Anda di halaman 1dari 21

(POLA PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH SAW)

Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam

Dosen Pengampu: Dr. Muhammad Syukri Nawir, S.Pd. I., M.Ag

DI SUSUN OLEH:

MUSLIMIN

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MULTIKULTUR

PROGRAM STUDI PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

FATTAHUL MULUK PAPUA

2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat

serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul

“Pola Pendidikan pada Masa Rasulullah”. Dengan adanya suatu tugas makalah,

penulis sangat bersyukur karena bisa menambah wawasan serta pengetahuan dari

tidak tahu menjadi tahu .

Trimakasih pula kepada Dosen Mata kuliah Bapak Dr. Muhammad Syukri

Nawir., S.Pd.I, M.Ag yang telah memberikan arahan beserta teman-teman

seangkatan, sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya. Walaupun masih

banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, namun penulis berharap agar

makalah ini dapat dipergunakan dan di manfaatkan, baik di dalam kampus atau di

luar kampus.

Akhirnya kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi

para pembaca umumnya. Sekian dari penulis mengucapkan banyak terima kasih .

Jayapura

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
A. Strategi Pedidikan pada zaman Nabi Muhammad SAW........................................4
B. Pola Pendidikan pada zaman Nabi Muhammad SAW............................................7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..........................................................................................................17
B. Rekomendasi........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam analisis Fazlur Rahman dinyatakan bahwa semenjak masa

klasik (850 M-1200 M), umat Islam memiliki kekayaan ilmu dan

pengetahuan. Akan tetapi memasuki abad pertengahan sampai ahkir abad ke-

19 M, umat Islam mengalami kemunduran khususnya dalam bidang

pendidikan.1 Oleh karena itu, perlu adanya penataan ulang sistem pendidikan

yang menginternalisasikan nilai-nilai dan pola pendidikan yang telah

dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Penelusuran terhadap pola-pola serta

keteladanan beliau dalam mendidik sangatlah urgen, sebab keresahan

pendidikan Islam masa kini semakin memprihatinkan. Kajian tentang

pendidikan Islam masa Rasulullah SAW pada hakikatnya tidak terlepas dari

sejarah Islam itu sendiri. Oleh sebab itu, periodesasi sejarah pendidikan Islam

dapat dikatakan berada dalam periode-periode sejarah Islam. Secara garis

besar Dr. Harun Nasution membagi sejarah Islam ke dalam tiga periode, yaitu

periode klasik, pertengahan dan modern.2

Sejarah menjelaskan kepada kita bahwa pendidik khususnya pada

zaman Rasulullah dan para sahabat bukan merupakan profesi atau pekerjaan

untuk menghasilkan uang atau sesuatu yang dibutuhkan bagi kehidupannya,

melainkan ia mengajar karena panggilan agama, yaitu sebagai upaya

mendekatkan diri kepada Allah SWT, Mengharapkan keridahan-Nya serta

menghidupkan agama. Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani

berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya

1
Rembangy, Musthofa, 2010, Pendidikan Transformatif : Pergulatan KritisMerumuskan
Pendidikan di Tengah Pusaran Arus Globalisasi, (Yogyakarta : Teras, 2010), hlm 33
2
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam : Sejarah Pemikiran dan Gerakan,
( Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm 11

1
2

kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.3 Pada dasarnya pendidikan

Islam mengutamakan segi kerohanian dan moral, maka segi mental, jasmani,

matematik, ilmu sosial, dan jurusan-jurusan praktis tidak diabaikan begitu

saja. Dengan demikian pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang

komprehensif. Pendidikan Islam sangat memperhatikan bidang keimanan,

aqidah dan pencapaian ilmu karena zat ilmiah itu sendiri, dan pada masa

Rasulullah SAW karakteristik ini telah dimiliki terutama aspek ilmiah,

kesusastraan dan kebendaan.

