Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

i
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................1

DAFTAR ISI.............................................................................................................................2

BAB I.........................................................................................................................................3

PENDAHULUAN......................................................................................................................3

A.        Latar Belakang............................................................................................................3

B.      Rumusan Masalah.......................................................................................................3

BAB II........................................................................................................................................4

PEMBAHASAN........................................................................................................................4

A.     Sejarah Awal Studi Islam.............................................................................................4

B.      Dinamika Studi Islam di Barat......................................................................................8

C.      Dinamika Studi Islam di Timur....................................................................................9

D.    Dinamika Studi Islam di Indonesia............................................................................12

BAB III PENUTUP.................................................................................................................18

A.      Kesimpulan.................................................................................................................18

B.      Kritik dan saran...........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang
Pendidikan Islam awalnya dilakukan oleh Rasulullah kepada keluarga dan para
sahabatnya. Pendidikan Islam dilakukan secara bertahap, mulai dari sembunyi-sembunyi
sampai terang-terangan. Lalu pendidikan Islam dapat menyebar ke dunia Barat , dunia Timur,
hingga ke Indonesia.
Pertama,  Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, sebagai agama samawi
terakhir lahir di Timur Tengah, tepatnya di Mekkah dan Madinah, yang selanjutnya menyebar
tidak hanya dikawasan Timur Tengah melainkan juga ke  berbagai kawasan di dunia,
termasuk Asia, Afrika, Eropa, dan Barat. Kedua, di kalangan pemikir Islam di Indonesia
terdapat pro kontra tentang belajar Islam Barat. Ketiga, Islam di Barat saat ini, bukan hanya
dijadikan bahan kajian akademik dan penelitian oleh para calon magister dan doctor pada
berbagai perguruan tinggi terkemuka, seperti Harvard, UCL (Universitas California), Ohio
dan Columbia di Amerika, atau beberapa universitas lainnya di Kanada, Australia dan
Belanda, melainkan Islam juga telah menjadi ajaran yang dihayati, dipahami, dan diamalkan
oleh berbagai lapisan masyarakat.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana dinamika studi Islam pada sejarah awalnya ?
2.      Bagaimana dinamika studi Islam di Timur ?
3.      Bagaimana dinamika studi Islam di Barat ?
4.      Bagaimana dinamika studi Islam di Indonesia ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Sejarah Awal Studi Islam


Pada awalnya pendidikan Islam disampaikan oleh Rasulullah. Periode Rasulullah
dibagi menjadi dua fase yaitu fase Makkah dan Madinah. Dalam dua fase ini, para aktivis
pendidikan dapat menyerap berbagai teori dan prinsip dasar yang berkaitan dengan pola-pola
pendidikan dan interaksi sosial yang lazim dilaksanakan dalam setiap manajemen pendidikan
Islam.[1]
1.      Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah di Makkah
Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama di gua hira’ di Makkah pada
tahun 610 M. dalam wahyu itu termaktub ayat Al-Qur’an dalam surat al-Al-Alaq ayat 1-5:

Artinya: “Bacalah (ya Muhammad) dengan nama tuhanmu yang telah menjadikan (semesta
alam). Dia menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu maha
pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum
diketahuinya.[2]
Secara lebih sederhana, pendidikan Islam yang dilakukan Rasulullah di Makkah yang
bertujuan untuk membina pribadi muslim agar menjadi kader yang berjiwa kuat dan
dipersiapkan menjadi masyarakat Islam, mubaligh dan pendidik yang baik. Sesuai
karakteristik perkembangan pendidikan Islam, maka tahapan pendidikan Islam periode
Makkah terbagi menjadi :
a.       Tahapan sembunyi
Dengan diturunkannya wahyu pertama, Rasulullah mulai membimbing dan mendidik
umatnya. Pada awalnya beliau melakukan dengan cara diam-diam dilingkungan sendiri
diantara orang- orang terdekatnya. Rumah Al- Arqam bin Abil Arqam menjadi lembaga
pendidikan Islam pertama sebagai tempat pertemuan Rasulullah SAW dengan sahabat-
sahabat dan pengikut-pengikutnya. Disanalah Rasulullah SAW mengajarkan dasar-dasar atau
pokok-pokok Agama Islam dan membacakan wahyu-wahyu (ayat-ayat) Al-Qur’an.
b.      Tahapan terang terangan

1 Nizar Samsul, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta : Kencana, 2009), hlm. 29

2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Kudus: Menara Kudus, 2016

2
Setelah sekitar 3 tahun kemudian turun wahyu agar Rasulullah SAW berdakwah
secara terang-terangan. termaktub dalam Firman Allah SWT, QS. Al-Hijr Ayat 94
Artinya : Maka sampaikan olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan(kepadamu) dan berpalinglah dari orang musyrik   (QS. Al-Hijr : 94)
Perintah dakwah terang-terangan ini seiring dengan semakin bertambah banyaknya
jumlah sabahat Nabi SAW serta untuk meningkatkan jangkauan seruan dakwah. Banyak
tantangan dan penderitaan yang diterima Nabi dan sahabat-sahabatnya dari kaum quraisy,
namun hal itu tidak menggoyahkan semangat untuk terus mempelajari ajaran Islam dan terus
berdakwah.
c.       Tahapan seruan umum
Kemudian Rasulullah SAW merubah strategi dakwah dengan seruan umum, umat manusia
secara keseluruhan. Hal ini dilakukan pada musim-musim haji, ketika banyak kaum diluar
Makkah berdatangan untuk melaksanakan haji. Pada tahapan ini berkat semangat yang tinggi
dari para sahabat dalam mendakwahkan ajaran Islam, maka seluruh penduduk Yatsrib masuk
Islam kecuali orang-orang Yahudi.

