Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN ISLAM

DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR

OLEH:
ARMAN P.
0003.03.50.2022

IRFAN
0006.03.50.2022

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era pendidikan yang berkembang pesat, kesulitan belajar menjadi

perhatian yang mendalam di kalangan pendidik. Kesulitan belajar adalah masalah

yang sering dihadapi oleh siswa di berbagai tingkatan pendidikan. Setiap individu

memiliki gaya belajar dan kecepatan pemahaman yang berbeda, dan beberapa

siswa mungkin mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran yang

diajarkan di sekolah. Untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar,

penting untuk melakukan diagnosis yang akurat dan efektif. Diagnostik kesulitan

belajar melibatkan proses mengidentifikasi faktor-faktor yang mendasari kesulitan

belajar, sehingga langkah-langkah yang tepat dapat diambil untuk memberikan

dukungan dan intervensi yang diperlukan. Melalui diagnosis yang tepat, pendidik

dan profesional pendidikan dapat mengembangkan strategi pembelajaran yang

sesuai untuk memfasilitasi perkembangan akademik siswa dan membantu mereka

mencapai potensi penuh mereka.

Latar belakang makalah ini adalah untuk menjelaskan pentingnya

diagnostik kesulitan belajar dalam konteks pendidikan. Makalah ini akan

membahas beberapa pendekatan dan strategi diagnostik yang digunakan dalam

mengidentifikasi kesulitan belajar, seperti observasi, wawancara, penilaian

psikologis, dan pengamatan lingkungan. Selain itu, makalah ini akan membahas

pentingnya kolaborasi antara orang tua, guru, dan profesional pendidikan dalam

proses diagnostik dan pengembangan intervensi yang efektif. Makalah ini juga

akan membahas manfaat dari pendekatan diagnostik yang holistik dan


komprehensif untuk memahami kesulitan belajar siswa. Hal ini termasuk

mempertimbangkan aspek kognitif, emosional, sosial, dan lingkungan yang dapat

mempengaruhi kemampuan belajar siswa. Dalam konteks ini, pendekatan

diagnostik yang lebih luas dan mendalam akan memberikan pemahaman yang

lebih baik tentang kesulitan belajar siswa dan membantu merancang strategi

pendukung yang lebih efektif.

Dengan menyajikan latar belakang yang komprehensif tentang diagnostik

kesulitan belajar, makalah ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan

pemahaman tentang pentingnya pendekatan diagnostik yang tepat dalam

pendidikan. Makalah ini juga memberikan panduan dan saran praktis bagi

pendidik dan profesional pendidikan dalam mengidentifikasi dan mendukung

siswa dengan kesulitan belajar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka pemakalah dapat

menyusun beberapa rumusan masalah diantaranya sebagai berikut

1. Apa yang dimaksud dengan kesulitan belajar dan faktor penyebabnya?

2. Bagaimana mendiagnosa kesulitan belajar beserta prosedurnya?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Kesulitan Belajar

Secara umum kesulitan belajar merupakan istilah yang diambil dari bahasa

inggris yaitu learning disability. Secara khusus kesulitan belajar merupakan suatu

gangguan atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan

penggunaan bahasa atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri

dalam bentuk kesulitan mendengar, berfikir, berbicara, membaca, menulis,

mengeja, atau berhitung. Batasan tersebut meliputi kondisi-kondisi seperti

gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasi perkembangan. Batasan

tersebut tidak meliputi peserta didik yang memiliki problema belajar yang

penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan,

pendengaran, atau motorik, hambatan karena tunagrahita, karena gangguan

emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi.1

Menurut Blassic dan Jones kesulitan belajar ialah adanya suatu jarak

antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang

diperoleh. Mereka selanjutnya mengemukakan bahwa peserta didik yang

mengalami kesulitan belajar ialah peserta didik yang normal inteligensinya, tetapi

menunjukkan satu atau lebih kekurangan dalam proses belajar, baik persepsi,

ingatan, perhatian, ataupun fungsi motoriknya.2

1 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT.Rineka Cipta,

1999), hlm. 6
2 Warkitri dkk., Penilaian Pencapaian Hasil Belajar., (Jakarta: Karunika, 1990), hlm. 8.3
Sementara itu Siti Mardiyanti dkk. Menyatakan bahwa kesulitan belajar

merupakan suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh ditemukannya

hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut mungkin

disadari atau tidak disadari oleh yang bersangkutan, mungkin bersifat psikologis,

sosiologis, ataupun fisiologis dalam proses belajarnya.3 Hal senada diungkapkan

oleh Syaiful Bahri Djamarah, kesulitan belajar ialah suatu kondisi dimana peserta

didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan

ataupun gangguan dalam belajar.4

Berdasarkan uraian ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar

merupakan gejala psikis yang dihadapi peserta didik yang dimanifestasikan dalam

berbagai bentuk perilaku, baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang

dapat menghambat proses belajar sehingga hasil belajar tidak dapat tercapai

dengan baik.

