Anda di halaman 1dari 120

1

BAB I
HAKEKAT KESULITAN BELAJAR BAGI SISWA
Tujuan Khusus Pengajaran diharapkan mahasiswa mampu :
1. Memahami tentang definisi kesulitan belajar
2. Memberikan estimasi anak yang berkesulitan belajar
3. Membuat klarifikasi kesulitan belajar
4. Menggambarkan berbagai jenis kesulitan belajar
5. Menyebutkan faktor penyebab kesulitan belajar
A. Pengertian Kesulitan Belajar
Istilah belajar pada umumnya dikaitkan dengan perkembangan inteleks dan
bahkan selalu dihubungkan dengan kegiatan formal. Sedangkan sebenarnya belajar
merupakan kegiatan setiap insan sejak lahir sampai akan meninggal dunia. Dalam hal
tersebut meliputi baik aspek kognitif, emosi maupun konasi. Menurut pendapat yang
tradisional belajar itu hanya menambah dan mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahu
an pendapat ini sudah terlalu konvensional.

Belajar itu sendiri adalah suatu proses aktivitas yang dapat membawa
perubahan pada individu. Belajar merupakan kegiatan inti yang dilakukan oleh
peserta didik di sekolah. sebab semua usaha di sekolah diperuntukkan bagi
keberhasilan proses belajar bagi setiap peserta didik yang sedang belajar di
sekolah. Guru pembimbing mempunyai tugas untuk memberikan layanan
pembelajaran kepada peserta didik dalam membantu mengembangkan diri,
sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan
keterampilan serta menyiapkan melanjutkan pendidikan pada jenjang yang
lebih tinggi.
Pengembangan manusia seperti itu dapat disebut upaya pembu dayaan
dengan orientasi terbentuknya manusia berbudaya /upaya pendidikan dengan
orientasi terbinanya peranan individu di masyara katnya atau upaya bimbingan
dengan orietansi berkembangnya segenap potensi individu secara optimal,
kesemuanya dalam arti yang seluas-luasnya.
Dalam menghadapi era globalisasi, guru pembimbing dan tenaga
kependidikan lainnya memegang peranan penting dalam menghasilkan
manusia-manusia yang siap menghadapi perkembangan ilmu pengeta huan

dan teknologi. Guru pembimbing seyogyanya mampu untuk mempersiapkan


peserta didik yang akan hidup di masa yang akan datang dengan tantangantantangan perkembangan IPTEKS yang makin besar. Untuk itu kualitas belajar
peserta didik di sekolah atau di luar sekolah harus ditingkatkan sehingga
menghasilkan manusia-manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi dan mampu menghadapi tantangan-tantangan.
Peserta didik (siswa) dalam melaksanakan kegiatan belajar di sekolah
ada yang lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, tapi di sisi lain tidak
jarang adanya peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Berdasarkan
jenis karakteristik, faktor penyebab dan intensitas permasalahan kasus
kesulitan belajar siswa, mungkin ada yang dapat ditangani oleh guru dan siswa
sendiri, ditangani atau dibantu oleh atau kerjasama dengan guru pembimbing
dan atau pihak lainnya. Secara metodologis dapat dikatakan bahwa penangan
an kasus kesulitan belajar siswa mungkin dapat dilakukan melalui pendekatan
pengajaran remedial (remedial teaching), bimbingan dan konseling (guidance
and counseling), psikoterapi (Psychoterapy) dan atau pendekatan lainnya.
Kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan
adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai suatu tujuan, sehingga
memerlukan usaha yang lebih keras lagi untuk dapat mengatasinya. Kesulitan
belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang
ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil
belajar. Hambatan-hambatan ini mung kin disadari mungkin juga tidak disadari
oleh orang yang mengalami nya dan dapat bersifat psikologis, sosiologis,
ataupun fisiologis dalam keseluruhan proses belajarnya.