2.      Pendidikan Islam pada masa Rasulullah di Madinah


Pendidikan di Madinah adalah sebagai pendidikan permulaan dan pengemabangan
yang dilaksanakan sedikit lebih maju dan berkembang dibandingkan pendidikan di Makkah.
Evaluasi dan pemberian ijazah sebagaimana yang dikenal pada saat ini belum ada di Madinah
saat itu. Namun kepada sahabat yang dinyatakan sudah menguasai materi pelajaran di berikan
oleh Nabi Muhammad SAW, diberikan hak untuk mengajar di berbagai wilayah kekuasaan
Islam.[3]
Berbeda dengan periode di Makkah, pada periode Madinah Islam merupakan
kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di
Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama,
tetapi juga sebagai kepala Negara.
Materi pendidikan sosial dan kewarnegaraan Islam pada masa itu adalah pokok-pokok
pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam prakteknya diperinci lebih
lanjut dan di sempurnakan dengan ayat-ayat yang turun selama periode Madinah.

3.      Perbedaan ciri pokok pendidikan Islam periode makkah dan madinah


A.       Ciri Pokok Periode Makkah
3 Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam  , Jakarta: Media Kencana Group, 2011,  hal, 89-101

3
Pokok pembinaan pendidikan Islam di kotaMakkah adalah pendidikan tauhid, titik
beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar
jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam
kehidupan sehari-hari.
B.       Ciri Pokok Periode Madinah
Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai
pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah,
yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran, merupakan
cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.[4]
Pada periode Madinah adalah disamping seperti periode Makkah juga terdapat
perkembangan yaitu:
a)    Prinsip pendidikan kesehatan (jasmani)
b)    Prinsip pendidikan sosial
c)    Prinsip pendidikan politik dan pemerintah

4.      Kebijakan Rasulullah Dalam Bidang Pendidikan


Proses pendidikan pada zaman Rasulullah berada di Makkah belum berjalan
sebagaimana yang diharapkan. Hal yang demikian belum di mungkinkan, kaena pada saat itu
Nabi Muhammmad belum berperan sebagai pemimipin atau kepala Negara, bahkan beliau
dan para pengikutnya berada dalam baying-bayang ancaman pembunuhan dan kaum kafir
Quraisy. Selama di Makkah pendidikan berlangsung dari rumah ke rumah secara sembunyi-
sembunyi. Diantaranya yang terkenal adalah rumah Al-Arqam. Langkah yang bijaka
dilakukan Nabi Muhammad SAW pada tahap awal Islam ini adalah melarang para
pengikutnya untuk menampakkan keIslamannya dalam berbagai hak.tidak menemui mereka
kecuali dengan cra sembunyi-sembunyi dalam mendidik mereka.
Setelah masyarakat Islam terbentuk di Madinah barulah, barulah pendidikan Islam
dapat berjalan dengan leluasa dan terbuka secara umum.dan kebijakan yang telah dilakukan
Nabi Muhammmad ketika di Madinah adalah:
Ø  Membangun masjid di Madinah. Masjid inilah yang selanjutnya digunakan sebagai pusat
kegiatan pendidikan dan dakwah.
Ø  Mempersatukan berbagai potensi yang semula saling berserakan bahkan saling bermusuhan.
Langkah ini dituangkan dalam dokumen yang lebih popular disebut piagam Madinah.

4 Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik,


hal, 135-136
4
Dengan adanya piagam tersebut terwujudlah keadaan masyarakat yang tenang, harmonis dan
damai.[5]
5.      Metode Pendidikan Masa Rasulullah SAW
Metode pendidikan yang Rasulullah SAW kembangkan dalam menyampaikan materi
adalah sebagai berikut :
Ø  Metode ceramah, menyampaikan wahyu yang baru diterimanya dan    memberikan
penjelasan- penjelasan dan keterangan.
Ø  Metode dialog, metode ini dipergunakan ketika berkomunikasi dengan para sahabat dalam
menyelesaikan permasalahan yang terkait dakwah ajaran Islam
Ø  Diskusi atau tanya jawab
Ø  Metode perumpamaan
Ø  Metode kisah
Ø  Metode pembiasaan
Ø  Metode hafalan, para sahabat menghafal untuk menjaga Al-Qur’an
Aplikasi penggunaan metode diatas dalam menyampaikan materi pendidikan adalah:
o  Materi keimanan: Melalui tanya jawab dengan penghayatan yang mendalam dan didukung
oleh bukti-bukti rasional dan ilmiah
o  Materi ibadah: disampaikan dengan metode demonstrasi dan peneladanan sehingga mudah
diikuti masyarakat
o  Materi akhlak: Rasulullah menitikberatkan pada metode peneladanan. Beliau tampil dalam
kehidupan sebagai seseorang yang memiliki kemuliaan dan keagungan baik dalam ucapan
maupun perbuatan.
Ruang lingkup pendidikan Agama Islam meliputi keserasian dan keseimbangan antara
lain:[6]
a.  Hubungan manusia dengan Allah SWT
b.  Hubungan manusia dengan sesama manusia
c.  Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
d.  Hubungan manusia dengan makhluk lainnya dan lingkungannya