Beberapa gejala sebagai indikator adanya kesulitan belajar peserta didik

dapat dilihat dari petunjuk-petunjuk berikut:

a. Menujukkkan hasil belajar rendah, di bawah rata-rata nilai yang dicapai

oleh kelompok peserta didik dikelas.

b. Hasil belajar yang diperoleh tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan

padahal peserta didik sudah berusaha belajar dengan keras, tetapi nilainya

selalu rendah.

3 Siti Mardiyati, Layanan Bimbingan Belajar, (Surakarta: Penerbit UNS, 1994), hlm. 4-5
4 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,2002), hlm. 201
c. Peserta didik lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar. Ia selalu

tertinggal dengan kawan-kawannya dalam segala hal. Misalnya

mengerjakan soal dalam waktu lama baru selesai.

d. Peserta didik menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh,

berpura-pura, berdusta, mudah tersinggung dan sebagainya.

e. Peserta didik menunjukkan tingkah laku yang tidak seperti biasanya

ditunjukkan kepada orang lain. Dalam hal ini misalnya anak didik menjadi

pemurung, pemarah, selalu bingung, selalu sedih, kurang gembira, atau

mengasingkan diri dari kawan-kawannya.

f. Peserta didik yang tergolong mempunyai IQ tinggi, yang secara potensial

mereka seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi, tetapi

kenyataannya mereka mendapatkan prestasi yang rendah.

g. Peserta didik yang selalu menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk

sebagian besar mata pelajaran. Tetapi di lain waktu prestasi belajarnya

menurun drastis.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa secara garis besar

kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu:

1) Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan

(developmental learning disabilities). Kesulitan belajar yang berhubungan

dengan keterlambatan pada tahapan-tahapan perkembangan mencakup

gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi,

dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial.


2) Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities). Kesulitan

belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian

prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan.

Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam

membaca, menulis, atau berhitung/matematika.

B. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar merupakan hal yang umum dialami oleh banyak individu

dalam proses pendidikan. Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar dapat

berasal dari dalam diri individu itu sendiri (faktor internal) atau dari lingkungan

sekitarnya (faktor eksternal). Memahami faktor-faktor ini sangat penting dalam

upaya membantu individu mengatasi kesulitan belajar dan mencapai potensi

belajar yang optimal. Berikut faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Faktor Internal

Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas bahwa faktor internal ialah

berasal dari dalam diri individu disini akan kita bagi menjadi 3 bagian:

a. Kesulitan Kognitif: Kesulitan dalam pemahaman, memproses, atau

mengingat informasi dapat menjadi faktor internal yang mempengaruhi

kemampuan belajar. Contohnya, gangguan kognitif seperti disleksia atau

masalah memori.5

b. Motivasi dan Sikap: Ketidakmampuan untuk mempertahankan motivasi

yang tinggi atau memiliki sikap negatif terhadap pembelajaran dapat

5
https://www.ninds.nih.gov/Disorders/All-Disorders/Learning-Disabilities-Information-
Page
menyebabkan kesulitan belajar. Faktor-faktor seperti kurangnya minat,

rasa takut akan kegagalan, atau kurangnya tujuan yang jelas dapat

mempengaruhi motivasi dan sikap individu terhadap belajar.6

c. Gangguan Perhatian: Gangguan perhatian seperti Attention Deficit

Hyperactivity Disorder (ADHD) dapat mengganggu fokus dan

konsentrasi, menyebabkan kesulitan dalam memahami dan memproses

informasi pembelajaran.7

2. Faktor Eksternal

Berikut adalah faktor-faktor eksternal yang menyebabkan kesulitan

belajar:

a. Lingkungan Belajar yang Tidak Kondusif: Lingkungan belajar yang

bising, tidak teratur, atau tidak nyaman dapat mengganggu konsentrasi dan

fokus belajar. Gangguan seperti suara bising dari luar, gangguan visual,

atau kurangnya privasi dapat menghambat proses belajar dan pemahaman

materi.8

b. Kurangnya Sumber Daya dan Fasilitas Belajar: Kurangnya akses terhadap

buku teks, materi pembelajaran, atau sumber daya pendukung lainnya

dapat menyulitkan individu dalam memperoleh informasi yang diperlukan.

