajar dan mengajar, karena lokasi rumah
tersebut dekat dengan ka’bah, sehingga memudahkan jama’ah beribadah ke masjidil haram,
disamping faktor keamanan menjadi salah satu alasan. Selain itu, rumah Rasulullah juga
dijadikan sebagai tempet pembelajaran, setelah masuknya Umar bin Khattab. Dengan
demikian umat Islam merasa lebih tenang dalam mempelajari agama Islam karena tempat
belajar yang sekarang lebih terbuka dan tidak dirahasiakan lagi.
Setidaknya ada beberapa metode pendidikan yang digunakan Rasulullah yaitu9:

7
Baihaqy, tt. Syuaibul Iman, juz.3 no. 4072
8
Amahzun, Muhammad, 2006, Manhajun Nabiyy fid Da’wah min Khilalis Sirah ash-Shahihah: al-ma’rifah, at-
tarbiyah, ath-thakhithith, at-tahzin, diterjemahkan Anis Maftuhin dan Nandang Burhanuddin, Manhaj Dakwah
Rasulullah, Jakarta: Qisthi Press.
9
Ya’kub, Ali Mustafa, 1997, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, Jakarta: Pustaka Firdaus
Makalah (Problematika & Metode Dakwah Kontemporer)

a. Graduasi ( al-tadarruj)
b. Levelisasi (mur’at al-mustawayat)
c. Variasi (al-tanwi wa al-taghyir)
d. Keteladanan (al-uswah wa al-qudwah)
e. Aplikatif (al-tibqi wa al-amali)
f. Mengulang (al-Taqrir wa al-Maraja’ah)
g. Evaluasi (al-taqyim)
h. Dialog (al-hiwar)
i. Analogi (al-qisyas)
j. Cerita (al-qishshah)
Dari beberapa metode pendidikan yang digunakan oleh Rasulullah, yang penting untuk
dipahami adalah tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk menerima ajaran Islam yang
dibawa oleh Rasulullah. Dari sini dapat terlihat bahwa sebagai seorang rasul, beliau sangat
bijaksana untuk metode yang tepat disesuaikan dengan situasi dan kondisi baik tempat
maupun keadaan masyarakat sebagai mad’unya.
(3) Perencanaan
a) Dakwah Sembunyi-sembunyi (Sirriyah)
Sebagaimana diketahui bahwa dakwah nabi di Makkah dilaksanakan dalam dua bentuk
yang pertama dakwah dengan cara sembunyi-sembunyi. Ibnu Ishaq menyebutkan bahwa
dakwah secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama tiga tahun. Ia menyebutkan “bila
para sahabat hendak melakukan shalat, mereka pergi ke celah-celah bukit dan
menyembunyikan shalat mereka dari penglihatan kaumnya”. Ketika Sa’ad bin Abi Waqash
bersama para sahabat Rasulullah lainnya sedang melakukan sahalat di salah satu celah
bukit-bukit Makkah, tiba-tiba sekelompok munsyrikin melihat mereka, maka mereka
mencela apa yang dilakukan para sahabat.
Makkah merupakan sentral agama bangsa Arab, karena di sana terdapat ka’bah dan
penyembahan terhadap berhala serta patung-patung yang disucikan seluruh bangsa Arab.
Hal ini sangat dimaklumi jika pada awal dakwahnya, Rasulullah menyampaikan Islam
kepada orang yang paling dekat dengan beliau, anggota keluarganya dan sahabat-sahabat
karib beliau. Disamping tentang ketauhidan, beliau juga mengajarkan tentang kebaikan dan
kebenaran.10
Meskipun pada masa itu dakwah masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi, namun
ada beberapa hikmah yang dapat diambil diantaranya:

10
Al- Mubarakfuri, Syaikh Shafiyyurrahman, 2012, Sirah Nabawiyah,diterjemahkan Kathur Suhardi dari judul asli,
Sirah Nabawiyyah, Jakarta: Pustaka al-Kautsar
Makalah (Problematika & Metode Dakwah Kontemporer)

