Anda di halaman 1dari 14

DAKWAH DALAM PRESPEKTIF SIRAH NABI SAW

Sri Wahyuni

UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten

sriiwahyuni5665@gmail.com

Abstract

Dakwah merupakan seruan atau ajakan kepada kebaikan, atau usaha mengubah situasi
kepada situasi yang lebih baik dan sempurna baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Dalam
ajaran agama Islam, dakwah merupakan suatu kewajiban yang dibebankan oleh agama kepada
pemeluknya untuk saling dan mengajak sesamanya dalam rangka menegakan kebenaran dan
kesabaran. Untuk bisa mencapai target yang diharapkan dalam berdakwah tentunya setiap individu
umat Islam harus mengetahui dan paham betul metode-metode dan sumber dalam berdakwah.
Menurut Hamka mengandung ajaran kepada Rasulullah SAW, tentang cara melancarkan dakwah
atau seruan terhadap manusia agar mereka berjalan diatas jalan Allah dengan memakai tiga macam
cara atau metode, pertama yaitu dengan cara bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang dan
hati yang bersih untuk menarik perhatian orang kepada agama atau kepercayaan terhadap Tuhan.
Kedua mau’izhah hasanah yaitu pengajaran yang baik atau pesan-pesan yang baik dan yang ketiga
yaitu jadilhum billati hiya ahsan (bantahlah mereka cara yang baik.

Kata kunci : Dakwah, Srategi Dakwah, Nabi SAW

Pendahuluan
Berbicara Islam memang tidak akan lepas dari perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW,
karena Islam lahir melalui peran dakwah Nabi Muhammad SAW dalam membawa risalah Islam
kepada masyarakat Arab.1 Bahkan peran Nabi SAW dalam berdakwah tidak hanya membahas hal-
hal yang hanya berkaitan dengan hubungan manusia dengan ketuhanan yang dibawa Islam
melainkan dakwah Nabi Muhammad SAW juga membahas kompleksitas seluruh kehidupan. Baik

1
Sayid Muhammad Nuh, Dakwah Fardhiyah {Solo: Era Adicipta Intermedia, 2011) hlm.4
1
dari segi cara melakukan hidup yang baik hingga sampai bagaimana berdagang dan melakukan
diplomasi yang baik beberapa hal tersebutlah yang diajarkan Nabi Muhammad SAW dalam
melakukan strategi dakwah. Pembelajaran Rasulullah yang paling menonjol ialah berprilaku baik
dan berakhlak mulia apabila memerintahkan dalam hal ibadah beliau telah melakukannya terlebih
dahulu. Maka tidak heran banyak orang yang meneladani akhlak beliau serta mengamalkannya. Al-
Sirah al Nabawiyah merupakan catatan sejarah dari Nabi Muhammad SAW yang bukan hanya
menceritakan sejak lahirnya hingga wafatnya beliau akan tetapi keadaan sebelum lahir. Dalam misi
berdakwah Rasulullah menggunkan diplomasi atau politik dengan berbagai cara yaitu dengan
sembunyi-sembunyi, terang-terangan, politik pemerintah, peperangan, pendidikan dan pengajaran
agama, itulah yang dilakukan Rasulullah dalam mengemban misi dakwahnya. 2
Dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah Kenabian untuk
pembinaan masyarakat terbagai menjadi dua periode yaitu periode Mekah dan periode Madinah.
Setiap periode dakwah Nabi Muhammad tersebut mempunyai karakteristik tersendiri sesuai dengan
kondisi sosial masyarakat yang berbeda. Pada periode Mekah (610-622) Nabi Muhammad
melaksanakan kakwah melalui pendekatan keluarga secara diam-diam dalam upaya memberi
pelajaran dan petunjuk, kemudian secara bertahap pelaksanaannya dikembangkan secara terbuka.
Hal ini dilakukan kerena melihat kondisi sosial masyarakat Mekah, yang mana kondisi masyarakat
mekah bercorak homogen, ini dapat dilihat masyarakat yang mendiami mekah adalah bangsa Arab
yaitu Arab Adnaniyat yaitu, salah satu keturunan Ismail yang bernama Adnan (Pulungan, 1996:
27). Sementara yang menguasai Makkah adalah suku Quraiys dan Nabi Muhammad SAW
merupakan anggota dari suku Qurays itu sendiri. Maka yang digunakan dalam dakwahnya adalah
menggunakan pendekatan kekeluargaan. Dalam 10 tahun beliau berdakwah di kalangan penduduk
Mekah dengan hasil yang jauh dari apa yang diharapkan. Karena situasi yang dialami Nabi
Muhammad SAW dan umat Islam begitu berat. Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin
lainnya saat itu mendapati kenyataan bahwa mereka menanggung berbagai tekanan, penyiksaan,
pemboikotan, bahkan ancaman Pembunuhan dari orang kafir Quraisy.3
Sementara pada periode Madinah Nabi Muhammad menghadapi masyarakat yang berbeda
dengan masyarakat Mekah. Masyarakat Madinah adalah masyarakat yang, hal ini dapat dibuktikan
2
Adi Abdullah Muslim, Metode Dakwah Dalam Pengajaran Nabi Prespektif Hadis, Vol. 1, No.1, 2019, Hlm.92
3
Ahmad Anas dan Hendri Hermawan Adinugraha, Dakwah Nabi Muhammad Terhadap Masyarakat Madinah Perspektif
Komunikasi Antarbudaya, Ilmu Dakwah: Academic Journal For Homiletic Studies, Vol.11, No.1, 2017,hlm.53
2
dengan terdapatnya beberapa suku dan menganut juga beberapa agama. Menjelang hijrah Nabi
penduduknya terdiri dari bangsa Arab dan bangsa Yahudi yang terbagi ke dalam beberapa suku.
Sementara suku bangsa Arab yang terkemuka adalah suku Aus dan suku Khazraj yang bermigrasi
dari Arabia selatan. Bangsa Yahudi terdiri dari tiga suku utama Bani Quraizah, Bani Nadhir, dan
Bani Qainuqa’ . Dalam segi agama, masyarakat Madinah menganut beberapa agama yaitu agama
Paganisme (menyembah berhala) agama Yahudi dan agama kristen tetapi minoritas. Sebelum
kedatangan Nabi, masyarakat Madinah selalu diliputi konflik antar sesama suku, dan masyarakat
Madinah telah lama mengalami perang saudara. Ketika Nabi datang ke Madinah, strategi yang
digunakan dalam dakwah agar tidak terjadi konflik dan permusuhan dalam masyarakat Madinah
adalah, pembangunan masjid yang berfungsi selain tempat shalat juga sebagai sarana penting untuk
mempersatukan kaum muslimin Dan mempertalikan jiwa mereka dan juga sebagai tempat
bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Langkah lain yang dilakukan Nabi
adalah menciptakan pondasi kemasyarakatan dengan mengikat tali persaudaran antara kaum
muslim yang berhijrah mengikutinya (Muhajirun) dan penduduk setempat yang menerima klaim
kenabiannya (Anshar). Untuk mempersatukan masyarakat Madinah yang majemuk, maka Nabi
membuat Piagam Madinah, yang berupa kontrak sosial yang dibuat bersama oleh masyarakat
Madinah. Dengan strategi yang digunakan tersebut akhirnya dalam kurun sepuluh tahun Nabi
Muhammad mampu membangun sebuah masyarakat yang selama ini diliputi konflik bertahun-
tahun menjadi sebuah masyarakat yang mempunyai peradaban tinggi, yaitu Islam sebagai agama
yang rahmatal lil alamain. Perjalanan Nabi dalam melakukan dakwahnya, khususnya di Madinah
tidak lepas dari proses komunikasi dengan masyarakat setempat. 4 Dan Pada dasarnya proses
dakwah tidak berubahnya sama dengan proses komunikasi dimana unsur yang terlibat di dalamnya
pun sama, kecuali satu hal yaitu esensi pesannya yang berbeda. Kalau pesan dalam proses
komunikasi bersifat umum, maka pesan dakwah adalah Al-Qur’ an dan Hadits, dengan muatan
utamanya amar ma’ ruf nahi munkar, Oleh karenanya proses dakwah mempunyai konsekuensi atau
tanggungjawab moral yang harus dipikul oleh pelaksan dengan demikian dakwah dan komunikasi
memiliki hubungan yang sangat dekat, sebab keberhasilan dakwah seorang da’i sedikit banyak
dipengaruhi oleh kemampuannya dalam mengkomunikasikan ajaran-ajaran Islam kepada
4
Ahmad Anas dan Hendri Hermawan Adinugraha, Dakwah Nabi Muhammad Terhadap Masyarakat Madinah Perspektif
Komunikasi Antarbudaya, Ilmu Dakwah: Academic Journal For Homiletic Studies, Vol.11, No.1, 2017,hlm.54

