Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM

(PERIODE RASULULLAH SAW. DAN KHULAFAURRASYIDIN)

OLEH:

UNTUNG, S.Pd

0001.03.50.2022

IRFAN

0006.03.50.2022

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah pendidikan Islam, tidak terlepas dari sumber pendidikan Islam

yaitu Allah SAW sebagai sumber utama melalui fiman-firmannya yang terdapat

dikitab suci umat Islam yaitu Al-Quran. Sumber yang kedua ialah sunnah Nabi

Saw. Yang mana dari beliaulah awal mula timbulnya sejarah pendidikan Islam,

melalui sunnahnya. Oleh sebab itu sunnah mencerminkan prinsip, manisfestasi

wahyu dalam segala perbuatan, perkataan dan taqriri nabi, maka beliau menjadi

tauladan yang harus diikuti. Dalam keteladanan Nabi terkandung pendidikan yang

sangat besar artinya, sumber pendidikan Islam selanjutnya adalah perkataan dan

perbuatan sahabat yangn merupakan penerus atau yang paling memahami

Rasulullah, selanjutnya ijtihad. Sejarah pendidikan Islam amat perlu dipelajari dan

dibaca oleh kalangan mahasiswa, calon guru agama Islam dan pengelola

pendidikan Islam.

Karna sejak awal perkembangan Islam memperlihatkan kepeduliannya

yang amat besar terhadap sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan

pendidikan , hal ini tidak bisa dilepaskan dari ajaran yang terkandung dalam Al-

qur’an dan As-sunnah yang memerintahkan kita untuk selalu menuntut ilmu

dengan seluas-luasnya. Oleh karena itu perlu kiranya kita membahas pendidikan

pada masa Rosulullah dan Khulafa Ar-Rasyidin agar kita lebih memahami dan

bisa merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari.


B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah SAW.?

2. Bagaimana Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Mengetahui Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah SAW.

2. Mengetahui Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa

Khulafaurrasyidin.

D. Pengertian Judul dan Definisi Operasional

Sejarah merupakan suatu keterangan tentang peristiwa-peristiwa masa

silam baik peristiwa sosial, politik, ekonomi, pendidikan, maupun agama dan

budaya dari suatu bangsa negara atau dunia adapun yang dimaksud dengan

sejarah pendidikan Islam dapat diartikan ilmu yang mempelajari suatu peristiwa

unik di masa lampau mengenai dinamika perkembangan pendidikan Islam . itulah

mengapa, substansi dalam materi sejarah pendidikan Islam, tidak hanya berkaitan

dengan cabang-cabang disiplin ilmu sejarah, melainkan juga pertumbuhan dan

perkembangan keilmuan Islam yang berkaitan dengan institusi, pemikiran, dan

penemuan-penemuannya. Termasuk kurikulum dan sistem pendidikan yang

berlaku dalam proses pendidikan Islam di masa lampau.

Sejarah pendidikan Islam juga membahas perkembangan Islam secara

umum sebagai suatu proses transferan materi dan nilai-nilai ajaran Islam. Proses

ini selalu berkembang sebagai hasil interaksi para ulama dan cendekiawan muslim

dengan kondisi peradaban yang mereka hadapi . dinamika pendidikan Islam

dalam kajian ini merupakan hal unik yang terjadi dari masa ke masa. Tumbuh dari
lembaga keluarga berkembang ke masjid kutap, madrasah, jami'ah pondok

pesantren sampai pada sekolah-sekolah Islam modern maupun terpadu.

Dari pandangan tersebut di atas maka bersejarah pendidikan Islam

merupakan rangkaian proses sistematis dalam mempersiapkan generasi muslim

agar dapat menjalankan kehidupan yang memenuhi kehidupan hidup secara

efektif dan efisien dengan mempertimbangkan berbagai aspek termasuk peristiwa

masa lampau dalam mengambil keputusan . sehingga dari pemahaman tersebut

nilai-nilai yang hendak diusung dalam sejarah pendidikan Islam tampaknya

menjadi garis pembatas dan pembeda antara konsep sejarah pendidikan dengan

sejarah lainnya.1

1 Muhammad Tisna Nugraha, Sejarah Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Diandra Kreatif, 2019) h.
15-16.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidikan Masyarakat Arab Sebelum Islam

Situasi dan kondisi kehidupan masyarakat Arab sebelum Islam berada

dalam keadaan yang kurang menguntungkan bagi kelangsungan hidup manusia

pada umumnya dan bagi pengembangan kebudayaan dan peradaban. Karena itu,

sejarah tidak mencatat lahirnya para ilmuan atau karya-karya besar dalam bidang

peradaban dan kebudayaan dari masyarakat Arab. Para ilmuan dan karya-karya di

bidang kebuadayaan dan peradaban pada umumny lahir di Yunani, India, Cina,

dan Persia, dan tidak dimasyarakat Arab.

Pendidikan dan pengajaran yang berlangsung pada masyarakat Arab

sebelum Islam adalah pendidikan yang amat sederhana yaitu pendidikan yang

diarahkan pada penyiapan generasi agar dapat hidup sesuai dengan situasi dan

kondisi geografis daerah Arab. Kepada anak laki-laki diberikan pendidikan yang

berbasis pada kebiasaan hidup di dalam padang pasir, yaitu berupa bimbingan

pemberian keterampilan, pemberian contoh tentang cara-cara mempertahankan

kelangsungan hidup di padang pasir, seperti kemampuan memilih lokasi yang

cocok untuk ditempati, mengetahui keadaan cuaca, keterampilan membangun

tempat persinggahan sementara mencari sumber air padang rumput, menjaga

keluarga dari serangan musuh atau binatang buas, berperan dan keterampilan

lainnya. Adapun kepada anak-anak perempuan diberikan pendidikan yang

berbasis pada kebiasaan hidup sebagai istri di rumah, yaitu berupa bimbingan

pemberian keterampilan contoh tentang cara-cara mengatur rumah tangga


mengerjakan tugas-tugas di rumah seperti memasak menyediakan hidangan

makanan dan minuman keluarga lainnya.

