Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MANAJEMEN KINERJA DAN SATUAN PENDIDIKAN BERMUTU


(BALANCED SCORECARD)
(Mata Kuliah: Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan)

OLEH:

IRFAN

0006.0350.2022

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada zaman yang semakin canggih sekarang, setiap organisasi termasuk

lembaga pendidikan dituntut untuk mampu melakukan dinamika perubahan.

Berbagai perubahan harus dilakukan sebagai konsekuensi logis dari globalisasi,

liberalisasi ekonomi, dan perubahan sosial politik di berbagai Negara. Dengan

konstelasi yang demikian setiap lembaga pendidikan sebagai tempat untuk

melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas dituntut untuk mampu

berkompetisi, sehingga dapat tetap bertahan dalam persaingan global. Strategi

untuk selalu berkompetisi adalah dengan cara memperkuat kapasitas lembaga

pendidikan sendiri dan sumber daya manusia yang dimiliki.

Melakukan perubahan terhadap lembaga pendidikan dan sumber daya

manusia yang dimiliki merupakan salah satu strategi untuk dapat beradaptasi

dengan lingkungan. Hal itu merupakan refleksi bahwa lembaga pendidikan

tersebut adalah sebuah organisasi yang merespon rangsangan atau stimulus dari

lingkungan eksternal. Perubahan yang dilakukan dapat berupa revitalisasi strategi

organisasi, redesain struktur organisasi, maupun penciptaan perilaku atau

kompetensi sumber daya manusia yang dimiliki.

Namun demikian upaya perbaikan dalam pengelolaan lembaga pendidikan

khususnya sekolah yang diakibatkan oleh kebijakan yang menempatkan sekolah

sebagai penyelenggara pendidikan, sangat bergantung pada keputusan birokrasi

yang mempunyai jalur yang sangat panjang bahkan kadang-kadang kebijakan


yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Dengan

demikian, sekolah kehilangan kemandirian, motivasi dan inisiatif untuk

berkembang dengan memajukan lembaganya dalam peningkatan mutu

pendidikan.

Peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam

penyelenggaraan pendidikan sangat minim. Partisipasi masyarakat pada umumnya

hanya bersifat dukungan dana, bukan pada proses pendidikan itu sendiri. Dalam

hal akuntabilitas, sekolah tidak mempunyai beban untuk mempertanggung

jawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada masyarakat (stakeholders) bahkan

masyarakat mempercayakan sepenuhnya kepada sekolah.

Berdasarkan kenyataan tersebut, salah satu upaya perbaikan dalam

penyelenggaraan pendidikan adalah dengan melakukan reorientasi

penyelenggaraan pendidikan, seiring dengan paradigma otonomi daerah, yaitu

diserahkannnya pengelolaan pendidikan dasar dan menengah ke kabupaten/kota

sampai ke tingkat sekolah. Namun demikian fakta menunjukkan mutu pendidikan

yang diharapkan hasilnya sangat bervariasi, hal ini diakibatkan potensi dan

kemampuan sekolah yang belum merata.

Dalam melakukan perubahan lembaga pendidikan ke arah pemberdayaan,

maka strategi yang dikembangkan adalah dengan mengembangkan sekolah yang

memiliki perencanan strategik dengan membangun visi dan misi sekolah,

mengembangkan sekolah yang mandiri, mengembangkan sekolah yang

memberdayakan masyarakat melalui upaya peningkatan peran dan partisipasi

masyarakat melalui komite sekolah sebagai representasi peran masyarakat dalam


proses penyelenggaraan sekolah.