3
masyarakat. Masyarakat Madinah dikenal sebagai masyarakat yang majemuk baik Agama, suku,
budaya, dan ekonomi. Maka dari itu inilah alasan mengapa kota yastrib dipilih sebagai tempat dan
pusat syiar Islam dengan alasan adanya tawaran dan permintaan orang Yastrib yang telah masuk
Islam. Nabi Muhammad SAW pun kemudian memindahkan pusat syiar Islamnya ke tempat ini
Madinah (Yastrib), negeri yang dipilih oleh Allah SWT sebagai tempat hijrah Rasulullah SAW dan
sebagai pusat dakwah Islam menuju dunia luas juga kita dapat menggambarkan awal kelahiran
masyarakat Islam yang berdiri sesudah munculnya Islam maka kita harus mengetahui
kedudukannya secara sosial ekonomi dan hubungan antar suku-suku yang berdiam di sana.
Termasuk kebijaksanaan Allah SWT dalam memilih Madinah sebagai dar al-hijrah (tempat hijrah)
dan markaz ad-da’wah. Selain kehendak Allah SWT untuk memuliakan penduduknya dan rahasia-
rahasia yang tidak diketahui oleh siapapun selain Allah SWT, juga karena keistimewaan Madinah.

Pengertian Dakwah Menurut Bahasa dan Istilah

Pengertian dakwah secara Bahasa yaitu dakwah dalam bahasa Arab berasal dari kata (da’a
yad’u, Da’watan), berarti menyeru, memanggil, mengajak, menjamu atau kata da’a, yad’u, duaan,
da’wahu, berarti menyeru. Penjelasan dakwah dalam al-Quran itu sangat penting dan harus di
lakukan oleh umat Islam, baik secara individu ataupun secara kelompok, dengan terencana dan
propesional sesuai dengan tujuan dakwah itu sendiri. Berdasarkan penelusuran terhadap ayat-ayat
di atas ternyata tidak semua kata Da'wah yang berarti ajakan dan seruan, bahkan ada yang berarti
do’a dan permohonan. Namun ada juga yang mengatakan dakwah dapat di artikan menerangkan
atau menjelaskan.5 Sedangkan pengertian dakwah secara istilah itu sangat beragam tergantung
sudut pandang dan pemahaman para pakar dalam memberi pengertian dakwah itu. Menurut Syekh
Ali Mahfudz didalam kitabnya Hidayatul Mursyidin pengertian dakwah sebagaimana dikutif oleh
Salmadanis dalam bukunya filsafat dakwah dan A.Rasyad Shaleh dalam bukunya Manajamen
Dakwah Islam yaitu mendorong manusia agar berbuat kebajikan dan petunjuk menyeruh berbuat
yang ma;ruf dan melarang yang mungkar agar mereka dapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.