Dipilihnya masyarakat Arab yang demikian itu sebagai tempat kelahiran

Islam boleh jadi merupakan sebuah perencanaan dari Tuhan untuk

menggambarkan keadaan orisinalitas dan spektakularitas tentang perubahan yang

dibawa Islam . sejarah mencatat bahwa Islam yang lahir di masyarakat Arab

membawa sebuah tradisi baru yang sungguh belum pernah ada sebelumnya di

masyarakat Arab. Tradisi baru inilah yang selanjutnya menjadikan sebagai Arabia

menjadi pusat keunggulan kebangkitan kebudayaan dan peradaban yang hasilnya

hingga kini dirasakan oleh seluruh masyarakat di dunia . tradisi baru itu adalah

tradisi membaca, menulis, dan meneliti dalam artian seluas-luasnya, sebagaimana

hal tersebut terlihat dalam ayat-ayat Alquran yang pertama kali diturunkan yang

berkenaan dengan membaca dan menulis perintah untuk meneliti alam jagat raya,

manusia, masyarakat, dan kandungan Alquran itu sendiri melalui kegiatan inilah

lahir merupakan ilmu baik agama dan umum . ilmu agama dan ilmu inilah yang

selanjutnya menjadi dasar dan pilar bagi pembangunan kebudayaan dan

peradaban.2

B. Perkembangan Pemikiran Pendidikan Islam

Sistem pendidikan dan pengajaran Islam sudah mulai dibangun sejak

Rasulullah Muhammad SAW menerima wahyu pertama. Rasulullah SAW adalah

guru pertama bagi umat Islam. Rasulullahulalah SAW mengajarkan ayat-ayat Al-

2 Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, Edisi 1, Cet. ke-2, (Jakarta: Kencana, 2014) h. 65-66.
Qur'an dan hadis kepada para sahabat. Rasulullah SAW akan mengulang bacaan

ayat Al-Qur'an dan hadis tersebut sebanyak tiga kali hingga para sahabat bisa

menghafal dan memahaminya. Rasulullah SAW juga mengirimkan beberapa

orang penduduk Makkah untuk mengajarkan keterampilan menulis kepada

penduduk Madinah.

Rasulullah SAW juga mengirimkan guru untuk mengajarkan Al-Qur'an

dari kalangan sahabat. Namun, kegiatan belajar pada saat itu belum dilaksanakan

dalam sebuah lembaga pendidikan yang terorganisasi seperti sekarang. Kegiatan

belajar pada masa awal kekuasaan Islam dilakukan di masjid-masjid, dengan cara

membentuk kelompok-kelompok kecil (halakah). Halakah merupakan sistem

belajar dan mengajar tanpa menggunakan kelas, bangku, meja, dan papan tulis.

Para pelajarnya pun tidak menggunakan sistem baca tulis, melainkan hanya

dengan hafalan. Tulisan hanya dipergunakan untuk menulis Al-Qur'an, sedangkan

hadis Rasulullah SAW tidak diperkenankan untuk di tulis.

C. Perkembangan Pemikiran Pendidikan Islam Periode Rasulullahullah Saw.

1. Metode Pendidikan Periode Rasulullah Saw.

Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama di Gua Hira di

Makkah pada tahun 610 M yaitu Qs. Al-Alaq 1-5. Kemudian disusul oleh wahyu

yang kedua yaitu Al-Mudatsir 1-7. Dengan turunnya wahyu itu Nabi Muhammad

SAW telah diberi tugas oleh Allah swt., untuk bangun dengan beban tanggung

jawab yang besar, memberi peringatan dan pengajaran kepada seluruh umat

manusia, sebagai tugas suci, tugas mendidik dan mengajarkan Islam. Kemudian
kedua wahyu itu diikuti oleh wahyu-wahyu yang lain. Semuanya itu disampaikan

dan diajarkan oleh Nabi, mula-mula kepada karib kerabatnya dan teman

sejawatnya dengan sembunyi-sembunyi.

Kegiatan belajar pada masa awal kekuasaan Islam dilakukan di masjid-

masjid, dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil (halakah). Halakah

merupakan sistem belajar dan mengajar tanpa menggunakan kelas, bangku, meja,

dan papan tulis. Para pelajarnya pun tidak menggunakan sistem baca tulis,

melainkan hanya dengan hafalan. Tulisan hanya dipergunakan untuk menulis Al-

Qur'an, sedangkan hadis Rasulullah SAW tidak diperkenankan untuk di tulis.

Namun secara umum, metode yang digunakan adalah metode membaca, menulis,

dikte, menghafal, mengulang hafalan, ceramah, menyimak, dan keteladanan.

Pendidikan Islam pada zaman Rasulullah SAW. dapat dibagi ke dalam dua

periode, pembagian ini sebenarnya lebih didasarkan pada kronologi waktu dan

tempat penyelenggaraan Pendidikan termasuk dari segi materi yang disampaikan

agar lebih mudah untuk dipahami. Adapun periode tersebut adalah periode Mekah

dan Madinah.

2. Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah di Makkah

Setelah banyak orang memeluk Islam, lalu Nabi menyediakan rumah Al-

Arqam bin Abil Arqam untuk tempat pertemuan sahabat-sahabat dan pengikut-

pengikutnya. Rumah itulah yang menjadi tempat pendiikan Islam pertama dalam

sejarah pendidikan Islam. Disanalah Nabi mengajarkan dasar-dasar atau pokok-

pokok agama Islam kepada sahabat-sahabatnya dan membacakan wahyu-wahyu

(ayat-ayat) Alquran kepada para pengikutnya serta Nabi menerima tamu dan
orang-orang yang hendak memeluk agama Islam atau menanyakan hal-hal yang

berhubungan dengan agama Islam. Bahkan di sanalah Nabi beribadah (sholat)

bersama sahabat-sahabatnya.

Lalu turunlah wahyu untuk menyuruh kepada Rasulullah Saw., agar

menyiarkan agama Islam kepada seluruh penduduk jazirah Arab dengan terang-

terangan. Nabi melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Banyak tantangan

dan penderitaan yang diterima oleh Rasulullah Saw. dan sahabat-sahabatnya. Nabi

Saw. tetap melakukan penyiaran Islam dan mendidik sahabat-sahabatnya dengan

pendidikan Islam. Dalam masa pembinaan pendidikan agama Islam di Makkah

Nabi Muhammad juga mengajarkan Al-Qur’an karena Al-Qur’an merupakan inti

sari dan sumber pokok ajaran Islam. Disamping itu Nabi Muhamad SAW,

mengajarkan tauhid kepada umatnya. Intinya pendidikan dan pengajaran yang

diberikan Nabi selama di Makkah ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta

menganjurkan kepda manusia, supaya mempergunakan akal pikirannya

memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta

sebagai anjuran pendidikan ‘akliyah dan ilmiyah.