6
Covington, M. V. (2000). "Goal theory, motivation, and school achievement: An integrative
review." Annual Review of Psychology, 51, 171-200.
7 https://www.nimh.nih.gov/health/topics/attention-deficit-hyperactivity-disorder-adhd/index.shtml
8
Weinstein, C. E., & Acee, T. W. (2013). "Learning and study strategies." International
Encyclopedia of Education, 3, 198-203.
Fasilitas belajar yang terbatas, seperti laboratorium atau perpustakaan yang

kurang lengkap, juga dapat membatasi pengalaman belajar yang optimal.9

c. Metode Pengajaran yang Tidak Efektif: Pendekatan pengajaran yang tidak

sesuai atau kurang efektif dalam menyampaikan materi pembelajaran juga

dapat menjadi faktor penyebab kesulitan belajar. Metode pengajaran yang

kurang interaktif, kurang variatif, atau tidak mempertimbangkan gaya

belajar individu dapat menghambat pemahaman dan keterlibatan aktif

siswa dalam proses pembelajaran.10

d. Kurangnya Dukungan Sosial: Dukungan sosial dari guru, orang tua, atau

teman sebaya sangat penting dalam mendorong dan memotivasi individu

untuk belajar. Kurangnya dukungan sosial, seperti kurangnya dorongan

dan pengakuan atas usaha belajar individu, atau kurangnya bantuan dalam

mengatasi kesulitan belajar, dapat mempengaruhi motivasi dan hasil

belajar seseorang.11

e. Teknologi yang Tidak Dikelola dengan Baik: Sementara teknologi dapat

menjadi alat yang berharga dalam proses pembelajaran, penggunaan

teknologi yang tidak terkelola dengan baik atau tidak terarah dapat

menghambat belajar. Terlalu banyak gangguan dari media sosial,

9 Eccles, J. S., & Harold, R. D. (1996). "Family involvement in children's and adolescents'
schooling." Handbook of Educational Psychology, 2, 840-842
10 Pashler, H., McDaniel, M., Rohrer, D., & Bjork, R. (2008). "Learning styles: Concepts and
evidence." Psychological Science in the Public Interest, 9(3), 105-119.
11 Wentzel, K. R. (1997). "Student motivation in middle school: The role of perceived pedagogical
caring." Journal of Educational Psychology, 89(3), 411-419
perangkat elektronik, atau konten yang tidak relevan dapat mengalihkan

perhatian dan mengurangi efektivitas belajar.12

C. Diagnosis Kesulitan Belajar

Diagnosis merupakan istilah terminologi yang diambil dari bidang medis.

Menurut Thorndike dan Hagen, sebagaimana dikutip oleh Abin Syamsuddin

Makmun dalam bukunya Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran

Modul, diagnosis dapat diartikan sebagai:

a. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness,

disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan

studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symtoms);

b. Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan

karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial;

c. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama

atas gejala-gejala atau fakta-fakta tentang suatu hal.13

Proses diagnosis bukan hanya sekadar mengidentifikasi jenis dan

karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu,

melainkan juga melakukan suatu usaha untuk mendeskripsikan kemungkinan dan

menyarankan tindakan pemecahannya.

Jika kegiatan diagnosis diarahkan pada masalah yang terjadi pada belajar,

maka disebut sebagai diagnosis kesulitan belajar. Melalui diagnosis kesulitan

12Junco, R., & Cotten, S. R. (2012). "No A 4 U: The relationship between multitasking and
academic performance." Computers & Education, 59(2), 505-514.
13 Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran

Modul, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 307


belajar tersebut, gejala-gejala yang menunjukkan adanya kesulitan dalam belajar

diidentifikasi, dicari faktor-faktor yang menyebabkannya, dan diupayakan

mencari jalan keluar untuk memecahkan masalah tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar sebagai suatu proses

upaya dalam memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan

belajar dengan menghimpun dan mempergunakan berbagai data/informasi

selengkap dan seobjektif mungkin sehingga memungkinkan untuk mengambil

kesimpulan dan keputusan serta mencari alternatif kemungkinan pemecahan

masalahnya.

D. Prosedur Diagnosis Kesulitan Belajar

Diganosis kesulitan belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan

kesulitan belajar. Sebagai prosedur maka diagnosis kesulitan belajar terdiri dari

langkah-langkah yang tersusun secara sistematis. Menurut Rosss dan Stanley,

tahapan-tahapan diagnosis kesulitan belajar adalah jawaban terhadap pertanyaan-

pertanyaan sebagai berikut:14

a) Who are the pupils having trouble ? (Siapa siswa yang mengalami

gangguan ?)

b) Where are the errors located ? (Di manakah kelemahan-kelemahan

tersebut dapat dilokalisasikan ?)

c) Why are the errors occur ? (Mengapa kelemahan-kelemahan itu terjadi


?)

d) What are remedies are suggested? (Penyembuhan apa saja yang


14 Ross, C. C. and Stanley, J. C., Measurement in Today’s School, (New York: Prentice

Hall, 1956), hlm. 332-341


disarankan?)

e) How can errors be prevented ? (Bagaimana kelemahan-kelemahan itu

dapat dicegah ?)