5
Novi Hardian, Dakwah Dalam Prespektif Al-Qur’an Dan Hadits, Al Hikmah Jurnal Dakwah dan Ilmu Komunikasi, hlm 42
4
Dakwah Islam tidak dapat memutuskan hubungan dengan Nabi Muhammad SAW sebagai rujukan
untuk melakukan dakwah karena merupakan contoh terbaik dalam kehidupan masyarakat.6

Berbicara dakwah dalam prespektif sirah Nabi SAW tentu tidak lepas dari dakwah pada zaman
Rasulullah SAW. Dakwah pada masa Nabi Muhammad SAW adalah sebuah penomena yang cukup
spektakuler, dalam pengertian bahwa Nabi Muhammad SAW telah mampu menjadi prioner dunia
tidak hanya dalam lingkup orang-orang Arab kala itu akan tetapi bagi seluruh alam semesta yang
dalam catatan sejarah hasilnya diperoleh dalam kurun waktu yang singkat. Untuk itu sebelum
mengetahu strategi dakwah Rasulullah SAW harus mengetahui terlebih dahulu biografi Nabi
Muhammad SAW.

Biografi Singkat Nabi Muhammad SAW. Sebelum dan Sesudah Masa Kerasulan

Nabi Muhammad saw. adalah keturunan Bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa
dalam suku Quraisy. Nabi Muhammad lahir dari keluarga terhormat yang relatif miskin.
Ayahnya bernama Abdullah anak Abdul Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar
pengaruhnya. Ibunya adalah St. Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah. Muhammd lahir dalam
keadaan yatim karena ayahnya (Abdullah bin Abdul Muthalib), meninggal dunia 3 bulan
setelah dia menikahi Aminah. Muhammad kecil kemudian diserahkan kepada ibu pengasuh,
Halimah Sa`diyyah. Dalam asuhannyalah Muhammad kecil dibesarkan sampai usia 4 tahun.
Setelah itu, kurang lebih 2 tahun dia berada dalam asuhan ibu kandungnya. Ketika berusia 6
tahun, dia menjadi yatim piatu. Seakan-akan Allah ingin melaksanakan sendiri pendidikan terhadap
Muhammad, orang yang dipersiapkan untuk membawa risalah-Nya yang terakhir. Setelah Aminah
meninggal, Abdul Muthalib mengambil alih tanggung jawab merawat Muhammad. Namun, 2 tahun
kemudian Abdul Muthalib meninnggal dunia karena sudah berumur. 7 Tanggung jawab selanjutnya
beralih kepada pamannya, Abu Thalib. Seperti juga Abdul Muthalib, dia sangat disegani dan
dihormati orang Quraisy dan penduduk Mekah secara keseluruhan, tetapi dia miskin.” Dalam usia
muda, Muhammad hidup sebagai penggembala kambing keluarganya dan penduduk Mekah.
Melalui kegiatan pengembalaan ini dia menemukan tempat untuk berpikir dan merenung. Dalam
6
Michael H, Hart, Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah, Penerjemah: Mahbub Djunaidi, Jakarta:
Pustaka Jaya, 1986, hlm.28
7
St Nasriah, Dakwah Pada Masa Nabi Muhammad SAW, Jurnal Tabligh Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Alauddin
Makasar 2016, hlm. 16
5
suasana demikian, dia ingin melihat sesuatu dibalik semuanya. Pemikiran dan perenungan ini
membuatnya jauh dari segala pemikiran nafsu duniawi, sehingga ia terhindar dari berbagai macam
noda yang dapat merusak namanya, karena itu sejak muda beliau sudah dijuluki “al-ami>n”, orang
yang terpercaya. Nabi Muhammad ikut untuk pertama kali dalam kafilah dagang ke negeri Syria
(syam) dalam usia baru 12 tahun.

Kafilah itu dipimpin oleh Abu Thalib. Dalam perjalanan ini, di Bushra, sebelah selatan Syria,
ia bertemu dengan pendeta Kristen yang bernama Buhairah. Dengan demikian Muhammad muda
telah diajarkan untuk bekerja keras dan hidup mandiri oleh pamannya, usaha dan kerja kerasnya
tidak sia-sia yang pada akhirnya dapat mengantarkannya menjadi manusia teladan dan pilihan dari
Allah SWT. Sudah menjadi kebiasaan orang Arab kala itu, apabila ingin berfikir jernih dan serius,
maka ia harus meninggalkan keramaian (bertahannus), begitu pula yang dilakukan oleh
Muhammad saw. Beliau menyendiri di gua Hira, ketika usia beliau telah mencapai 40 thn, jiwanya
sudah penuh iman, Allah telah mendidiknya melalui berbagai mimpi, sehingga sekitar tahun 610
M, tatkala ia sedang tidur dalam gua, Jibril datang membawa wahyu yang pertama yaitu surah al‟-
Alaq. (QS. al-„Alaq [96]: 1-5) .

Turunnya surat Al-Alaq sebagai titik awal bahwa pengangkatan beliau sebagai seorang rasul
telah mulai, sehingga konsekuensi yang harus dijalankan untuk mendakwahkan Islam kepada umat
manusia khususnya masyarakat Arab kala itu sudah harus siap ia laksanakan. Dengan turunnya
wahyu pertama ini, beliau belum diperintahkan untuk berdakwah kepada manusia

Pembahasan Mengenai Dakwah Di Dalam Tematik Al-Qur’an

Al-Quran adalah sumber utama ajaran Islam dan pedoman hidup bagi setiap muslim. Al-Qur’an
bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur
hubungan manusia dengan sesamanya, serta manusia dengan alam sekitarnya. 8 Untuk memahami
ajaran Islam secara sempurna diperlukan pemahaman terhadap kandungan Al-Qur’an dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Al-Qur’an merupakan kitab dakwah yang
mencakup sekian banyak permasalahan atau unsur dakwah. Materi dakwah yang dikemukakan

8
A.M Ismatulloh, Metode Dakwah Dalam Al-Qur’an, Lentera Vol. IXX, No. 2, 2015, Hlm. 157
6
pada Al-Qur’an berkisar pada tiga pokok yaitu: Akhlak, Aqidah dan Hukum berikut merupakan
dalil tentang dakwah ataupun dakwah dalam prespektif sirah Nabi SAW

