MAKALAH
Oleh:
A. Latar Belakang
Guru adalah pemeran utama dalam menyampaikan materi pembelajaran, namun tugas guru
tidak hanya sekedar mentransfer atau menyampaikan materi saat proses pembelajaran. Guru
dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik. Hal itu karena
perkembangan peserta didik satu sama lain berbeda-beda dan tergantung dari peserta didik
tersebut.
Perkembangan yang diamati dalam kasus ini adalah perkembangan mengenai pemahaman
dalam menerima materi pelajaran. Perkembangan pemahaman peserta didik dalam
pembelajaran dapat diamati dengan cara diagnosis kesulitan blajar, karena pemahaman
peserta didik dapat diamti daritingkat kesulitan belajar yang dapat dialami peserta didik.
Kesulitan belajar merupakan suatu gejala yang nampak pada peserta didik yang ditandai
dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau di bawah standar yang ditetapkan.
Adapun pengertian diagnosis kesulitan belajar merupakan proses menentukan masalah
atau ketidakmampuan peserta didik dalam belajar. Pemahaman dan konsep mengenai
diagnosis kesulitan belajar perlu dikaji lebih lanju olrh seorang guru atau pendidik. Oleh
karena itu makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi lebih lanjut mnegenai
diagnosis kesulitan belajar siswa
B. TUJUAN
Pengertian diagnostik kesulitan belajar Siswa
Kedudukan Diagnos kesulitan belajar Siswa dalam pembelajaran
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan Belajar Siswa
Prosedur Diagnos Kesulitan Belajar Siswa
BAB II
PEMBHASAN
Berikut adalah permasalahan belajar peserta didik menurut Warkitri (1990) Sebagai Berikut:
Suatu keadaan dimana proses belajar anak terganggu karena timbulnya respons yang
bertentangan, sehingga anak tidak dapat menguasai atau memahami bahan yang dipelajari
dengan baik. Sebenarnya anak tersebut memiliki potensi dasar yang tidak diragukan lagi.
Suatu gejala anak tidak mampu belajar atau selalu menghindari kegiatan belajar dengan
berbagai sebeb sehingga hasil belajar yang dicapai berada di bawah potensi intelektualnya.
3. Learning Disfunctions
Mengacu pada gejala proses belajar yang tidak dapat berfungsi dengan baik walaupun
anak tidak menunjukkan adanya subnormal mental, gangguan alat indera ataupun gangguan
psikologis yang lain. Misalnya, anak sudah belajar dengan tekun tetapi tidak mampu menguasai
bahan belajar dengan baik.
4. Under Achiever
Terjadi pada anak yang memiliki potensi intelektual tergolong di atas normal tetapi
prestasi belajar yang dicapai tergolong rendah, tidak sesuai dengan tingkat kecerdasan yang
dimiliki.
Disebabkan anak sangat lambat dalam proses belajarnya, sehingga setiap melakukan
kegiatan belajar membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan anak lain yang
memiliki tingkat potensi intelektual sama.
Berkaitan dengan konsep belajar tuntas (mastery learning), tingkat penguasaan bahan
pelajaran biasanya ditetapkan antara 75 %-90%. Bila peserta didik belum mampu meguasai
bahan pelajaran seperti yang telah ditetapkan, maka peserta didik tersebut harus dibantu hingga
mencapai penguasaan bahan pelajaran seperti yang telah ditetapkan John B. Caroll (1968)
mengatakan bahwa hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh :
1. Waktu yang tersedia untuk mempelajari bahan pelajaran yang telah ditentukan
2. Usaha yang dilakukan peserta didik untuk menguasai bahan pelajaran
3. Bakat yang dimiliki peserta didik
4. Kualitas pengajaran atau tingkat kejelasan pengajaran
5 Kemampuan peserta didik untuk dapat mendapat keseluruhan proses pembelajaran
yang sedang dihadapi.
6. Manfaat optimal dari
Agar proses pembelajaran berhasil maka guru harus berusaha menemukan letak dan
jenis kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didiknya. Dengan demikian kedudukan
diagnosis kesulitan belajar dalam proses pembelajaran sangatlah penting demi
keberhasilan proses pembelajaran.
C. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kesulitan Belajar
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
internal adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, sedang faktor ekternal
adalah faktor yang ada diluat individu. Faktor internal meliputi faktor jasmaniah dan faktor
psikologi meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan. Faktor
eksternal yang berpengaruh dalam belajar adalah faktor keluarga ( cara orang tua mendidik,
relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, dan keadaan ekonomi keluarga, pengetian dan
perhatian orang tua, dan latar belakang kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar, metode
belajar, tugas rumah, kurikulum, relasi antar guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin
sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, dan keadaan gedung) faktor masyarakat
( kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat dan
media massa).