Gambar

Tahapan Perkembangan Tempat Pendidikan Islam

Kegiatan pendidikan Islam yang berlangsung pada periode Mekkah,

dilakukan selama kurang lebih 13 tahun lamanya. Selama periode tersebut

Rasulullah Saw. Menyampaikan ajaran Islam hanya sebatas pada keluarga,

kerabat maupun sahabat terdekat . namun tidak jarang pula, ajaran Islam yang

beliau sampaikan ditujukan kepada orang fakir, miskin, budak (hamba sahaya),

inilah yang kemudian dimaksud dengan konsep dakwah secara diam-diam

Sebagai seorang keturunan bangsawan sekaligus cucu dari pemimpin

Makkah nabi Muhammad SA . telah mendapat posisi yang cukup strategis dalam

menyebarkan Islam terlebih secara militer beliau didukung oleh pamannya yang

bernama Hamzah bin Abdul Muthalib serta secara ekonomi oleh istrinya Khadijah
Ibn Kuwailid. Pada masa itu Rasulullah SAW; mulai mengislamkan istrinya

tinggal serumah dengannya . Dengan demikian pula maka Khadijah ibn Kuwailid

adalah perempuan dan orang pertama yang masuk Islam, lalu dilanjutkan dengan

islamkannya Ali Bin Abi Thalib dan anak angkatnya yang bernama Harits.

Lambat laun dakwah Rasulullah Saw. Mulai memasuki tahap orang

perorangan Di mana Rasulullah SAW. Kemudian mengislamkan teman

seangkatannya, seperti abu bakar dan dilanjutkan dengan yang lebih tua usianya

Utsman bin Affan termasuk juga beberapa golongan muda. Setelah semakin

banyak jumlahnya, para sahabat kemudian berkumpul di tiap malam hari untuk

belajar agama Islam di rumah arqam Bin arabi Arfan di Mekah dengan demikian

mulailah terbentuk lembaga pendidikan seperti yang dikenal saat ini . tahapan

lembaga pendidikan Islam kemudian semakin berkembang setelah Rasulullah

hijrah ke Madinah dan menjadikan Masjid Nabawi sebagai Sentral ilmu

pengetahuannya dilanjutkan dengan berdirinya ku tetap yang mengajarkan ajaran

Islam secara menyeluruh. Pendidikan Islam pada masa Makkah meliputi:

a. Pendidikan Keagamaan Yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata

jangan dipersekutukan dengan nama berhala.

b. Pendidikan Akliyah dan Ilmiah Yaitu mempelajari kejadian manusiadari

segumpal darah dan kejadian alam semesta.

c. Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti Yaitu Nabi Muhammad SAW

mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran

tauhid.

d. Pendidikan Jasmani atau Kesehatan. Yaitu mementingkan kebersihan pakaian,


badan dan tempat kediaman.

3. Pendidikan Islam pada masa Rasulullah di Madinah

Pada periode Madinah. Islam merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam

yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi

Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi

juga sebagai kepala Negara. Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran

pendidikan agama Islam di Madinah adalah sebagai berikut:

a. Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial

dan politik.

Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya

masyarakat yang bersatu padu secara intern (ke dalam), dan ke luar diakui dan

disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik). Dasar-dasar

tersebut adalah:

1) Nabi Muhammad saw mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan

pertentangan antar suku, dengan jalan mengikat tali persaudaraan diantara

mereka.nabi mempersaudarakan dua-dua orang, mula-mula diantara sesama

Muhajirin, kemudian diantara Muhajirin dan Anshar. Dengan lahirnya

persaudaraan itu bertambah kokohlah persatuan kaum muslimin.

2) Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi Muhammad

menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan

kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.

3) Untuk menjalin kerjasama dan saling menolong dlam rangka

membentuk tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, turunlah syari’at
zakat dan puasa, yang merupakanpendidikan bagi warga masyarakat dalam

tanggung jawab sosial, bnaik secara materil maupun moral.

Setelah selesai Nabi Muhammad mempersatukan kaum muslimin,

sehingga menjadi bersaudara, lalu Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum

Yahudi, penduduk Madinah. Dalam perjanjian itu ditegaskan, bahwa kaum

Yahudi bersahabat dengan kaum muslimin, tolong- menolong , bantumembantu,

terutama bila ada seranga musuh terhadap Madinah. Mereka harus memperhatikan

negri bersama-sama kaum Muslimin, disamping itu kaum Yahudi merdeka

memeluk agamanya dan bebas beribadat menurutkepercayaannya. Inilah salah

satu perjanjian persahabatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

b. Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan

Materi pendidikan sosial dan kewarnegaraan Islam pada masa itu adalah

pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam

prakteknya diperinci lebih lanjut dan di sempurnakan dengan ayat-ayat yang turun

Selama periode Madinah. Tujuan pembinaan adalah agar secara berangsur-angsur,

pokok-pokok pikiran konstitusi Madinah diakui dan berlaku bukan hanya di

Madinah saja, tetapi luas, baik dalam kehidupan bangsa Arab maupun dalam

kehidupan bangsa-bangsa di seluruh dunia.

Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Makkah adalah pendidikan

tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap

individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam

perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatakan


sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan

tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar

dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.3

D. Perkembangan Pemikiran Pendidikan Islam Periode Khulafaurrasyidin

1. Masa Khalifah Abu Bakar (11-13 H/632-634 M)

Khalifah Islam pertama yang dilantik oleh seluruh komunitas muslim

sepeninggal Nabi Muhammad dan ia berjuang mengkonsolidasikan kekuatan Islam

di Arabia, Ia adalah kalangan bangsawan Mekkah yang kaya raya dan sebagai

orang kedua yang memeluk Islam setelah Khadijah. Ia menemani Nabi dalam

perjalanan hijrah ke Madinah. Ia merupakan sahabat terdekat Nabi Muhammad

yang kesetiaannya terhadap Nabi tidak pernah berkurang sedikitpun, dan

keimanannya terhadap dakwah Nabi tidak pernah sedikitpun goyah, karenanya

dikenal al-shiddiq (penuh kepercayaan).4 Ketika Rasulullah SAW. hendak wafat,

beliau menunjuk Abu Bakar untuk menggantikannya menjadi imam shalat, sebab

shalat merupakan satu kegiatan agama yang terpenting. Umar bin Khattab berkata:

“Abu Bakar, bukankah Nabi sudah menyuruhmu, supaya Engkaulah yang

memimpin Muslimin Bersembahyang? Engkaulah penggantinya (khalifah) kami

akan mengikrarkan orang yang disukai oleh Rasulullah di antara kita semua ini,”

3 Muhammad Tisna Nugraha, Sejarah Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Diandra Kreatif, 2019) h.
10-32.
4 CyrilGasse, The Concise Encyclopaedia of Islam, Ensiklopedi Islam, Ringkasan,
(penerjemah: Ghufron A. Mas’adi) (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), cetakan kedua,
h. 7.
Ikrar ini disebut “Ikrar Saqifa”.5 Kata-kata ini sangat menyentuh hati Muslimin

yang hadir. Pihak Muhajirin datang memberikan ikrar, kemudian pihak Anshar juga

memberikan ikrarnya.

Kalimat-kalimat indah yang diucapkan Abu Bakar pertama kali di atas

mimbar setelah Rasulullah SAW. wafat adalah:

“Hai Kaum Muslimin, saya telah diangkat sebagai pemimpin kalian,


tetapi itu tidak berarti bahwa saya adalah yang terbaik di antara
kalian. Maka jika saya benar, bantulah, dan jika saya salah,
betulkanlah !

Ingatlah, orang yang lemah di antara kalian menjadi kuat di sisiku,


hingga saya serahkan haknya kepadanya !

Dan ingatlah, orang yang kuat diantara kalian menjadi lemah di


sisiku, hingga saya ambil yang bukan haknya daripadanya.

Taatilah saya selama saya mentaati Allah dan Rasul-Nya ! Dan jika

sayatidak taat, maka tiada keharusan bagi kalian untuk mentaatiku !”6

Pidato Khulafaur Rasyidin yang pertama ini dikutip dengan lengkap

Haikal. Dalam hal ini ada interaksi pendidikan yang terjadi antara Abu Bakar

sebagai pendidik dan kaum Muslimin sebagai peserta didiknya, dengan materi

utama adalah kejujuran, amanah dalam memimpin, dan hanya Allah dan Rasul

harus ditaati dan pemimpin yang taat kepada Allah dan Rasul yang diatati.

Masa awal kekhalifahan Abu Bakar diguncang pemberontakan, masa

5 Muhammad Husain Haekal, Hayat Muhammad ‘Sejarah Hidup Muhammad’,

(diterjemahkan: Ali Auda), (Jakarta: PT Tintamas Indonesia, 1994), cetakan ketujuhbelas, h.


582-584.
6 Khalid Muhammad Khalid, Mengenal Pola Kepemimpinan Umat dari Karakteristik

Perikehidupan Khalifah Rasulullah, (Bandung: CV Dipenogoro, 1994), cetakan kelima, h. 94


pemerintahan Abu Bakar sangat singkat (632-634) tetapi sangat penting. Dia

terutama berperan melawan Riddah (Kemurtadan) ketika beberapa suku mencoba

melepaskan diri dari umat dan menegaskan lagi kemerdekaan mereka.

Pemberontakan yang terjadi benar-benar murni Politis dan Ekonomis. 7 Orang

yang mengaku sebagai Nabi dan orang-orang yang enggan membayar pajak.

Abu Bakar memusatkan perhatian untuk memerangi para pemberontak yang dapat

mengacaukan keamanan dan mempengaruhi orang-orang Islam yang masih

lemah imannya. Dikirimlah pasukan ke Yamamah, dalam penumpasan ini banyak

umat Islam yang gugur, terdiri dari para sahabat Rasulullah dan hafidz Alquran.8

Karena itu Umar ibn Khattab menyarankan kepada khalifah Abu Bakar untuk

mengumpulkan ayat Alquran. Realisasinya diutusnya Zaid bin Tsabit untuk

mengumpulkan semua tulisan Alquran.

Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau

keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan.

1) Pendidikan keimanan, yaitu menanamkan bahwa satu-satunya

yang wajib disembah adalah Allah.

2) Pendidikan akhlak, seperti adab masuk rumah orang, sopan santun

bertetangga, bergaul dalam masyarakat, dan lain sebagainya.

Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan shalat, puasa dan haji.

7 http://ktp09003,wordpress.com/2010/04/09/pendidikan-di-era-khulafaurrasyidin, 20 September
2011.
8Samsul Nizar, Prof. Dr. H. M.Ag., (editor), Sejarah Pendidikan Islam, (Menelusuri Jejak Sejarah
Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), cetakan tiga,
h. 45.
3) Kesehatan seperti tentang kebersihan, gerak gerik dalam

shalat merupakan didikan untuk memperkuat jasmani dan

rohani.9

Menurut Ahmad Syalabi, lembaga untuk belajar membaca menulis ini disebut

dengan kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah

masjid, selanjutnya Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa kuttab didirikan

oleh orang-orang Arab pada masa Abu Bakar10 dan pusat pembelajaran pada masa

itu adalah Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai para pendidik adalah para

sahabat Rasul yang terdekat.

Berdasarkan urain di atas, penulis berkesimpulan bahwa pelaksanaan

pendidikan Islam pada masa Abu Bakar adalah sama dengan pendidikan Islam

yang dilaksanakan pada masa Nabi baik materi maupun lembaga pendidikanya,

karena Abu Bakar termasuk sahabat terdekat yang hidup sezaman dengan Nabi.

Masa pemerintahan Abu Bakar tidak lama, tapi beliau telah berhasil memberikan

dasar-dasar kekuatan bagi perjuangan perluasan dakwah dan pendidikan Islam.

