Pendidikan mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia dan diakui sebagai
kekuatan yang dapat membantu masyarakat mencapai kemajuan peradaban. Pendidikan
Islam pada masa Rasulullah terbagi dalam dua periode yaitu periode Makkah dan periode
Madinah.1 Periode Makkah sebagai fase awal pembinaan pendidikan islam dan berpusat di
Makkah, sedangkan periode Madinah sebagai fase lanjutan pembinaan pendidikan Islam
sekaligus sebagai pusat kegiatannya.2
1. Periode Makkah
Kota Makkah dikelilingi oleh bukit-bukit dari segala arah, dari sebelah timur
membentang bukit Abu Qubais (Jabal Abu Qubais) dan dari barat dibatasi oleh dua bukit
(gunung) Qa’aiqa’ dan keduanya berbentuk bulan sabit mengelilingi perkampungan Makkah.
( spi hal 34) Kondisi geografis Kota Makkah berpengaruh besar dalam membentuk sikap dan
watak masyarakatnya. Pada umumnya penduduk Makkah bertempramen buruk dan tidak
mampu berpikir secara mendalam. Ditambah dengan sistem politik di Makkah, yang
dilakukan oleh pemuka-pemuka kaum Quraisy untuk mempertahankan jabatan, kedudukan,
atau kekuasaan mereka. Sehingga hal itu juga berpengaruh pada watak dan perilaku mereka
yang cenderung lebih agresif, egois, keras kepala serta tidak mudah bagi mereka untuk dapat
menerima pendapat atau keyakinan orang lain.
Dalam kondisi masyarakat Makkah yang demikian itu Nabi Muhammad saw. lahir
dan tumbuh menjadi dewasa.3 Menjelang usianya yang ke 40 tahun Nabi Muhammad
menerima wahyu yang pertama di Gua Hira di Makkah pada tahun 610 M berupa surah Al-
Alaq ayat 1-5. Dalam wahyu itu termaktub ayat Alquran yang artinya: “Bacalah (ya
Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang telah menjadikan (semesta alam). Dia menjadikan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu maha pemurah. Yang mengajarkan
dengan pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya. Kemudian disusul
oleh wahyu yang kedua yaitu surah Al-Mudatsir ayat 1-7. Di dalamnya termaktub ayat
Alquran yang artinya: Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah
1 Suyuthi Pulungan, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Penerbit Kencana, 2019), hlm. 33.
2 Chaeruddin B., Pendidikan Islam Masa Rasulullah SAW, Jurnal UIN Alauddin Makassar, Vol. 1 No. 3
(Desember, 2013), hlm. 423.
3 Suyuthi Pulungan, Sejarah Pendidikan Islam, op.cit., hlm. 35.
peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan dosa
tinggalkanlah. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang
lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
Dengan turunnya wahyu itu Nabi Muhammad SAW telah diberi tugas oleh Allah,
supaya bangun melemparkan kain selimut dan menyingsingkan lengan baju untuk memberi
peringatan dan pengajaran kepada seluruh umat manusia, sebagai tugas suci, tugas mendidik
dan mengajarkan Islam. Kemudian kedua wahyu itu diikuti oleh wahyu-wahyu yang lain.
Semuanya itu disampaikan dan diajarkan oleh Nabi, mula-mula kepada karib kerabatnya dan
teman sejawatnya dengan sembunyi-sembunyi. Setelah banyak orang memeluk Islam, lalu
Nabi menyediakan rumah Al-Arqam bin Abil Arqam untuk tempat pertemuan sahabat-
sahabat dan pengikut-pengikutnya. Di tempat itulah pendidikan Islam pertama dalam sejarah
pendidian Islam. Disanalah Nabi mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok agama Islam
kepada sahabat-sahabatnya dan membacakan wahyu-wahyu (ayat-ayat) Al-quran kepada para
pengikutnya serta Nabi menerima tamu dan orang-orang yang hendak memeluk agama Islam
atau menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. Bahkan di sanalah Nabi
beribadah (sholat) bersama sahabat-sahabatnya. Lalu turunlah wahyu untuk menyuruh kepada
Nabi, supaya menyiarkan agama Islam kepada seluruh penduduk jazirah Arab dengan terang-
terangan. Firman Allah SWT: Maka sampaikan olehmu secara terang-terangan segala apa
yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang musyrik. (QS. Al-Hijr : 94)
Nabi melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Banyak tantangan dan penderitaan yang
diterima Nabi dan sahabat-sahabatnya. Nabi tetap melakukan penyiaran Islam dan mendidik
sahabat-sahabatnya dengan pendidikan Islam. Dalam masa pembinaan pendidikan agama
Islam di Makkah Nabi Muhammad juga mengajarkan alqur’an karena Alquran merupakan
inti sari dan sumber pokok ajaran Islam. Disamping itu Nabi Muhamad SAW, mengajarkan
tauhid kepada umatnya. Intinya pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi selama di
Makkah ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta menganjurkan kepada manusia supaya
mempergunakan akal pikirannya untuk memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-
tumbuhan dan alam semesta sebagai anjuran pendidikan ‘akliyah dan ilmiyah.4
4 Hamim Hafiddin, Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah, Jurnal Tarbiya, Vol. 1 No. 1 (2015), hlm. 20-21.