Ditinjau dari faktor pendekatan belajar, terdapat 3 bentuk dasar pendekatan belajar siswa
menurut hasil penelitian Biggs(1991) yaitu:
1. Pendekatan surface (permukaan bersiafat lahiriah)
kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan dari luar (ekstrinsik), misalnya
mau belajar karena takut tidak lulus ujian sehingga dimarahi orangtua. Oleh karena itu
gaya belajarnya santai, asal hafal, dan tidak mementigkan pemahaman yang mendalam.
2. Pendekatan deep (mendalam)
kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan dari dalam (intrinsik) misalnya
mau belajar karena memang tertarik pada materi dan meraa membutuhkannya. oleh
karena itu gaya belajarnya serius dan berusaha memahami materi secara mendalam serta
memikirkan cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi)
kecenderungan belajar pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya
dengan cara meraih prestasi setinggi-tingginya. Gaya belajar yang seperti ini merupakan
gaya belajar siswa ini lebih serius dripada siswa yang menggunakan pendekatan belajar
yang lain.
Terdapat ketrampilan belajar yang baik dalam arti memiliki kemampuan tinggi dalam
mengatur ruang belajar/kerja, membagi waktu dan menggunakannya secara efisien, serta
memiliki ketrampilan tinggi dalam penelaahan silabus. Disamping itu siswa dengan
pendekatan ini sangat disiplin, rapi, sistematis, memiliki perencanaa kedepan (plans
ahead), dan memiliki dorongan berkompetisi tinggi secara positif.
D. Prosedur Pelaksanaan Diagnostik Kesulitan Belajar
Kegiatan untuk menentukan masalah atau kesulitan belajar peserta didik disebut dengan
diagnosis keuslitan belajar. Adapun prosedur dalam melaksanakan diagnosis kesulitan belajar
adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi Peserta Didik yang Diperkirakan Mengalami Kesulitan Belajar
Kegiatan di sini adalah metenapkan peserta didik yang keuslitan belajar, dengan cara
mengenali latar belakang baik psikologis maupun nonpsikoolgis, Kasus kesulitan belajar
dapat diketahui melalui:
a. Analisis Perilaku
Peserta didik yang kesulitan belajar dapat diketahui melalui observasi atau laporan proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dapat diketahui: 1) Cepat Lambatnya
Menyelesaikan Tugas
Dalam proses pembelajaran, guru sering memberikan tugas kepada peserta didik.. baik
tugas individu, kelompok ataupun ujian yang ditentukan batas waktunya. Batas waktu tersebut
dapat digunakan sebagai tolak ukur kemampuan belajar dalam hal cepat atau lambatnya dalam
mengumpulkan tugas. Peserta didik yang diduga mengalami kesulitan belajar adalah peserta
didik yang paling lambat mengumpulkan tugas. Namun tolak ukur tersebut dinilai
kurangakurat, karena bisa jadi peserta didik yang pintar juga mempunyai kemungkinan untuk
mengumpulkan tugas tidak tepat waktu karena mempunyai sifat yang malas.
Penilaian acuan norma sering disebut norma kelompok yang wujudnya adalah skor rerata
yang dijadikan norma. Jadi peserta didik yang diduga mengalami kesulitan belajar yaitu
apabila skor hasil belajar yang dicapai di bawah dan semakin jauh dari rerata kelas atau
kelompok. Sedangkan penilaian acuan patokan merupakan skor minimal yang seharusnya
dicapai oleh peserta didik, sehingga peserta didik yang hasil belajarnya belum mencapai
syarat minimal, diduga mereka belum menguasai bahan pelajaran yang seharusnya dikuasai.
Dengan kata lain peserta didik yang skor hasil belajarnya kurang dari syarat minimal dapat
diduga mereka mengalami kesulitan belajar, apalagi skor yang diperoleh lebih jauh dari syarat
minimal yang telah ditetapkan sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diagnosis adalah penentuan jenis masalah atau kelainan atau ketidakmampuan dengan
meniliti latar belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala-gejala yang tampak.
Sedangkan kesulitan belajar yaitu suatu gejala yang nampak pada peserta didik yang ditandai
dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau di bawah norma yang telah ditetapkan atau
prestasi belajar yang dicapai tidak sesuai dengan kapasitas intelegensinya.
Berkaitan dengan konsep belajar tuntas (mastery learning), tingkat penguasaan bahan
pelajaran biasanya ditetapkan antara 75 %-90%, kedudukan diagnosis kesulitan dalam proses
pembelajaran sangatlah penting demi keberhasilan proses pembelajaran.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, sedang faktor
ekternal adalah faktor yang ada diluat individu. Faktor internal meliputi faktor jasmaniah dan
faktor psikologi meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.
Kegiatan untuk menentukan masalah atau kesulitan belajar peserta didik disebut dengan
diagnosis keuslitan belajar. Adapun prosedur dalam melaksanakan diagnosis kesulitan belajar
adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi Peserta Didik yang Diperkirakan Mengalami Kesulitan Belajar
Kegiatan di sini adalah metenapkan peserta didik yang keuslitan belajar, dengan cara
mengenali latar belakang baik psikologis maupun nonpsikoolgis.
B. Saran