2. Masa Khalifah Umar Ibnu Khattab (13-23 H/634-644 M)

Khalifah kedua dalam Islam juga orang kedua dari kalangan khulafaur-

Rasyidin (khalifah yang lurus). Ia merupakan satu diantara tokoh-tokoh besar

dalam sejarah Islam. Ia terkenal dengan tekad dan kehendaknya yang sangat

kuat, cekatan, dan karakternya yang berterus terang, Sebelum menjadi khalifah

dikenal sebagai pribadi yang keras dan tidak mengenal kompromi dan bahkan

9
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Hidayakarya Agung, 1989), h. 18.
10 Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
t.th), h. 30
kejam. Di bawah pemerintahannya imperium Islam meluas dengan kecepatan

yang luar biasa. Dapat dikatakan bahwa orang yang terbesar pengaruhnya setelah

Nabi dalam membentuk pemerintahan Islam dan menegaskan coraknya adalah

Umar ibnu Khattab.

Meluasnya wilayah Islam, mengakibatkan meluas pula kebutuhan peri

kehidupan dalam segala bidang. Seperti keteraturan dalam bidang pemerintahan

dan segala perlengkapannya, memerlukan pemikiran yang serius. Untuk

memenuhi kebutuhan itu diperlukan tenaga manusia yang memerlukan

keterampilan dan keahlian memadai, bagi kelancaran roda pemerintahan itu

sendiri. Hal ini berarti peranan pendidikan harus menampilkan dirinya. Wilayah

Islam pada masa Umar meliputi Irak, Persia, Syam, Mesir, dan Barqah. Ia

melakukan ekspansi besar-besaran, sehingga.

Umar dikenal sebagai sahabat Nabi, ijtihad Umar di kalangan ahli fiqih,

misalnya, mengusulkan penyelenggaraan salat tarawih berjamaah, penambahan

kalimat as-salâtu khairun minan-naum (salat lebih baik dari pada tidur) dalam

azan subuh, ide tentang perlunya pengumpulan ayat-ayat Alquran, dan penentuan

kalender Hijrah . Dalam hal pendidikan Umar membangun tempat- tempat

pendidikan (sekolah), juga menggaji guru-guru, imam, muazzin dari dana baitul

mal.

Panglima dan gubernur yang diangkat Umar adalah para sahabat Rasul

yang telah memiliki ilmu pengetahuan agama yang luas, mereka juga adalah

ulama. Seperti Abu Musa Al-Asy’ari gubernur Basrah adalah seorang ahli fiqh,

ahli hadits dan ahli Qur’an. Ibnu Mas’ud dikirim oleh Umar sebagai guru, ia
adalah seorang ahli dalam tafsir dan fiqh, juga ia meriwayatkan hadits. Muaz bin

Jabal, ‘Ubadah, dan Abu Darda’ dikirim ke Damsyik untuk mengajarkan ilmu

agama dan Alquran. Muaz bin Jabal mengajar di Palestina, Ubadah di Hims dan

Abu Darda di Damsyik, Amru Ibnu Al-Ash seorang panglima dari khalifah Umar

berhasil mengalahkan Mesir. Ia adalah seorang yang memiliki keahlian dalam

hadis, terkenal sebagai pencatat hadis Nabi. Sedang di Madinah gudangnya ulama,

seperti Umar sendiri seorang ahli hukum dan pemerintahan, memiliki keberanian

dan kecakapan dalam melakukan ijtihad. Abdullah bin Umar adalah pengumpul

hadis. Ibnu Abbas ahli tafsir Alquran dan ilmu faraid, Ibnu Mas’ud ahli Alquran

dan hadis. Ali ahli hukum juga tafsir.

Berkaitan dengan masalah pendidikan, khalifah Umar ibnu Khatab

merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota

Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan pasar pasar,

serta mengangkat guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukkan. 11 Mereka

bertugas mengajarkan isi Alquran, fiqih, dan ajaran Islam lainnya kepada

penduduk yang baru masuk Islam.

Dari pokok-pokok di atas dapat kita simpulkan bahwa, mata pelajaran

agama Islam pada masa khalifah Umar lebih maju dan lebih luas, serta lebih

lengkap. Karena masa Umar bin Khattab negara dalam keadaan stabil dan aman,

menjadikan masjid sebagai pusat pendidikan, telah terbentuknya pusat-pusat

pendidikan di setiap kota.

Di akhir hayatnya ia berkata, “kematian akan sangat buruk bagiku,

11 Samsul Nizar (editor), Mhd. Dalpen (penulis), Op. cit., h. 47


seandainya aku tidak menjadi seorang muslim”. Umar meninggal pada 23 H/644

M terbunuh oleh Abu Lu’luah Firoz, seorang budak Persia, menikamnya ketika

Umar sedang shalat subuh di Masjid.25Pada akhir hayatnya menunjuk majlis

syura’ (lembaga permusyawaratan) untuk menyelenggarakan pemilihan khalifah

baru.

3. Masa Usman Ibnu Affan (23-35 H/644-656 M)

Khalifah ketiga periode khulafaur rasyidin, ia dipilih sebagai khalifah oleh

sebuah dewan pemilihan yang disebut syura. Sahabat yang sangat berjasa pada

periode-periode awal pengembang Islam, baik pada saat Islam dikembangkan

secara sembunyi-sembunyi maupun secara terbuka. Ia dijuluki Zu al-Nurain

(memiliki dua cahaya) karena ia menikahi dua putri Nabi Muhammad SAW.

bernama Ruqayyah dan Ummu Kulsum.12 Selanjutnya Wa hijratain (turut hijrah

dua kali ke Habsyi dan Yasrib (Madinah).

Azyumardi Azra, mengatakan setidaknya sampai abad ke-15 Mekah dan

Medinah hanya sebagai ‘pusat ibadah dan keagamaan’, khususnya ibadah haji,

tidak menjadi pusat keilmuan. Hal ini karena pusat-pusat keilmuan Islam justru

tumbuh di tempat lain, seperti Baghdad, Kordova, dan Kairo. Pada akhirnya,

pertumbuhan dan intelektualisme Islam sangat berkait dengan dukungan dari

penguasa dan kekuasaan politik. Begitupun tidak bisa diberikan oleh para

penguasa Mekah dan Madinah, karena mereka, yang biasa dikenal dengan ‘syarif”

(asyraf) justru tergantung pada kekuasaan politik lain. Hal ini terlihat jelas pada

12 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedi Islam 5 (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve,

1994), cetakan 3, h. 141


masa-masa Mekah dan Madinah dalam kekuasaan Dinasti Usman.13 Karena pada

masa ini lebih banyak konflik kepentingan diantara penguasa. Pemerintahan

Usman ibnu Affan berlangsung dalam dua periode, periode 6 tahun pertama

ditandai oleh keberhasilan dan kejayaan, periode 6 tahun kedua ditandai oleh

perpecahan tergambar dalam pergolakan dan pemberontakan dalam negeri.