Dari sekian langkah-langkah yang dilakukan untuk menjadikan lembaga

pendidikan sebagai lembaga yang bermutu maka perlu dievaluasi dan dikontrol

dalam pelaksanaan kerjanya yang merupakan hasil kerja lembaga pendidikan atau

dapat dikatakan kinerja yang dicapai lembaga pendidikan tersebut harus dapat

terukur. Salah satu alternatif yang ditawarkan dalam mengukur kinerja lembaga

sekolah adalah dengan menggunakan Balanced Scorecard (BSC). Balanced

ScoreCard ini dikembangkan oleh Robert Kaplan dan David Norton dengan

menerjemahkan misi dan strategi sekolah ke dalam berbagai tujuan dan ukuran,

yang tersusun dalam empat perspektif, yaitu perspektif finansial, perspektif

pelanggan, perspektif bisnis internal dan perspektif pembelajaran.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan manajemen kinerja?

2. Apa yang dimaksud dengan satuan Pendidikan bermutu?

3. Apa yang dimaksud dengan Balanced Scorecard?


BAB II

PEMBAHASAN

A. MANAJEMEN KINERJA

Kinerja adalah hasil kerja suatu organisasi dalam rangka mewujudkan

tujuannya.1 Secara sepintas, kinerja dapat diartikan sebagai perilaku berkarya,

penampilan atau hasil karya. Oleh karena itu, kinerja merupakan bentuk bangunan

yang multi dimensional sehingga cara mengukurnya sangat bervariasi bergantung

kepada banyak faktor.

Ada juga yang mendefinisikan kinerja sebagai pelaksanaan hasil prestasi

dari batas kemampuan manusia dan teknis dalam mewujudkan sasaran yang tepat

waktu dan sesuai dengan tujuan.2 Sedangkan menurut Mankunegara, kinerja dapat

didefinisikan sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai

seseorang/pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab

yang diberikan kepadanya.3

Sementara pengertian kinerja organisasi atau kinerja lembaga pendidikan

adalah fungsi hasil-hasil pekerjaan/kegiatan yang ada dalam lembaga pendidikan

yang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal lembaga atau organisasi

dalam mencapai tujuan yang ditetapkan selama periode waktu tertentu. Dari

pengertian ini ada empat unsur yang terdapat dalam pengertian kinerja, yaitu,

(1) Hasil-hasil fungsi pekerjaan. (2) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

1 Pabundu Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, (Jakarta: Bumi Aksara,2010),
hal. 31
2http://job,sgepub.com/jobperformance&sortspec=date&submit/journal of management divertiture
and firm performance=ameta-analisis. Akses 16 November 2011.

3 Wibowo, Manajemen Kinerja (Jakarta: Rajawali Press, 2010), hal. 306


prestasi pegawai, seperti motivasi, kecakapan, persepsi peranan, dan sebagainya

(3) Pencapaian tujuan lembaga/organisasi. (4) Periode waktu tertentu.

Sementara Sluyter mendefinisikan kinerja organisasi seperti yang dikutip

oleh Bernadine adalah efektifitas organisasi secara keseluruhan dalam memenuhi

kebutuhan teridentifikasi dari masing-masing kelompok pemakai jasa (customer)

melalui upaya sistematis, yang secara kontinu memperbaiki kemampuannya untuk

merespon kebutuhan.4

Namun demikian kinerja merupakan penampilan hasil kerja pegawai baik

secara kuantitas maupun kualitas. Kinerja dapat berupa penampilan kerja

perorangan maupun kelompok. Kinerja organisasi merupakan hasil interaksi yang

kompleks dan agregasi kinerja sejumlah individu dalam organisasi. Sedangkan

nilai kinerja sekolah merupakan nilai integratif dari seluruh komponen sekolah,

sekaligus sebagai indikator keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah yang

diakumulasikan pada setiap periode. Sementara itu Anthony, Banker, Kaplan, dan

Young mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai: the activity of measuring the