1. Tidak cepet-cepat membuka konfrontasi fisik dengan kaumnya yang saat itu telah rusak
akhlak dan perilaku sosialnya
2. Tidak menyampaikan pesan dakwah secara terang-terangan, kecuali dalam memberikan
peringatan-peringatan umum, yang dapat dijadikan sebagai jalan untuk membuka hati
dan pendengaran masyarakat tentang perlunya perubahan pada diri mereka. Dengan
langkah ini diharapkan akan terbuka jalan untuk mempersiapkan kade-kader inti yang
militan dan mampu menjadi penopang dakwah dengan penuh pengorbanan dan korban
semangat jihad.
3. Dakwah secara sembunyi-sembunyi merupakan fase pendasaran pembangunan, yakni
untuk memilih kader-kader muslim yang kuat imannya, tulus keimanannya, dan militan
sikapnya, serta memiliki satu tujuan dalam setiap gerakannya yang akan menjadi
pondasi bangunan sebuah masyarakat Islam.
4. Untuk memberikan keamanan bagi kalangan pemeluk Islam untuk beberapa saat.
Jadi, dakwah secara sembunyi yang dilaksanakan pada saat itu merupakan upaya untuk
mengantisipasi terjadinya penganiayaan kaum Quraisy dan berbagai cara mereka untuk
menghalangi manusia dari jalan Allah.
Pendekatan dakwah personal dan dakwah secara sembunyi (sirriyah) dipilih karena
kondisi saat itu belum memungkinkan dakwah dilakukan secara terbuka dan pengikut masih
minoritas, di siniliah sebenarnya letak elastisitas pendekatan dakwah yang digunakan oleh
Rasulullah Muhammad SAW .
b) Dakwah Terang-terangan (Jahriyah)
Setelah selama kurang lebih tiga tahun Rasulullah berdakwah secara sembunyi-
sembunyi, maka tibalah berdakwah secara terang-terangan, yang dimulai setelah turun Al-
Qur’an yang artinya “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat” (QS.
Asy-Syu’ara: 214). Adapun langkah pertama yang dilakukan Rasulullah setelah turun ayat di
atas adalah mengundang Bani Hasyim.
Beberapa orang dari Bani al-Muthalib bin Abdi Manaf, yang jumlahnya sekitar 43 orang
kemudian menemui Rasulullah, semua keluarga menentang termasuk pamannya abu Lahab,
keculai Abu Thalib yang langsung menyatakan akan melindungi semua kegiatan dakwah
yang dilaksnakan Rasulullah. Selanjutnya Rasulullah bangkit dan langsung menyerang
kebohongan dan syirik, serta menyampaikan tentang kedudukan berhala dan hakekatnya
yang tidak memiliki nilai.
Lebih lanjut Rasulullah menyampaikan kebenaran secara terang-terangan dan
menentang tindakan orang-orang Quraisy yang tetap pada ketuhanan mereka dengan
menyembah berhala serta memperlakukan umat Islam dengan semena-mena. Dakwah
dengan cara terang-terangan ini memperoleh tantangan yang keras dari suku Quraisy. Ibnu
Makalah (Problematika & Metode Dakwah Kontemporer)

Hisyam (I/299-300) menuturkan bahwa ada beberapa cara suku Quraisy menghadap
dakwah Rasulullah:
1. Ejekan, penghinaan, olok-olok dan penertawaan. Hal ini dilakukan untuk melecehkan
umat Islam dan menggembosi kekuatan mental mereka. Sebagaimana dalam Firman
Allah “Dan mereka heran karena karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan
(rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata, ‘ini adalah seorang ahli sihir
yang banyak berdusta”. (QS. Shad: 4)
2. Menjelak-jelekkan ajaran beliau, membangkitkan keragu-raguan, menyebarkan
anggapan-anggapan yang menyangsikan ajaran-ajaran beliau dan diri beliau
(Rasulullah). Mereka tiada henti melakukannya serta tidak memberi kesempatan setiap
orang untuk menelaah dakwahnya.
3. Melawan Al-Qur’an dengan dongeng orang-orang terdahulu serta menyibukkan umat
dengan dongeng-dongeng agar mereka melupakan Al-Qur’an
4. Menyodorkan beberapa bentuk penawaran, sehingga dengan penawaran itu mereka
berusaha mempertemukan Al-Qur’an dengan jahiliyah di tengah jalan. Orang-orang
musyrik siap meninggalkan beberapa tradisi dari mereka, begitu juga dengan Rasulullah
diharapakan melakukan hal yang sama.
Dakwah dengan cara penawaran ini dilakukan Rasulullah dalam rangka menawarkan
Islam sekaligus mencari dukungan keamanan dari kabilah yang berdatangan di Makkah pada
bulan haji untuk ziarah (beribadah haji) yang telah berjalan sejak zaman Nabi Ibrahim as.
Dukungan keamanan ini diperlukan, mengingat sejak Nabi Muhammad berdakwah secara
terbuka, orang-orang kafir Quraisy selalu meneror beliau serta para sahabatnya, sehingga
mengancam keamanan mereka.11
Pendekatan penawaran yang dilakukan oleh Rasulullah berupa ajakan untuk beriman
kepada Allah tanpa menyekutukannya, sekaligus menawarkan untuk diberi jaminan
keamanan dari mereka, karena tanpa adanya jaminan, maka perjalanan dakwah tidak akan
mencapai hasil yang maksimal. Perlu dipahami bahwa permintaan jaminan keamanan bukan
berarti Rasulullah menafikan jaminan keamanan dari Allah, tetapi menunjukkan adanya
ihtiar disertai usaha.
(4) Pembinaan & Kaderisasi
Sebagaimana pada paparan di atas, bahwa dakwah Rasulullah dimulai setelah menerima
wahyu pertama dan kedua, maka sejak itu Nabi Muhammad berfungsi sebagai seorang
pendidik dan pembimbing masyarakat (social educator) melalui perombakan dan revolusi
mental masyarakat Arab dari kebiasaan menyembah berhala yang merendahkan derajat
kemanusiaan dan tidak menggunakan akal pikiran yang sehat.

