Anda di halaman 1dari 7

LANDASAN PSOKOLOGI DESAIN PEMBELAJARAN

Resume Materi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Desain


Pembelajaran PAI Program Studi Pendidikan Agama Islam
Pada Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Oleh:

RENALDI WAHAB
NIM 80200221018

Dosen Pengampuh:

1. Dr. H. Muzakkir, M.Pd.


2. Dr. H. Kamaruddin Hasan, M.Pd.I.

PROGRAM PASCASARJANA
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2022
Nama : Renaldi Wahab
NIM : 80200221018
Program : Pascasarjana UIN Alauddin Makassar
Materi : Ringkasan Materi

LANDASAN PSIKOLOGI DESAIN PEMBELAJARAN

Pengetahuan tentang psikologi diperlukan oleh dunia pendidikan karena dunia

pendidikan menghadapi peserta didik yang unik dilihat dari segi karakteristik

perilaku, kepribadian, sikap, minat, motivasi, perhatian, persepsi, daya pikir,

inteligensi, fantasi, dan berbagai aspek psikologis lainnya yang berbeda antara peserta

didik yang satu dengan peserta didik yang lainnya. Perbedaan karakteristik psikologis

yang dimiliki oleh para peserta didik harus diketahui dan dipahami oleh setiap guru

atau instruktur yang berperan sebagai pendidik dan pengajar di kelas, jika ingin

proses pembelajarannya berhasil.

Beberapa peran penting psikologi dalam proses pembelajaran adalah :

1. Memahami siswa sebagai pelajar, meliputi perkembangannya, tabiat,

kemampuan, kecerdasan, motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian,

dan lain-lain

2. Memahami prinsip – prinsip dan teori pembelajaran

3. Memilih metode – metode pembelajaran dan pengajaran

4. Menetapkan tujuan pembelajaran dan pengajaran

5. Menciptakan situasi pembelajaran dan pengajaran yang kondusif

6. Memilih dan menetapkan isi pengajaran

7. Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar

8. Memilih alat bantu pembelajaran dan pengajaran

9. Menilai hasil pembelajaran dan pengajaran


10. Memahami dan mengembangkan kepribadian dan profesi guru

11. Membimbing perkembangan siswa

Sebagaimana dinyatakan di muka bahwa proses pembelajaran syarat dengan

aspek-aspek psikologis yang harus diperhatikan oleh seorang pendidikan atau

pengajar, demi menunjang keberhasilan proses pembelajaran tersebut. Aspek-aspek

psikologis tersebut akan dijelaskan di bawah ini:

a) Tingkat kecerdasan/inteligensi siswa

Inteligensi ialah kemampuan untuk menemukan, yang bergantung pada

pengertian yang luas dan ditandai oleh adanya suatu tujuan tertentu dan adanya

pertimbangan-pertimbangan yang bersifat korektif. Jelasnya, inteligensi itu meliputi

pengertian penemuan sesuatu yang baru, adanya keyakinan atau ketetapan hati dan

adanya pengertian terhadap dirinya sendiri (Juhaya S. Praja & Usman Effendi,

1984:89).

Pendapat lain menyatakan bahwa inteligensi pada umumnya dapat diartikan

sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri

dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Muhibbin Syah, 1997:135). Dengan

dengan demikian, diketahui bahwa inteligensi sebenarnya bukan persoalan kualitas

otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Namun diakui,

memang, peran otak dalam hubungannya dengan inteligensi manusia lebih menonjol

daripada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara

pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia. Sudah menjadi sebuah keyakinan

bersama dan dibuktikan secara empiris bahwa tingkat kecerdasan atau inteligensi

seseorang (siswa) sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar. Ini bermakna,

semakin tinggi tingkat kecerdasan seorang siswa maka semakin besar peluangnya
meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat kecerdasannya

maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.

b) Sikap Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan

untuk mereaksi atau merespons (response tendency) dengan cara yang relatif terhadap

objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Muhibbin

Syah, 1997:135). Yang sangat memegang peranan penting dalam sikap ialah faktor

perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi/respons, atau kecenderungan

untuk bereaksi. Dalam beberapa hal sikap merupakan penentu yang penting dalam

tingkah laku manusia. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua

alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut dan

melaksanakannya atau menjauhi/menghindari sesuatu (M. Ngalim Purwanto,

1997:141).

Dalam proses pembelajaran sikap termasuk salah satu yang mempengaruhi

proses pembelajaran. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa respon positif yang

diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan merupakan pertanda baik

dalam mengikuti proses belajarnya. Sebaliknya, respon negatif yang berikan terhadap

mata pelajaran atau guru bahkan diberangi dengan kebencian akan dapat

menimbulkan kesulitan belajar siswa. Jika kesulitan belajar telah dialami siswa maka

tingkat keberhasilan belajar tidak akan tercapai.

c) Bakat Siswa

Bakat adalah kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa

banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan (Muhibbin Syah, 1997:135).

Seorang yang siswa yang memiliki bakat dalam bidang tata bahasa Inggris, misalnya,
akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan dan keterampilan yang

berhubungan dengan bidang tersebut dibanding dengan siswa lainnya. Berhubungan

dengan hal di atas, bakat akan mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar bidang studi tertentu. Oleh karenanya, sangat tidak bijaksana apabila

orang tua memaksa untuk menyekolahkan anaknya pada jurusan keahlian tertentu

yang tidak sesuai dengan bakat yang dimiliki anak.

d) Minat Siswa

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang

tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat seperti yang dipahami dan

dipakai orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa

dalam bidang-bidang studi tertentu (Muhibbin Syah, 1997:136).

Belajar akan menjadi suatu siksaan dan tidak memberi manfaat jika tidak

disertai sifat terbuka bagi bahan-bahan pelajaran. Guru yang berhasil membina

siswanya berarti ia telah melakukan hal-hal yang paling penting yang dapat dilakukan

demi kepentingan belajar siswa-siswanya. Sebab minat bukanlah sesuatu yang ada

begitu saja, melainkan sesuatu yang dapat dipelajari. Pada dasarnya minat ada yang

muncul dengan sendirinya yang disebut minat spontan dan ada minat yang muncul

dan dibangkitkan dengan sengaja. Pendapat lain mengatakan bahwa minat terbagi

kepada dua bagian, yaitu minat pembawan dan lingkungan. Biasanya minat ini

muncul berdasarkan bakat yang ada, misalnya apabila seseorang memiliki bakat di

bidang pendidikan (guru) maka ia akan masuk ke fakultas keguruan. Minat seseorang

bisa saja berubah karena adanya pengaruh seperti kebutuhan dan lingkungan.
e) Motivasi Siswa

Motif merupakan pendorong bagi suatu organisme untuk melakukan sesuatu

(Purwanto, 2007:103). Pendapat lain mengatakan bahwa motif ialah keadaan internal

organisem–baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu

(Muhibbin Syah, 1997:136). Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari

dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.

Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar

individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar

(Muhibbin Syah, 1997:136-137). Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang

bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang

bersemangatnya siswa dalam melakukan proses pembelajaran materi-materi pelajaran

baik di sekolah maupun di rumah.


BAHAN BACAAN

Mardianto, Totok. Pembelajaran Dikaji dari Perpektif Psikologi. Makalah. Program

Studi Magister Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sriwijaya. 2013.

Anda mungkin juga menyukai