performance of an activity or the entire value chain”.5

Dari pandangan-pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengukuran

kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas

dalam rantai nilai yang ada pada suatu organisasi. Hasil pengukuran tersebut

kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi

4 Bernadine R. Wirjana, Mencapai Manajemen Berkualitas: Organisasi Kinerja Program,

(Yogyakarta: Andi, 2007), hal. 109

5 Sedangkan nilai kinerja sekolah merupakan nilai integratif dari seluruh komponen sekolah,

sekaligus sebagai indikator keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah yang diakumulasikan pada setiap
periode. Sementara itu Anthony, Banker, Kaplan, dan Young mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai: the
activity of measuring the performance of an activity or the entire value chain”.
tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana organisasi

memerlukan penyesuaian- penyesuaian atau aktivitas perencanaan dan

pengendalian. Pengukuran kinerja atau mengukur hasil karya merupakan alat

manajemen untuk menilai keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan strategi

untuk mencapai tujuan/sasaran organisasi. Pengukuran kinerja perlu selalu

diartikulasikan dengan visi, misi organisasi, tujuan maupun sasaran organisasi.

Pengukuran kinerja merupakan keharusan karena apabila kinerja tidak diukur,

maka tidak mudah membedakan antara keberhasilan dan kegagalan. Jika suatu

keberhasilan tidak teridentifikasi maka kita tidak dapat menghargainya. Apabila

keberhasilan tidak dihargai, kemungkinan besar kita malahan menghargai

kegagalan.. Dan jika kita tidak sanggup membuktikan hasil kerja maka publik

tidak dapat memberikan dukungannya.

Pengukuran kinerja memiliki kekuatan yang sangat besar kaitannya

dengan konsep yang berorientasi pada hasil. Jika anda tidak mengukur hasil, maka

anda tidak bisa mengenali keberhasilan dan kegagalan atau if you don’t measure

result, you can’t tell sucsess from failure.6 Pengukuran kinerja meliputi penetapan

indikator kinerja dan penentuan hasil capaian dari indikator kinerja. Kinerja harus

selalu diukur agar dapat dilakukan tindakan-tindakan penyempurnaan. Tindakan-

tindakan penyempurnaan yang dimaksud antara lain memperbaiki kinerja yang

masih lemah, meningkatkan hubungan yang lebih baik antara staf dan manajemen,

serta meningkakan hubungan yang lebih erat dengan costumer. Sementara standar

kinerja (performance standards) adalah tolok ukur (benchmark) yang digunakan

6
Dadang Dally, Balanced ScoreCard Suatu Pendekatan dalam Implementasi Manajemen
Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), hal. 36
untuk mengukur kinerja. Agar efektif standar yang digunakan hendaknya terkait

dengan hasil yang diharapkan.

Untuk menerapkan sistem pengukuran kinerja yang tepat dalam rangka

mencapai tujuan-tujuan dalam perencanaan strategik, menurut Dadang perlu

memperhatikan beberapa strategi kunci antara lain: melibatkan pimpinan puncak;

sense of urgency, keselarasan dengan arah strategik; kerangka kerja konseptual;

komunikasi; keterlibatan karyawan; perencanaan strategik yang berorientasi pada

pelanggan; mulai melakukan pengukuran kinerja, membuat dan memperbaiki

ukuran dan tujuan; menciptakan akuntabilitas kinerja; pengumpulan data dan

pelaporan; menganalisa dan meninjau ulang data kinerja; evaluasi kinerja kepada

para pelanggan dan stakeholder; serta mengulangi siklus.7

B. SATUAN PENDIDIKAN BERMUTU

Satuan Pendidikan bermutu merujuk pada lembaga atau institusi

pendidikan yang mencapai standar tertentu dalam hal penyelenggaraan pendidikan

yang efektif dan efisien, serta memberikan hasil yang berkualitas bagi peserta

didik. Pendidikan bermutu menekankan pada upaya kontinu untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran dan mencapai hasil yang diharapkan.8

Pada umumnya, satuan pendidikan bermutu memiliki beberapa

karakteristik yang meliputi, (1) Standar Akademik yang Tinggi (2) Tenaga

Pendidik yang Profesional (3) Lingkungan Pembelajaran yang Mendukung (4)

Kurikulum yang Relevan dan Komprehensif (5) Evaluasi dan Pemantauan

7 Ibid, hal. 38

8 Kaplan, R. S., & Norton, D. P. (1992). The balanced scorecard--measures that drive performance.

Harvard Business Review, 70(1), 71-79


Berkala.