Qs.Ali Imran: 104


ۤ
ُ ‫ف َو َي ْن َه ْو َن َع ِن الْ ُم ْن َك ِر ۗ َواُو ٰلىِٕ َك ُه ُم الْ ُم ْفل‬
١٠٤ – ‫ِح ْو َن‬ ِ ‫ْر َو َي ْأ ُم ُر ْو َن ِبالْ َم ْع ُر ْو‬
ِ ‫ْع ْو َن اِلَى الْ َخي‬
ُ ‫َولْ َت ُك ْن ِّم ْن ُك ْم اُ َّم ٌة يَّد‬
Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
(berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung.9
Qs At-Taubah:33

٣٣ – ‫ْن ُكلِّ ٖ ۙه َولَ ْو َك ِر َه الْ ُم ْش ِر ُك ْو َن‬ ِّ ‫ُظ ِه َر ٗه َعلَى‬


ِ ‫الدي‬ ِ ‫ي اَ ْر َس َل َر ُس ْولَ ٗه ِبالْ ُه دٰ ى َو ِدي‬
ْ ‫ْن الْ َح ِّق لِي‬ ٓ ْ ‫ُه َو الَّ ِذ‬
Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk
diunggulkan atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.10
QS. Fussilat: 33
َ ‫ِن الْ ُم ْسلِ ِمي‬
٣٣ – ‫ْن‬ َ ‫ِحا َّو َق‬
ْ ‫ال اِنَّن‬
َ ‫ِي م‬ ً ‫صال‬ َ ‫َعٓا اِلَى اللّٰ ِه َو َعم‬
َ ‫ِل‬ َ ‫َو َم ْن اَ ْح َس ُن َق ْواًل ِّم َّم ْن د‬
Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan
mengerjakan kebajikan dan berkata, “Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah
diri)?”11
QS. Yunus:25
٢٥ – ‫اط ُّم ْس َت ِقي ٍْم‬ ِ ‫َّشا ۤ ُء اٰلِى‬
ٍ ‫ص َر‬ ‫َار َّٰل‬
ْ ‫الس ِۚم َو َي ْهد‬
َ ‫ِي َم ْن ي‬ ِ ‫ْع ْ ٓو اِٰل ى د‬
ُ ‫َواللّٰ ُه َيد‬
Dan Allah menyeru (manusia) ke Darus-salam (surga), dan memberikan petunjuk kepada orang
yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (Islam).12

Qs. As-Saffat: 37
َ ‫َّق الْ ُم ْر َسل‬
‫ِين‬ َ ‫صد‬َ ‫َب ْل َجا َء ِبالْ َح ِّق َو‬
Sebenarnya dia (Muhammad) telah datang membawa kebenaran dan membenarkan rasul-rasul
(sebelumnya).

9
https://quran.kemenag.go.id/sura/3
10
https://quran.kemenag.go.id/sura/9
11
https://quran.kemenag.go.id/sura/41
12
https://quran.kemenag.go.id/sura/10
7
Tafsir dari ayat tersebut : Sebenarnya, rasul mereka (Muhammad) telah datang membawa ajaran
tauhid yang juga diserukan oleh semua rasul. Dan dengan ajaran itu ia telah membenarkan dakwah
para rasul.13
Qs Ad-Dukhan

—‫ي— ِ—ع— َب— ا— َد— ا—هَّللِ— ۖ إِ— ِّن— ي— لَ— ُك— ْم— َ—ر— ُ—س— و— ٌ—ل— أَ— ِم— ي— ٌن‬
—َّ —َ‫أَ— ْ—ن— أَ— د—ُّ— و—ا— إِ— ل‬
(dengan berkata): "Serahkanlah kepadaku hamba-hamba Allah (Bani Israil yang kamu perbudak).
Sesungguhnya aku adalah utusan (Allah) yang dipercaya kepadamu,

Tafsiran dari ayat tersebut: Rasul yang mulia itu berkata kepada mereka, “Terimalah dakwahku
sebagai bentuk pelaksanaan perintah yang diwajibkan kepada kalian, wahai hamba-hamba Allah.
Sebab, aku memang seorang rasul yang diutus khusus untuk kalian. Dan aku benar-benar jujur
dalam membawa misi dakwah ini.14
Strategi Dakwah Rasulullah SAW. dalam Perspektif Sirah Nabawiyah

Strategi dakwah Nabi Muhammad SAW. selama kurang lebih 23 tahun, yaitu periode
Mekah dan Madinah telah berhasil membangun pondasi tauhid dan membangun peradaban tinggi.
Strategi dakwah tersebut antara lain sebagai berikut:
(1) Dakwah dengan dua tahapan, yaitu dengan cara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan.
Keberhasilan pada periode ini telah dibuktikan dengan beberapa nama mula-mula beriman dan
masuk Islam bahkan mendukung serta menbantu dakwah Nabi SAW. yaitu: Siti Khadijah (istri
Rasulullah) Ali bin Abi Thalib (kalangan pemuda dan putra paman Rasulullah Abu Thalib), Zaid
bin Harisah (seorang budak, yang kemudian menjadi anak angkat Nabi Muhammad SAW.), Abu
Bakar al-Siddik (sahabat Rasulullah), dan kemudian menyusul masuk Islam beberapa tokoh
Quraiys, seperti Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Saad bi Abi Waqas, Abdurahman bin Auf,
Talhah bin Ubaidillah, dan Hamzah bin Abi Thalib
(2) membangun pondasi tauhid
(3) Mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan.
Strategi dakwah yang dilakukan di Madinah telah berhasil  menanamkan nilai-nilai sosial
keislaman di Madinah antara lain:
(1) membangun masjid sebagai pusat dakwah dan pembinaan umat, yaitu masjid Quba
(2) persaudaraan dan tolong menolong, terutama antara sahabat Muhajirin (pendatang dari Mekah)
dan sahabat Anshar (penduduk asli Madinah)
(3) membangun teloransi dan asas-asas pemerintahan, untuk membangun Madinah menjadi negara
dan kota peradaban tinggi. Maka  untuk memantapkan asas tersebut, Nabi membuat perjanjian

