NIM : 80200221018
pertama kali dikemukakan oleh The United States Office of Education (USOE) pada
tahun 1977, yang mendefinisikan kesulitan belajar sebagai suatu gangguan dalam satu
atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan
bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam
perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak
kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran
dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis,
Pendapat lain dari the Board of Association for Children and Adult with
adalah suatu kondisi kronis yang diduga bersumber neurologis yang secara selektif
verbal. Kesulitan belajar khusus tampil sebagai ketidakmampuan nyata pada orang-
orang yang memiliki integrasi rata-rata hingga superior, yang memiliki system
sensoris yang cukup, dan kesempatan untuk belajar yang cukup pula. Berbagai
neurologis, (2) adanya kesulitan dalam tugas-tugas akademik, (3) adanya kesenjangan
antara prestasi dan potensi, (4) adanya pengeluaran dari sebab-sebab lain. Meski
demikian, di Indonesia belum ada definisi yang baku tentang kesulitan belajar. Para
guru umumnya memandang semua peserta didik yang memperoleh prestasi belajar
rendah disebut siswa berkesulitan belajar. Dalam kondisi seperti itu, kiranya dapat
sebuah gangguan dalam proses menerima materi dari luar kedalam diri sehingga
informasi dari luar baik dari perkembangan maupun bidang akademik individu
tersebut.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar
dua, yaitu:
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar. Dalam hal ini penulis akan menjelaskan dua faktor, yaitu faktor fisiologis dan
faktor psikologis.
a. Faktor Fisiologis
seseorang, anak yang dalam keadaan segar jasmani akan berbeda dengan anak yang
ada dalam kelelahan. Anak-anak yang kurang gizi akan mudah cepat lelah, mudah
menerima pelajaran.
b. Faktor Psikologis
belajar antara lain adalah intelegensi, perhatian, minta, bakat, motif, kematangan, dan
kesiapan.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal siswa, yaitu hal-hal yang datang dari luar diri siswa. Faktor
ini meliputi situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas
c. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung yang buruk seperti
dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang rendah kualitasnya.
Selain faktor-fakor diatas, terdapat juga faktor khusus yang berupa learning
disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom yang berarti satuan gejala yang muncul
itu sendiri.
sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan ada yang memiliki kecerdasan
diatas rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom
diatas mungkin hanya disebabkan oleh adanya minimal brain dysfunction, yaitu
kelompok yaitu:
dikategorikan dalam dua ranah, yaitu kesulitan belajar perkembangan yang mencakup
daya ingat, perhatian dan sebagainya serta kesulitan belajar dalam hal akademik yang
sebagai narasumber guru juga merupakan pembimbing dan pengayom bagi para
murid yang ada dalam suatu kelompok belajar. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan
T. Rustandy yang mengatakan bahwa “Guru memegang peranan sentral dalam proses
dalam tingkah laku pada waktu pelaksanaan proses pembelajaran”. Pola tingkah laku
guru dalam proses pembelajaran biasanya ditiru oleh siswa dalam perjalanan hidup
kecakapan dan kepribadian ini memengaruhi terhadap situasi yang dihadapi dalam
proses pembelajaran.
Beberapa cara mengatasi kesulitan dalam belajar dapat dilakukan dengan cara
belajar yang efektif dan efisien. Cara demikian merupakan problematika yang perlu
mendapatkan perhatian cukup serius. Orang tua dan Guru Kelas kerap kali
memberikan saran-saran kepada siswa agar rajin belajar karena rajin adalah pangkal
cerdas. Berikut ini beberapa alternatif dalam kesulitan belajar yaitu:
1. Observasi Kelas
Pada tahap ini observasi kelas dapat membantu mengurangi kesulitan dalam
tingkat pelajaran, misalnya memeriksa keadaan secara fisik bagaimana kondisi kelas
dalam kegiatan belajar, cukup nyaman, segar, sehat dan hidup atau tidak. Kalau
suasana kelas sangat nyaman, tenang dan sehat, maka dapat memotivasi siswa untuk
Dalam hal ini dapat difokuskan pada tingkat kesehatan siswa khusus
mengenai alat indra. Diupayakan minimal dalam sebulan sekali pihak sekolah
kesehatan yang baik dapat menunjang pelajaran yang baik pula. Oleh karena itu, alat
seorang guru dapat leluasa melihat, memperhatikan murid berikut semua yang ada di
sekitarnya. Di sini guru dapat langsung melakukan wawancara dengan orang tuanya
mengenai kepribadian anak, keluarga, ekonomi, pekerjaan dan lain-lain. Selain itu
juga, guru bisa melihat keadaan rumah, kondisi dan situasinya dengan masyarakat
secara langsung.
Dalam hal ini seorang guru dapat mengetahui sejauh mana IQ seseorang dapat
latihan psikotes dapat diambil beberapa nilai kepribadian siswa secara praktis dari
organisator. Selanjutnya lengkapilah beberapa alat peraga atau alat yang lainnya yang
lebih kompleks, motivasi belajarpun akan dengan mudah didapat oleh para siswa.
teratasi jika seorang pendidik mampu memberikan solusi yang tepat bagi peserta