Penting untuk dicatat bahwa konsep satuan pendidikan bermutu dapat

bervariasi di berbagai negara atau sistem pendidikan. Standar dan kriteria spesifik

untuk satuan pendidikan bermutu biasanya ditetapkan oleh otoritas pendidikan

setempat atau badan akreditasi yang relevan.

Manajemen satuan pendidikan bermutu adalah suatu pendekatan atau

sistem pengelolaan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dan kualitas

pendidikan di suatu satuan pendidikan. Manajemen yang baik dapat membantu

menciptakan lingkungan belajar yang efektif, mendukung pertumbuhan siswa, dan

meningkatkan prestasi akademik. Beberapa elemen penting dalam manajemen

satuan pendidikan bermutu meliputi perencanaan strategis, pengorganisasian,

kepemimpinan yang efektif, pengelolaan sumber daya, pengawasan, dan

evaluasi.9

Berikut adalah beberapa prinsip atau komponen utama dari manajemen

satuan pendidikkan bermutu:

1. Kepemimpinan yang efektif: Kepemimpinan yang kuat dan efektif

sangat penting dalam menciptakan budaya sekolah yang berorientasi

pada kualitas. Kepala sekolah atau pimpinan lembaga pendidikan harus

mampu memimpin dengan teladan, mengembangkan visi yang jelas, dan

melibatkan semua anggota sekolah dalam proses pengambilan

keputusan.

2. Perencanaan strategis: Perencanaan yang baik menjadi dasar bagi

9 Sallis, E. (2012). Total Quality Management in Education (3rd ed.). Routledge, hal. 8-12.
pengembangan program dan kegiatan pendidikan. Perencanaan strategis

harus mencakup penetapan visi, misi, tujuan, dan sasaran yang jelas,

serta langkah-langkah taktis untuk mencapainya. Selain itu, perencanaan

juga harus mempertimbangkan kebutuhan dan karakteristik siswa, serta

faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi proses pendidikan.

3. Pengelolaan sumber daya: Manajemen yang efisien dan efektif dalam

penggunaan sumber daya, seperti tenaga pengajar, fasilitas, dan

anggaran, sangat penting dalam mencapai mutu pendidikan. Sumber

daya harus dialokasikan dengan bijak, didistribusikan secara adil, dan

dievaluasi secara teratur untuk memastikan penggunaannya yang

optimal.

4. Kurikulum yang relevan: Satuan pendidikan bermutu harus memiliki

kurikulum yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan dan

perkembangan peserta didik. Kurikulum harus didesain dengan

mempertimbangkan standar pendidikan yang berlaku, kebutuhan lokal,

serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, perlu

dilakukan pemantauan dan evaluasi berkala terhadap implementasi

kurikulum untuk mengevaluasi keefektifan dan keberhasilannya.

5. Peningkatan profesionalisme: pendidik dan tenaga pendidik lainnya

perlu terus mengembangkan diri dan meningkatkan kompetensi mereka

agar dapat memberikan pendidikan yang bermutu. Pelatihan dan

pengembangan profesional secara teratur harus diberikan kepada guru

dan staf pendidikan lainnya. Selain itu, penting juga untuk mendorong
kolaborasi dan pertukaran pengalaman antar guru serta melibatkan

mereka dalam kegiatan pengembangan kurikulum dan penilaian.

6. Monitoring dan evaluasi: Satuan pendidikan bermutu harus melakukan

monitoring dan evaluasi terhadap berbagai aspek kegiatan pendidikan,

termasuk proses pembelajaran, pencapaian siswa, kinerja guru, dan

kepuasan orang tua.