B.       Dinamika Studi Islam di Barat

5 Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hal, 87

6 Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam , hal. 45

5
Sebagaimana diketahui, bahwa yang sementara ini dikelompokkan sebagai studi Islam
antara lain:Al-Qur’an/ tafsir, hadits/ilmu hadits, fiqh/hukum Islam, teologi/ilmu kalam,
tasawuf, sejarah Islam, filsafat Islam, dan bahasa Arab. Belakangan masuk pula ke dalam
studi Islam adalah pembaruan pemikiran Islam, dakwah Islam, pendidikan Islam, Politik
Islam, dan Ekonomi Islam. Semua bidang studi Islam ini telah dipelajari oleh para orientalis
Barat dengan intensitas yang berbeda-beda. Penjelasan secara singkat tentang studi Islam
yang dipelajari oleh orientalis Barat ini dapat dikemukakan sebagi berikut:
Pertama, bidang tasawuf.  Para orientalis yang mempelajari tasawuf ini anatara
lain:A.J.Arbery dan S.M. Zwemmer. Kajian mereka tetang tasawuf ini pada umumnya
ditujukan untuk menempatkan tasawuf Islam sebagai kelas dua, atau hasil menjiplak dari
tasawuf yang dikembangkan dikalangan nasrani.
Kedua, bidang dakwah. Di antara orientalis yang mempelajari dakwah ini ialah
Thomas W. Arnold, dalam bukunya yang berjudul The Preaching of Islam. Dalam buku ini,
sering digambarkan bahwa Islam disebarkan dengan pedang dan cara-cara pemaksaan.
Ketiga,  bidang pendidikan Islam. Di antara orientalis yang mempelajari pendidikan
Islam ini, ialah Michael Stanton dengan bukunya yang berjudul The Higher Learning of
Islam (Pendidikan Tinggi Islam), dan Karl Stremmbrink dengan  buku pesantren, Madrasah,
dan sekolah. Dalam buku-buku ini merekan membicarakan tentang sejarah pertumbuhan dan
perkembangan lembaga pendidikan Islam mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi,
mualai dari yang sederhana hingga yang tinggi, seperti kuttab, masjid, madrasah, dan
observatorium.[7]
ü  Tujuan Barat Mempelajari Islam
Terdapat sejumlah tujuan yang ingin dicapai oleh orang Barat yang mempelajari
Islam, sebagai berikut:
Pertama, untuk menarik simpati kalangan umat Islam. Dengan mempelajari Islam,
diharapkan masyarakat Islam tidak lagi menaruh benci, curiga atau ragu-ragu menerima
kehadiran orang Barat.
Kedua, untuk melemahkan Islam dari dalam, misalnya dengan cara mengambil
kesimpulan yang keliru tentang Al-Qur’an, Al-Sunnah, dan fiqih.
Ketiga,  untuk menunjukkan superioritas mereka sebagai orang Barat. Ilmuwan Barat,
khususnya dalam orientalis, senantiasa merasa bahwa “Barat” adalah “guru” dalam segala
hal, khususnya dalam logika dan pearadaban.
7 Prof.Dr.H. Abudin Nata.MA., Studi Islam Komprehensif, Loc.cit., hlm. 551

6
Keempat, untuk memperjuangkan doktrin-doktrin mereka yang tidak boleh dikritik.
Diantaranya ialah dua  doktrin inti, yaitu bahwa Al-Qur’an dalam pandangan insan Barat
bukan kalam Allah, dan Muhammad bukan Rasul Allah.
Kelima, untuk kepentingan negara-negara tertentu  yang menandai kajian tersebut.

C.      Dinamika Studi Islam di Timur


Sejarah perkembangan Islam di Timur dimulai sejak akhir periode Madinah sampai
dengan 4 H, fase pertama pendidikan Islam masih di masjid-masjid dan rumah-rumah,
dengan ciri hafalan. Namun sudah diperkenalkan logika matematika, ilmu alam, kedokteran,
kimia, musik, sejarah dan geografi. Selama abad ke-5 H, selama periode Khalifah Abbasyiah,
sekolah-sekolah didirikan di kota-kota dan mulai menempati gedung-gedung besar, bukan
lagi masjid, dan mulai yang bersifat intelektual, ilmu alam dan ilmu sosial.
Berdirinya sistem madrasah di abad 5 H/akhir abad 11 M, justru menjadi titik balik
kejayaan. Sebab madrasah dibiayai dan diprakarsai negara. Kemudian madrasah menjadi alat
penguasa untuk mempertahankan doktrin-doktrin terutama oleh Kerajaan Fatimah di Kairo.
Sebelumnya di sekolah ini diajarkan kimia, kedokteran, filsafat, diganti hanya mempelajari
tafsir, kalam fiqih dan bahasa. Sedangkan matematika hilang dari kurikulum Al-Azhar tahun
1748 M. Memang pada masa kekhalifahan Abbasyiah Al-Ma’mun (198-218 H/813-833 M),
sebelum hancurnya aliran Mu’tazilah, ilmu-ilmu umum yang bertitik tolak dari nalar dan
kajian-kajian empiris dipelajari di madrasah.
Pengaruh Al-Ghazali (1085-1111 M) disebut sebagai awal pemisahan ilmu agama
dengan ilmu umum. Ada beberapa kota yang menjadi pusat kajian islam di zamannya, yaitu
Nisyapur, Baghdad, Kairo, Damaskus dan Jerussalem. Ada empat perguruan tinggi tertua di
dunia muslim, yaitu (1) Nizhamiyah di Baghdad (2) Al-Azhar di Kairo Mesir (3) Cordova
(bagian barat) dan (4) Maroko. Sejarah singkat masing-masing pusat studi Islam di
gambarkan sebagai berikut:
1.   Nizhamiyah di Baghdad
Salah satu jenis lembaga pendidikan tinggi yang muncul pada akhir abad IV Hijriyah
adalah Madrasah. Sedangkan Nizhamiyah adalah sebuah lembaga pendidikan yang didirikan
tahun 457-459 H/ 1065-1067 M (abad IV) oleh Nizham al-Muluk dari dinasti Saljuk.
Madrasah Nizhamiyah adalah madrasah yang pertama kali muncul dalam sejarah pendidikan
Islam yang berbentuk lembaga pendidikan dasar sampai perguruan tinggi yang dikelola oleh
pemerintah.