11
Muriah, Siti, 2000, Metodologi Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: MITRA PUSTAKA.
Makalah (Problematika & Metode Dakwah Kontemporer)

Sistem pembinaan dalam dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah adalah dengan sistem
kaderisasi dengan membina beberapa sahabat. Kemudian beberapa sahabat tersebut
mengembangkan Islam ke penjuru dunia. Hal ini dimulai dari khulafaur rasyidin, kemudian
generasi sesudahnya. Pembinaan di Makkah lebih difokuskan pada bidang ketauhidan
(keesaan Tuhan), sehingga ayat-ayat yang trurun di Makkah pada saat itu lebih menekankan
pada pembinaan akidah dan ibadah. Ayat-ayat yang turun biasanya pendek-pendek dan
diawali dengan ayat “yaa ayyuha an-nasu”.
Tahapan pembinaan ini harus dijadikan sebagai ibrah bagi umat pada masa sekarang.
Pada masa awal-awal perkembangan Islam, masyarakat Islam menampilkan diri sebagai
masyarakat alternatif, yang memberi warna tertentu pada kehidupan kemanusiaan.
Karakter paling penting yang ditampilkan oleh masyarakat Islam ketika itu adalah keamaian
dan aksih sayang.12
Sejumlah karekter lain dari masyarakat Islam Makkah diantaranya adalah rajin bekerja
(pekerja keras), memiliki akidah yang kuat, konsisten dalam beramal serta setia pada janji.
Hal ini semua terjadi karena dibawah kepeminpinan Rasulullah Muhammad SAW .
Disamping itu keberhasilan dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya; adanya konsisten nabi dalam menggunakan etika dakwah
serta penggunaan metode keteladanan / Uswah hasanah. Kedua faktor inilah yang sangat
mempengaruhi keberhasilan dakwah yang dilakukannya. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagai seorang rasul, Muhammad tidak hanya sekedar menyerukan tentang Islam dan
kebenaran ajaran-ajarannya, tetapi juga konsisten untuk melaksanakan yang disampaikan
kepada umatnya.
D. Manhaj Dakwah Rasulullah pada Fase Madinah
Manhaj dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah bertujuan untuk membangun
keyakinan terhadap apa yang beliau sampaikan. Nabi Muhammad SAW merupakan Rasul
utusan Allah (SWT) yang akan membawa masyarakat Madinah ke jalan yang benar melalui
pendekatan-pendekatan berikut.
(1) Mengokohkan Kaum Muslimin
Pendekatan ini adalah pendekatan pendidikan yang dilakukan oleh baginda Rasulullah
kepada mereka yang sudah menerima islam, kerana didikan yang kokoh akan menjadikan
mereka tidak mudah dipengaruhi oleh anasir-anasir jahat musuh-musuh islam. Dengan
wujudnya sahsiah dan akhlak yang mantap, ia boleh menarik orang luar untuk terpengaruh
pada Islam dan menjadikan sahabat-sahabat baginda Rasulullah sebagai contoh teladan. DI
sinilah letaknya kepentingan manhaj tarbiyah tersebut.
Dalam sejarah Islam dinyatakan beberapa tempat yang pernah dijadikan lokasi
pendidikan yang dilaksanakan secara langsung oleh Rasulullah. Di antaranya ialah:

12
Muhyidin, dkk, 2002, Metode Pengembangan Dakwah, Bandung: Pustaka Setia
Makalah (Problematika & Metode Dakwah Kontemporer)

a) Mendirikan Masjid.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa ini misi kenabian bukan misi militerisme yang
akan menjadi ancaman bagi non-muslim dan bukan pula misi tahta kerajaan yang
menjadi target perjuangan. Ketika Nabi tiba di Quba, sebuah desa di luar kota Madinah,
Nabi sudah meminta agar dibangun sebuah masjid. Dalam pembangunan tersebut
Muhammad memberikan contoh keteladanan kebersamaan yang sangat mengesankan.
Dia ikut menyingsingkan lengan baju mengangkut tanah. Demikian pula ketika dia
sampai di kota Madinah, masjid lah yang pertama kali ia dirikan. Tindakan ini
mengandung makna bahwa pembinaan akhlak dan ketinggian jiwa adalah hal yang
pertama dilakukan sebelum pekerjaan lainnya.
b) Mempersaudarakan sesama muslim (Anshâr dan Muhâjirîn) berdasarkan tali ikatan
agama tanpa ada perbedaan derajat baik karena darah maupun suku.
Membangun ukhuwah Islamiyah merupakan langkah selanjutnya
mempersaudarakan antara kaum kaum Muhajirin dan Anshar, kaum Aus dan Khazraj
yang sudah ratusan tahun saling berperang. Hal ini mengisyaratkan bahwa agama Islam
ditegakkan atas dasar aqidah dan ukhuwah. Rasa persaudaraan mereka, telah menyatu
seperti sesosok tubuh, yang jika ada satu anggota tubuh terkena penyakit, maka seluruh
tubuh merasakannya. Terhadap kelompok muslim ini, Rasulullah sendiri adalah
pemimpinnya dan berlaku semua ketentuan yang diwajibkan oleh agama.
c) Piagam Madinah
Piagam Madinah yang dibuat sebelum Perang Badar ini jelas sekali memperlihatkan
karakter masyarakat yang majemuk (plural), baik ditinjau dari asal keturunan maupun
dari segi agama dan budaya. Di dalamnya terdapat Arab Muslim, Yahudi dan Arab non-
Muslim. Piagam Madinah itu ditetapkan berdasarkan atas: (1) kebebasan beragama, (2)
persamaan, (3) kebersamaan, (4) keadilan, (5) perdamaian dan berkeadilan, dan
musyawarah.
Dalam Piagam Madinah itu ditetapkan berbagai konsensus bersama baik sesama
umat Islam (Anshâr dan Muhâjirîn) maupun antar umat Islam dengan umat Yahudi. Di
dalamnya terdapat kon-sensus atau acuan bersama (common denominator) mengenai
kebebasan beragama; larangan saling mengganggu, saling menyerang dan berbuat
keonaran; secara bersama-sama menghadapi berbagai ancaman dan serangan yang
datang dari luar; hidup berdampingan dengan damai; penegakkan hukum (law
enforcement) secara adil dan menjunjung tinggi persamaan dan lain-lain.
d) Daar Al-Qurra
Ia adalah rumah Malik bin Naufal yang dikhususkan sebagai tempat berkumpulnya
para sahabat menghafal dan membaca ayat-ayat Al-Quran, riwayat lain pula menyatakan
bahwa tempat ini berfungsi sebagai asrama sahabat-sahabat ahlu suffah
Makalah (Problematika & Metode Dakwah Kontemporer)