13
https://tafsirq.com/37-as-saffat/ayat-37#tafsir-quraish-shihab

14
https://tafsirq.com/44-ad-dukhan/ayat-18#tafsir-quraish-shihab
8
dengan beberapa suku dan kabilah yang ada di Madinah, termasuk dengan Yahudi, yaitu Piagam
Madinah.15 Adapula strategi yang dilakukan Nabi SAW dalam berdakwah yaitu

Dakwah dengan Keteladan

Keteladanan adalah karakter paling inheren dari pribadi Rasulullah saw. Dalam sebuah hadits,
akhlak Rasulullah adalah al-Quran itu sendiri. 16 Dalam berdakwah, keteladanan adalah strategi
paling utama. Pepatah mengatakan, Lisan al-Hal afshahu min lisan al-Maqal,berdakwah dengan
tindakan jauh lebih efektif daripada dengan kata-kata semata.Tidak dapat dipungkiri, aktivitas
dakwah merupakan atktifitas yang sifatnya mendorong, mengajak atau juga memerintah orang lain
terhadap sesuatu yang baik. Rasulullah Saw. semasa berdakwah kepada para umatnya tampil
sebagai sosok sempurna dari suku Quraish, yang merupakan kabilah terkemuka di bangsa Arab.
Walaupun masyarakatnya pada saat itu sangat keras,Rasulullah saw bersikap lemah lembut. Bukti
lain, Rasulullah mampu mendakwahkan Islam secara sempurna hanya dengan hitungan tahun.
Kekuasaan Islam pada masa Rasulullah saw sudah sangat luas, dan hal itu berhasil karena sifat
beliau yang baik. “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan menjauhkan diri
dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imran: 159). Orang-orang percaya pada Rasulullah saw sebagai sosok
yang berbudi pekerti luhur, hal itu juga karena dalam dakwah ucapan dan perbuatan Nabi sejalan.
Allah Swt. berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu
yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebenciaan di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan." (QS. al-Shaf: 2-3) Islam adalah rahmatan lil alamin. Rahmat itu
tercermin dari kepribadian dan keteladanan Rasulullah . Ibnu Katsir memaknai rahmatan lil alamin
sebagai sebuah ungkapan dan bentuk penegasan Allah kepada seluruh makhluk pribumi tentang
sifat dan akhlak Nabi Muhammad SAW Ibn Katsir juga menegaskan, siapapun yang menerima
ajaran serta anjuran yang datangnya dari Rasulullah niscaya ia akan menjadi seorang yang
berbahagia, baik di dunia maupun di akhirat.17 Keteladanan Rasulullah saw dalam segala tindak-
tanduknya, baik dalam berbicara maupun bertindak sehari-hari, ditegaskan oleh Allah swt.,
“sungguh aku telah mengutus seseorang untuk kalian semua sebagai suri tauladan yang baik,” (QS.
al-Ahzab ayat 21). Dalam ayat lain, “dan bagimu terdapat akhlak yang sangat mulia,” (QS. al-
Qalam ayat 4)

15
Darwati, Lilis Nurul Husna (pengantar), Mujtaba Hamdi, Dakwah Transformatif, (Jakarta: PP Lakpesdam NU, 2006), Hlm,
165-166
16
Zuhairi Misrawi, Al-Qur’an Kitab Toleransi: Tafsir Tematik Islam Rahmatan Lil Alamin, (Jakarta: Grasindo, 2010),hlm.28
17
Zuhairi Misrawi, Al-Qur’an Kitab Toleransi: Tafsir Tematik Islam Rahmatan Lil Alamin, (Jakarta: Grasindo, 2010),hlm.28

9
Hadis Tematik Tentang Dakwah Nabi SAW

‫ِي‬ ِ —‫—ال َس — ِم ْع ُت أَ َب——ا َر َج— ا ٍء الْ ُع َط‬


َّ ‫ارد‬ َ —‫ون َق‬ ٍ ‫ْن َم ْي ُم‬
—َ ‫ِي ب‬َّ ‫ال َس ِم ْع ُت َم ْهد‬ ُ ‫الصلْ ُت ب‬
َ ‫ْن ُم َح َّم ٍ—د َق‬ َّ —‫— َح َّدثَنَا‬:٤٠٢٧ ‫صحيح البخاري‬
ِ ‫ول ُكنَّا نَ ْعبُ ُ—د الْ َح َج َر َفإِ َذا َو َج ْدنَا َح َج ًرا ُه َو أَ ْخيَ ُر ِم ْن— ُه أَلْ َق ْينَ——ا ُه َوأَ َخ— ْذنَا اآْل َخ— َر َف——إِ َذا لَ ْم ن‬
—ْ ‫َج— ْد َح َج— ًرا َج َم ْعنَ—ا— ُج ْث— َو ًة م‬
‫ِن‬ ُ ُ‫يَق‬
—ُ ‫َص ُل اأْل َ ِسنَّ ِ—ة فَاَل نَد‬
‫َع ُر ْم ًحا فِي ِه َحدِي َدةٌ— َواَل‬ َ ‫الشا ِة َف َحلَ ْبنَا ُه َعلَ ْي ِه ثُ َّم ُط ْفنَا بِ ِ—ه َفإِ َذا— د‬
ِّ ‫َخ َل َش ْه ُر َر َج ٍب قُلْنَا ُمن‬ َّ ِ‫اب ثُ َّم ِج ْئنَا ب‬ ٍ ‫تُ َر‬
‫صلَّى اهَّللُ َعلَ ْي— ِه َو َس —لَّ َم‬ َ ‫ول ُك ْن ُت يَ ْو َم بُع‬
َ ‫ِث النَّ ِب ُّي‬ ُ ُ‫َز ْعنَا ُه َوأَلْ َق ْينَا ُه َش ْه َر َر َج ٍب َو َس ِم ْع ُت أَبَا َر َجا ٍء يَق‬ َ ‫َس ْه ًما فِي ِ—ه َحدِي َدةٌ— إِاَّل ن‬
—ِ ‫ار إِلَى ُم َس ْيلِ َم َ—ة الْ َك َّذ‬
‫اب‬ ِ ‫ُغاَل ًما أَ ْر َعى اإْل ِ ِب َل َعلَى أَ ْهلِي َفلَ َّما َس ِم ْعنَا ِب ُخ ُر‬
ِ َّ‫وج ِه َف َر ْرنَا إِلَى الن‬
Shahih Bukhari 4027: Telah menceritakan kepada kami  Ash Shalt bin
Muhammaddia berkata: Aku mendengar Mahdi bin Maimun berkata: aku
mendengar Abu Raja' Al Atharidi berkata: Dulu kami menyembah batu. Apabila
kami mendapatkan batu yang lebih baik, maka kami melemparkannya dan
mengambil yang lain. Dan apabila kami tidak menemukan batu, kami
mengumpulkan segenggam tanah, lalu kami bawakan seekor kambing kemudian
kami peraskan susu untuknya. Lalu kami thawaf dengannya. Apabila datang bulan
Rajab, kami mengatakan: "Tidak ada peperangan." Maka kami tidak membiarkan
tombak maupun panah yang tajam kecuali kami cabut dan kami lemparkan
sebagai pengagungan terhadap bulan Rajab. Dan aku mendengar Abu Raja
berkata: pada hari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam diutus, aku pada waktu itu
sebagai seorang anak penggembala unta milik keluargaku. Tatkala kami
mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berdakwah, kami lari ke neraka,
yaitu ke Musailamah Al Kadzab. 18