Manajemen satuan pendidikan bermutu bertujuan untuk menciptakan

lingkungan belajar yang efektif, mengoptimalkan potensi siswa, meningkatkan

kualitas pendidikan, serta mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan.

Dengan menerapkan manajemen yang baik, satuan pendidikan dapat menghadapi

tantangan dan perubahan yang terjadi di dunia pendidikan dengan lebih efektif.

Implementasi manajemen satuan pendidikan bermutu dapat menghasilkan

beberapa manfaat, antara lain:

1. Peningkatan prestasi siswa: Dengan manajemen yang efektif, pendidikan

dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi setiap siswa. Kurikulum

dan metode pengajaran yang tepat dapat digunakan untuk memaksimalkan

pembelajaran dan mencapai hasil yang lebih baik.

2. Lingkungan belajar yang kondusif: Manajemen yang baik menciptakan

lingkungan belajar yang aman, terstruktur, dan terorganisir. Hal ini

memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang secara optimal dan

menciptakan suasana yang menyenangkan untuk belajar.

3. Kolaborasi dan partisipasi: Manajemen satuan pendidikan bermutu

mendorong kolaborasi dan partisipasi dari semua pemangku kepentingan,


termasuk guru, siswa, orang tua, dan masyarakat. Melibatkan semua pihak

dalam pengambilan keputusan dan perencanaan dapat menciptakan rasa

kepemilikan bersama dan memperkuat hubungan antara satuan pendidikan

dengan lingkungan sekitarnya.

4. Pemanfaatan sumber daya yang efisien: Dengan manajemen yang baik,

sumber daya manusia, finansial, fisik, dan teknologi dapat dikelola dengan

efisien. Penggunaan yang tepat dari sumber daya ini dapat meningkatkan

efektivitas pembelajaran dan memaksimalkan hasil yang dicapai.

5. Kontinuitas dan perbaikan berkelanjutan: Manajemen satuan pendidikan

bermutu melibatkan evaluasi dan refleksi secara teratur. Dengan

mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan, satuan pendidikan dapat

terus melakukan perbaikan dan peningkatan yang berkelanjutan.

Manajemen satuan pendidikan bermutu merujuk upaya yang dilakukan

untuk mengelola dan meningkatkan kualitas pendidikan di suatu lembaga

pendidikan, seperti sekolah atau perguruan tinggi. Tujuan utama dari manajemen

satuan pendidikan bermutu adalah menciptakan lingkungan yang kondusif bagi

proses belajar-mengajar, serta memastikan bahwa pendidikan yang

diselenggarakan sesuai dengan standar dan persyaratan yang ditetapkan.

C. BALANCED SCORECARD

Balanced Scorecard (BSC) adalah suatu kerangka kerja manajemen

strategis yang digunakan untuk mengukur dan mengelola kinerja organisasi secara

menyeluruh. BSC memperluas pengukuran kinerja dari sekadar aspek keuangan

menjadi empat perspektif yang seimbang, yaitu keuangan, pelanggan, proses


internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan. Dalam setiap perspektif, BSC

mengidentifikasi indikator kinerja yang relevan untuk mencapai tujuan strategis

organisasi, serta menetapkan target dan inisiatif untuk memperbaiki kinerja.

Dalam perspektif keuangan, BSC mengukur aspek-aspek finansial yang

penting, seperti pendapatan, laba, dan pertumbuhan aset. Perspektif pelanggan

memfokuskan pada ukuran-ukuran yang berhubungan dengan kepuasan

pelanggan, retensi pelanggan, dan pangsa pasar. Perspektif proses internal

mengevaluasi kinerja proses-proses kritis yang mendukung pencapaian tujuan

organisasi. Sementara itu, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mengukur

kemampuan organisasi dalam belajar, beradaptasi, dan berinnovasi.