e) Kuttab
Institusi pengajian bagi anak-anak Muslim untuk mempelajari Al-Quran, Abdullah bin
Masud dan Zaid bin Tsabit pernah bertalaqqi bersama Rasulullah di Kuttab ketika
mereka berdua masih kecil.
f) Rumah Para Sahabat Rasulullah.
Para sahabat Rasulullah juga menjadikan tempat tinggal mereka sebagai tempat
mempelajari lslam. Kebiasaannya jika Nabi menerima tamu dari luar, mereka akan
ditumpangkan di rumah sahabat yang mempunyai kemampuan. Peluang seperti ini tidak
akan dilepaskan oleh para sahabat. Mereka akan berusaha memberikan yang terbaik
kepada setiap tamu tersebut untuk meyakinkan kebenaran lslam yang dibawa oleh Nabi
SAW.
(2) Dakwah dengan Pengiriman Surat (Al-Murosalah)
Baginda Rasulullah bukan saja berdakwah dengan menggunakan ucapan, bahkan
baginda menyampaikan Pesan dakwah dengan tulisan yang ditulis oleh para sahabatnya.
Kebanyakan surat-surat beliau terbagi 3 bagian13:
a) Seruan yang berisi ajakan untuk memeluk Islam. Surat seperti ini biasanya ditujukan
kepadan non-muslim seperti Yahudi, Kristian, Majusi dan Musyrikin.
b) Surat yang berisi ajaran Islam tentang panduan suatu perkara kepada masyarakat Islam.
Biasanya surat ini ditujukan kepada orang Islam yang ingin mengetahui sesuatu perkara
dalam Islam.
c) Surat yang berisi panduan Islam bagi non muslim yang berada dibawah kepimpinan
Islam. Ia khusus bagi mereka yang ingin berdamai dengan umat Islam.
(3) Pengiriman Da’i
Hal ini merujuk kepada pengiriman para sahabat ke berbagai daerah di luar Madinah Al-
Munawarah. Ini merupakan lanjutan terhadap pendekatan tarbiyah Rasulullah untuk
mempersiapkan para da’i profesional yang telah menjalani didikan dari Rasulullah secara
langsung.
(4) Jihad
Menurut Ibnu Qayyim jihad terbagi ke dalam tiga bentuk, yaitu jihad mutlaq, jihad hujjah
dan jihad 'amm. Pembagian ini dilatarbelakangi oleh kondisi umat Islam pada saat itu,
sehingga Ibn Qayyim membagi jihad berdasarkan cara yang dipergunakan dalam
menegakkan keadilan dan kebenaran.
Jihad mutlaq adalah bersabar menghadapi musuh di medan perang. Islam membenarkan
umat lslam untuk mempertahankan diri dan kehormatan, namun Islam melarang umat Islam
memulai suatu masalah, bahkan dalam melakukan peperangan, ajaran Islam memberikan

13
https://muhammadnazirul.wordpress.com/2013/12/11/manhaj-manhaj-dakwah-rasulullah-di-madinah/
Makalah (Problematika & Metode Dakwah Kontemporer)

aturan-aturan yang sangat ketat sehingga etika dan moralitas senantiasa terjaga meskipun
di medan perang. Kontak senjata dalam pandangan Islam adalah jalan terakhir yang tidak
bisa dihindari yaitu disaat semua jalan diplomasi sudah tertutup.
Jihad hujjah adalah jihad yang dilakukan oleh para ulama dalam rangka memberikan
penjelasan dan dalil-dalil yang logis tentang risalah Islam yang bersifat rahmatan lil'alamin.
Jihad semacam ini juga dikenal dengan da'wah bi al-lisan.
Jihad 'amm yaitu jihad yang merangkumi seluruh aspek kehidupan, baik yang bersifat
moral maupun material. Jihad ini dapat dilakukan melalui harta, jiwa, tenaga, waktu, dan
ilmu pengetahuan yang dimiliki. Jihad dalam konteks ini melibatkan seluruh umat Islam
tanpa kecuali. Bahkan Rasulullah SAW menegaskan bahwa pekerjan yang paling disenangi
oleh Allah SWT adalah pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh.
E. Implementasi Manhaj Dakwah Rasulullah di Zaman Ini
Mengimplementasikan manhaj dakwah Rasulullah pada zaman ini merupakan sebuah
keniscayaan. Setidaknya ada dua kondisi yang dapat dikembangkan terkait dengan
problematika dakwah saat ini yang erat kaitannya dengan metode dakwah Rasulullah.
(1) Metode dakwah pada daerah yang masih benar–benar jahil akan Islam (masyarakat
pelosok)
Menghadapi lingkungan masyarakat yang penduduknya mayoritas jahil (biasanya di
pedesaan) dari nilai-nilai keislaman mesti dilakukan dengan tepat. Sebagaimana Rasulullah
ketika berdakwah di Makkah, kondisi tersebut lebih sulit dibandingkan pada hari ini.
Perlakuan dan tantangan yang diterima oleh Nabi lebih berat dari apa yang diraskan para
da’i saat ini.
Beberapa lamgkah strategis dalam misi dakwah di tempat seperti ini adalah:
- Seorang da’i atau komunitas dakwah hendaknya memulai dengan hal-hal yang
fundamental dalam agama ini, yaitu memulai dengan dakwah tauhid dan dasar-dasar
keislaman serta dimulai kepada orang-orang yang terdekat. Langkah ini dilakukan
dengan hikmah dan tidak terburu-buru serta mengutamakan kepada orang-orang yang
berjiwa hanif sebagaimana ketika Rasulullah mengajak para sahabat-sahabatnya di
Makkah (assaabiquunal awwaluun).
- Orang-orang yang telah menerima dakwah dengan baik diberikan penguatan dengan
pendidikan yang baik, agar mereka menjadi pilar-pilar berkembangnya dakwah di
masyarakat
- Setelah terbentuk komunitas dakwah yang diperkuat dengan tarbiyah, maka komunitas
ini dibimbing untuk menjadi da’i penebar hidayah. Dalam kondisi ini proyek-proyek
dakwah akan lebih rapih setelah dijalankan dengan kebersamaan dan melalui
perencanaan yang baik.
Makalah (Problematika & Metode Dakwah Kontemporer)