—‫—س — َم— ا— ِ—ع— ي— ُ—ل— ْب— ُ—ن‬


—ْ —ِ‫—ض — ُ—ل— ْب— ُ—ن— ا—لْ— َع— اَل ِء— َح— َّد— َث— َن— ا— إ‬ —ْ —‫— و— َ—ح— َّد— َث— ِن— ي— َ—ع— ْب— ُد— ا—هَّللِ— ْب— ُ—ن— أَ— ِب— ي— ا—أْل َ— ْ—س— َو— ِد— َ—ح— َّد— َث— َن— ا— ا—لْ— َف‬:٦٨٢٤ —‫ص—ح—ي—ح— ا—ل—ب—خ—ا—ر—ي‬
—‫ت— ا— ْب— َ—ن‬—ُ —‫س— َي— ُق—— و— ُ—ل— َ—س — ِم— ْ—ع‬ —ٍ —‫ص— ْي— ِف— ٍّ—ي— أَ— َّن— ُه— َ—س— ِم— َ—ع— أَ— َب—— ا— َم— ْ—ع— َب—— ٍد— َم—— ْ—و— لَ—ى— ا— ْب— ِ—ن— َ—ع— َّب— ا‬—َ —‫أُ— َم— َّي— َة— َ—ع— ْ—ن— َي— ْ—ح— َي— ى— ْب— ِ—ن— ُم— َ—ح— َّم— ِد— ْب— ِ—ن— َ—ع— ْب— ِد— ا—هَّللِ— ْب— ِ—ن‬
—‫ص— لَّ—ى— ا—هَّللُ— َ—ع— لَ— ْي— ِه— َ—و— َ—س— لَّ— َم— ُم— َع— ا— َذ— ْب— َ—ن— َ—ج— َب—— ٍ—ل— إِ—لَ—ى— َن— ْح— ِو— أَ— ْه—— ِ—ل— ا— ْل— َي— َم— ِ—ن— َق—— ا— َ—ل— لَ— — ُه— إِ— َّن— َ—ك— َت— ْق—— َد— ُم‬ —َ —‫ث— ا—ل— َّن— ِب— ُّ—ي‬ —َ —‫س— َي— ُق—و— ُ—ل— لَ— َّم— ا— َب— َع‬ —ٍ —‫َ—ع— َّب— ا‬
—‫ب— َف—لْ— َي— ُك— ْ—ن— أَ— َّو— َ—ل— َم—ا— َت— ْد— ُ—ع— و— ُه— ْم— إِ—لَ—ى— أَ— ْ—ن— ُي— َو— ِّ—ح— ُد— و—ا— ا—هَّللَ— َت— َع— ا—لَ—ى— َف— ِإ— َذ— ا— َ—ع— َ—ر— ُف— و—ا— َذ— لِ— َ—ك— َف—أَ— ْ—خ— ِب— ْ—ر— ُه— ْم— أَ— َّن‬
—ِ —‫َ—ع— لَ—ى— َق— ْ—و— ٍم— ِم— ْ—ن— أَ— ْ—ه— ِ—ل— ا—لْ— ِك— َت— ا‬
—ً‫ض— َ—ع— لَ— ْي— ِه— ْم— َ—ز— َك—— ا—ة‬ —َ —‫ص— لَّ— ْ—و— ا— َف—أَ— ْ—خ— ِب— ْ—ر— ُ—ه— ْم— أَ— َّ—ن— ا—هَّللَ— ا— ْف— َت—— َ—ر‬
—َ —‫ت— ِف—ي— َي— ْ—و— ِم— ِه— ْم— َ—و—لَ— ْي— لَ— ِت— ِه— ْم— َف— ِإ— َذ— ا‬ —ٍ —‫ص— لَ— َو— ا‬ —َ —‫س‬ —َ —‫ض— َ—ع— لَ— ْي— ِه— ْم— َ—خ— ْم‬ —َ —‫ا—هَّللَ— َق— ْد— َف— َ—ر‬
—‫س‬ —ِ —‫ِف— ي— أَ— ْ—م— َ—و— ا—لِ— ِه— ْم— ُت— ْ—ؤ— َ—خ— ُذ— ِم— ْ—ن— َ—غ— ِن— ِّي— ِه— ْم— َف— ُت— َ—ر— ُّد— َ—ع— لَ—ى— َف— ِق— ي— ِ—ر— ِ—ه— ْم— َف— ِإ— َذ— ا— أَ— َق— ُّر— و—ا— ِب— َذ— لِ— َ—ك— َف— ُ—خ— ْذ— ِم— ْن— ُه— ْم— َ—و— َت— َو— َّ—ق— َك— َ—ر— ا— ِئ— َم— أَ— ْم— َ—و— ا— ِ—ل— ا—ل— َّن— ا‬