7
Tujuan Nizham al-Mulk mendirikan madrasah-madrasah itu adalah untuk memeperkuat
pemerintahan Turki Saljuk dan untuk menyiarkan mazhab keagamaan pemerintahan. Karena
sultan-sultan Turki adalah dari golongan ahli sunah, sedangkan pemerintahan Buwaihiyah
yang sebelumnya adalah kaum syi’ah, oleh sebab itu Madrasah Nizhamiyah adalah untuk
menyokong sultan dan menyiarkan mazhab ahli sunah ke seluruh rakyat.[8]
2.   Al-Azhar di Kairo Mesir
Al-Azhar merupakan lembaga pendidikan tertua di dunia. Hingga saat ini usia al-Azhar
telah mencapai lebih dari seribu tahun. Awalnya al-Azhar adalah sebuah masjid yang
didirikan oleh khalifah Mu’idz li Dinillah Ma’ad bin Mansyur (931-975 M), khalifah
keempat dinasti Fatimah yang berkuasa di Mesir kala itu. Kemudian fungsi al-Azhar
ditambah menjadi pusat kebudayaan dan pendidikan. Mulanya lembaga pendidikan al-Azhar
adalah pusat penyebaran paham syiah. Namun sejak Salahuddin al-Ayyubi berkuasa di Mesir
pada tahun 1711 M, kurikulum  lembaga pendidikan al-Azhar pun diubah dari paham syiah
menjadi mazhab sunni yang terus berlaku sampai sekarang.
Pada tahun 1961, universitas al-Azhar membuka sejumlah fakultas baru seperti
pendidikan, kedokteran, farmasi, ekonomi, sains, pertanian, dan teknik. Dangan ini, maka di
Universitas al-Azhar terdapat dua penjurusan yaitu fakultas ilmu (ilmu umum) dan fakultas
adabi (agama). Hanya saja yang membedakan alumni Universitas al-Azhar, baik fakultas
agama maupaun non-agama, dengan alumni Universitas-universitas lain di Mesir adalah
kewajiban setiap mahasiswa/mahasiswinya untuk menghafal seluruh al-Quran bagi
mahasiswa Mesir dan Arab, dan menghafal sebagiannya bagi mahasiswa non-Arab.[9]
3.   Cordova (bagian barat)
Cordova memasuki puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Abdurrahman III (912-
961)dan al-Hakam II (961-976). Kemajuan tersebut dapat di lihat dalam berbagai bidang,
antara lain bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan intelektual. Pada saat itu, Islam di
Cordova telah memiliki Universitas Cordova yang tersohor dan menjadi kebanggaan umat
Islam, salah satu Universitas dunia yang terpercaya. Universitas ini menandingi dua
Universitas lainnya, yaitu al-Azhar di Kairo dan Nizhamiyah di Bagdad, dan berhasil menarik
para mahasiswa dari dekat dan jauh, termasuk banyak mahasiswa Kristen dari negara-negara
Eropa lainnya. Al-Hakam menyelenggarakan pengajaran dan telah memberikan banyak

8 NizarSamsul, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009)


hlm. 158
9 Al-kattani Abdul hayyie, Studi Islamic Countries, (Jakarta: Gema Insani, 2009) hlm. 25-26

8
seakali penghargaan kepada para sarjana, beliau juga mendirikan 27 sekolah swasta,
disamping itu terdapat pula 70 perpustakaan dan memiliki koleksi ratusan ribu buku.
4.   Maroko
Pada awalnya nama al-Qurawiyin adalah nama masjid tertua di Maroko, bahkan termasuk
salah satu masjid tertua di dunia. Ia terletak di daerah pegunungan Atlas, persisnya di wilayah
pemukiman lama kota Fes.nama al-Qurawiyin juga dijadikan sebagai nama Universitas Islam
tertua di dunia yang didirikan pada tahun 245 H/857 M, atau pertengahan abad kesembilan
Masehi oleh Fatimah Fihriyah, seorang wanita dari kota Qirauan, negara Tunisia. Dari nama
kota itulah nama Universitas Qurawiyin diambil.
Gedung kampuz al-Qurawiyin yang pertama kali di bangun, dengan bangunan yang
dindingnya terbuat dari kayu berukir kaligrafi Arab ciri khas dan budaya Maroko itu, kini
telah di museumkan di kota Fes.
Universitas al-Qurawiyin sebagai Universitas negeri, dengan mahasiswa dari berbagai
negara, kini mempunyai empat kampus. Kampus utamanya berada di kota Fes, kota ulama
dan kota pelajar Maroko, kampus kedua terletak di kota Tetouan, dekat perbatasan Maroko-
Spanyol, kampus ketiga terletak di kota Aqadir, wilayah Maroko yang di dalamnya banyak
lahan pertanian dan peternakan. Kampus keempat berada di kota Marakes, kota wisata
Maroko. 
Itulah sejarah singkat mengenai  perguruan tinggi tertua yang ada di dunia muslim.
Adapun sejarah singkat mengenai pusat studi Islam yang terdapat di berbagai negara,
akan kami uraikan mengenai studi Islam di masing- masing negara:
1.    Arab Saudi
Arab Saudi mempunyai beberapa Universitas termasukUuniversitas khusus bagi wanita.
Universitas-Universitas itu antara lain adalah king saud University di Riyadh yang di dirikan
tahun 1957,Iislamic University of Madinah (1961), King Abdul Azis University di jeddah
(1967),Iimam Muhammad Bin Saud Islamic University di Riyadh (1974), King Faisal
University di Gammam (1975), Ummul Qura University di Mekkah (1979). Bahasa
pengantar yang di gunakan di Universitas ini, pada umumnya adalah bahasa arab, meskipun
ada juga yang menggunakan bahasa inggris.
2.    Suriah
Universitas yang terletak dikota Damaskus adalah perguruan tinggi favorit di Suriah dan
menyediakan berbagai fakultas. Sebagaimana yang diuraikan diatas, fakultas yang bisa
dimasuki masyarakat Indonesia adalah terbatas pada Fakultas Syariah dan Sastra Fakultas