Orang yang

mengalami kesulitan belajar akan mengalami hambatan dalam proses


mencapai hasil belajarnya, sehingga prestasi yang dicapainya berada di bawah
yang semesti nya.
Pengertian kesulitan belajar mempunyai pengertian yang luas dan
kedalamannya, termasuk pengertian seperti learning disorder,learning
disabilities learning disfunction, under achiever, slow learner

dan

sebagainya. Learning disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana


proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respon yang bertentang
an. Pada dasarnya yang mengalami kekacauan belajar potensi dasarnya tidak

dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya


respon-respon yang bertentangan. Dengan demikian hasil belajar yang dicapai
akan lebih rendah dari potensi yang dimilikinya.
Learning disabilities atau ketidakmampuan belajar adalah mengacu
kepada gejala dimana anak tidak mampu belajar atau menghindari belajar,
sehingga hasil belajar yang dicapai berada dibawah potensi intelektualnya.
Learning disfunction mengacu kepada gejala dimana proses belajar tidak
berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya anak tidak menunjukkan adanya
sub normalitas mental, gangguan alat indera atau gangguan psikologis lainnya.
Underachiever adalah mengacu kepada anak-anak yang memiliki tingkat
potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya
tergolong rendah. Slow learner atau lambat belajar adalah anak-anak yang
lambat dalam proses belajarnya, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih
lama dibandingkan dengan sekelompok anak lain yang memiliki taraf potensi
intelektual yang sama.
Berdasarkan uraian tersebut, jelas bahwa kesulitan belajar mempunyai
pengertian yang lebih luas daripada pengertian-pengertian learning disorder,
leaning disabilities, learning disfunction, under achiever, slow learner dan
sebagainya. Mereka tergolong dalam pengertian tersebut akan mengalami
kesulitan belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam
proses belajarnya. Kesulit an belajar pada dasarnya suatu gejala yang nampak
dalam berbagai jenis manifestasi tingkah laku.
Gejala kesulitan belajar akan dimanifestasikan baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam berbagai bentuk tingkah laku. Sesuai dengan
pengertian kesulitan belajar sebagaimana yang telah dikemukakan di atas,
tingkah laku yang dimanifestasikannya ditandai dengan adanya hambatanhambatan tertentu.
Gejala ini akan nampak dalam aspek-aspek kognitif, psikomotorik,
afektif, baik dalam proses belajar maupun hasil belajar yang dicapainya.
Beberapa tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala
kesulitan belajar antara lain :
a.Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang
dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.

b.Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
Mungkin ada murid yang selalu berusaha untuk belajar dengan giat tapi
nilai yang dicapainya selalu rendah.
c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Ia selalu ter
tinggal dari kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai
dengan waktu yang tersedia. Misalnya rata-rata siswa dapat menyelesai
kan suatu tugas dalam waktu 50 menit, tetapi anak yang mengalami
kesulitan belajar memerlukan waktu yang lebih lama karena waktu
dengan waktu yang tersedia ia tidak dapat menyelesaikan.
d.Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh,
menentang, berpura-pura, dusta dsb.
e.Menunjukkan sikap-sikap yang berkelainan, seperti membolos, datang
terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengang gu di dalam
ataupun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam
kegiatan belajar.
f. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti pemurung,
mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam meng
hadapi situasi tertentu, misalnya menghadapi nilai rendah tidak
menunjukkan adanya perasaan sedih atau menyesal dsb.
Burton (1952) mengidentifikasikan bahwa seorang siswa itu dapat
dipandang atau diduga mengalami kesulitan belajar jika yang bersangkutan
menunjukkan kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya.
Kegagalan belajar oleh Burton dapat diidenti fikasikan sebagai berikut
1. Siswa dikatakan gagal, apabila dalam batas waktu tertentu yang
bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat
penguasaan (mastery level) minimal dalam pembelajaran tertentu seperti
yang telah ditetapkan oleh guru (criterion referenced), dalam kontek
sistem pendidikan di negara kita angka nilai batas lulus (passing-grade)
ialah angka 6 atau 60 atau C (60 % tingkat ukuran yang diharapkan atau
ideal), siswa ini dapat digolongkan ke dalam lowers group.
2. Siswa

