Anda di halaman 1dari 10

DIAGNOSA KESULITAN BELAJAR SISWA

MAKALAH

Oleh:

Nama : Yufial Gulo


: Deswita Sirait
: Patut Marbungaran Harianja
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Semester/Gruop : II/A
Dosen Pengampu : Drs. Tahadodo Waruwu M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MUSIK GEREJA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN KRISTEN
INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI TARUTUNG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Guru adalah pemeran utama dalam menyampaikan materi pembelajaran, namun tugas guru
tidak hanya sekedar mentransfer atau menyampaikan materi saat proses pembelajaran. Guru
dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik. Hal itu karena
perkembangan peserta didik satu sama lain berbeda-beda dan tergantung dari peserta didik
tersebut.
Perkembangan yang diamati dalam kasus ini adalah perkembangan mengenai pemahaman
dalam menerima materi pelajaran. Perkembangan pemahaman peserta didik dalam
pembelajaran dapat diamati dengan cara diagnosis kesulitan blajar, karena pemahaman
peserta didik dapat diamti daritingkat kesulitan belajar yang dapat dialami peserta didik.
Kesulitan belajar merupakan suatu gejala yang nampak pada peserta didik yang ditandai
dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau di bawah standar yang ditetapkan.
Adapun pengertian diagnosis kesulitan belajar merupakan proses menentukan masalah
atau ketidakmampuan peserta didik dalam belajar. Pemahaman dan konsep mengenai
diagnosis kesulitan belajar perlu dikaji lebih lanju olrh seorang guru atau pendidik. Oleh
karena itu makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi lebih lanjut mnegenai
diagnosis kesulitan belajar siswa

B. TUJUAN
 Pengertian diagnostik kesulitan belajar Siswa
 Kedudukan Diagnos kesulitan belajar Siswa dalam pembelajaran
 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan Belajar Siswa
 Prosedur Diagnos Kesulitan Belajar Siswa
BAB II
PEMBHASAN

A. Pengertian Diagnos Kesulitan Belajar Siswa


Diagnosis adalah penentuan jenis masalah atau kelainan atau ketidakmampuan dengan
meniliti latar belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala-gejala yang tampak.
Sedangkan kesulitan belajar yaitu suatu gejala yang nampak pada peserta didik yang ditandai
dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau di bawah norma yang telah ditetapkan atau
prestasi belajar yang dicapai tidak sesuai dengan kapasitas intelegensinya.
Blassic dan Jones menyatakan bahwa, kesulitan belajar menunjukkan adanya suatu jarak
antara prestasi akademik yang diharapkan dengan yang dicapai. Peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar adalah peserta didik yang memilki inteligensi normal, tetapi menunjukkan
kekurangan yang penting dalam proses belajar, baik dalam persepsi, ingatan, perhatian, dan atau
fungsi motoriknya. Dengan kata lain, peserta didik dikatakan mengalami kesulitan belajar bila
prestasi belajar yang dicapai tidak sesuai dengan kapasitas inteligensinya. Kesulitan belajar tidak
selalu disebabkan oleh inteligensi yang rendah, namun dapat disebabkan oleh faktor fisiologik,
psikologik, instrumen, dan lingkungan belajar Siswa.
Dari uaraian di atas, dapat disimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar dapat diartikan
sebagai proses menentukan masalah atau ketidak-mampuan peserta didik dalam belajar dengan
meneliti latar belakang penyebabnya dan atau dengan menganalisis gejala-gejala kesulitan atau
hambatan belajar yang nampak. kesulitan belajar peserta didik, sehingga pendekatan dengan
peserta didik tersebut dapat dilakukan dengan lebih tepat.

Berikut adalah permasalahan belajar peserta didik menurut Warkitri (1990) Sebagai Berikut:

1. Kekacauan Belajar (Learning Disorder)

Suatu keadaan dimana proses belajar anak terganggu karena timbulnya respons yang
bertentangan, sehingga anak tidak dapat menguasai atau memahami bahan yang dipelajari
dengan baik. Sebenarnya anak tersebut memiliki potensi dasar yang tidak diragukan lagi.

2. Ketidakmampuan Belajar (Learning Disability)

Suatu gejala anak tidak mampu belajar atau selalu menghindari kegiatan belajar dengan
berbagai sebeb sehingga hasil belajar yang dicapai berada di bawah potensi intelektualnya.
3. Learning Disfunctions

Mengacu pada gejala proses belajar yang tidak dapat berfungsi dengan baik walaupun
anak tidak menunjukkan adanya subnormal mental, gangguan alat indera ataupun gangguan
psikologis yang lain. Misalnya, anak sudah belajar dengan tekun tetapi tidak mampu menguasai
bahan belajar dengan baik.

4. Under Achiever

Terjadi pada anak yang memiliki potensi intelektual tergolong di atas normal tetapi
prestasi belajar yang dicapai tergolong rendah, tidak sesuai dengan tingkat kecerdasan yang
dimiliki.

5. Lambat Belajar (Slow Learner)

Disebabkan anak sangat lambat dalam proses belajarnya, sehingga setiap melakukan
kegiatan belajar membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan anak lain yang
memiliki tingkat potensi intelektual sama.