1. Pendidikan Keagamaan. Yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata jangan
dipersekutukan dengan nama berhala.
2. Pendidikan Akliyah dan Ilmiah. Yaitu mempelajari kejadian manusia dari segumpal darah
dan kejadian alam semesta.
3. Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti. Yaitu Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada
sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.
4. Pendidikan Jasmani atau Kesehatan. Yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan
tempat kediaman. 5
Secara lebih sederhana, pendidikan Islam yang dilakukan Rasulullah di Makkah bertujuan
untuk membina pribadi muslim agar menjadi kader yang berjiwa kuat dan dipersiapkan
menjadi masyarakat Islam, mubaligh dan pendidik yang baik.
2. Periode Madinah
Berbeda dengan periode di Makkah, pada periode Madinah Islam merupakan kekuatan
politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di
Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama,
tetapi juga sebagai kepala Negara.7 Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran
pendidikan agama Islam di Madinah adalah sebagai berikut:
a. Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan
politik.
Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya
masyarakat yang bersatu padu secara intern (ke dalam), dan ke luar diakui dan
5 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992. hlm 211.
6 Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Media Kencana Group, 2011), hlm, 89-101.
7 ESDD Lubis, Kontekstualisasi Hijrah Sebagai Titik…., Jurnal Universitas Muhammadiyah Surakarta, Vol. 29 No.
1 (Mei, 2017), hlm. 61.
disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik). Dasar-dasar tersebut
adalah:
1. Nabi Muhammad saw mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertentangan antar
suku, dengan jalan mengikat tali persaudaraan diantara mereka. Nabi
mempersaudarakan dua-dua orang, mula-mula diantara sesama Muhajirin,
kemudian diantara Muhajirin dan Anshar. Dengan lahirnya persaudaraan itu
bertambah kokohlah persatuan kaum muslimin.8
2. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi Muhammad menganjurkan kepada
kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan
pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.
3. Untuk menjalin kerjasama dan saling menolong dalam rangka membentuk tata
kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, turunlah syari’at zakat dan puasa,
yang merupakan pendidikan bagi warga masyarakat dalam tanggung jawab sosial,
baik secara materil maupun moral.
4. Suatu kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan dan pengembangan
masyarakat baru di Madinah, adalah disyari’atkannya media komunikasi
berdasarkan wahyu, yaitu shalat juma’t yang dilaksanakan secara berjama’ah dan
adzan. Dengan sholat jum’at tersebut hampir seluruh warga masyarakat berkumpul
untuk secara langsung mendengar khutbah dari Nabi Muhammad SAW dan shalat
jama’ah jum’at.9
Perbedaan ciri pokok pembinaan pendidikan Islam periode kota Makkah dan
kota Madinah:
Periode kota Makkah:
Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Makkah adalah pendidikan tauhid,
titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu
muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan
tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Periode kota Madinah:
11 Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet.9, 2008, hlm. 58.
12 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, op.cit., hlm. 18.
Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai
pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di
Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik.13
Abu Bakar adalah khalifah Islam pertama yang dilantik oleh seluruh komunitas
muslim sepeninggal Nabi Muhammad. Ia berasal dari kalangan bangsawan Makkah yang
kaya raya dan sebagai orang kedua yang memeluk Islam setelah Khadijah. 15 Sejarah penting
setelah Nabi Muhammad wafat adalah peristiwa pemberontakan dari orang-orang murtad
yang enggan membayar zakat, serta timbulnya nabi-nabi palsu pada awal kekhalifahan Abu
Bakar. Para pemberontak tersebut adalah dari kalangan orang yang baru memeluk Islam,
dengan sendirinya mereka belum mantap keislamannya. Mereka masih perlu bimbingan lebih
lanjut dalam melaksanakan ajaran-ajaran Islam. Untuk mengatasi pemberontakan tersebut
Abu Bakar mengirim pasukan yang terdiri dari para sahabat. Tetapi karena mereka tetap
membangkang terjadilah pertempuran yang cukup hebat, sehingga banyak di antara para
sahabat yang mati syahid, yang menyebabkan berkurangnya penghafal-penghafal al-Qur’an,
guru dan pendidik Islam.
