TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Rohmah (2015), kesulitan belajar adalah peserta didik yang tidak dapat
belajar dengan wajar dan berbeda dengan teman-teman lainnya. Hal ini disebabkan karena
adanya ancaman, hambatan atau gangguan yang dialami selama kegiatan pembelajaran
berlangsung.
Menurut Tohirin (2008), kesulitan belajar adalah kondisi dimana siswa tidak dapat
belajar sebagaimana mestinya, baik dalam menerima maupun menyerap pelajaran. Kesulitan
belajar ditandai dengan menurunnya kinerja anak secara akademik atau prestasi belajar
siswa. Kesulitan ini juga dibuktikan dengan menurunnya kelainan perilaku (Mishbehaviour).
Kesulitan belajar atau learning disability adalah kondisi yang dialami oleh siswa yang
ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu dalam menerima dan menyerap pelajaran yang
disebabkan oleh banyak faktor, bukan hanya masalah instruksional atau pedagogis saja,
tetapi bisa juga merujuk pada masalah psikologis sehingga siswa mengalami kesulitan dalam
aktivitas mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, menalar atau menghitung. Kesulitan
belajar siswa bermacam-macam baik dalam hal menerima pelajaran, menyerap pelajaran,
atau keduanya. Setiap siswa pada prinsipnya mempunyai hak untuk mencapai prestasi belajar
yang memuaskan. Namun kenyataannya, siswa memiliki perbedaan, baik dalam hal
kemampuan intelektual, maupun fisik, latar belakang keluarganya, kebiasaan maupun
pendekatan belajar yang digunakan. Perbedaan itulah yang menyebabkan perbedaan tingkah
laku belajar setiap siswa sehingga menimbulkan kesulitan dalam belajar.Siswa yang
mengalami kesulitan belajar biasanya mengalami beberapa hambatan yang ditunjukkan
dengan gejala-gejala seperti prestasi yang rendah atau di bawah rata-rata yang dicapai oleh
kelompok. Hasil yang dicapai oleh siswa tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan,
padahal siswa telah usaha berusaha dengan keras tetapi nilainya selalu rendah. Selain itu
siswa juga lambat dalam mengerjakan tugas-tugas, dimana siswa selalu tertinggal dengan
kawan-kawannya dalam mengerjakan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan.
Istilah kesulitan belajar dalam dunia pendidikan juga memiliki beberapa macam
penyebutan seperti learning disorder, learning disabilities, learning disfunction, under
achiever, atau slow learner. Masing-masing istilah tersebut memiliki definisi tersendiri, yaitu
(Mulyadi, 2010):
Menurut Dimyati dan Mujdiono (2006), terdapat beberapa faktor yang dianggap
menjadi penyebab siswa mengalami kesulitan dalam belajar, antara lain yaitu sebagai
berikut:
1. Guru sebagai pembina siswa belajar. Guru adalah pengajar yang mendidik. Tidak
hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi
pendidik generasi muda bangsanya.
2. Prasarana dan sarana pembelajaran. Prasarana pembelajaran meliputi gedung
sekolah, ruang belajar, lapangan olah raga, ruang ibadah, ruang kesenian dan
peralatan olah raga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan,
alat dan fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai media pengajaran yang lain.
3. Kebijakan penilaian. Penilaian yang dimaksud adalah penentuan sampai sesuatu
dipandang berharga, bermutu, atau bernilai. Hasil belajar merupakan hasil proses
belajar.
4. Lingkungan sosial siswa di sekolah. Siswa siswi di sekolah membentuk suatu
lingkungan pergaulan yang dikenal sebagai lingkungan sosial siswa. Dalam
lingkungan sosial tersebut ditemukan adanya kedudukan dan peran tertentu. Ia
memiliki kedudukan dan peranan yang diakui oleh sesama. Jika seorang siswa
diterima, maka ia dengan mudah menyesuaikan diri dan segera dapat belajar.
5. Kurikulum sekolah. Kurikulum yang diberlakukan sekolah adalah kurikulum
nasional yang disahkan oleh pemerintah atau suatu kurikulum yang disahkan oleh
suatu yayasan pendidikan. Kurikulum sekolah tersebut berisi tujuan pendidikan,
isi pendidikan, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi.