9
Syariah yang dirintis oleh Syaikh Prof. Dr. Musthafa as-Siba’i ini merupakansalaah satu
fakultas syariah favorit dan terbaik di Timur Tengah.
3.    Malaysia
Kemunculan stadi Islam ditingkat perguruan tinggi di Malaysia ditandai dengan
berdirinya Department of Islamic Studies di Universiti Malaya (UM) pada tahun 1960-an.
Kemudian disusul dengan kemunculan fakultas-fakultas Islamic Studies di universitas-
universitas lainny, seperti Faculty of Islamic  Studies di Universiti Kebangsaan Malaysia
(UKM) pada tahun 1970-an, Faculty of Islamic Revealed Knowledge and Humam Sciences
di International Islamic University of Malaysia (IIUM) pada tahun 1983. Pada perkembangan
selanjutnya muncul kolej atau universitas yang hanya membuka fakultas-fakultas keagamaan
keagamaan saja seperti kolej Universiti Islam Malaysia (KUIM) pada tahun 1995, Kolej
Islam Selangor Darul Ehsan (KISDAR) pada tahun 1995, dan lain-lain.
4.    Aljazair
Di Aljazair, universitas yang berstatusnya islam yang. menyediakan khusus fakultas-
fakultas islam hanya satu, yaitu Universitas Amer Abdel Kader. Sementara Universitas
Aljazair (Universite d’Alger), meskipun bukan universitas islam, tapi membuka beberapa
fakultas studi islam. Selebihnya, hanya sebagai institut atau sekolah tinggi islam yang
menyediakan beberapa jurusan keislaman. Selain itu, universitas lain tidak menyediakan studi
islam.
Universitas Amer Abdel Kader untuk studi ilmu-ilmu islam(jami’ah al-amir ‘Abdul Qadir lil-
Ulum al-Islamiyyah) berada diprovinsi Constantine. Dibangun berdasarkan perintah dari
presiden Houari Boumedienne, pada 14 februari 1984. Universitas ini memiliki satu gedung
bersebelahan dengan masjid Amer Abdel. Nama Amer Abdel Kader sendiri diambil dari
nama pahlawan populer kemerdekaan Aljazair. Pemerintah menetapkan tujuan didirikan
universitas islam ini untuk mencetak mahasiswa yang berwawasan islam dan ilmiah,
menyebarkan pengetahuan keislaman, mengembangkan penelitian, dan meningkatkan ruh
ilmiah
D.   Dinamika Studi Islam di Indonesia
1.    Kondisi Pendidikan pada Kerajaan Islam
a.  Pendidikan Islam pada Kerajaan Samudra Pasai dan Aceh Darussalam
Menurut Muhammad Zunus, bahwa pada setiap kerajaan islam terdapat masa-masa
kemajuan pendidikan islam. Sejak masuknya islam ke tanah aceh (1290 M), pendidikan dan
pengajaran islam mulai lahir dan tumbuh dengan subur, terutama setelah berdirinya kerajaan
islam di aceh. Pada waktu itu bnyaklah ulama di pasai yang membangun pesantren, seperti