Pendidikan Islam di Periode Rasulullah SAW. Fase Mekkah dan

Madinah merupakan sejarah masa lalu yang perlu diungkapkan kembali,

sebagai bahan perbandingan, sumber gagasan, gambaran strategi pelaksanaan

proses pendidikan Islam. Pendidikan Islam di masa Rasulullah SAW, tidak

lepas dari metode, evaluasi, materi, kurikulum, pendidik, peserta didik,

lembaga, dasar, tujuan dan sebagainya yang bertalian dengan pelaksanaan

pendidikan Islam, baik secara teoritis dan praktis. Latar belakang inilah yang

mendorong penulis untuk menganalisis mengenai pendidikan Islam pada

masa Rasulullah SAW, meliputi strategi, pola pendidikan beliau baik

mengenai metode, konsep, kurikulum, serta hal-hal yang berkatian dengan

aktifitas beliau dalam upaya mendidik.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka dapat menarik beberapa rumusan

masalah diantaranya:
1. Bagaimana strategi Pendidikan Islam pada masa Rasulullah ?

2. Bagaimana pola pendidikan pada masa Rasulullah SAW?

3
Radi Udin S. Sangadji Saddam Husein, ‘Urgensi Pembelajaran Al- Qur ’an Hadist,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2018), hlm 13.
3

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Strategi Pendidikan Islam pada masa Rasulullah SAW
2. Mengetahui pola pendidikan pada masa Rasulullah SAW
BAB II
PEMBAHASAN

A. Strategi Pedidikan pada zaman Nabi Muhammad SAW


Srategi pengajaran pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Sejalan dengan tahapan-tahapan dakwah yang disampaikannya kepada kaum
Quraisy yang terdiri dari tiga tahapan:

a. Tahap Rahasia dan Perorangan

Pada awal turunya wahyu pertama (the first revelation) al-Qur’an surat
96 ayat 1-5, strategi pendidikan yang di lakukan adalah secara
sembunyi-sembunyi, mengingat kodisi sosial-politik yang belum stabil,
dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-mula
Rasulullah mendidik istrinya Khadijah untuk beriman kepada Allah
dan menerima petunjuk dari-Nya. Kemudian diikuti oleh anak
angkatnya Ali Ibn Abi Thalib (Anak pamanya) dan Zaid Ibn Haritsah
(Seorang pembantu rumah tangganya yang kemudian diangkat menjadi
anak angkatnya). Kemudian sahabat karibnya Abu Bakkar Assidiq.
Ajakan tersebut di sampaikan secara berangsur-angsur secara meluas,
tetapi masih terbatas di kalangan keluarga dekat dari suku Quraisy
saja, seperti di katakan dalam Al-Qur’an:

   

Terjemahannya:
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang
terdekat, (Q.S Al- Asy-Syu’ra/26: 214).4

4
Depertemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV Jumanatul J-
ART, 2004), hlm 376

4
5

Ayat di atas menjelskan Rasulullah mengajak keluarga


terdekat dan kerabatnya untuk memeluk Islam seperti Usman Ibn
Affan, Zubair Ibn Awam, Saad Ibn Zaid, dan beberapa orang lainnya.
Mereka semua merupakan tahap awal yang mula-mula masuk Islam
yang di sebut “assabiquna al awwalun”.