Khalifah Usman meminta mengumpulkan naskah Alquran yang disimpan

Hafsah binti Umar, naskah ini merupakan kumpulan tulisan Alquran yang

berserakan pada masa pemerintahan Abu Bakar. Khalifah Usman kemudian

membentuk suatu badan atau panitia pembukuan Alquran, yang anggotanya terdiri

dari: Zaid bin Sabit sebagai ketua panitia dan Abdullah bin Zubair serta

Abdurrahman bin Haris sebagai anggota. Tugas yang harus dilaksanakan adalah

mengumpulkan lembaran-lembaran lepas dengan cara menyalin ulang ayat-ayat

Alquran ke dalam sebuah buku yang disebut mushaf.

Usman menginstruksikan agar penyalinan berpedoman kepada bacaan

mereka yang menghafal Alquran, seandainya terjadi perbedaan dalam pembacaan,

maka yang ditulis adalah yang berdialek Quraisy (Arab). Salinan Alquran dengan

nama al-Mushaf, oleh panitia diperbanyak menjadi lima buah. Sebuah tetap

berada di Madinah, dan empat lainnya dikirimkan ke Mekah, Suriah, Basrah, dan

Kufah. Naskah salinan yang tetap di Madinah disebut Mushaf al-Imâm.

Pada saat ini umat Islam sudah tersebar luas, mereka memerlukan

pemahaman Alquran yang mudah dimegerti dan mudah dijangkau oleh alam

pikirannya. Peranan hadis atau sunnah Rasul sangat penting untuk membantu

13 Azyumardi Azra, Prof. Dr. MA., Histografi Islam Kontemporer – Wacana Aktualitas, dan

AktorSejarah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), cetakan pertama, h. 162


dan menjelaskan Alquran. Lambat laun timbullah bermacam-macam cabang ilmu

hadis. Tempat belajar masih di kuttab, di masjid atau rumah-rumah. Pada masa ini

tidak hanya Alquran yang dipelajari tetapi Ilmu Hadis dipelajari langsung dari

para sahabat Rasul

4. Masa Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib (35-40 H/656-661 M)

Khalifah keempat khulafaur rasyidin juga sepupu dan sekaligus menantu

Nabi Muhammad SAW. adalah Ali ibnu Abi Thalib. Keturunan Bani Hasyim ini

lahir di Mekah tahun 603 M. Dari kalangan remaja, ia adalah yang pertama masuk

Islam. Nabi mengasuh Ali sejak usia 6 tahun dan pernah menyebutnya

“saudaraku” dan “ahli warisku”. Ali banyak mengetahui tentang kehidupan Nabi,

termasuk ilmu agama. Ali pernah menyelamatkan nyawa nabi ketika diminta

tidur di tempat tidur Nabi untuk mengecoh kaum Quraisy. Ia selalu mendampingi

Nabi SAW. hingga wafatnya dan mengurus pemakamannya.

Bagi golongan syiah, kedudukan Ali sangat istimewa. Dia merupakan cikal

bakal doktrin syiah yang mendasar. Ali juga imam pertama mereka. Ucapan dan

pidato Ali dihimpun dalam sebuah buku yang berjudul Nahj al-Balāgah (teknik

berpidato). Buku ini lama digunakan sebagai panduan pelajaran bahasa Arab,

khususnya tata bahasa. Dalam doktrin syiah, Ali dan para imam yang berasal dari

keturunan sendiri merupakan manusia-manusia yang keberadaannya sangat luar

biasa yang memiliki kemampuan yang aneh. Memiliki kemampuan spiritual yang

absolut, sekaligus otoritas keduniaan. Makam khalifah Ali di Najraf, Iraq

merupakan tempat berziarah.14 Inilah cikal bakal syi’ah dimulai dari Ali ibnu

14 Ade Armando, dkk., Ensiklopedi Islam untuk Pelajar, jilid 1, Loc.cit


Abi Thalib dan sekarang pengikutnya tersebar di Iran dan Iraq.

Dasar pendidikan Islam yang tadinya bermotif aqidah tauhid, sejak masa itu

tumbuh di atas dasar motivasi, ambisius kekuasaan, dan kekuatan. Tetapi sebagian

besar masih tetap berpegang kepada prinsip-prinsip pokok dan kemurnian yang

diajarkan Rasulullah SAW. Ahmad Syalabi mengatakan: “Sebetulnya tidak

seharipun, keadaan stabil pada pemerintahan Ali. Tak ubahnya beliau sebagai

seorang menambal kain usang, jangankan menjadi baik malah bertambah sobek.

Dapat diduga, bahwa kegiatan pendidikan pada saat itu mengalami hambatan

dengan adanya perang saudara. Ali sendiri saat itu tidak sempat memikirkan

masalah pendidikan, karena ada yang lebih penting dan mendesak untuk

memberikan jaminan keamanan, ketertiban dan ketentraman dalam segala

kegiatan kehidupan, yaitu mempersatukan kembali kesatuan umat, tetapi Ali tidak

berhasil.

Pada masa khalifah yang keempat ini kegiatan pendidikan banyak

mengalami hambatan dari berbagai pihak yang berbeda-beda kepentingan. Maka

menurut penulis yang terpenting adalah kembali memurnikan ketaatan ‘ikhlas’

semata-mata karena menjalankan agama.

E. Pusat-Pusat Pendidikan pada Masa Khulafaur Rasyidin

• Mekkah, Guru pertama adalah Muaz bin Jabal yang mengajarkan Al-

Qur’an dan fiqih.


• Madinah, Sahabat yang terkenal: Abu Bakar, Usman bin Affan, Ali bin

Abi Thalib dan lainnya.

• Basrah, Sahabat yang termasyhur adalah: Abu Musa al-Asy’ary dia

adalah seorang ahli fiqih dan al-Qur’an.

• Kuffah, Sahabat yang terkenal Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin

Mas’ud. Abdullah bin Mas’ud mengajarkan al-Qur’an, ahli tafsir, hadis,

dan fiqih.