Pendapat Roos dan Stanley tersebut dapat dioperasionalisasikan dalam

memecahkan masalah atau kesulitan belajar siswa dengan tahapan kegiatan

sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar

1) Menganalisis prestasi belajar.

2) Menganalisis perilaku yang berhubungan dengan proses belajar.

3) Menganalisis hubungan sosial

b. Melokalisasi letak kesulitan belajar

1) pada mata pelajaran apa yang bersangkutan mengalami kesulitan;

2) pada aspek tujuan pembelajaran yang mana kesulitan terjadi;

3) pada bagian (ruang lingkup) materi yang mana kesulitan terjadi;

4) pada segi-segi proses pembelajaran yang mana kesulitan terjadi.

c. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kesulitan belajar Teknik

pengungkapan faktor penyebab kesulitan belajar dapat dilakukan dengan :

1) observasi; 2) wawancara; 3) kuesioner; 4) skala sikap, 5) tes; dan 6)

pemeriksaan secara medis.

d. Memperkirakan alternatif pertolongan

e. Menetapkan kemungkinan teknik mengatasi kesulitan belajar.

f. Pelaksanaan pemberian pertolongan.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kesulitan belajar merupakan gejala psikis yang dihadapi peserta didik

yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk perilaku, baik secara kognitif,

afektif, maupun psikomotorik yang dapat menghambat proses belajar sehingga

hasil belajar tidak dapat tercapai dengan baik. Faktor-faktor yang menyebabkan

kesulitan belajar dapat berasal dari dalam diri individu itu sendiri (faktor internal)

atau dari lingkungan sekitarnya (faktor eksternal). Memahami faktor-faktor ini

sangat penting dalam upaya membantu individu mengatasi kesulitan belajar dan

mencapai potensi belajar yang optimal.

Diagnosis kesulitan belajar sebagai suatu proses upaya dalam memahami

jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan belajar dengan menghimpun

dan mempergunakan berbagai data/informasi selengkap dan seobjektif mungkin

sehingga memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta

mencari alternatif kemungkinan pemecahan masalahnya.

Menurut Rosss dan Stanley, tahapan-tahapan diagnosis kesulitan belajar

adalah jawaban terhadap pertanyaan- pertanyaan sebagai berikut: Who are the

pupils having trouble ? (Siapa siswa yang mengalami gangguan ?). Where are

the errors located ? (Di manakah kelemahan tersebut dapat dilokalisasikan

?).Why are the errors occur ? (Mengapa kelemahan itu terjadi ?).What are

remedies are suggested? (Penyembuhan apa saja yang disarankan?).How can

errors be prevented ? (Bagaimana kelemahan itu dapat dicegah ?).


DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan


Belajar.Jakarta: Rineka Cipta.
C. E, Weinstein,., & Acee, T. W. 2013. "Learning and study strategies."
International Encyclopedia of Education.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

H., Pashler, McDaniel, M., Rohrer, D., & Bjork, R. 2008. "Learning styles:
Concepts and evidence." Psychological Science in the Public Interest.

https://www.ninds.nih.gov/Disorders/All-Disorders/Learning-Disabilities-
Information-Page
https://www.nimh.nih.gov/health/topics/attention-deficit-hyperactivity-disorder
adhd/index.shtml
J. S., Eccles & Harold, R. D. 1996. "Family involvement in children's and
adolescents' schooling." Handbook of Educational Psychology.
K. R., Wentzel. 1997. "Student motivation in middle school: The role of perceived
pedagogical caring." Journal of Educational Psychology.
M. V., Covington. 2000. "Goal theory, motivation, and school achievement: An
integrative review." Annual Review of Psychology.
Makmun, Abin Syamsuddin. 2002. Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem
Pengajaran Modul. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mardiyati, Siti dkk. 1994. Layanan Bimbingan Belajar. Surakarta : Penerbit UNS.
R., Junco & Cotten, S. R., Cotton. 2012. "No A 4 U: The relationship between
multitasking and academic performance." Computers & Education.
Warkitri, dkk. 1990. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Jakarta: Karunika.

Anda mungkin juga menyukai