10
Teungku di Deurenundong, teungku Cot Mamplam, dan lain-lain. Seiring dengan itu, banyak
pula pelajar dari berbagai daerah yang datang ke Pasai untuk belajar agama islam. Berkat
bantuan pemerintah islam dan masyarakat, maka pesantren, surau dan langgar tersebar di dari
kota-kota sampai ke dusun-dusun. Kegiatan pendidikan islam di Aceh ini mengalami zaman
keemasan pada zaman Iskandar Muda, sehingga menjadi masyhur ke mana-mana, karena
banyak alim ulama dan ahli sastra Islam Indonesia.
b.    Pendidikan islam pada kerajaan Demak, panjang, dan Mataram
Pendidikan islam yang berlangsung di kerajan Demak, panjang, dan Mataram beriringan
dengan kegiatan dakwah islam yang di lakukan para ulama dan para wali, yaitu Maulana
Malik Ibrahim, Sunan Kalijaga, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati. Kitab-kitab agama
Islam di zaman Demak yang kini masih di kenal, ialah Primbon, yaitu notes, berisi serba
macam catatan tentang ilmu-ilmu agama, macam-macam do’a, bahkan ada juga tentang obat-
obatan, dan ilmu ghaib. Dalam kitab ini di sebutkan pula tentang ini atau itu adalah wejangan
dari sunan polan, atau sunan anu, atau dari Kiai Ageng anu. Selain itu, ada oula kitab-kitab
yang di kenal dengan nama suluk sunan bonang, suluk sunan kalijaga, wasita jati sunan
geseng dan ajaran mistis Islam dari masing-masing sunan itu yang di tulis tangan.
c.    Pendidikan Islam di kerajaan Islam di Sulawesi Selatan
Sejak dahulu, perkembangan agama Islam di Sulawesi Selatan amat pesat. Sejalan
dengan itu, di sana terdapat sejumlah pesantren yang berdiri dan berkembang pesat. Pada
tahap awal merupakan pesantren atau surau denagn model lama sebagaimana yang terdapat di
Sumatera dan Jawa. Perkembangan itu semakin pesat sejak adanya alim ulama Bugis yang
dari tanah Mekkah, setelah tinggal di sana beberapa tahun lamanya. Tetapi sebelum itu telah
ada pula ulama tua, di antaranya yang termasyur adalah Syekh Yusuf Tanjul Khalwati.
d.    Pendidikan Islam di Maluku
Menurut sebuah sumber, bahwa pada 11 juli 1951 M, jumlah madrasah tingkat
ibtidaiyah yang berada di maluku Utara sebanyak 44 buah. Adaun guru-guru berjumlah 58
orang, dan murid-muridnya sebanyak 4.600 orang, di antaranya 3.000 orang laki-laki, dan
1.600 orang perempuan. Madrasah menengah hanya ada 1 buah, yaitu di Tidore dengan
jumlah murid sebanyak  49 orang. Selanjutnya di laporkan pula, bahwa jumlah madrasah di
seluruh Maluku (Maluku utara, Maluku Tengah, dan Maluku Selatan) sebanyak 56 buah,
tetapi dalam laporan yang lain jumlahnya sebanyak 84 buah. Pada tahun 1951 di Ambon
terdapat 4 buah madrasah,  termasuk 1 buah madrasah Tsanawiyah. Tetapi pada tahun 1951
hanya tinggal 2 Madrasah Ibtidaiyah.
e.    Pendidikan Islam di Kalimantan

11
Madrasah yang tertua dikalimantan Barat adalah Madrasatun Najah wa al-Falah yang
terletak di Sei Bukau Besar Mempawah yang didirikan pada tahun 1918. Di antara madrasah
yang termashur adalah madrasah perguruan islam (Assulthaniah) di sambas pada tahun 1922.

2.   Keadaan Pendidikan Islam di Zaman Belanda


Sikap kolonial Belanda terhadap pendidikan Islam bisa dilihat lebih lanjut dari
kebijakannya yang sangat distriminatif, baik secara sosial, ras, anggaran, maupun
kepemelukan terhadap agama.
Diskriminasi sosial terlihat pada didirikannya sekolah yang membedakan antara sekolah
yang diperuntukan khusus kaum bangsawan dengan sekolah yang khusus untuk rakyat biasa.
Diskriminan ras terlihat dengan jelas pada klasifikasi sekolah di Indonesia. Pada tingkat
dasar pemerintah membuka sekolah-sekolah yang dibedakan menurut ras dan keturunan
seperti Europeeche Lagere School (ELS) untuk anak-anak Eropa, Holandsh Chinese
School untuk anak-anakChina dan keturunan Asia Timur, Holandsch School yang keudian di
sebut selah bumiputra, untuk anak-anak pribumi dari kalangan ningrat, dan
terakhir Inlandsch Scool yang disediakan untuk anak-anak pribumi pada umumnya.
Diskriminasi anggaran terlihat pada pemberian anggaran yang lebih besar kepada sekolah
untuk anak-anak eropa, padahal jumlah siswa pada sekolah Bumiputra jauh lebih banyak.
Diskriminasi kepemelukan agama antara lain terlihat pada kebijakan pemerintah Belanda
yang mengonsentrasikan di wilayah dimana terdapat sejumlah besar penduduknya  yang
beragama kristen sepeti Batak, Manado, dn kalimantan. Pesantren yang menjadi basis
pendidikan agidak mendapatkan perhatian sama sekali, bahkan cenderung dimusuhi. 
Dengan bedasarkan pada dalil Al-Qur’an dan Al-Hadits yang berisi perintah memerangi
orang kafir, dan tidak boleh mengambil pimpinan dari orang kafir, di tambah lagi dengan
sikap Belanda yang menyengsarakan rakyat indonesia, membuat kaum pesantren menaruh
sikap curiga dan memusuhi Belanda. Mereka menolak bentuk bantuan apapun dari
pemerintah Belanda, dan melarang melakukan berbagai hal yang berbau Belanda. Kelompok
inilah yang pada giliranya bersedia memenggul senjata untuk jihad di jalan Allah, yakni
berperan di medn laga untuk mengusir kaum penjajah dan membebaskan rakyat Indonesia
dari para penjajah. Terdapat 3 sikap yang di tempuh umat islam dalam merespon kebijakan
pendidikan Belanda.
Pertama, kelompok yang mengisolasi  diri atau non-kooperatif dengan kebijakan
Belanda. Sikap non-kooperatif adalah sikap yang menjadikan Belanda sebagai musuh yang
harus di benci dan di jauhi. Mereka berpendapat bahwa kerja sama dengan Belanda tidak di