Dengan pendekatan yang seimbang ini, BSC membantu organisasi untuk

memahami hubungan sebab-akibat antara ukuran kinerja dan tujuan strategis.

Dengan mengukur kinerja dalam empat perspektif ini, organisasi dapat melihat

gambaran yang lebih lengkap tentang kinerja mereka, mendorong pengambilan

keputusan yang lebih baik, dan mendorong perbaikan berkelanjutan.10

Seperti yang dijelaskan diawal bahwa BSC memiliki empat perspektif

yang seimbang yaitu:

1. Perspektif Keuangan: Meliputi ukuran-ukuran finansial yang

tradisional, seperti pendapatan, laba, dan pertumbuhan aset. Tujuan

perspektif keuangan adalah mencerminkan pencapaian keberlanjutan

dan pertumbuhan jangka panjang organisasi.

2. Perspektif Pelanggan: Menilai kinerja organisasi dari perspektif

10 Kaplan, R. S., & Norton, D. P. (1992). The Balanced Scorecard: Measures that Drive

Performance. Harvard Business Review, 70(1), 71-79.


pelanggan dengan mengukur faktor-faktor seperti kepuasan pelanggan,

retensi pelanggan, pangsa pasar, dan keunggulan produk atau layanan.

Tujuan perspektif pelanggan adalah memberikan nilai tambah kepada

pelanggan dan mempertahankan hubungan yang kuat dengan mereka.

3. Perspektif Proses Internal: Fokus pada peningkatan kinerja proses

internal organisasi yang kritis untuk mencapai kepuasan pelanggan dan

hasil keuangan yang baik. Tujuan perspektif ini adalah untuk

mengidentifikasi dan meningkatkan proses-proses yang efisien dan

efektif.

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan: Berkaitan dengan

kemampuan organisasi untuk belajar, beradaptasi, dan berinnovasi.

Tujuan perspektif ini adalah mengukur kapabilitas organisasi dalam

mengembangkan sumber daya manusia, teknologi, dan sistem

informasi untuk mendukung pencapaian tujuan jangka panjang.

Setelah kita ketahui pengertian BSC beserta beberapa perspektifnya maka

perlu saya uraikan langkah-langkah dalam menerapkan Balanced Scorecard

(BSC) pada satuan Pendidikan sebagai berikut:

1. Identifikasi Tujuan Strategis: Tentukan tujuan strategis satuan

pendidikan. Tujuan ini harus sesuai dengan misi dan visi pendidikan,

serta mencakup berbagai aspek kinerja yang ingin diukur dan

ditingkatkan.

2. Pilih Perspektif: Pilih perspektif yang relevan untuk mengukur kinerja

satuan pendidikan. Perspektif yang umum digunakan dalam BSC


untuk pendidikan adalah keuangan, pelanggan, proses internal, dan

pembelajaran dan pertumbuhan. Sesuaikan perspektif dengan

kebutuhan dan karakteristik satuan pendidikan.

3. Identifikasi Indikator Kinerja: Untuk setiap perspektif, identifikasi

indikator kinerja yang akan digunakan untuk mengukur pencapaian

tujuan strategis. Misalnya, dalam perspektif keuangan, indikator

kinerja dapat meliputi pendapatan pendidikan, pengeluaran, atau

efisiensi penggunaan sumber daya. Pastikan indikator kinerja yang

dipilih dapat diukur secara objektif.

4. Tetapkan Target dan Inisiatif Strategis: Tetapkan target untuk setiap

indikator kinerja yang telah ditetapkan. Target ini harus realistis,

terukur, dan sesuai dengan tujuan strategis satuan pendidikan. Selain

itu, identifikasi inisiatif strategis yang akan dilakukan untuk mencapai

target tersebut.