- Melakukan kaderisasi dan pembinaan yang intens agar dakwah semakin berkembang
dan tidak berhenti pada 1 tokoh saja.
(2) Metode dakwah pada daerah yang telah mengenal islam (masyarakat perkotaan)
Pada kondisi ini, masyarakat tentunya sudah memiliki pengetahuan keislaman yang
cukup (masyarakat madani), namun tetap perlu adanya perhatian dari para da’i. Hal tersebut
dikarenakan pemahaman masyarakat yang beragam. Ada banyak tantangan dakwah pada
masyarakat, mulai dari kejahilan beragama, paham-paham yang sesat, pluralisme,
liberalisme, feminisme, dan yang lainnya.
Problematika dakwah seperti ini sangat dibutuhkan manajemen dan metode dakwah
yang rapih. Rasulullah telah mengajarkan kepada kita melalui fase dakwah beliau di Makkah
dan Madina.
Beberapa solusi yang tepat dalam mengelola dakwah dengan baik di tengah kerasnya
fitnah pemahaman menyimpang, selain menggunakan metode di atas maka perlu adanya
persiapan berikut:
- Seorang da’i atau komunitas dakwah mesti memiliki markaz dakwah (masjid atau kantor
organisasi dakwah) sebagai tempat bermusyawarah para da’i. Tempat yang digunakan
untuk membahas persoalan-persoalan keumatan. Di tempat ini para da’i saling
menguatkan, mengokohkan dan merancang strategi-strategi dakwah.
- Para da’i harus mampu menjadi penengah di masyarakat. Keberadaannya mampu
memberikan solusi bagi umat dengan keputusan yang bijak. Mampu mempsosisikan diri
ketika terjadi perbedaan pendapat terutama dalam masalah furu’ dan tidak larut dalam
rana itu sehingga mengakibatkan citra islam menjadi buruk.
- Sebagaimana dalam piagam Madinah, maka seoarang da’i harus memahami kaidah
bermuamalah terhadap non muslim. Termasuk menjadi keharusan bagi para da’i
mempersiapkan hujjah yang kuat untuk menghalau pemahaman-pemahaman sesat yang
coba menggrogoti akidah kaum muslimin
- Membangun peradaban muslim dengan memperhatikan pendidikan keislaman bagi
masyarakat. Dalam kondisi ini, maka sebuah kewajiban penting bagi para ulama untuk
menghidupkan kondisi belajar islam yang komprehensif dengan memanfaatkan masjid,
pesantren, dan kampus. Pendidikan kita mesti dilengkapi dengan kurikulum islam yang
baik.
- Memberantas kejahilan dengan memasifkan dakwah ke seluruh penjuru negeri melalui
pengiriman-pengiriman da’i. Hal ini agar kemurnian Islam tetap terjaga dari
pemahaman-pemahaman yang menyimpang.
Makalah (Problematika & Metode Dakwah Kontemporer)