dikatakan

gagal, apabila

yang

bersangkutan

tidak dapat

mengerjakan atau mencapai sasaran yang semestinya (berdasar kan


ukuran tingkat kemampuannya, intelegensinya, bakatnya) ia diramalkan

akan dapat mengerjakannya atau mencapai prestasi tersebut, siswa ini


dapat digolongkan ke dalam underachievers.
3. Siswa dikatakan gagal, apabila yang bersangkutan tidak dapat mewujud
kan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian sosial, sesuai
pola organismiknya pada fase perkembangan tertentu seperti yang
berlaku bagi kelompok sosial dan usia yang bersangkutan (norm
referenced) siswa yang bersangkutan dapat digolongkan ke dalam slow
learner.
4. Siswa dikatakan gagal. Apabila yang bersangkutan tidak berhasil
mencapai tingkat penguasaan (mastery level) yang diperlukan sebagai
prasyarat bagi kelanjutan pada tingkat pelajaran berikutnya, siswa dapat
digolongkan ke dalam slow learners atau belum matang (immature)
sehingga harus menjadi pengulang (repeater).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa seorang
siswa dapat diduga berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu
(berdasarkan ukuran tingkat keberhasilan seperti dinyatakan dalam tujuan [TIK]
atau ukuran tingkat kapasitas atau kemampuan belajarnya dalam batas waktu
tertentu.
Mengenai hasil belajar, sudah barang tentu mencakup aspek-aspek
substansial-material, fungsional-struktural dan behavioral atau yang mencakup
segi-segi kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan batasan waktu yang
dimaksud disini, dapat berarti satu periode pendidikan atau fase perkembang
an, satu tingkat atau kelas, tahun pelajaran, semester, cawu, mingguan bahkan
jam pelajaran.
Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa
yang mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan adanya kriteria batas atau
patokan untuk menetapkannya. Dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas
dimana siswa dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Kemauan belajar
siswa dapat dilihat dari segi tujuan yang harus dicapai, kedudukannya dalam
kelompok yang memiliki potensi sama, tingkat pencapaian hasil belajar
dibandingkan dengan potensi (kemampuan) dan dari segi kepribadiannya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, kriteria
ditetapkan berdasarkan empat hal, yaitu :

kesulitan belajar dapat

1. Tujuan Pendidikan
Dalam

keseluruhan

sistem

pendidikan,

tujuan

pendidikan

merupakan salah satu komponen yang penting, karena akan memberi


kan arah proses kegiatan pendidikan. Tujuan pendidik an yang masih
umum (tujuan pendidikan nasional) dikhususkan menurut lembaga
pendidikan menjadi tujuan institusional, yaitu tujuan yang harus dicapai
oleh suatu lembaga pendidikan.
Tujuan institusional ini dikhususkan lagi menjadi tujuan kurikuler
yaitu tujuan yang harus dicapai oleh bidang studi tertentu. Dan tujuan
yang