12
benarkan, baik secara aqidah maupun kemanisiaan. Sikap non-kooperatif ini banyak di
lakukan oleh para ulama salaf yang memimpin pesantren pada umumnya tersebar di
pedesaan.
Kedua, kelompok yang bersikap akomodatif secara selektif dan proposional. Ketiga,
kelompok yang sepenuhnya mengambil model pendidikan Belanda. Tetapi dalam perjalanan
selanjutnya, kaum modernispun memutuskan hubungan untuk tidak lagi mau kerja sama
dengan Belanda, karena Belanda kian semena-mena dalam memperlakukan bangsa
Indonesia.
3.   Keadaan Pendidikan Islam di Zaman Jepang
Kehadiran Jepang di Indonesia terhitung amat singkat, yakni hanya 3,5 tahun. Namun
waktu yang singkat ini tidak berarti bahwa Jepang tidak memberi pengaruh terhadap
perkembangan pendidikan islam. Lamanya waktu, sebagaimana yang di lakukan oleh
Belanda di Indonesia, tidak menjadi jaminan bangsa Belanda di Indonesia telah berbuat
banyak terhadap pendidikan islam.sebaliknya Jepang yang beradadi Indonesia dalam waktu
singkat telah memberikan pengaruh pendidikan islam sebagai berikut.
Pertama, umat islam merasa lebih leluasa dalam mengembangkan pendidikannya, karena
berbagai undang-undang dan peraturan yang di buat oleh pemerintah Belanda yang sangat
diskriminatif dan membatasi itu sudah tidak di perlakukan lagi. Umat islam pada zaman
kolonial Jepang memperoleh peluang yang memungkinkan dapat berkiprah lebih leluasa
dalam bidang pendidikan.
Kedua, bahwa sistem pendidikan islam yang terdapat pada zaman Jepang pada dasarnya
masih sama dengan sistem pendidikan islam pada zaman Belanda, yakni di samping sistem
pendidikan pesantren yang didirikan kaum ulama tradisional, juga terdapat sistem pendidikan
klasikal sebagaimana yang terlihat pada madrasah, yaitu sistem pendidikn Belanda yang
muatanya terdapat pelajaran agama.[10]
4.   Pendidikan Islam di Zaman Orde Lama
Pada masa ini pendidikan Islam
kurang diperhatikan karena adanya perang dingin antara pemerintah dengan elite Islam,
sehingga pendidikan Islam belum mendapatkan perhatian yang sungguh-
sungguh dari pemerintah.
Namun, meskipun kurang diperhatikan pada zaman ini terdapat beberapa usaha yang
dilakukan pemerintah dalam kepentingan pendidikan Islam, antara lain:

10 Prof.Dr.H.Abuddin Nata,MA.,Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: kencanaPrenada Media


Group, 2011) hlm. 235
13
Pertama, didirikannya Departemen Agama, pembinaan pendidikan agama setelah
kemerdekaan Indonesia dilakukan secara formal. Departemen agama diresmikan pada tanggal
3 Januari 1946. Departemen agama juga mengurusi bidang pendidikan yang berhubungan
dengan agama. Namun disamping itu pemerintah juga mendirikan departemen pendidikan
dan kebudayaan, yang menimbulkan pengelolaan pendidikan yang dikotomis, yang
selanjutnya berdampak adanya diskriminasi kepada departemen agama.
Kedua, dikeluarkannya sejumlah kebijakan berupa peraturan perundang-undangan yang
ada hubungannya dengan pendidikan agama. Diantara kebijakan itu antara lain Undang-
UndangNomor 12 tahun 1950, PeraturanBersamaMenteri PP&K (Nomor K/652)
DenganMenteri Agama (Nomor 1432), dan keputusan sidang MPRS pada bulan desember
1960.
Ketiga, diberikannya perhatian terhadap pertumbuhan perkembangan lembaga pendidika
n Islam, seperti madrasah dan pesantren. Perhatian ini diwujudkan dengan diberikannya
bantuan material dari pemerintah kepada madrasah dan pesantren yang diserahkan kepada
Kementerian Agama sebagai  pembinaan dan pengembangannya.
Keempat, memberikan bantuan fasilitas dan sumbangan material kepada lembaga-
lembaga pendidikan Islam, seperti mengangkat guru agama, membantu pembangunan
madrasah, bantuan buku-buku pelajaran, me-negeri-kan madrasah, dan bantuan lainnya.
5.   Pendidikan Islam di Zaman Orde Baru
pada dasarnya kebijakan yang lair pada zaman orde baru, termasuk pada bidang
pendidikan, diarahkan pada upaya pembangunan ekonomi. Kebijakan dalam bidang
pendidikan dapat dilihat sebagai berikut:
Pertama,  masuknya pendidikan Islam kedalam system pendidikan Nasional. Hal ini
dimulai dengan lahirnya surat keputusan bersama 3 menteri (SKB 3 Menteri) yaitu menteri
pendidikan, menteri agama dan menteri dalam negeri. Yang berisikan bahwa lulusan
madrasah dapat melanjutkan kejenjang pendidikan umum dan sebaliknya, berhak
mendapatkan bantuan sarana prasarana, biaya dan diakui ijazahnya.
Kedua,  pembangunan madrasah dan pesantren, baik dalam bentuk fisik maupun non
fisik. Pada aspek fisik dilakukan pada peningkatan dan perlengkapan infrastruktur,
sarana prasarana, dan fasilitas seperti buku, perpustakaan dan perlengkapan laboratorium.
Pada aspek nonfisik meliputi pembaruan bidang kelembagaan, manajemen pengelolaan,
kurikulum, mutu sumberdaya manusia, proses belajar mengajar dan lain sebagainya.
Pembangunan pada bidang pendidikan ini tampak cukup berhasil dengan adanya lulusan