b. Tahap Terang-terangan

Pendidikan secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama tiga


tahun, sampai turunya wahyu berikutnya, yang memerintahkan dakwah
secara terbuka dan terang-terangan. Ketika wahyu tersebut turun,
beliau mengundang keluarga dekatnya untuk berkumpul di bukit
Shafa, menyerukan agar berhati hati terhadap azab yang keras di
kemudian (hari kiamat), bagi orang yang tidak mengakui Allah sebagai
Tuhan yang Esa dan Muhammad sebagai utusan-Nya. Seruan tersebut
di jawab Abu Lahab, “Celakalah kamu Muhammad! Untuk inikah
kamu mengumpulkan kami? Saat itu di turunkan wahyu yang
menjelaskan perihal Abu Lahab dan Istrinya.5 Perintah dakwah secara
terang terangan dilakukan oleh Rasulullah seiring dengan jumlah
sahabat yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jangkauan
seruan dakwah, karena di yakini dengan dakwah tersebut, banyak
kaum Quraisy yang akan masuk islam. Di samping itu keberadaan
rumah Arqam ibn Arqam sebagai pusat dan lembaga pendidikan islam,
sudah diketahui oleh kuffar Quraisy.

Hasil seruan dakwah secara terang-terangan yang terfokus


kepada keluarga dekat, kelihatanya belum maksimal sesuai dengan apa
yang diharapkan. Maka Rasulullah mengubah strategi dakwahnya dari

5
Depertemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV Jumanatul J-
ART, 2004), hlm 603
6

seruan yang terfokus kepada keluarga dekat beralih kepada seruan


umum umat manusia secara keseluruhan. Seruan dalam skala
‘internasiona’ tersebut didasarkan kepada perintah Allah, surat al-hijr
ayat
       
  
Terjemahannya:
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa
yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-
orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara kamu
daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan
(kamu). (Q.S al-Hijr/15: 94-95)6

Sebagai tindak lanjut dari perintah tersebut, pada musim haji


Rasulullah mendatangi kemah-kemah para jamaah haji. Pada awalnya
tidak banyak yang menerima, kecuali sekelompok jamaah haji dari
Yatsrib, kabilah Khazraj, yang menerima dakwah secara antusias. Dari
sinilah sinar Islam memancar keluar Mekkah.7

Penerima masyarakat Yatsrib terhadap ajaran Islam secara


antusias tersebut, dikarenakan beberapa faktor :

1) Adanya kabar dari kaum Yahudi akan lahirnya seorang Rosul.


2) Suku Aus dan khazraj mendapat tekanan dan ancaman dari
kelompok Yahudi .
Konflik antara Khazraj dan Aus yang berkelanjutan dalam
rentang waktu yang sudah lama, oleh karena itu mereka mengharap
seorang pemimpin yang mampu melindungi dan mendamaikan
mereka.8 Berikutnya di musim haji pada tahun kedua belas kerasulan

6
Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV Jumanatul J -
ART, 2004), hlm 262
7
Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Terj. Ali Audah, (Jakarta: Tintamas, 1972), hlm 33
8
Ibid., hlm 37-38
7

Muhammad SAW, Rasulullah didatangi dua belas orang laki-laki dan


seorang wanita untuk berikrar kesetiaan yang dikenal dengan “Bai’at
al aqabah .” mereka berjanji tidak akan menyembah selain Allah
SWT. Tidak akan mencuri dan berzina, tidak akan membunuh anak-
anak dan menjauhkan perbuatan-perbuatan keji serta fitnah, selalu taat
kepada Rasulullah dalam yang benar, dan tidak akan mendurhakainya
terhadap sesuatu yang mereka tidak inginkan.9
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa
strategi Rasulullah dalam menyebarkan Pendidikan Islam memiliki
dua cara. Pertama, Rasulullah menggunakan strategi cara tertutup
untuk berdakwah pada keluarga terdekat dan kerabatnya. Kedua,
Rasulullah menggunakan strategi cara dengan terang-terangan kepada
seluruh penduduk Makkah, ada yang menerima da nada yang menolak
tetapi Rasulullah dengan penuh semangat dan giat selalu
mendakwahkan ajaran Islam.