• Damaskus (Syria), Setelah penduduknya banyak beragama Islam, maka

Umar bin Khattab mengirim 3 orang ke negara itu. Yang dikirim adalah

Mu’az bin Jabal ke Palestina, Ubaidah di Hims dan Abu Darda’ di Syiria.

• Mesir, Sahabat mula-mula mendirikan madrasah dan menjadi guru di

Mesir adalah Abdullah bin Amru bin Ash ia adalah seorang ahli hadis.

Di zaman khulafaur rasyidin, sahabat-sahabat Nabi SAW. terus

melanjutkan peranannya yang selama ini mereka pegang, tetapi zaman ini

muncul kelompok tabi’in yang berguru kepada lulusan-lulusan pertama.

Diantaranya yang paling terkenal di Madinah adalah: Rabi’ah al-Raayi yang

membuka pertemuan ilmiah di Masjid Nabawi.15

1) Al-Kuttab, didirikan pada masa Abu Bakar dan Umar yaitu sesudah

penaklukan-penaklukan dan sesudah mereka mempunyai hubungan

dengan bangsa-bangsa yang telah maju. Utamanya mengajarkan

15 Hasan Langgulung, Prof. Dr. Pendidikan Islam Dalam Abad ke 21, (Jakarta: PT

Alhusna Zikra, 2001), h. 16.


Alquran kepada anak-anak, selanjutnya mengajarkan membaca,

menulis dan agama. Khuda Bakhsh: pendidikan di al-kuttab

berkembang tanpa campur tangan pemerintah, dalam mengajar

menganut sistem demokrasi.

2) Mesjid dan Jami’. Mesjid mulai berfungsi sebagai sekolah sejak

pemerintahan khalifah kedua, Umar, yang mengangkat “penutur”,

qashsh, untuk masjid di kota-kota, umpamanya Kufah, Basrah, dan

Yastrib guna membacakan Alquran dan Hadits (Sunnah Nabi). 16

Mesjid lembaga ilmu pengetahuan tertua dalam Islam. Mesjid

terkenal tempat belajar adalah:

a. Jami’ Umaar bi ‘Ash (mulai tahun 36 H). Pelajaran agama dan

budi pekerti. Imam syafi’i datang ke Mesjid ini (182 H) untuk

mengajar, sdh 8 halaqat (lingkaran) yang penuh dengan para

pelajar.

b. Jami’ Ahmad bin Thulun (didirikan 256 H). Pelajaran Fiqh,

Hadis, Alquran dan Ilmu kedokteran.

c. Masjid Al-Azhar ada di Universitas Al-Azhar.

3) Duwarul Hikmah dan Duwarul Ilmi, muncul pada masa

Abbasiyah (masa bangkitnya intelektual), lahir pada masa Al-Rasyid.

4) Madrasah, muncul pada akhir abad ke IV H. Yang dikembangkan

oleh golongan-golongan Syi’ah (pengikut Ali) dengan tujuan

mengendalikan pemerintahan, gerakan ilmu pengetahuan dan sejalan

16 Seyyed Hossein Nasr, Science and Civilization in Islam, Penerjemah: J. Mahyudin, Sains

dan Peradaban di dalam Islam, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1986), cetakan pertama, h. 48
dengan pendapat- pendapat golongan mistik yang extreme. Di Mesir

didirikan sesudahhilangnya Fathimiyah.

5) Al-Khawanik, Azzawaya dan Arrabath, di rumah-rumah orang sufi

abadke XIII M.

6) Halaqatud Dars dan Al-Ijtima’at Al-‘Ilmiyah, pada masa Ibnu

Arabipada abad ke dua H.

7) Duwarul Kutub, perpustakaan-perpustaan besar. Misalnya:

Perpustakan yang didirikan disamping madrasah al-Fadhiyah

(buku 100.000 buku).17

17 Asma Hasan Fahmi, Dr., Mabaadiut Tarbiyyatil Islamiyah, ‘Sejarah dan Filsafat

Pendidikan Islam’, (Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, t. th.), h. 29-56.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

pun dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu tahapan pendidikan yang dilaksanakan

di Makkah dan tahapan pendidikan yang dilaksanakan di Madinah.

Pada tahapan pendidikan yang berlangsung di Makkah lebih

menekankan pada pendidikan keagamaan, karena pada saat itu Nabi Muhammad

Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diutus oleh Allah untuk memberikan jalan yang

benar kepada penduduk Makkah yang pada saat itu dirundung kegelapan akhlak

dan moral. Pokok utama dalam pendidikan Islam ialah beriman kepada Allah,

Tuhan semesta alam dan Pemilik segala sesuatu, baik yang ada di langit maupun

di bumi tunduk di bawah perintah dan kekuasaan-Nya. Amal ibadah yang pertama

kali diperintahkan saat itu pula ialah shalat, sebagai pernyataan mengabdi kepada

Allah dan ikhlas hati menyembah-Nya. Bahkan hal ini pula ditunjukkan untuk

rasa syukur atas segala nikmat-Nya yang tak terhitung jumlahnya. Selain

keimanan dan amal ibadah, tak kalah penting adalah akhlak yang baik,

sebagaimana yang telah dianjurkan oleh Nabi, sebagai panutan dan tauladan bagi

manusia. Hal ini telah dinyatakan pula di dalam Al-Qur’an, pedoman kehidupan

bagi umat manusia.

Selanjutnya pada tahapan pendidikan di Madinah, terjadi ketika

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beserta para pengikutnya hijrah dari Makkah
dengan sebab mendapat kekerasan dari kaum Quraisy yang tidak menyukai

kegiatan beliau. Di Madinah, beliau disambut dengan hangat oleh penduduknya.

Pada saat itu penyempurnaan wahyu (Al-Qur’an) dan pendidikan kemasyarakatan

pun terselenggara dalam bidang ilmu sosial, politik dan ekonomi.

Demikian pola pendidikan Islam periode Khulafaur Rashidin. Kalau kita

kaji prinsip-prinsip pendidikan Islam, tujuan ayat pertama dari surat Al-‘Alaq

yang turun di Gua Hira kepada Rasulullah SAW. adalah merupakan pertanda

bangkitnya suatu peradaban baru di atas permukaan bumi ini. Diantara kota-kota

ilmiah yang penting zaman Khulafaur Rasyidin adalah: Madinah Mekah, Kufah,

Basrah, Damsyik dan Fustat di Mesir. Ilmu-ilmu yang dikaji adalah ilmu-ilmu

syari’ah dan naqliah seperti qira’at, tafsir, hadis, fiqih, sirah Nabi, tarikh dan

sastra.

