MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Disusun Oleh:
SEMARANG
2019
PENDAHULUAN
Berdasarkan fakta historis, Islam disebarluaskan secara evolutif melalui gerakan dakwah.
Hal ini dilakukan oleh baginda Rasulullah, para sahabat, tabi’in ,tabi’ tabi’in dan para mujahid
dakwah sesudahnya. Menurut Prof.Dr Syeikh Muhammad Said Ramadhan al-Buti periodesasi
dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw dapat dibagi menjadi empat. Pertama, Nabi
kita Muhammad Saw setelah diangkat menjadi rasul Allah secara definitif, beliau melakukan
gerakan dakwah Islam secara diam-diam atau rahasia. Pola dakwah yang sedemikian rupa
ditujukan kepada pihak keluarga sendiri, termasuk kepada sahabat-sahabatnya terdekat. Materi
dakwah yang disampaikan adalah tentang aqidah atau ketauhidan dan gerakan dakwah secara
Individual..Kedua, dakwah yang dilakukan oleh baginda Rasul Saw dengan terbuka dan secara
lisan. Pola dakwah dalam bentuk ini dilakukan sampai Nabi Muhammad Saw hijrah ke Madinah.
Ketiga, dakwah secara terbuka dengan memerangi orang-orang yang memusuhi beliau dan para
sahabatnya. Hal ini berlangsung sampai terwujudnya perjanjian Hudaibiah pada tahun ke enam
hijrah. Keempat, dakwah secara terbuka dengan memerangi setiap orang yang menghalang-
halangi dakwah Islam, sekaligus memerangi orang-orang musyrik dan kafir yang tidak mau
masuk Islam. Pola dakwah yang keempat ini berlangsung sampai Nabi Muhammad Saw wafat
pada tahun 11 H.
Menurut Ibn Kasir dalam bukunya al-Bidayah wa an-Nihayah dakwah yang dilakukannya
kepada Abu Bakar Siddik bentuknya adalah dakwah fardiah. Berdasrkan riwayat Aisyah ra
bahwa pada suatu ketika Abu Bakar bertemu dengan Nabi Muhammad Saw dia berkata; wahai
Abul Qasim (panggilan akrab Nabi Muhammad), saya mendapatkan informasi dari para kaummu
bahwa mereka menjelek-jelekkan kamu dan orang-orang tuamu. Nabi Muhamamd Saw berkata,
sesungguhnya saya adalah Rasul Allah dan mengajakmu untuk beriman kepada Allah. Setela itu
Abu Bakar masuk Islam dan setelah itu Nabi Muhammad Saw meningglkannya seraya merasa
sangat bergembira dengan Islamnya Abu Bakar sebagai teman dekatnya pada masa jahiliyah.
Dalam menyampaikan dakwahnya, Rasulullah Saw menggunakan metode yang
bervariasi. Kadang-kadang Rasulullah Saw menggunakan metode dakwah personal dan secara
diam-diam, karena kondisi waktu itu belum memungkinkan untuk melakukan dakwah dengan
cara terbuka. Metode dakwah bilhikmah walmau’izatul hasanah seperti yang dinyatakan dalam
Alqur’an surat an-Nahal ayat 125 beliau laksanakan dengan baik.
Esensi metode dakwah bilhikmah walmauzizatil hasanah adalah memilih cara yang
relevan dengan kondisi objektif sekaligus memberikan pengajaran yang dapat diterima oleh nalar
atau pemikiran rasional dari para audien. Di kala umat Islam jumlahnya masih sedikit kurang
lebih tiga puluh orang dan mereka termasuk orang yang miskin, tidak berpendidikan, maka Nabi
Muhammad Saw melakukan dakwah dengan melalui jalur pendidikan. Sebagai lokasinya adalah
rumah al-Arqam bin Abu Arqam yang berada di bukit Shafa dekat masjidil Haram.
Dalam mengajarkan Alqur’an, Nabi Muhammad Saw terlebih dahulu mengajarkan
beberapa ayat lalu dijelaskan maksudnya. Setelah para sahabat memahami dan mengamalkan
isinya barulah beliau menambah pelajaran dengan ayat-ayat lainnya. Abdullah bin Mas’ud
sendiri menuturkan bahwa apabila para sahabat telah mempelajari sepuluh ayat Alquran, mereka
tidak akan pindah ke ayat-ayat lain sebelum mengetahui benar maksud ayat tersebut serta
mengamalkan isi kandungannya.