harus

dicapai

oleh

setiap

proses

belajar

disebut

tujuan

instruksional. Kegiatan pendidikan dan secara khusus kegiatan belajar


ditujukan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Berdasarkan kriteria ini,
siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila tidak dapat
mencapai tujuan atau mendapat hambatan dalam mencapai tujuan.
Siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam mata pelajaran IPS,
diperkirakan tidak dapat mencapai tujuan instruksional IPS yang ditetap
kan. Siswa dikatakan berhasil bila dapat mencapai tujuan tersebut.
Bagaimana cara menandai mereka yang mendapat hambatan
pencapaian tujuan ini? Sebelum proses belajar dimulai, tujuan telah
dirumuskan secara jelas dan operasional baik dalam bentuk tujuan
umum maupun khusus. Hasil belajar yang dicapai akan merupakan
ukuran tingkat pencapaian tujuan tersebut. Secara statistik berdasar kan
distribusi normal seseorang dikatakan berhasil jika dapat menguasai
sekurang-kurangnya 60 % tujuan yang harus dicapai. Teknik yang dapat
digunakan ialah dengan menganalisis prestasi belajar dalam bentuk nilai
hasil belajar.
2. Kedudukan dalam Kelompok
Kedudukan seseorang siswa dalam kelompoknya akan merupa
kan ukuran dalam pencapaian hasil belajar. Siswa dikatakan mengalami
kesulitan belajar, apabila memperoleh prestasi belajar di bawah rata-rata
kelompok secara keseluruhan. Misal, rata-rata prestasi belajar kelompok
8, siswa yang mendapat nilai 7 (di bawah angka 8) diperkirakan
mengalami kesulitan belajar. Dengan demikian nilai yang dicapai sese

orang siswa baru dapat memberikan arti yang lebih jelas setelah
dibandingkan dengan prestasi yang lain dalam kelompoknya. Dengan
norma ini guru akan dapat menandai siswa yang akan diperkirakan
mendapat kesulitan belajar, yaitu yang memperoleh prestasi di bawah
prestasi kelompok secara keseluruhan.
Secara statistik mereka diperkirakan mengalami kesulitan belajar
adalah mereka yang menduduki kira-kira 25 % di bawah urutan
kelompok. Dengan teknik ini kita dapat mengurutkan siswa berdasarkan
nilai yang dicapainya dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah,
sehingga setiap siswa memperoleh nomor urut prestasi (ranking).
Mereka yang menduduki sebanyak 25 % dari bawah dianggap
mengalami kesulitan belajar. Teknik lain ialah dengan membandingkan
prestasi belajar setiap siswa dengan prestasi rata-rata kelompok. Mereka
yang mendapat nilai di bawah rata-rata kelompok (kelas) diperkirakan
mengalami kesulitan belajar, baik secara keseluruhan maupun setiap
mata pelajaran.
3. Perbandingan antara potensi dan prestasi
Prestasi belajar yang dicapai seseorang siswa akan tergantung
dari tingkat potensi yang baik yang berupa kecerdas an maupun bakat.
Siswa yang berpotensi tinggi cenderung untuk dapat memperoleh
prestasi belajar yang tinggi pula dan sebaliknya yang berpotensi rendah
akan cenderung mendapat prestasi yang rendah pula.
Dengan membandingkan antara potensi prestasi yang dicapainya
kita dapat memperkirakan sampai sejauh mana siswa dapat merealisasi
kan potensinya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila
prestasi belajar yang dicapainya tidak sesuai dengan potensi yang
dimilikinya. Misal, seorang siswa yang mempunyai IQ 120 tetapi ternyata
mendapat nilai yang rendah (angka 6), yang seharusnya paling tidak
mendapat nilai 8. Contoh tersebut menggambarkan adanya gejala
kesulitan belajar yang sering disebut dengan istilah under achiever.
Untuk mengetahui potensi dapat dilakukan dengan intelegensi atau tes
bakat, dapat pula dengan mengadakan pengamatan yang teliti dalam
jangka waktu yang cukup lama.

4. Kepribadian
Hasil belajar yang dicapai seseorang akan nampak dalam seluruh
kepribadiannya. Setiap proses belajar akan menghasil kan perubahan
dalam aspek-aspek kepribadian. Siswa yang ber hasil dalam belajar
akan menunjukkan pola-pola kepribadian tertentu yang sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Siswa dikatakan mengalami kesulitan
belajar, apabila menunjukkan pola-pola tingkah laku atau kepribadian
yang menyimpang dari seharusnya. Misalnya menunjukan sikap acuh tak
acuh, melalai kan tugas, sering membolos, menentang, menyendiri,
motivasi yang lemah, emosional dan sebagainya.
Berdasarkan kriteria tersebut guru atau guru pembimbing akan
dapat mengetahui dengan menggunakan tes kepribadian, observasi,
angket, inventori, sosiometri dan sebagainya.
Selanjutnya gejala kesulitan belajar akan dimanifestasikan dengan
berbagai