B. Pola Pendidikan pada zaman Nabi Muhammad SAW


1. Lembaga pendidikan Islam Masa Rasulullah
Lembaga pendidikan masa Rasulullah tidaklah seperti lembaga
sekarang ini, yang sudah lenkap dengan hal-hal yang di butuhkan untuk
pendidik dan peserta didik serta penunjangnya berbeda dengan lembaga
pendidikan zaman Rasulullah. Lembaga pendidikan pada zaman
Rasulullah jika di telusuri ada beberapa diantaranya:

9
Syafiyyur Rahman al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyyah, Cet. Ke-9, (Jakarta: Pustaka al-
Kautsar, 2000), hlm 109
8

a. Nabi Muhammad Sebagai Guru dan Pemimpin


Nabi Muhammad saw terlahir dalam keluarga yang sangat

ningrat dan berpengaruh Bani Kinanah yaitu induk suku Quraisy yang

merupakan suku induk langsung. Keluarganya sendiri berasal dari

cabang suku Quraisy yang dinamakan Bani Hasyim, putranya Abdul

Muthalib kakek Nabi Muhammad yang merupakan pemuka dan

pemimpin suku Quraisy.10

Dilihat dari garis keturunannya itu, Muhammad merupakan

keturunan dari orang yang dihormati dan disegani di dalam masyarakat

Quraisy, dan dari situ pula, telah nampak dari diri Muhammad sebuah

potensi seorang pemimpin yang agung, untuk membimbing dan

menuntun umat manusia jalan yang benar.

Tanda itu dapat dilihat, ketika Muhammad diajak Abu Thalib

pamannya ke Syiria dan Basra untuk berdagang, seorang pendeta

Nasrani yang bernama Buhayra dapat memperkirakan dan melihat

tanda-tanda kanabian yang terdapat di atas bahu Muhammad.11

Sebelum diangkat menjadi nabi, Muhammad banyak terlibat

kegiatan-kegiatan masyarakat Makkah, sehingga lama-kelamaan beliau

menjadi terkenal di masyarakat karena kejujuran dan keadilannya.

Satu bukti bahwa Muhammad telah memiliki potensi menjadi

pemimpin yakni ketika beliau diminta penduduk Makkah untuk

meninggikan letak batu mulia Kakbah yang pada waktu itu sedang

dipugar.

10
Sayyid Husen Nasr, Kekasih Allah Muhammad, Cet 2, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1997), hlm 3
11
Ibid., hlm 6
9

Beliau mengajak para anggota suku untuk mengangkatnya

bersama-sama dengan cara setiap kabilah untuk memegang empat

sudut tersebut.12 Demikianlah sikap bijaksana dan adilnya Nabi

Muhammad saw dalam menghadapi setiap hal.

Kesuksesan Nabi Muhammad saw menjadi seorang pemimpin

umat yang tidak hanya sebagai Rasul, banyak didasarkan pada nilai-

nilai akhlak, yang meliputi nilai-nilai utama dalam kepribadian, tabiat,

akhlak, pembawaan dan lain sebagainya.

Selain itu Islam memiliki tokoh dan figur sentral dimana seluruh

sisi kehidupannya dapat dijadikan contoh oleh para pengikutnya,

sehingga ajarannya tidak bersifat utopia dan khayalan, melainkan

terwujud dalam tataran realitas. Dan itu semua nampak dalam pribadi

Nabi Muhammad Saw.

Rasulullah Saw adalah tokoh yang memiliki banyak peran. Ia

adalah seorang pemimpin umat, komandan perang, referensi bagi umat

dan hakim dalam menyelesaikan berbagai masalah. Tapi dari sekian

banyak peran beliau, peran paling utama dan esensial adalah peran

sebagai seorang pendidik atau guru.13

Bukti hal ini bisa dilihat pada firman Allah Swt berikut ini:

       


    
        

Terjemahnya:
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf
seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-
12
Ibid., hlm 12
13
Jumal Ahmad, Rasulullah Sebagai guru dan pendidik, https://ahmadbinhanbal.com/
rasulullah-saw-sebagai-guru-dan-pendidik/, diaskes pada Kamis 16 Desember 2021, pukul 20.00
WIT
10

ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan


mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan
sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata (QS. Al-Jumuah/62: 2)14
Ada tiga peran utama Rasulullah Saw yang tertera dalam di atas:

1. Membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka

2. Mensucikan mereka

3. Mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah).


b. Dar al-Arqam bin Abi al-Arqam
Pada zaman Rasulullah lembaga pendidikan yang digunakan
adalah rumah sahabat sebagai tempat berlangsungnya pendidikan
Islam. Sebagai contoh rumah al-Arqam ibn Abdi Manaf di Makkah.
Selain itu ada juga rumah sahabat yang digunakan untuk
berlangsungnya pendidikan Islam yaitu rumah Khalid ibn Zaid al-
Kharajiy di Madinah. Dirumah inilah kaum Muslimin berkumpul
untuk belajar kepada Nabi Muhammad SAW.15 Di tempat itulah
pendidikan Islam pertama dalam sejarah pendidikan Islam. Disanalah
Nabi mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok agama Islam kepada
sahabat-sahabatnya dan membacakan wahyu-wahyu (ayat-ayat) al-
Qur’an kepada para pengikutnya serta nabi menerima tamu dan orang-
orang yang hendak memeluk agama Islam atau menanyakan hal-hal
yang berhubungan dengan agama Islam. Bahkan disanalah Nabi
beribadah (sholat) bersama sahabat-sahabatnya.16

14
Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Yogyakarta: Jumanatul, 2014),
hlm
15
Zaini Dahlan, Sejarah Pendidikan Islam: Signifikasi Jejak Pendidikan Islam bagi
Pengemabangan Pendidikan Islam Masa Kini dan Masa Depan, (Medan : Perpustakaan Nasional,
2018), hlm 9
16
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT.Raja Grafindo, Persada, 2008),
hlm 6
11

c. Maktab
Masyarakat Arab khususnya Makkah telah mengenal adanya
lembaga pendidikan rendah yang di sebut maktab. Kuttab atau Maktab
diambil dari kata Taktib yang berarti mengajar tentang menulis. Pada
rujukan yang lain Kuttab atau Maktab berasal dari kata dasar yang
sama, yaitu kataba yang artinya menulis, sedangkan kuttab berarti
tempat menulis atau bisa dikatakan tempat di mana dilangsungkannya
kegiatan untuk tulis menulis. Kegiatan kuttab juga dilakukan di
halaman masjid hal itu dikarenakan siswa-siswa tersebut kurang
mampu, selain itu juga kuttab sebagai tempat pendidikan yang
mengajarkan al-Qur’an dan dasar-dasar keagamaan.17
d. Masjid
Selain digunakan untuk tempat beribadah, masjid juga
digunakan untuk berlangsungnya Pendidikan Agama Islam. Masjid
tersebut dinamakan masjid Quba, dalam Jurnal yang berjudul
“Bangunan Masjid Pada Masa Nabi dan Implikasinya Terhadap
Jamaah Masjid Perempuan” oleh M. Syafi dikatakan bahwa masjid
pertama yang dibangun pada masa Nabi adalah Masjid Quba di
Madinah.18 Setelah Rasulullah mendapatkan wahyu ia menyampaikan
kepada sahabat, pengikutnya, dan masyarakat baik masyarakat yang
seiman dengan Nabi Muhammad atau masyarakat yang belum masuk
Islam dengan cara lemah lembut agar mereka menerima Islam.

Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa


lembaga pendidikan pada masa Rasulullah ketika di Makkah,
bertempat di rumah Rasul sendiri, rumah al-Arqam bin Abi Arqam,

17
Zaini Dahlan, Op.Cit hlm 15
18
M. Syafi, Bangunan Masjid Pada Masa Nabi dan Implikasinya Terhadap Jama’ah
Masjid Perempuan, Junal Vol.10, No. 1, 2019, hlm 97
12

kuttab (rumah guru, halaman/pekarangan mesjid). Inti materi yang


diajarkan diantaranya keimanan, ibadah dan akhlak, juga baca-tulis
dan berghitung untuk tingkat dasar, al-Qur’an, dasar-dasar agama
untuk tingkat lanjut. Guru disebut mu‘allim atau muaddib, serta tidak
dibayar. Pada saat Islam datang hanya 17 orang Qurasy yang bisa baca
tulis. Sedangkan ketika di Madinah tempat belajar ditambah mesjid,
materi yang diajarkan ditambah; pendidikan kesehatan dan
kemasyarakatan. Sistemnya halaqah.19

2. Metode Pendidikan Islam Masa Rasulullah SAW


Pelaksanaan pembinaan pendidikan Islam pada zaman Nabi tersebut
dapat dibedakan menjadi 2 tahap, baik dari segi waktu dan tempat
penyelenggaraan, maupun dari segi isi dan materi pendidikannya, yaitu :
(1) tahap/fase Makkah, sebagai awal pembinaan pendidikan Islam, dengan
Makkah sebagai pusat kegiatannya, (2) tahap/fase Madinah, sebagai fase
lanjutan pembinaan/pendidikan Islam dengan Madinah sebagai pusat
kegiatannya.20
Adapun metode atau materi yang diterapkan dan dikembangkan oleh
Nabi Muhammad SAWdalam menyampaikan materi adalah:
a. Dalam bidang keimanan: melalui tanya jawab dengan penghayatan
yang mendalam dan di dukung oleh bukti-bukti yang rasional dan
ilmiah.
b. Materi ibadah : disampaikan dengan metode demonstrasi dan
peneladanan sehingga mudah diikuti masyarakat.

19
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Era Rasulullah
Sampai Indonesia, Cet. ke-1 (Jakarta: Kencana, 2007), hlm 5-22
20
Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Cet. Ke- 9, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
hlm 14-18
13

c. Bidang akhlak: Nabi menitikberatkan pada metode peneladanan. Nabi


tampil dalam kehidupan sebagai orang yang memiliki kemuliaan dan
keagungan baik dalam ucapan maupun perbuatan.21

Metode yang digunakan Rasulullah dalam mendidik sahabatnya


antara lain: (1) metode ceramah, menyampaikan wahyu yang baru
diterimanya dan memberikan penjelasan-penjelasan serta keterangan-
keterangannya; (2) dialog, misalnya dialog antara Rasulullah dengan
Mu’az ibn Jabal ketika Mu’az akan diutus sebagai kadi ke negeri
Yaman; (3) diskusi atau tanya jawab, sering sahabat bertanya kepada
Rasulllah tentang suatu hukum, kemudian Rassul menjawab; (4)
metode perumpamaan, misalnya orang mukmin itu laksana satu tubuh,
bila sakit salah satu anggota tubuh maka anggota tubuh lainnya akan
turut merasakannya; (5) metode kisah, misalnya kisah beliau dalam
perjalanan isra’ dan miraj; (6) metode pembiasaan, membiasakan kaum
muslimin shalat berjamaah; (7) metode hafalan, misalnya para sahabat
dianjurkan untuk menjaga al-Qur’an dengan menghafalnya dengan
cara sorogan.

3. Materi Pendidikan Islam Masa Rasulullah SAW


Nabi Muhamad SAW adalah orang yang teguh mempertahankan
tradisi Nabi Ibrahim, tabah dalam mencari kebenaran hakiki,
menjauhkan diri dari keramaian dan sikap hedonisme dengan
berkontemplasi (bertahannus) di Gua Hira. Pada tanggal 17
Ramandhan turunlah wahyu Allah yang pertama, surat al-Alaq Ayat 1-5
sebagai fase pendidikan Islam Makkah. Pendidikan Islam terjadi sejak
Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul Allah di Makkah dan
beliau sendiri sebagai gurunya. Nabi Muhammad SAW menerima
21
Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam
Klasik, (Bandung: Angkasa, 2005), hlm 135-136
14