Kadang-kadang Nabi Muhammad Saw dalam berdakwah menggunakan metode diskusi
atau mujadalah seperti yang diinformasikan oleh Allah dalam surat an-Nahal ayat 125. Berkaitan
dengan hal ini, Nabi Muhammad Saw setelah tinggal di Madinah semenjak tahun 5 Hijriah
banyak menghadapi tamu-tamu secara berombongan baik yang muslim maupun non muslim.
Bagi yang muslim ingin memperdalam ajaran Islam dengan jalan diskusi dan bagi yang non
muslim ingin mengetahui tentang ajaran Islam. Menurut ahli sejarah Ibn Sa’ad jumlah
rombongan tamu yang pernah datang kepada Nabi Muhammad Saw tidak kurang dari tujuh
puluh satu rombongan diawali dengan robongan tamu dari kabilah Muzainah pada bulan Rajab
tahun 5 Hijriah.
Dalam makalah ini akan dipaparkan gambaran secara global tentang kondisi objektif
umat Islam dalam aspek Aqidah, akhlak, Ibadah dan muamalah dunyawiyah dan bagaimana
strategi dakwah yang harus dilakukan. Penerapan dakwah di lapangan dengan kondisi objektif
yang berbeda-beda harus tetap menjadi pertimbangan bagi semua juru dakwah agar dapat
mencapai hasil yang maksimal. Metode dakwah yang telah dilakukan oleh baginda Rasulullah
Saw tentunya dapat dipilih mana yang relevan dengan kondisi objektif yang ada. Mudah-
mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dakwah?
2. Bagaimana Metode dakwah yang ada dalam Muhammadiyah?
3. Bagaimana konsep dakwah dewasa ini?
4. Bagaimana tajdid dakwah dalam abad ke-20?
5. Apa saja tantangan dan peluang dakwahnya?
6. Apa orientasinya?
7. Bagaimana Meode dan Strategi yang digunakan?
PEMBAHASAN
c. Ibadah
Menurut Islam, umat manusia harus senantiasa melakukan hubungan vertikal dengan
Allah sebagai Prima Causa (hablum minallah) , dan juga harus menjalin hubungan sesamanya
dengan baik (hablum minannas). Kedua-duanya merupakan sesuatu yang penting dan strategis
dalam mewujudkan harmonisasi kehidupan di dunia dan akhirat. Ibadah menurut Islam dibagi
dua yaitu ibadah mahdah (ibadah yang ada tuntunannya secara rinci dijelakan oleh as-sunnah
seperti salat, puasa, zakat, dan haji) dan ghairu mahdah (ibadah yang tuntunannya tidak
dijelaskan secara detail oleh as-sunnah atau segala aktivitas dengan disertai dengan niat karena
Allah). Tampaknya, pelaksaan ibadah mahdah di kalangan umat Islam masih banyak perlu
pembenahan yang sesuai dengan sunnah Rasul, akan tetapi suatu hal yang tidak kalah pentingnya
adalah bagaimana umat Islam secara keseluruhan dapat melaksanakan ibadah mahdah tersebut.
Diyakini pelaksanaan ibadah puasa ramadan dalam setiap tahunnya mayoritas umat Islam
mengerjakannya. Faktor pendorongnya paling tidak ada dua yaitu; ibadah tahunan dan
penghapusan dosa-dosa yang telah lalu. Dalam pelaksanaan ibadah salat, tampaknya masih
banyak umat Islam tidak melaksanakannya. Hal ini dapat diamati sewaktu dalam musafir dengan
bus jarak jauh yang pada waktu salat subuh di antara 40 penompang yang melaksanakan salat
subuh hanya sekitar sepuluh orang. Pelaksanaan zakat, tampaknya juga masih banyak umat Islam
yang sudah mampu tetapi tidak mengeluarkan zakatnya dengan sempurna kalaupun saat ini
sudah ada undang-undang tentang zakat dan sudah cukup banyak lembaga pengumpul zakat.2
2
Yusuf Qardawi, “Berinteraksi dan Al-Qur’an”,(Jakarta, Gema insani, 2001), hal. 44-48.
agama mutlak diberikan dan tentunya harus dengan metode yang aktual sehingga dapat difahami
dan diaplikasikan oleh semua peserta didik dalam semua tingkatan pendidikan.