kesulitan dalam keseluruhan proses belajar. Jenis-jenis

kesulitan yang muncul itu pada umumnya ber interaksi satu dengan
lainnya.
Gejala kesulitan belajar akan dimanifestasikan secara langsung
ataupun tidak langsung dalam berbagai bentuk tingkah laku. Sesuai
dengan pengertian kesulitan belajar tingkah laku yang dimanifestasi
kannya ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu. Gejala ini
akan nampak dalam aspek-aspek motoris, kognitif, konatif dan afektif
baik dalam proses maupun dalam hasil belajarnya. Jadi kesulitan belajar
baik bersifat kompleks baik dalam gejala, latar belakang, maupun akibatakibat yang ditimbulkannya. Latar belakang kesulitan belajar bersifat
biologis baik secara eksternal maupun internal.
Gejala-gejala yang timbul tidak hanya semata-mata dalam
prestasi belajar itu sendiri tetapi juga dalam aspek-aspek kepriba dian
dan penyesuaian diri, demikian pula tentang akibatnya.
Pada umumnya dalam setiap kelas, kita menemukan bebe rapa
siswa yang mengalami kesulitan belajar karena gangguan perseptual
motor. Persoalan pertama yang perlu dipecahkan oleh guru/penyuluh
pendidikan ialah bagaimana menetapkan bahwa seorang anak benar-

benar sulit belajar karena ada gangguan pada perseptual motor, dan
bukan karena salah satu penyebab lain.
Untuk mengatasi persoalan ini penyuluh pendidikan hendaknya:
1. Memiliki definisi yang sejelas-jelasnya dari pada apa yang disebut
gangguan perstual motor atau gangguan belajar psiko neurologis.
2. Mampu mengenal gejala-gejala umum gangguan tersebut.
3. Dapat menyelenggarakan test untuk menetapkan (mengidentifikasi)
persoalan, atau meminta agar ahli test melakukannya.
Uraian selanjutnya akan memberi pedoman yang perlu diperhati
kan dalam usaha guru/penyuluh pendidikan menolong siswa yang
mengalami kesulitan belajar karena gangguan perseptual motor.
Sebuah definisi yang banyak disepakati para ahli tentang
gangguan perseptual motor, berbunyi sebagai berikut :
Gangguan perseptual motor ialah penyebab kesulitan belajar pada siswa
yang memiliki kecerdasan (IQ) normal atau di atas normal, yang tidak
menderita kelainan pada alat indranya (mata-telinga-motor) dan tidak
pula mengalami gangguan emosional atau penyakit ayan (cerebral
palsy). Siswa itu menderita kesulitan belajar karena gangguan dalam
proses belajar ialah kesulitan dalam persepsi (penerimaan informasi),
integrasi, ekspresi, ingatan, atau dalam konseptualisasi (pembentukan
pengertian).
Jadi kesulitan belajar anak-anak ini adalah karena suatu
gangguan dalam proses belajar. Mereka itu memerlukan teknik belajar
yang khusus untuk mengatasi kesulitan itu. perlu dicamkan bahwa
tingkat kesulitan tidak sama pada setiap siswa yang menderita gangguan
perseptual motor. Jenis kesulitan pun berbeda-beda pada setiap anak
yang tergolong dalam kelompok ini. oleh karena itu maka gejalagejalanya beraneka ragam pula.
Gangguan perseptual motor, disebut juga gangguan psiko
neurologis, karena kesulitan yang dialaminya terletak pada fungsi otak
(pusat-pusat susunan saraf) yang bersifat psikologis (kejiwaan), ialah
dalam memproses informasi yang didapatkan melalui alat-alat indra,
menjadi pengetahuan.