wahyu yang pertama di Gua Hira di Makkah pada tahun 610 M. dalam
wahyu itu termaktub ayat al-Qur’an yang artinya: “Bacalah (ya
Muhammad) dengan nama tuhanmu yang telah menjadikan (semesta
alam). Dia menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
tuhanmu maha pemurah. Yang mengajarkan dengan pena.
Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya” (Q,S Al-
Alaq/ :1-5).22
Pendidikan Islam mulai dilaksanakan Rasulullah setelah
mendapat perintah dari Allah agar beliau menyeru kepada Allah,
sebagaimana yang termaktub dalam al-Qur’an surat Al-Mudatstsir ayat
1-7. Dalam surat Al-Mudatstsir ini bahwa “bangun (menyeru)” berarti
mengajak dan mengajak berarti mendidik.23 Adapun Bahan/materi
pendidikan tersebut diturunkan secara berangsur-angsur, sedikit demi
sedikit.
Dalam masa pembinaan pendidikan agama Islam di Makkah
Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan al-Qur’an karena al-Qur’an
merupakan pokok utama dari sumber ajaran Islam. Disamping itu Nabi
Muhammad SAW mengajarkan tentang ketahuidan kepada umatnya.
Adapun materi pendidikan yang diutamakan Rasulullah SAW
pada fase Makkah adalah:24
a. Pendidikan Keagamaan, yaitu hendaklah membaca dengan nama
Allah semata jangan menduakan selain dengan-Nya.

22
Depertemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: CV Jumanatul J-ART,
2004), hlm 597
23
Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1997), hlm 12.
Surat Al-Mudatssir: 1-7 yang artinya: Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu
berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah. dan perbuatan dosa
tinggalkanlah. dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih
banyak. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
24
Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Cet. 9 (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm 28
15

b. Pendidikan Aqliyah dan Ilmiah, yaitu mempelajari kejadian


manusia dari segumpal darah dan kejadian alam beserta isinya.
c. Pendidikan akhlak dan budi pekerti, yaitu Nabi Muhammad SAW
mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak mulia sesuai
dengan ajaran tauhid Islam.
d. Pendidikan jasmani atau kesehatan, yaitu mementingkan
kebersihan pakaian, badan dan tempat kediaman.
4. Kurikulum Pendidikan Islam masa Rasulullah SAW
Kurikulum pendidikan Islam pada masa Rasulullah adalah al-
Qur’an, yang Allah wahyukan sesuai dengan kondisi dan situasi.
Dalam praktiknya pendidikan Islam tidak hanya dituntut sebagai
pendidikan yang logis dan rasional tetapi juga secara fitrah dan
fragmatis. Hasil dari cara yang demikian itu dapat dilihat dari sikap
rohani dan mental para pengikutnya yang dipancarkan kehidupan yang
bermental dan semengat yang tangguh, tabah, sabar. Rasulullah juga
menyuruh para sahabat untuk mempelajari bahasa asing. Rasulullah
berkata kepada Zaid bin sabit “saya hendak mengirim surat kepada
kaum Suryani, saya khawatir kalau mereka menambah nambah atau
mengurangi sebab itu, hendaklah engkau mempelajari bahasa Suryani
(Yahudi)”. Statement ini menunjukkan bahwa pendidikan Islam
sifatnya Universal, berlaku untuk semua umat di dunia. Selain itu
pernyataan Rasulullah juga menunjukkan bahwa materi pelajaran yang
berasal dari dunia luar bukan hal yang tidak boleh dipelajari, akan
tetapi hal yang wajib dilakukan untuk pengembangan dakwah dan
pendidikan Islam ke dunia luar Islam.25
Kurikulum yang didedahkan oleh Rasulullah sama yang ada di
Makah atau pun Madinah bertujuan melahirkan insan yang sempurna
25
HM, Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm 183
16