Sebagaimana ditegaskan dalam Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah
(MKCH), Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Sebagai
gerakan dakwah, maka yang utama bagi Muhammadiyah adalah bagaimana pesan-pesan dakwah
dapat sampai dan diterima oleh masyarakat. Cerita mengenai almarhum Pak AR menemui
Mendagri Amir Mahmud di awal Orde Baru, menunjukkan bahwa bagi Muhammadiyah,
menyampaikan pesan dakwah adalah hal utama.
Di awal Order Baru dulu ada kebijakan dari Mendagri Amir Mahmud yang melarang
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari Muhammadiyah menjadi pengurus Muhammadiyah. Pak AR
melakukan silaturrahim ke Mendagri Amir Mahmud untuk menegoisasikan kemungkinan
pemberian kelonggaran. Paling tidak, dalam wilayah tertentu yang kehadiran PNS untuk
mengurus Muhammadiyah, amat diperlukan. Mendagri ternyata tetap pada pendiriannya;
melarang PNS menjadi pimpinan Muhammadiyah. Pak AR kemudian meminta Mendagri untuk
mengijinkan PNS dari warga Muhammadiyah membuat pengajian di kantor. Mendagri
mengijinkan permintaan Pak AR tersebut. Sejak itu, tumbuh subur pengajian di kantor-kantor
hingga sekarang.
Sepenggal kisah tersebut menunjukkan bahwa komitmen Muhammadiyah terhadap
aktitivitas dakwah cukup tinggi. Bagi Muhammadiyah, yang penting adalah bagaimana pesan
dakwah itu bisa sampai kepada ummat Islam. Betapapun ada kesulitan dan kekurangan di sana
sini.
3
Abdul Pirol, “Komunikasi dan Dakwah Islam”, (Yogyakarta; Deepublish Publisher, 2005), hal. 105.
cenderung pragmatis, materialistik, hedonis dan individualistik. Priblema lain terkait dengan
penetrasi budaya asing, multikulturalisme dan globalisasi informasi.
Kehidupan umat Islam yang semula lebih berorientasi pada idealisme bergeser menjadi
cenderung berorientasi pada nilai guna dan manfaat individual semata. Idealitas sering
terabaikan, digantikan dengan kecenderungan pragmatisme kehidupan yang berorientasi pada
pemuasan dan perolehan serta kesenangan terhadap hal-hal yang bersifat materi. Muncul pula
kecenderungan pemikiran dan gerakan yang semakin radikal baik yang berasal dari dalam negeri
maupun yang berasal dari luar negeri. Yang berasal dari dalam negeri misalnya NII (palsu) yang
gentayangan di sekolah dan kampus untuk melakukan rekrutmen anggota. Para anggota itu
didoktrin mengenai pentingnya menebus dosa bila ingin masuk sorga dengan memebrikan uang
sebanyak-banyaknya kepada organisasi NII, betapapun dengan cara menipu atau mencuri baik
harta orang tua maupun milik orang lain.