Untuk mengatasi agar al-Qur’an jangan sampai hilang, maka penulisan al- Qur’an yang pada
zaman Nabi Muhammad masih belum tersusun sesuai hafalan para sahabat, dituliskan
kembali dan dijadikan satu mushaf. Para sahabat dikirim keberbagai daerah yang dikuasai
kaum muslimin untuk mengajarkan al-Qur’an dan memasukkan ajaran-ajaran Islam ke dalam
13 Hamim Hafiddin, Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah, op.cit., hlm. 24.
14 Fakhri Fauzan, Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah Dan Sahabat,
https://www.academia.edu/7993806/PENDIDIKAN_ISLAM_PADA_MASA_RASULULLAH_DAN_SAHABAT_Dipos
kan_oleh_she_Sulis_Mufy_BAB_I_PENDAHULUAN_Mempelajari_Sejarah_Pendidikan. Diakses pada 23
Februari 2023, 16.02.
15 Nurul Fajriah, Gambaran Sistem Pendidikan Islam Pada Masa Sahabat, Jurnal Serambi Ilmu, Vol. 20 No. 1
(Maret, 2019), hlm. 122.
budaya penduduk daerah-daerah baru tersebut. Timbullah pusat-pusat pendidikan Islam yang
tersebar diseluruh daerah yang dikuasai kaum muslimin. Masa Abu Bakar merupakan masa
awal pengumpulan al-qur’an. Pada masa ini kumpulan al-qur’an ditulis pada tulang-tulang
dan pelepah kurma, di kumpulkan pada salah seorang istri Rasulullah Hafsah binti Umar bin
Khatab.16
Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam, lebih lanjut menjelaskan,
materi pendidikan Islam pada masa ini terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak,
ibadah, kesehatan.
1. Pendidikan keimanan, yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib disembah adalah
Allah.
2. Pendidikan akhlak, seperti adab masuk rumah orang, sopan santun bertetangga, bergaul
dalam masyarakat, dan lain sebagainya. Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan shalat, puasa
dan haji.
3. Kesehatan seperti tentang kebersihan, gerak gerik dalam shalat merupakan didikan untuk
memperkuat jasmani dan rohani.
Pada masa Abu bakar dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada masa itu hanya
melanjutkan pendidikan yang sudah ada pada zaman Rasulullah, pendidikan pada masa ini
belum mengalami perkembangan yang begitu berarti karena Abu Bakar banyak disibukkan
oleh keadaan pemerintahan yang kurang kondusif yang perlu perhatian penuh.17
Pada masa pemerintahan Umar kondisi negara sudah agak stabil, jadi Umar dapat
memusatkan perhatiannya dalam masalah-masalah kenegaraan yang lain termasuk
pendidikan. Berkaitan dengan masalah pendidikan, khalifah Umar bin Khatab merupakan
seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota Madinah, beliau juga
menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan pasar pasar, serta mengangkat guru-guru untuk
tiap-tiap daerah yang ditaklukkan. Mereka bertugas mengajarkan isi Alquran, fiqih, dan
ajaran Islam lainnya kepada penduduk yang baru masuk Islam. Adapun metode yang mereka
pakai adalah guru duduk di halaman masjid sedangkan murid melingkarinya.
Pada masa Khalifah Utsman bin Affan, pelaksanaan pendidikan Islam tidak jauh
berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Pendidikan pada masa ini hanya melanjutkan apa
yang telah ada. Para sahabat besar Rasulullah Saw., yang berpengaruh dan dekat dengan
Rasulullah Saw. yang pada masa Khalifah Umar tidak diizinkan meninggalkan Madinah,
maka pada masa Khalifah Utsman diberikan sedikit kelonggaran untuk keluar Madinah dan
menetap di daerah-daerah yang mereka sukai. Di daerah-daerah yang baru tersebut mereka
mengajarkan ilmu-ilmu keislaman yang mereka miliki dan dapatkan langsung dari Rasulullah
Saw.18
Proses pelaksanaan pola pendidikan pada masa Utsman ini lebih ringan dan lebih
mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar Islam dan dari
segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para sahabat memilih tempat
yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat. Tugas mendidik
dan mengajar umat pada masa ini diserahkan pada umat itu sendiri, artinya pemerintah tidak
mengangkat guru-guru, dengan demikian para pendidik sendiri melaksanakan tugasnya hanya
dengan mengharapkan keridhaan Allah.19
Pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib ibu kota pemerintahan dipindah ke Kufah.