5. Kumpulkan dan Analisis Data: Kumpulkan data yang diperlukan untuk

mengukur indikator kinerja. Data ini dapat mencakup data keuangan,

data pelanggan, data proses internal, dan data pembelajaran dan

pertumbuhan. Analisis data untuk melihat pencapaian target dan

identifikasi tren kinerja.

6. Evaluasi dan Perbaikan: Evaluasi hasil kinerja dan identifikasi area

yang perlu ditingkatkan. Berdasarkan analisis, tentukan tindakan

perbaikan yang akan diambil untuk meningkatkan kinerja pada setiap

perspektif. Pastikan ada pemantauan berkelanjutan terhadap


implementasi tindakan perbaikan.

7. Komunikasikan dan Libatkan Stakeholder: Komunikasikan hasil

kinerja dan progres terkait dengan BSC kepada stakeholder, seperti

staf, siswa, orang tua, dan pihak terkait lainnya. Libatkan stakeholder

dalam proses pengembangan, implementasi, dan pemantauan BSC

untuk memastikan pemahaman dan dukungan mereka

8. Pembaruan dan Pengembangan: Tinjau dan perbarui BSC secara

berkala sesuai dengan perubahan tujuan strategis dan kebutuhan satuan

pendidikan. Selain itu, lakukan pengembangan terus-menerus dalam

mengidentifikasi indikator kinerja yang lebih relevan dan

meningkatkan efektivitas BSC.

Penerapan BSC dalam satuan pendidikan membutuhkan komitmen dan

dukungan penuh dari manajemen dan staf pendidikan. Proses ini juga memerlukan

kerjasama antara berbagai departemen atau unit dalam satuan pendidikan untuk

mencapai tujuan strategis secara holistik.

Penerapan Balanced Scorecard (BSC) pada satuan pendidikan memberikan

beberapa manfaat yang signifikan. Berikut adalah beberapa manfaat utama BSC

dalam konteks satuan pendidikan:

1. Pemahaman Strategi yang Lebih Baik: BSC membantu satuan

pendidikan untuk mengartikulasikan dan memahami strategi mereka

secara lebih jelas. Dengan adanya perspektif yang seimbang, BSC

memungkinkan pengukuran dan pemantauan kinerja dari berbagai

aspek yang relevan dengan tujuan strategis satuan pendidikan.


2. Fokus pada Pencapaian Tujuan Jangka Panjang: BSC membantu

satuan pendidikan untuk tidak hanya berfokus pada ukuran finansial

jangka pendek, tetapi juga pada pencapaian tujuan jangka panjang.

Dengan memperhatikan perspektif pelanggan, proses internal, dan

pembelajaran serta pertumbuhan, BSC membantu mengidentifikasi

tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan jangka panjang.

3. Pengukuran Kinerja yang Holistik: BSC memungkinkan satuan

pendidikan untuk mengukur kinerja mereka dari berbagai perspektif

yang saling terkait. Hal ini membantu mencegah penekanan yang

berlebihan pada satu aspek kinerja saja, seperti keuangan, dan

mendorong pendekatan yang lebih seimbang dalam meningkatkan

kinerja secara keseluruhan.

4. Pengambilan Keputusan yang Lebih Baik: Dengan adanya BSC,

satuan pendidikan memiliki kerangka kerja yang jelas untuk

mengumpulkan data, menganalisis kinerja, dan mengidentifikasi area

yang perlu ditingkatkan. Hal ini memungkinkan pengambilan

keputusan yang lebih baik dan informasi yang lebih akurat untuk

mengarahkan upaya perbaikan.

5. Transparansi dan Akuntabilitas yang Lebih Tinggi: BSC membantu

meningkatkan transparansi dalam satuan pendidikan dengan

memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang kinerja dan

pencapaian tujuan. Hal ini memungkinkan adanya akuntabilitas yang

lebih tinggi terhadap stakeholder, termasuk siswa, orang tua,


masyarakat, dan pihak terkait lainnya.