Pemikiran dan gerakan radikal yang berasal dari luar negeri dan berkembang di Indonesia
sekurang-kurangnya ada 7 kelompok. Mereka itu adalah; Pertama, gerakan salafi yang
mengusung faham neo-wahabi yang mendapatkan dukungan dari Saudi Arabia untuk
dikembangkan kepada umat Islam di berbagai negara, termasuk Indonesia. Kedua, gerakan
jihadi. Gerakan ini dimotori terutama oleh mantan pejuang Afghanistan ketika melawan Uni
Sovyet. Ketiga, al-Ikhwan al-Muslimun. Gerakan yang didirikan oleh Hasan Al-Banna di Mesir
ini meski berusaha mewujudkan sistem khilafah, tapi mentoleransi kehadiran nation-state
asalkan bentuknya negara Islam. Dalam bentuk partai, kelompok ini terwadahi dalam Partai
Keadilan Sejahtera (PKS). Keempat, Hizbut Tahrir. Gerakan yang didirikan oleh Taqiyuddin an-
Nabhani ini ingin membangkitkan kembali sistem khilafah dan berusaha menerapkan seluruh
sistem Islam secara kâffah tanpa ada kompromi dengan sistem-sistem di luar Islam. Karena itu,
gerakan ini menolak kerhadiran nation-state. Kelima, Syi’ah. Gerakan yang kurang memulyakan
Abu Bakar, Umar, Ustman, Abu Hurairah ini mempunyai basis di Iran, Irak, Bahrain dan
Libanon. Di Indonesia, penyebaran Syi’ah dilakukan oleh dua jalur negara dan swasta. Jalur
resmi negara dilakukan di antaranya dengan mendidirikan Iran Corner di kampus-kampus. Jalur
swasta dilakukan melalui organisasi swasta yang terhimpun dalam wadah Ikatan Jamaah Ahlul
Bait Indonesia (IJABI). Keenam, Jama’ah Tabligh. Gerakan yang para elitnya memusuhi tokoh-
tokoh da’wah seumpama Muhammad ibn Abd Wahhab di Najd, Abu A’la al-Maududi di
Pakistan dan Sayyid Quthb (tokoh al-Ikhwan al-Muslimun) di Mesir ini, didirikan di India oleh
Maulana Ilyas Khan Dhalvi. Ketujuh, Ahmadiyah. Gerakan yang didirikan Ahmad Mirza
Ghulam Ahmad di India ini, berpusat di Inggris dan dapat sokongan penuh dari Inggris dan
Amerika.
Tantangan lain adalah semakin berperan para juru da’wah kontemporer dan cenderung
menggeser peran da’wah NU, Muhammadiyah, Persis dan ormas lain serta semakin berperannya
media elektronik dan teknologi informasi lainnya dalam membentuk pola pikir dan prilaku
masyarakat. Kedahsyatan pengaruh media elektronik dan teknologi informasi lain seumpama
facebook, bolgger dan lainnya, dapat dilihat dari keberhasilan facebookers melawan apa yang
disebut ’kriminalisasi’ KPK. Bukti lain dari kedahsyatan tersebut akibat pemberitaan media
asing seumpama majalah The Economist (London), koran The Asian wall Street Journal, The
New York Time dan Asia Times tentang skandal-skandal di Indonesia sepanjang Nopember
2009, relatif efektif dalam menghasilkan delegitimasi terhadap Presiden SBY (Azyumardi Azra,
Republika, 3 Desember 2009).
Dalam kehidupan aqidah umat juga ditemukan semakin hidup suburnya takhayyul dan
khurafat. Fenomena dukun cilik ”mbah” Ponari yang dikunjungi oleh puluhan ribu manusia
untuk dimintai berkah, menunjukkan masih (atau malah bertambah) kuatnya takhayyul dan
khurafat itu. Iklan reg mama Loren, Jiko Bodo dan lain-lain yang secara bebas di media
elektronik juga memberikan petunjuk masih kuatnya takhayyul dan khurafat tersebut.
Pola kehidupan ibadah umat Islam juga masih belum sepenuhnya sejalan dengan
tuntunan Nabi saw. Penyalahgunakan aktivitas doa umpamanya baik untuk kepentingan poliitis
maupun bisnis dengan mudah dapat dijumpai. Aktivitas politik yang melakukan doa bersama
dari penganut berbagai agama merupakan hal yang biasa dijumpai di negeri ini. Doa secara
bergiliran dipimpin oleh berbagai tokoh agama. Tidak disadari, bahwa ketika mengaminkan doa,
yang bersangkutan sesungguhnya sedang meminta sesuatu kepada tuhan orang yang meminmin
doa tersebut. Kalau yang diaminkan doa non muslim, maka yang mengaminkan itu
sesungguhnya tengah meminta kepada tuhan dia.
Dalam berbagai aktivitas training spiritual, juga dijumpai penyalahgunaan tersebut. Salah
satu contoh ada suatu lembaga yang bergerak secara khusus menangani training spiritual,
melakukan aktivitas sebagai layaknya ibadah haji lengkap dengan berbagai tahapan haji. Di
tempat itu ada ka’bah, jamarat dan sebagainya.