Pada masa itu khalifah Ali bin Abi Thalib mengurus masalah politik dan pemerintahan,
sedangkan Abdullah bin Mas’ud mengurus masalah pendidikan agama Islam. Selama masa
pemerintahannya yang berlangsung selama lebih kurang lima tahun khalifah Ali disibukkan
oleh banyaknya peperangan yang dilancarkan oleh kelompok Bani Umayyah yang
18 Ibid., hlm. 125.
19 Fakhri Fauzan, Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah Dan Sahabat, op.cit., hlm. 12.
mendesaknya untuk mengusut kasus pembunuhan Utsman. Pada masa Ali telah terjadi
kekacauan dan pemberontakan, sehingga dimasa ia berkuasa pemerintahannya tidak stabil.
Dengan kericuhan politik pada saat Ali berkuasa, kegiatan pendidikan islam mendapat
hambatan dan gangguan. Pada saat itu Ali tidak sempat lagi memikirkan masalah pendidikan
sebab keseluruhan perhatiannya itu ditumpahkan pada masalah keamanan dan kedamaian
bagi seluruh masyarakat Islam.20
Pola pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah sejalan dengan tahapan- tahapan dakwah
yangdisampaikan kepada kaum Quraisy melalui tiga tahap, yaitu tahap pendidikan secara
rahasia danperorangan, pendidikan secara terbuka dan terang-terangan serta pendidikan yang
dilakukan secarameluas.
Metode pendidikan yang dilakukan Rasulullah dalam mendidik sahabat- sahabatnya melalui
Nabi SAW kadang kala mengajukan pertanyaan secara retoris kepada umatnya. Dengan
teknik itu, beliau menstimulus keingintahuan dan perhatian mereka. Cara tersebut pernah
dialami Mu'adz bin Jabal.
Saat sedang menempuh perjalanan, Rasulullah SAW bertanya kepadanya, “Maukah engkau
aku beri tahukan tentang pokok, tiang, dan puncak amal?” Mu'adz pun mengiyakan. Lantas,
beliau meneruskan penjelasannya, “Pokok amal adalah Islam. Tiang-tiangnya adalah shalat.
Puncaknya adalah jihad di jalan Allah.”
Tidak hanya sampai di situ. Rasulullah SAW kembali bertanya retoris, “Maukah engkau aku
beri tahu tentang kunci perkara itu semua?” Mu'adz mengangguk. Maka, beliau menyentuh
lidahnya dengan ujung jari, Jagalah ini (lisan). “Apakah setiap manusia akan dimintai
pertanggung jawaban dari ucapan-ucapannya?” tanya sang sahabat.
4. Metode perumpamaan, misalnya orang mukmin itu laksana satu tubuh, bila sakit salah
satu anggota tubuhmaka anggota tubuh lainnya akan turut merasakannya;
5. Metode kisah,
Misalnya kisah beliau dalmperjalanan isra' dan miraj dan kisah tentang pertemuan nabi Musa
dengan nabi Khaidir;.
Beliau mengilustrasikan seorang laki-laki yang kehilangan unta dan bekal di tengah gurun.
Setelah sekian lama mencari-cari, pengembara itu menjadi putus asa.
Pria itu lantas bersandar pada sebuah pohon. Dalam keadaan patah-arang, pengelana ini tiba-
tiba mendapati unta yang tadi dicari-carinya itu sedang berjalan mendekatinya.
Karena hatinya begitu gembira, lisannya tak sengaja berucap, “Ya Allah, Engkau adalah
hambaku dan aku adalah Rabb-Mu. Rasulullah SAW menjelaskan, ‘Allah sangat gembira
dengan taubat hamba-Nya melebihi kegembiraan lelaki dalam kisah tersebut.
21 https://islamdigest.republika.co.id/berita//r7g6ut320/4-contoh-metode-pendidikan-yang-diterapkan-
rasulullah-saw diakses pada 24 februari 2022
DAFTAR PUSTAKA
B, chaeruddin. (2013). Pendidikan Islam Masa Rasulullah SAW, Jurnal UIN Alauddin
Makassar 1 (3): 423.
Fajriah, Nurul. (2019). Gambaran Sistem Pendidikan Islam Pada Masa Sahabat. Jurnal
Serambi 20 (1): 122.
Fauzan, Fakhri. (2022). Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah Dan Sahabat, Diakses pada
23 Februari 2023 dari
https://www.academia.edu/7993806/PENDIDIKAN_ISLAM_PADA_MASA_RAS
ULULLAH_DAN_SAHABAT_Diposkan_oleh_she_Sulis_Mufy_BAB_I_PENDAH
ULUAN_Mempelajari_Sejarah_Pendidikan.
Hafiddin, Hamim. (2015). Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah. Jurnal Tarbiya 1 (1): 20-
21.
Lubis, ESDD. (2017). Kontekstualisasi Hijrah Sebagai Titik…., Jurnal Universitas
Muhammadiyah Surakarta 29 (1): 61.