Masa pemerintahan Abu Bakar sangat singkat (632-634) tetapi sangat

penting. terutama berperan melawan Riddah (Kemurtadan), orang yang mengaku

sebagai Nabi dan orang-orang yang enggan membayar pajak. Abu Bakar

memusatkan perhatian untuk memerangi para pemberontak, dalam penumpasan

ini banyak umat Islam yang gugur, terdiri dari para sahabat Rasulullah dan hafidz

Alquran. Karena itu Umar ibn Khattab menyarankan kepada khalifah Abu Bakar

untuk mengumpulkan ayat Alquran. Realisasinya diutusnya Zaid bin Tsabit

untuk mengumpulkan semua tulisan Alquran. Dari segi materi pendidikan Islam

terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan.


Khalifah Umar Ibnu Khattab merupakan seorang pendidik yang

melakukan penyuluhan pendidikan di kota Madinah, beliau juga menerapkan

pendidikan di masjid-masjid dan pasar pasar, serta mengangkat guru-guru untuk

tiap-tiap daerah yang ditaklukkan. Mereka bertugas mengajarkan isi Alquran,

fiqih, dan ajaran Islam lainnya kepada penduduk yang baru masuk Islam. Mata

pelajaran agama Islam pada masa khalifah Umar lebih maju dan lebih luas, serta

lebih lengkap. Ijtihad Umar di kalangan ahli fiqih, Umar mengusulkan

penyelenggaraan salat tarawih berjamaah, penambahan kalimat as-salâtu khairun

minan-naum (salat lebih baik dari pada tidur) dalam azan subuh, ide perlunya

pengumpulan ayat-ayat Alquran, dan penentuan kalender Hijrah

Khalifah Usman meminta mengumpulkan naskah Alquran yang disimpan

Hafsah binti Umar, naskah ini merupakan kumpulan tulisan Alquran yang

berserakan pada masa pemerintahan Abu Bakar. Khalifah Usman kemudian

membentuk suatu badan atau panitia pembukuan Alquran, yang anggotanya terdiri

dari : Zaid bin Sabit sebagai ketua panitia dan Abdullah bin Zubair serta

Abdurrahman bin Haris sebagai anggota. Salinan Alquran dengan nama al-

Mushaf al Imam di Madinah, oleh panitia diperbanyak menjadi lima buah. Dan

empat lainnya dikirimkan ke Mekah, Suriah, Basrah, dan Kufah.

Periode Ali Ibnu Abi Thalib kegiatan pendidikan pada saat itu mengalami

hambatan dengan adanya perang saudara. Ali tidak sempat memikirkan masalah

pendidikan, karena yang lebih penting dan mendesak memberikan jaminan


keamanan, ketertiban dan ketentraman dalam segala kegiatan kehidupan, yaitu

mempersatukan kembali kesatuan umat, tetapi Ali tidak berhasil. Dasar pendidikan

Islam yang tadinya bermotif aqidah tauhid, sejak masa itu tumbuh di atas dasar

motivasi, ambisius kekuasaan, dan kekuatan.

Khulafaur Rasyidin lebih banyak bekerja berdasarkan suri teladan yang

dibentangkan oleh Rasul. Dengan cara demikian, mereka menyempurnakan

pekerjaan raksasa yang telah dimulai oleh Rasulullah Saw. Khulafaur Rasyidin

dipilih dengan cara musyawarah, tetapi sesudah periode khulafaur rasyidin

merupakan kerajaan yang diwarisi oleh anggota keluarganya, bahkan saling

berebut kekuasaan dan hidup dengan kemewahan.

B. Saran

Perlu diperhatikan, bahwa dengan tulisan ini bukan berarti pengkajian

tentang pola pendidikan Islam telah selesai. Sejalan tuntutan dinamika masyarakat

modern ditandai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perlu adanya kajian

lanjutan bagaimana sejarah pendidikan Islam disajikan secara lebih menarik, lebih

dimengerti, dan termotivasi melaksanakan ajaran Islam secara total (kaffah).

Daftar Pustaka

Abuddin Nata, 2014. Sejarah Pendidikan Islam, Edisi 1, Cet. ke-2, Jakarta:
Kencana.
Ade Armando, dkk., 2004. Ensiklopedi Islam untuk Pelajar 1, Jakarta: PT
Ichtiar Baru van Hoeve.
Asma Hasan Fahmi, t. th. Mabaadiut Tarbiyyatil Islamiyah, ‘Sejarah dan
Filsafat Pendidikan Islam’, Jakarta: Penerbit Bulan Bintang.

Azyumardi Azra, 2002. Histografi Islam Kontemporer – Wacana


Aktualitas, dan Aktor Sejarah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Cyril Gasse, 1999. The Concise Encyclopaedia of Islam, Ensiklopedi


Islam, Ringkasan, (penerjemah: Ghufron A. Mas’adi), Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.

Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, 1994. Ensiklopedi Islam 5, Jakarta: PT


Ichtiar Baru van Hoeve.

Hasan Langgulung, 2001. Pendidikan Islam Dalam Abad ke 21, Jakarta: PT.
Alhusna Zikra.

http://ktp09003,wordpress.com/2010/04/09/pendidikan-
di-era-khulafaurrasyidin, 20 September 2011.

Khalid Muhammad Khalid, 1994. Mengenal Pola Kepemimpinan Umat


dari Karakteristik Perikehidupan Khalifah Rasulullah, Bandung: CV
Dipenogoro.

Mahmud Yunus, 1989. Sejarah Pendidikan Islam , Jakarta:


HidayakaryaAgung.

Muhammad Husain Haekal, 1994. Hayat Muhammad, terj. Ali Auda, Sejarah
Hidup Muhammad’, Jakarta: PT Tintamas Indonesia.

Muhammad Tisna Nugraha, Sejarah Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Diandra


Kreatif, 2019)

Samsul Nizar (editor), 2009. Sejarah Pendidikan Islam – Menelusuri Jejak


Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

Seyyed Hossein Nasr, 1986. Science and Civilization in Islam, terj. J. Mahyudin,
Sains dan Peradaban di dalam Islam, Bandung: Penerbit Pustaka

Anda mungkin juga menyukai