6. Orientasi Dakwah Ke Depan
Ke depan, aktivitas dakwah diorientasikan kepada; pertama, kemandirian umat. Umat
dibebaskan dari ketergantungan kepada selain Allah. Umat dibebaskan dari berbagai
kepercayaan selain Allah seumpama percaya kepada dukun, tukan ramal, berhala politik dan
tuhan-tuhan palsu lain yang secara potensial dapat menyesatkan dan memperdayai umat.
Orientasi kemadirian yang merupakan misi profetik para Rasul, bermodal utama tauhidullah
(pengesaan Allah). Misi kenabiah Nabi Ibrahim As. dan Nabi Muhammad Saw., umpamanya,
adalah merupakan upaya membebaskan masyarakatnya dari ketergantungan hidup kepada selain
Allah. Dengan tauhidullah pula, masyarakat diserukan untuk tidak percaya kepada para dukun,
tukang ramal, berhala politik, dan tuhan-tuhan palsu lainnya yang menyesatkan dan
memperdayai. Jadi, tauhidullah harus ditindaklanjuti dengan tauhid al-ibadah (unifikasi ibadah)
dan tauhid al-ummah (penyatuan umat) menuju pembentukan khaira ummah (umat terbaik) yang
selalu tampil membela dan melayani kepentingan umat manusia. Kedua, aktivitas dakwah
diorientasikan kepada terwujudnya visi Muhammadiyah; terwujudnya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya. Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya adalah suatu komunitas atau
masyarakat yang hidup teratur, mempunyai tujuan dan aturan main berkelompok untuk
mewujudkan suatu tujuan dan memiliki berbagai keutamaan dan keunggulan.
Karakteristik keutamaan dan keunggulannya itu terdapat pada sifat-sifat dan aktivitas
yang dimiliki. Yakni, umat yang melakukan aktivitas mengajak kepada kebaikan dengan cara
melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar. Selama umat Islam melakukan aktivitas tersebut,
predikat sebagai umat terbaik dan unggulan masih akan melekat padanya. Karena itu, umat Islam
harus selalu melakukan dan mengembangkan aktivitas tersebut.
Secara garis besar, masyarakat Islam yang dicita-citakan oleh Muhammadiyah
mempunyai beberapa karekteristik sebagai berikut:
1. saling mengingatkan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan keseharian umat.
2. peduli dan saling memberdayakan (jasad dan bunyân).
3. mempunyai sikap welas asih, tidak keras kepala, pemaaf, mempunyai dan mengembangkan
tradisi syura dalam menyelesaikan berbagai masalah dan melibatkan Allah dalam segala aktivitas
dengan keyakinan Allah akan memberikan yang terbaik dan termaslahat QS. 3:159 dan 191).
4. berjiwa ‘izzah (pede) terhadap siapaun, termasuk yang tidak seaqidah dan mengaitkan segala
aktivitasnya dalam kerangka perwujudan mencari ridha dan ekepresi cinta kepada Allah dan
rasul-Nya (QS. 5: 54).
5. berpaham keagamaan moderat dan dapat memberikan teladan; tidak ke kiri dan tidak pula ke
kanan; tidak kaku dan tidak pula permisif dalam menjalankan syariah (QS. 2: 143 dan QS.1: 6-
7). Semangat keberagmaannya adalah kepasrahan dan siap diatur oleh Islam (2: 128).
6. dalam memahami agama juga mencerminkan pandangan tengah; ada integrasi antara
tekstualitas, kontekstualitas dan historisitas, dan
7. pandangannya terhadap kehidupan dunia mencerminkan sikap tengahan. Kehidupn dunia
sebagaimana dalam QS. 27: 77, dipahami bersifat integratif; Kebahagiaan hidup di akhirat hanya
dapat diwujudkan dengan fasilitas yang ditawarkan oleh kehidupan di dunia. Dunia tempat
menanam dan akhirat tempat segala yang ditanam di dunia dipanen. Tidak ada sikap tenggelam
dalam kenikmatan materi dengan mengabaikan kehidupan spiritual. Sebaliknya, tidak ada sikap
hanya tenggelam dalam kehidupan spiritual dengan mengabaikan kehidupan dunia.