Menurut Mulyono (2012), kesulitan belajar secara umum dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu:
Adapun menurut Tanjungsari dan Soedjoko (2012), beberapa bentuk kesulitan belajar
yang biasanya ditemui di dalam kelas antara lain yaitu sebagai berikut:
Konsep menunjuk pada pemahaman dasar. Konsep adalah ide abstrak yang dapat
digunakan untuk menggolongkan atau mengkategorikan sekumpulan objek. Siswa dapat
mengembangkan suatu konsep ketika mereka mampu mengklasifikasikan atau
mengelompokkan benda-benda tertentu. Berdasarkan hal tersebut, untuk
mengkongkretkan konsep baru siswa dapat diberi kegiatan yang memungkinkan mereka
mengoptimalkan fungsi panca indra mereka seperti: melihat, meraba, mendengar, dan
mengkomunikasikan.
Kesulitan dalam memahami dan menerapkan prinsip sering terjadi karena tidak
memahami konsep dasar yang melandasi prinsip tersebut. Siswa yang tidak memiliki
konsep yang digunakan untuk mengembangkan prinsip sebagai suatu butir pengetahuan
dasar akan mengalami kesulitan dalam memahami dan menggunakan prinsip. Kekurang-
pahaman tentang konsep-konsep dasar adalah penyebab utama kesulitan dalam
mempelajari prinsip-prinsip dengan metode penemuan terbimbing.
1. Menunjukkan prestasi belajar yang di bawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok
kelas.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar.
4. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti; acuh tak acuh, menentang,
berpura-pura, dusta dan sebagainya.
5. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar. Contohnya; mudah tersinggung,
murung, pemarah, bingung, cemberut, kurang gembira, selalu sedih.
1. Peserta didik tidak dapat menguasai materi pelajaran sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
2. Peserta didik memperoleh peringkat hasil belajar yang rendah dibandingkan
dengan peserta didik lainnya dalam satu kelompok.
3. Peserta didik tidak dapat mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuan
yang dimilikinya.
4. Peserta didik tidak dapat menunjukkan kepribadian yang baik, seperti kurang
sopan, membandel, dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
1) Membandingkan nilai dari setiap individu pada setiap mata pelajaran dengan
individu lainnya
2) Membandingkan prestasi dengan potensi yang dimiliki oleh siswa tersebut
3) Membandingkan nilai yang diperoleh dengan batas minimal tujuan yang
diharapkan.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulkan bahwa lingkungan
keluarga adalah kondisi kehidupan dalam keluarga yang berkaitan dengan cara orang tua
mendidik seperti dukungan orang tua, relasi antar anggotax keluarga, suasana atau
keadaan rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakangx
keluarga. Menurut Slameto (2010) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
dalam keluarga yaitu cara orang tuax mendidik, relasi antara anggota keluarga, pengertian
orang tua, suasan rumah, keadaan ekonomi, dan latar belakang budaya. Dalam
lingkungan keluarga perhatian dan kasih sayang yang diberikan oleh orang tua pasti
berbeda-beda antar keluarga yang satu dan keluarga lainnya. Kurangnya pendampingan
orang tua saat anak belajar.
Proses pembelajaran adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang diatur dan
diawasi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran terarah pada tujuan yang telah
ditetapkan. Namun, kegiatan belajar tidak senantiasa berhasil dan tidak selamanya tujuan
pembelajaran itu tercapai dengan baik. Seringkali ditemukan permasalahan dalam proses
pembelajaran yang menyebabkan kesulitan dalam belajar. Kesulitan belajar ini dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Pendidikan IPS memiliki peranan besar dalam pembangunan bangsa oleh para
generasi penerus. Kualitas pendidikan IPS yang baik tentu akan mencetak
individuindividu yang dapat memajukan bangsanya. Untuk mencapai hal tersebut, maka
dibutuhkan peran guru dan siswa secara maksimal guna meningkatkan mutu pendidikan
Sebagian besar guru IPS hanya lebih mementingkan teori daripada meningkatkan
kemampuan kompetensi siswa dalam kehidupan warga negara. Namun pada
kenyataannya di sekolah dasar, untuk mengubah pola pikir siswa dari belajar secara
terpisah menjadi belajar dengan cara terpadu tentu tidak mudah. Oleh karena itu masih
banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam mengikuti proses pembelajaran.