B. Kedudukan Diagnos Kesulitan Belajar Siswa dalam Pembelajaran

Berkaitan dengan konsep belajar tuntas (mastery learning), tingkat penguasaan bahan
pelajaran biasanya ditetapkan antara 75 %-90%. Bila peserta didik belum mampu meguasai
bahan pelajaran seperti yang telah ditetapkan, maka peserta didik tersebut harus dibantu hingga
mencapai penguasaan bahan pelajaran seperti yang telah ditetapkan John B. Caroll (1968)
mengatakan bahwa hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh :

1. Waktu yang tersedia untuk mempelajari bahan pelajaran yang telah ditentukan
2. Usaha yang dilakukan peserta didik untuk menguasai bahan pelajaran
3. Bakat yang dimiliki peserta didik
4. Kualitas pengajaran atau tingkat kejelasan pengajaran
5 Kemampuan peserta didik untuk dapat mendapat keseluruhan proses pembelajaran
yang sedang dihadapi.
6. Manfaat optimal dari
Agar proses pembelajaran berhasil maka guru harus berusaha menemukan letak dan
jenis kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didiknya. Dengan demikian kedudukan
diagnosis kesulitan belajar dalam proses pembelajaran sangatlah penting demi
keberhasilan proses pembelajaran.
C. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kesulitan Belajar

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
internal adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, sedang faktor ekternal
adalah faktor yang ada diluat individu. Faktor internal meliputi faktor jasmaniah dan faktor
psikologi meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan. Faktor
eksternal yang berpengaruh dalam belajar adalah faktor keluarga ( cara orang tua mendidik,
relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, dan keadaan ekonomi keluarga, pengetian dan
perhatian orang tua, dan latar belakang kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar, metode
belajar, tugas rumah, kurikulum, relasi antar guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin
sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, dan keadaan gedung) faktor masyarakat
( kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat dan
media massa).

 Faktor-faktor internal yang mempengaruhi proses belajar:

1. Sikap terhadap belajar


2. Motivasi belajar
3. Konsentrasi belajar
4. Mengolah bahan ajar
5. Menyimpan perolehan hasil belajar
6. Menggali hasil belajar yang tersimpan
7. Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil kerja
8. Rasa percaya diri siswa
9. Inteligensi dan keberhasila belajar
10. Cita-cita siswa

 Faktor-faktor yang Mempengaruhi belajar yaitu

1. Faktor Internal yang meliputi keadaan jasmani dan rohani siswa,

2. Faktor eksternal yang meliputi kondisi lingkungan disekitar siswa,


3. Faktor pendekatan belajar yang meliputi jenis upaya belajar siswa yang berupa setrategi
dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi
pelajaran.

 Ditinjau dari faktor pendekatan belajar, terdapat 3 bentuk dasar pendekatan belajar siswa
menurut hasil penelitian Biggs(1991) yaitu:
1. Pendekatan surface (permukaan bersiafat lahiriah)
kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan dari luar (ekstrinsik), misalnya
mau belajar karena takut tidak lulus ujian sehingga dimarahi orangtua. Oleh karena itu
gaya belajarnya santai, asal hafal, dan tidak mementigkan pemahaman yang mendalam.
2. Pendekatan deep (mendalam)
kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan dari dalam (intrinsik) misalnya
mau belajar karena memang tertarik pada materi dan meraa membutuhkannya. oleh
karena itu gaya belajarnya serius dan berusaha memahami materi secara mendalam serta
memikirkan cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi)
kecenderungan belajar pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya
dengan cara meraih prestasi setinggi-tingginya. Gaya belajar yang seperti ini merupakan
gaya belajar siswa ini lebih serius dripada siswa yang menggunakan pendekatan belajar
yang lain.
Terdapat ketrampilan belajar yang baik dalam arti memiliki kemampuan tinggi dalam
mengatur ruang belajar/kerja, membagi waktu dan menggunakannya secara efisien, serta
memiliki ketrampilan tinggi dalam penelaahan silabus. Disamping itu siswa dengan
pendekatan ini sangat disiplin, rapi, sistematis, memiliki perencanaa kedepan (plans
ahead), dan memiliki dorongan berkompetisi tinggi secara positif.
D. Prosedur Pelaksanaan Diagnostik Kesulitan Belajar
Kegiatan untuk menentukan masalah atau kesulitan belajar peserta didik disebut dengan
diagnosis keuslitan belajar. Adapun prosedur dalam melaksanakan diagnosis kesulitan belajar
adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi Peserta Didik yang Diperkirakan Mengalami Kesulitan Belajar
Kegiatan di sini adalah metenapkan peserta didik yang keuslitan belajar, dengan cara
mengenali latar belakang baik psikologis maupun nonpsikoolgis, Kasus kesulitan belajar
dapat diketahui melalui:
a. Analisis Perilaku

Peserta didik yang kesulitan belajar dapat diketahui melalui observasi atau laporan proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dapat diketahui: 1) Cepat Lambatnya
Menyelesaikan Tugas

Dalam proses pembelajaran, guru sering memberikan tugas kepada peserta didik.. baik
tugas individu, kelompok ataupun ujian yang ditentukan batas waktunya. Batas waktu tersebut
dapat digunakan sebagai tolak ukur kemampuan belajar dalam hal cepat atau lambatnya dalam
mengumpulkan tugas. Peserta didik yang diduga mengalami kesulitan belajar adalah peserta
didik yang paling lambat mengumpulkan tugas. Namun tolak ukur tersebut dinilai
kurangakurat, karena bisa jadi peserta didik yang pintar juga mempunyai kemungkinan untuk
mengumpulkan tugas tidak tepat waktu karena mempunyai sifat yang malas.