Shahih Bukhari 6824: Telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Abu Al Aswad
telah menceritakan kepada kami Al Fadll bin Al ‘Ala telah menceritakan kepada
kami Ismail bin Umayyah dari Yahya bin Muhmmad bin Abdullah bin Shaifi ia
mendengar Abu Ma’bad mantan budak Ibnu Abbas, berkata: Aku mendengar Ibnu
Abbas berkata: “Dikala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’adz ke
negeri Yaman, Nabi berpesan: “Wahai Mu’adz, engkau mendatangi kaum ahli
kitab, maka jadikanlah materi dakwah pertama-tama yang engkau sampaikan
adalah agar mereka mentauhidkan Allah ta’ala. Jika mereka telah sadar terhadap
hal ini, beritahulah mereka bahwa Allah mewajibkan lima shalat kepada mereka
dalam sehari semalam. Jika mereka telah shalat, beritahulah mereka bahwa Allah
mewajibkan zakat harta mereka, yang diambil dari yang kaya, dan diberikan
kepada yang miskin, dan jika mereka telah mengikrarkan yang demikian, ambilah
18
https://gethadith.web.app/

10
harta mereka dan jagalah harta mereka yang kesemuanya harus dijaga
kehormatannya. 19

َ —‫ازع َق‬ ْ َ ِ ‫ْن َع ْب— ِ—د الْ— َو‬


‫—ال‬ ِ ِ ‫—ون َح— َّدثَنَا— َج— ابِ ٌر أبُ——و ال— َو‬ —ُّ ‫ار ِث َح— َّدثَنَا— َم ْه— د‬
ُ ‫ِي ب‬
—ٍ —‫ْن َم ْي ُم‬ َّ ‫— َح َّدثَنَا— َع ْب ُ—د‬:١٨٩٣٥ —‫مسند— أحمد‬
ُ ‫الص— َم ِ—د ب‬
َ ‫—ر ِب َف‬
‫ض— َربُو ُه َو َس—بُّو ُه‬ َ —‫ِن أَ ْحيَ——ا ِء الْ َع‬
ْ ‫ص—لَّى اهَّللُ َعلَ ْي— ِه َو َس—لَّ َم َر ُجاًل إِلَى َح ٍّي م‬ َ ِ ‫ول اهَّلل‬ُ —‫—ول بَ َع َث َر ُس‬ ُ —ُ‫ت أَبَا بَ ْر َز َة يَق‬
—ُ ‫َس ِم ْع‬
َ ‫—ان أَتَي‬
‫ْت َم——ا‬ َ —‫—و أَ ْه— َل ُع َم‬
ْ —َ‫ص—لَّى اهَّللُ َعلَ ْي— ِ—ه َو َس—لَّ َم ل‬
َ ‫ال لَ ُه النَّ ِب ُّي‬ َ ‫صلَّى اهَّللُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َف َش َكا َذل‬
َ ‫ِك إِلَ ْي ِه َف َق‬ َ ‫َف َر َج َع إِلَى النَّ ِب ِّي‬
َ ‫ُوك َواَل َسب‬
‫ُّوك‬ َ ‫ض َرب‬
َ
Musnad Ahmad 18935: Telah menceritakan kepada kami  Abdush Shamad bin
Abdul Warits telah menceritakan kepada kami Mahdy bin Maimun telah
menceritakan kepada kami Jabir Abul Wazi', ia berkata: Aku telah
mendengar Abu Barzah berkata: "Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam
mengutus seorang laki-laki untuk berdakwah kepada sekelompok penduduk di
perkampungan Arab, namun mereka (menolak), bahkan memukulinya dan
mengejeknya. Maka dia pun pulang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam dan mengadukan hal tersebut kepada beliau, maka  Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam berkata kepadanya: "Kalau kamu mendatangi (untuk ber dakwah)
penduduk Amman niscaya mereka tidak akan memukulimu ataupun
menghinakanmu."
 

َ ‫َّاس َق‬
‫ال‬ ِ ‫يح َع ْن أَِبي ِه َع ِن اب‬
ٍ ‫ْن َعب‬ ِ ‫ْن أَِبي ن‬
ٍ ‫َج‬ ِ ‫ْن أَ ْر َطا َة َع ِن اب‬
ُ ‫اج ب‬ ُ ‫اث َح َّد َثنَا َح َّج‬ ٍ ‫ْن ِغ َي‬ُ‫ص ب‬ُ ‫َح َّد َثنَا َح ْف‬
ُ ‫صلَّى اهَّللُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َق ْو ًما َحتَّى َيد‬
‫ْع َو ُه ْم‬ ُ ‫َما َقا َت َل َر ُس‬
َ ِ‫ول اهَّلل‬

Telah menceritakan kepada kami [Hafsh bin Ghiyats] telah menceritakan kepada kami
[Hajjaj bin Arthah] dari [Ibnu Abu Najih] dari [bapaknya] dari [Ibnu ‘Abbas], ia berkata;
“Tidaklah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerangi suatu kaum sehingga
beliau mendakwahinya terlebih dahulu.” Musnad Ahmad hadis nomor 1949.20