dari segi fizikal dan spiritual agar memperoleh kebahagian di dunia


dan akhirat. Kurikulum yang digariskan oleh Rasulullah SAW ini
kemudiannya diwarisi oleh para sahabat termasuk pengumpulan dan
pembukuan al-Qur’an dan Hadis yang membawa kepada pengenalan
ilmu tafsir, usuludin, fiqah, dan ilmu-ilmu lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Pengertian Pendidikan Islam adalah adalah usaha yang dilakukan oleh


pendidik untuk menumbuh kembangkan potensi manusia agar dapat
mencapai kesempurnaan penciptaannya sehingga manusia tersebut dapat
memainkan perannya sebagai makhluk tuhan yang beriman, berilmu dan
berakhlakul karimah.
2. Pola Pendidikan masa Rasulullah SAW terbagi menjadi beberapa
diantaranya strategi, metode, materi, dan kurikulum. Strategi rasulullah
dalam menyebarkan pendidikan Islam terbagi 2, yaitu secara sembunyi-
sembunyi, dan terang-terangan. Metode yang digunakan Rasulullah
diantaranya dengan ceramah, tannya-jawab serta metode teladan. Materi
yang disamapikan ialah materi keagamaan atau akidah, akhlak, aqliyah
dan ilmiah, dan materi Jasmani. Dan Nabi Muhammad menggunakan
kurikulum al-Qur’an dimana jika ada permasalahan, maka saat itulah
ayat turun dan langsung disampaikan kepada para sahabatnya.

B. Rekomendasi

Besar haranpan penulis, makalah ini bisa bermanfaat bagi para

pembaca. Tidak ada yang sempurna di muka bumi ini, kesempurnaan hanya

milik Allah SWT. bilamana ada kekurangan, dikemudian hari harapannya

dapat sempurnakan kembali.

17
DAFTAR PUSTAKA

Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan


Islam Klasik, (Bandung: Angkasa, 2005).
Depertemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV Jumanatul
J-ART, 2004).
Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Terj. Ali Audah, (Jakarta: Tintamas, 1972).
Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1997),
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam : Sejarah Pemikiran dan Gerakan,
( Jakarta: Bulan Bintang, 1975).
HM, Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991).
M. Syafi, Bangunan Masjid Pada Masa Nabi dan Implikasinya Terhadap
Jama’ah Masjid Perempuan, Junal Vol.10, No. 1, 2019.
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT.Raja Grafindo, Persada,
2008).
Radi Udin S. Sangadji Saddam Husein, ‘Urgensi Pembelajaran Al- Qur’ Al
Hadist Terhadap’, (2018)
Rembangy, Musthofa, Pendidikan Transformatif : Pergulatan Kritis Merumuskan
Pendidikan di Tengah Pusaran Arus Globalisasi, (Yogyakarta : Teras,
2010).
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Era
Rasulullah Sampai Indonesia, Cet. ke-1 (Jakarta: Kencana, 2007).
Sayyid Husen Nasr, Kekasih Allah Muhammad, Cet 2, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1997)
Syafiyyur Rahman al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyyah, Cet. Ke-9, (Jakarta:
Pustaka al-Kautsar, 2000).
Zaini Dahlan, Sejarah Pendidikan Islam: Signifikasi Jejak Pendidikan Islam bagi
Pengemabangan Pendidikan Islam Masa Kini dan Masa Depan, (Medan :
Perpustakaan Nasional, 2018).
Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Cet. 9 (Jakarta: Bumi Aksara, 2008).
Jumal Ahmad, Rasulullah Sebagai guru dan pendidik, https://ahmad
binhanbal.com/ rasulullah-saw-sebagai-guru-dan-pendidik/, diaskes pada
Kamis 16 Desember 2021, pukul 20.00 WIT

18

Anda mungkin juga menyukai