2. Kehadiran dan Ketekunan dalam Proses Belajar


Kehadiran dan ketekunan dalam proses pembelajaran secara tertib merupakan indokator
bahwa beserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebaliknya peserta
didik yang sering absen, membolos, tidka tekun, malas, acuh terhadap guru, dapat diduga
peserta didik tersebut mengalami Kesulitan belajar.
3. Peran Serta dalam Tugas Kelompok
Pada mata pelajaran tertentu peserta didik seirng dituntut kemampuanya untuk
berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman-temennya dalam satu kelompok, misalnya
kemampuan dalam mengemukakan pendapat, bertanya, menyanggah, menolak atuau
menerima pendapat teman lain dan sebgaainya. Dengan mengamati dan mencatat aktivitas
peserta didik dalam pembicaraan dengan segala kualifikasinya, kita akan memperoleh
gambaran tentang peran serta peserta didik dalam kelompoknya dan dapat juga mrenemukan
peserta didik yang diduga mengalami kesulitan belajar.
4. Kemampuan Kerjasama dan Penyesuaian Sosial
Pada mata pelajaran tertentu peserta didik dituntut untuk mampu bekerja. dalam
kelompok. Untuk itu peserta didik dituntut agar mampu bekerjasama, saling menerima,
saling percaya, dan daling menyayangi di antara sesaa anggota kelompok. Karena itu guru
harus mengetahui hubungan sosialnya sehari-hari dalam kelas atau menggunakan sosiometri
untuk mengetahui hubungan sosial peserta didiknya.
a. Analisis Prestasi Belajar
Untuk mengetahui peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dapat
dilakukan dengan cara menghimpun dan menganalisis hasil belajar serta
menafsirkannya. Dalam menafsirkan hasil belajar peserta didik haris digunakan
norma, sedang norma yang digunakan untuk menentukan baik buruknya hasil
belajar peserta didik adalah Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian
AcuanPatokan (PAP).

Penilaian acuan norma sering disebut norma kelompok yang wujudnya adalah skor rerata
yang dijadikan norma. Jadi peserta didik yang diduga mengalami kesulitan belajar yaitu
apabila skor hasil belajar yang dicapai di bawah dan semakin jauh dari rerata kelas atau
kelompok. Sedangkan penilaian acuan patokan merupakan skor minimal yang seharusnya
dicapai oleh peserta didik, sehingga peserta didik yang hasil belajarnya belum mencapai
syarat minimal, diduga mereka belum menguasai bahan pelajaran yang seharusnya dikuasai.
Dengan kata lain peserta didik yang skor hasil belajarnya kurang dari syarat minimal dapat
diduga mereka mengalami kesulitan belajar, apalagi skor yang diperoleh lebih jauh dari syarat
minimal yang telah ditetapkan sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Diagnosis adalah penentuan jenis masalah atau kelainan atau ketidakmampuan dengan
meniliti latar belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala-gejala yang tampak.
Sedangkan kesulitan belajar yaitu suatu gejala yang nampak pada peserta didik yang ditandai
dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau di bawah norma yang telah ditetapkan atau
prestasi belajar yang dicapai tidak sesuai dengan kapasitas intelegensinya.

Berkaitan dengan konsep belajar tuntas (mastery learning), tingkat penguasaan bahan
pelajaran biasanya ditetapkan antara 75 %-90%, kedudukan diagnosis kesulitan dalam proses
pembelajaran sangatlah penting demi keberhasilan proses pembelajaran.

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, sedang faktor
ekternal adalah faktor yang ada diluat individu. Faktor internal meliputi faktor jasmaniah dan
faktor psikologi meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.

Kegiatan untuk menentukan masalah atau kesulitan belajar peserta didik disebut dengan
diagnosis keuslitan belajar. Adapun prosedur dalam melaksanakan diagnosis kesulitan belajar
adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi Peserta Didik yang Diperkirakan Mengalami Kesulitan Belajar
Kegiatan di sini adalah metenapkan peserta didik yang keuslitan belajar, dengan cara
mengenali latar belakang baik psikologis maupun nonpsikoolgis.
B. Saran

Demikianlah makalah ini disusun dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa


dalam penulisan makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Mohon maaf
bila ada ketidak sempurnaan di dalamnya. kritik dan saran yang bersifat membangun
kami harapkan guna menyempurnakan dalam penyusunan makalah selanjutnya. Atas
kritik dan saran dari pembaca.

Anda mungkin juga menyukai