III. Penutup
Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa poin-poin penting manhaj dakwah
Rasulullah:
(1) Melalui fase Makkah Rasulullah membangun dakwahnya dengan melalui beberapa
kategori.
1. Beliau berdakwah dengan mengokohkan ketauhidan para sahabat dengan
memurnikan penyembahan hanya kepada Allah SWT.
2. Rasulullah mendidik para sahabat dengan menggunakan metode yang sesuai dengan
kondisi mereka
3. Rasulullah melakukan perencanaan untuk menyebarkan hidayah Islam dengan cara
sir dan jahr
4. Rasulullah membina dan mengkader para sahabat agar dapat menjadi da’i dan
pelanjut dakwah Beliau
(2) Setelah melalui membangun asas dan pondasi dakwah di Makkah, maka ketika hijrah ke
Madinah beliau kemudian menyempurnakan dakwahnya melalui beberapa bagian.
1. Beliau mengokohkan kaum muslimin dengan melakukan Pendidikan dan pembinaan
diantaranya
- Membangun masjid peradaban
- Mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar
- Menyepakati Piagam Madinah
- Mengajarkan Al-qur’an kepada para sahabat di Daarul Qurro
- Mendidik anak-anak kaum muslimin melalui Kuttab
- Memanfaatkan rumah-rumah sahabat untuk menjamu tamu penting Rasulullah
2. Mengirim pesan dakwah kepada kaum muslimin dan non-muslim di luar Madinah
3. Mengirim da’i pada daerah-daerah yang membutuhkan da’i untuk diberikan
pengajaran tentang Islam
4. Jihad untuk menunjukan eksistensi Islam pada kebatilan dan kekufuran
(3) Implementasi Manhaj Dakwah Rasulullah di Zaman Ini
Setidaknya ada dua kondisi yang dapat dikembangkan terkait dengan problematika
dakwah saat ini yang erat kaitannya dengan metode dakwah Rasulullah.
1. Metode dakwah pada daerah yang masih benar–benar jahil akan Islam (masyarakat
pelosok)
2. Metode dakwah pada daerah yang telah mengenal islam (masyarakat perkotaan)
Makalah (Problematika & Metode Dakwah Kontemporer)

IV. Daftar Pustaka

Akmal, Fitria, dan Anhar Fazri. 2017. “Konsep Pengembangan Metode Dakwah Modern.” At-
Tanzir: Jurnal Ilmiah Prodi Komunikasi Penyiaran Islam, 183–98.
Al Khathib, Al-Kifayah fi ‘ilmi ar-riwayah, hal.212
Al- Mubarakfuri, Syaikh Shafiyyurrahman, 2012, Sirah Nabawiyah, diterjemahkan Kathur
Amahzun, Muhammad, 2006, Manhajun Nabiyy fid Da’wah min Khilalis Sirah ash-Shahihah:
al-ma’rifah, at-tarbiyah, ath-thakhithith, at-tahzin, diterjemahkan Anis Maftuhin dan
Nandang Burhanuddin, Manhaj Dakwah Rasulullah, Jakarta: Qisthi Press.
Amirudin, M Faizul. “Dakwah Nabi Muhammad di Madinah,” t.t., 16.
Baihaqy, tt. Syuaibul Iman, juz.3 no. 4072
Fauzan al-Fauzan, Shalih. 2003, Al-Ajwibah al-Mufiidah ‘an As-ilati Manaahij Jadiidah,
(Riyadh: Daarul Manhaj), hal.123
Haris, Rizki Muhammad. “Hukum Salat yang Tidak Sesuai Arah Kiblat:” 1, no. 1 (2017): 13.
Muhyidin, dkk, 2002, Metode Pengembangan Dakwah, Bandung: Pustaka Setia
Muhammad, Jamaluddin. 1991. Lisaanul ‘Arab, Kairo: Daarul Hadits. hal. 383
Muriah, Siti, 2000, Metodologi Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: MITRA PUSTAKA.
Rustandi, Ridwan, dan Syarif Sahidin. “Analisis Historis Manajemen Dakwah Rosulullah
SAW dalam Piagam Madinah.” Jurnal Tamaddun : Jurnal Sejarah dan Kebudayaan
Islam 7, no. 2 (1 Desember 2019). https://doi.org/10.24235/tamaddun.v7i2.5503.
Suhardi dari judul asli, Sirah Nabawiyyah, Jakarta: Pustaka al-Kautsar
Ya’kub, Ali Mustafa, 1997, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, Jakarta: Pustaka Firdaus
https://almanhaj.or.id/1092-manhaj-dakwah-ahlus-sunnah-wal-jamaah.html
https://muhammadnazirul.wordpress.com/2013/12/11/manhaj-manhaj-dakwah-
rasulullah-di-madinah/

Anda mungkin juga menyukai