6. Peningkatan Proses Pembelajaran dan Pertumbuhan: BSC

menempatkan pentingnya pembelajaran dan pertumbuhan sebagai

perspektif yang terintegrasi. Hal ini mendorong satuan pendidikan

untuk mengembangkan inisiatif dan program yang mendukung

pengembangan sumber daya manusia, inovasi, dan pembaruan dalam

upaya meningkatkan kualitas pendidikan.11

11
Kaplan, R. S., & Norton, D. P. (1992). The Balanced Scorecard: Measures that Drive
Performance. Harvard Business Review, 70(1), 71-79.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengertian kinerja organisasi atau kinerja lembaga pendidikan adalah

fungsi hasil-hasil pekerjaan/kegiatan yang ada dalam lembaga pendidikan yang

dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal lembaga atau organisasi

dalam mencapai tujuan yang ditetapkan selama periode waktu tertentu. Dari

pengertian ini ada empat unsur yang terdapat dalam pengertian kinerja, yaitu,

(1) Hasil-hasil fungsi pekerjaan. (2) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

prestasi pegawai, seperti motivasi, kecakapan, persepsi peranan, dan sebagainya

(3) Pencapaian tujuan lembaga/organisasi. (4) Periode waktu tertentu.

Manajemen satuan pendidikan bermutu adalah suatu pendekatan atau

sistem pengelolaan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dan kualitas

pendidikan di suatu satuan pendidikan. Manajemen yang baik dapat membantu

menciptakan lingkungan belajar yang efektif, mendukung pertumbuhan siswa, dan

meningkatkan prestasi akademik. Beberapa elemen penting dalam manajemen

satuan pendidikan bermutu meliputi perencanaan strategis, pengorganisasian,

kepemimpinan yang efektif, pengelolaan sumber daya, pengawasan, dan evaluasi.

Balanced Scorecard (BSC) adalah suatu kerangka kerja manajemen

strategis yang digunakan untuk mengukur dan mengelola kinerja organisasi secara

menyeluruh. BSC memperluas pengukuran kinerja dari sekadar aspek keuangan

menjadi empat perspektif yang seimbang, yaitu keuangan, pelanggan, proses

internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan. Dalam setiap perspektif, BSC


mengidentifikasi indikator kinerja yang relevan untuk mencapai tujuan strategis

organisasi, serta menetapkan target dan inisiatif untuk memperbaiki kinerja.

B. SARAN

Makalah ini disusun berdasarkan hasil bacaan penulis dari beberapa buku

yang sebagian besarnya menjadi referensi dari makalah ini. Karena minim

referensi, penulis makalah ini tentu sangat meyarankan kepada para pembaca

untuk menambah referensi bacaanya diluar makalah ini. Penulis dengan senang

hati mengakui apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini, sehingga penulis

bersifat terbuka untuk menerima kritik dan saran dari para pembaca utamanya dari

Dosen Pengajar Mata Kuliah Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan di kelas

Magister Pendidikan Agama Islam dalam Program Pascasarjana Universitas

Muslim Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Dally. Dadang , 2010, Balanced ScoreCard Suatu Pendekatan dalam

Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Remaja Rosda Karya.

E.Sallis, 2012, Total Quality Management in Education (3rd ed.). Routledge.

http://job,sgepub.com/jobperformance&sortspec=date&submit/journal of
management divertiture and firm performance=ameta-analisis. Akses 16
November 2011.

Pabundu Tika. Moh., 2010, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan,
Jakarta: Bumi Aksara.

Robert. Kaplan & Norton. David, 1992, The Balanced Scorecard: Measures that
Drive Performance. Harvard Business Review.

Wibowo, 2010, Manajemen Kinerja, Jakarta: Rajawali Press.

Wirjana. Bernadine R.,2007, Mencapai Manajemen Berkualitas: Organisasi


Kinerja Program, Yogyakarta: Andi.

Anda mungkin juga menyukai