14
madrasah yang dapat melanjutkan keperguruantinggi yang bergengsi baik di
dalam maupun luar Negeri.
Ketiga, pemberdayaan pendidikan islam non formal.
Pada zaman orde baru perkembangan pendidikan islam non formal mengalami peningkatan
yang sangat signifikan yang dipelopori oleh masyarakat. Yaitu dengan berkembangnya
majelis taklim baik untuk kalangan masyarakat islam kelompok, masyarakat biasa, maupun
bagi masyarakat menengah keatas.
6.   Pendidikan Islam di Zaman Reformasi
Pada masa reformasi ini kebijakan-kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah
menimbulkan keadaan pendidikan Islam yang secara umum lebih baik dari keadaan
pendidikan pada masa pemerintahan orde lama. Keadaan pendidikan tersebut dapat
dikemukakan sebagai berikut:
Pertama,  kebijakan tentang pemantapan pendidikan Islam sebagai bagian dari system
pendidikan nasional. Hal ini terlihat pada penyempurnaan UU nomor 2 Th. 1989 menjadi UU
nomor 20 tahun 2003 tentang SistemPendidikanNasional yang menyatakan bahwa pesantren,
ma`had Ali, Roudhatul Athfal (taman kanak-kanak), dan Majelis ta`lim masuk dalam system
pendidikan nasional.
Serta Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, standar
nasional pendidikan, sertasertifikasi Guru dan Dosen, baik yang berada di bawah kementerian
agama maupun kementerian pendidikan.
Kedua,  kebijakan tentang Anggaran pendidikan Islam. Hal ini terlihat pada
ditetapkannya anggaran pendidikan sebanyak 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) yang didalamnya termasuk gaji guru dan dosen, biaya operasional
pendidikan, pemberian beasiswa bagi mahasiswa yang kurang mampu, pengadaanbuku gratis,
pengadaaninfrastruktur, saranaprasarana, media pembelajaran,
peningkatansumberdayamanusiabagilembaga yang bernaung di bawahkementerian Agama
dankementerianPendidikanNasional.
Ketiga, program wajib Sembilan tahun, yakni setiap anak Indonesia wajib memiliki
pendidikan minimal sampai dengan tamat sekolah lanjutan pertama, yakni SMP atau MTS.
Keempat, penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Nasional (SBN), Sekolah Bertaraf
Internasional (SBI).Kelima,  pengembangan  kurikulum berbasis kompetensi (KBK/tahun
2004) dan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP/tahun 2006)

15
Keenam, pengembanganpendekatanpembelajaranPAIKEM (PembelajaranAktif, Inovatif,
Komunikatif, Efektif, dan Menyenangkan). Dan masihbanyaklagiperkembanganpendidikan
Islam yang lainnya.

16
BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan bahwa, pada
awalnya pendidikan Islam pada masa Rasulullah berkembang melalui dua periode yaitu
periode Makkah dan Madinah. Pada periode tersebut, pendidikan dilakukan dengan bertahap ,
dengan beberapa kebijakan dan metode.
Dinamika studi Islam di Barat begitu pesat dimana ditandai dengan adanya pusat kajian
keagamaan semisal, didirikannya The development of Islamic Studies in Canada, Temple
University, Leiden University dan Chicago University. Selain itu, ditandai dengan adanya
kajian-kajian baru dalam studi Islam di Barat diantaranya pembaruan pemikiran Islam,
dakwah Islam, pendidikan Islam, Politik Islam, dan Ekonomi Islam. Dalam mempelajari
Islam, tentunya mereka mempunyai tujuan antara lain untuk menarik simpati umat Islam,
melemahkan Islam dari dalam, menunjukkan superioritas Barat, memperjuangkan doktrin
Barat, dan kepentingan negara-negara Barat lainnya.
Dinamika studi Islam di Timur dimulai dengan diawali pembelajaran Islam di masjid-
masjid dan rumah, kemudian berkembang menjadi sekolah dan gedung, dan dilanjutkan
dengan adanya pemisahan ilmu agama dan umum.
Sedangkan dinamika studi Islam di Indonesia dapat dibagi menjadi enam kondisi, yaitu
kondisi pendidikan pada zaman kerajaan Islam, Belanda, Jepang, masa orde lama, orde baru
dan zaman revormasi.
B.            Kritik dan saran
Kami selaku penulis, memohon kepada Pembaca supaya memberikan kritik dan saran
yang baik dan membangun  dalam penulisan ataupun isi makalah ini agar kedepannya
menjadikan kami lebih baik. Jazaakumullohu Ahsanal Jazaa khoiron katsiro.

17
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Kudus: Menara Kudus, 2016


Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam
Klasik. Bandung: Angkasa, 2005
Hayyie, Al-kattani Abdul. 2009. Studi Islamic Countries. Jakarta: Gema Insani
Nata, Abuddin. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Media Kencana Group
Nata, Abuddin. 2011.Studi Islam Komprehensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Ramayulis.2012.Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia
Samsul, Nizar.2009. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Zuhairini.2008.Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara

18

Anda mungkin juga menyukai