ُ ‫ِيل ب‬ ِ ‫ْن الْ َق‬ ِ ‫ْن ِب ْس َطا َم الْ َعي‬ ُ ‫َح َّد َثنَا أُ َمي‬
‫ْن َعبْ—— ِد‬ ِ َ ‫اس ِم َع ْن إِ ْس َمع‬
ِ ‫ْن أ َميَّ َة َع ْن َي ْح َيى ب‬ ُ ‫ُو اب‬َ ‫ْع َح َّد َثنَا َر ْو ٌح َوه‬
ٍ ‫ْن ُز َري‬ُ ‫ْش ُّي َح َّد َثنَا َي ِزي ُد ب‬ ُ ‫َّة ب‬
َ ‫—اذا إِلَى ْال َي َم ِن َق‬
‫—ال إِنَّ َك َت ْق— َد ُم‬ ً ‫صلَّى اهَّللُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم لَ َّما َب َع َث ُم َع‬
َ ِ‫ول اهَّلل‬َ ‫َّاس أَ َّن َر ُس‬
ٍ ‫ْن َعب‬ ِ ‫ِي َع ْن أَِبي َم ْع َب ٍ—د َع ْن اب‬ ٍّ ‫ص ْيف‬َ ‫ْن‬ ِ ‫اهَّللِ ب‬
‫س‬ َ ‫ْه ْم َخ ْم‬ ِ ‫ض َعلَي‬ َ ‫ْعو ُه ْم إِلَ ْي ِه ِع َبا َد ُة اهَّللِ َع َّز َو َج َّل َفإِ َذا َع َر ُفوا اهَّللَ َفأَ ْخ ِب ْر ُه ْم أَ َّن اهَّللَ َف‬
َ ‫——ر‬ ُ ‫اب َفلْ َي ُك ْن أَ َّو َل َما َتد‬ ٍ ‫َعلَى َق ْو ٍم أَ ْه ِل ِك َت‬
َ —ُ‫ِن أَ ْغ ِن َيا ِئ ِه ْم َفت‬
َ —‫—ر ُّد َعلَى ُف َق‬
‫—را ِئ ِه ْم َف——إِ َذا‬ ْ ‫ض َعلَ ْي ِه ْم َز َكا ًة تُ ْؤ َخ ُذ م‬َ ‫ات فِي َي ْو ِم ِه ْم َولَ ْيلَِت ِه ْم َفإِ َذا َف َعلُوا َفأَ ْخ ِب ْر ُه ْم أَ َّن اهَّللَ َق ْد َف َر‬ٍ ‫صلَ َو‬َ
‫اعوا ِب َها َف ُخ ْذ ِم ْن ُه ْم َو َت َو َّق َك َرا ِئ َم أَ ْم َوالِ ِه ْم‬
ُ ‫أَ َط‬

Telah menceritakan kepada kami [Umayyah bin Bistham al-Aisyi] telah menceritakan
kepada kami [Yazid bin Zura'i`] telah menceritakan kepada kami [Rauh] -yaitu Ibnu al-
Qasim- dari [Ismail bin Umayyah] dari [Yahya bin Abdullah bin Shaifi] dari [Abu
Ma'bad] dari [Ibnu Abbas] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika
mengutus Mu'adz ke Yaman, beliau bersabda: "Sesungguhnya kamu menghadapi suatu
kaum Ahli Kitab, maka hendakah pertama kali yang kalian Dakwahkan kepada mereka
adalah penyembahan kepada Allah azza wa jalla, apabila mereka mengenal Allah, maka
19
https://gethadith.web.app/
20
http://carihadis.com
11
beritahukanlah bahwa Allah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu pada siang
dan malam mereka, apabila mereka melakukannya maka beritahukanlah kepada mereka
bahwa Allah telah mewajibkan zakat atas mereka yang diambil dari orang kaya mereka
lalu dibagikan kepada orang fakir mereka. Jika mereka menaatimu dengan hal tersebut,
maka ambillah zakat dari mereka dan takutlah dari harta mulia mereka."21

Kesimpulan
Pada hakikatnya dakwah merupakan kewajiban bagi setiap umat muslim untuk
menebarkan kebaikan terhadap sesama maupun alam semesta, karena itu merupakan
ajaran agama Islam yang telah ada pada zaman Rasulullah yang harus kita jadikan suri
tauladan untuk mensyiarkan dakwah secara luas dengan mengikuti strategi dakwah
Rasulullah SAW tetap berdasarkan dengan sandaran Al-Qur’an dan Hadits.

21
https://carihadis.com/Shahih_Muslim/=Dakwah
12
DAFTAR PUSTAKA

Nuh Muhammad Sayid. 2011. Dakwah Fardhiyah. Solo: Era Adicipta Intermedia
Muslim Abdullah Adi. 2019. Metode Dakwah Dalam Pengajaran Nabi Prespektif Hadis.
Vol. 1. No.1
Anas Ahmad dan Adinugraha Hermawan Hendri. 2017. Dakwah Nabi Muhammad Terhadap
Masyarakat Madinah Perspektif Komunikasi Antarbudaya, Ilmu Dakwah: Academic Journal
For Homiletic Studies. Vol.11. No.1
Hardian Novi. Dakwah Dalam Prespektif Al-Qur’an Dan Hadits, Al Hikmah Jurnal Dakwah
dan Ilmu Komunikasi
Hart Michael H. 1986. Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah. Penerjemah:
Mahbub Djunaidi. Jakarta: Pustaka Jaya
Nasriah St. 2016. Dakwah Pada Masa Nabi Muhammad SAW, Jurnal Tabligh Fakultas
Dakwah dan Komunikasi. UIN Alauddin Makasar
Ismatulloh A.M. 2015. Metode Dakwah Dalam Al-Qur’an. Lentera Vol. IXX. No. 2
https://quran.kemenag.go.id/sura/9

https://quran.kemenag.go.id/sura/41
https://quran.kemenag.go.id/sura/10

https://tafsirq.com/37-as-saffat/ayat-37#tafsir-quraish-shihab

https://tafsirq.com/44-ad-dukhan/ayat-18#tafsir-quraish-shihab

Lilis Darwati. Husna Nurul (pengantar). Hamdi Mujtaba. 2006. Dakwah Transformatif,
Jakarta: PP Lakpesdam NU
Misrawi Zuhairi. 2010. Al-Qur’an Kitab Toleransi: Tafsir Tematik Islam Rahmatan Lil
Alamin. Jakarta: Grasindo
https://gethadith.web.app/
http://carihadis.com
https://carihadis.com/Shahih_Muslim/=Dakwah

13
14

Anda mungkin juga menyukai