10

Istilah psiko neurologis, adalah istilah medis, untuk menyatakan


sebab-musabab gagguan atau penyakit. Bagi para pendidik lebih tepat
menggunakan istilah-istilah tingkah laku (behavioral terms) yang
melukiskan sifat atau kelakuan orang yang menderita gangguan,
misalnya :

Aphasia

: Kehilangan berbagai kemampuan dalam berbahasa


yang sebelumnya pernah dimiliki, sebagai akibat suatu
cedera kecil pada kulit otak (cortex). Orang demikian
kehilangan kemampuan bercakap-cakap secara normal
ataupun sulit memahami bahasa orang lain. Karena anakanak belum menguasai bahasa, maka istilah ini hanya dapat
digunakan pada orang dewasa.

Dyslexia :

Anak yang gagal belajar membaca, melalui metoda

belajar membaca yang lazim digunakan dalam kelas biasa.


Diperkirakan bahwa kesulitan ini diakibatkan oleh karena
fungsi neurologis (susunan dan hubungan saraf) tertentu,
atau pusat saraf untuk membaca, tidak berfungsi sebagai
mana diharapkan.
Dyscalculia

Karena fungsi neurologis (susunan saraf) tertentu

tidak bekerja sebagaimana mestinya, maka anak yang


bersangkutan tidak dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan
matematika/bilangan-bilangan.
Dyspraphia

Tulisan tangan yang luar biasa jeleknya, mung kin

disebabkan oleh gangguan pada pusat saraf (neurological


dysfunction).
Hyperkinesis :

Senantiasa mengadakan gerakan yang berlebihan :

tidak pernah bisa tenang.


Kelompok anak, siswa atau pelajar yang mengalami gangguan
perseptual motor, mengalami hambatan dalam belajar bercakap-cakap,
tidak mengalami perkembangan dalam penga matan dengan mata dan
telinga, atau sangat sulit belajar mem baca, mengejak, menulis atau
berhitung. Kelompok ini beraneka ragam (heterogin) namun mempunyai
kesamaan, ialah : ketidak serasian perkembangan kemampuan-kemam

11

puan. Mereka itu mengalami gangguan dalam mendengarkan, berfikir,


berbicara, membaca, menulis dan berhitung.
Gangguan ini bersifat khusus atau khas (specifik) karena
kelambatan hanya terdapat dalam satu atau beberapa segi tertentu.
Disebut khas pula oleh karena keterlambatan bukan disebabkan oleh
kurangnya pengalaman pendidikan.
Untuk kejelasan pengertian, orang mengadakan pengelom pokan
gangguan belajar dalam tiga type :
a. Gangguan akademis.
b. Gangguan nonsymbolic (bukan lambang).
c. Gangguan symbolic (kelambangan).
Jenis gangguan yang satu dapat menjadi penyebab ganggu an
yang lain. Misalnya, ketidakmampuan membaca (akademis) dapat
disebabkan oleh gangguan nonsymbolic (tidak dapat melambangkan)
pengamatan.
a. Gangguan akademis mencakup kesuitan dalam membaca, menulis
dan berhitung. Marri Monroe (1932) berpendapat bahwa anak tak
dapat membaca, karena ia mengalami ganggu an dalam pertumbuhan
psikologis. Kesulitan menulis, disebab kan oleh ketidakmampuan
motor (gerak) untuk menyandikan (encoding) berita dalam huruf-huruf
atau lambang tertulis. Kesulitan berhitung, dialami oleh anak-anak
yang sukar menangkap pengertian jumlah (quantitive concepts),
karena suatu gangguan psikologis, misalnya ketidakberesan ingatan
pendengaran (sukar mengingat apa yang didengar) gangguan dalam
asosiasi pendengaran, orientasi ruang dan sebagainya.
b. Ketidak mampuan nonsimbolic, ialah kesulitan besar dalam proses
mengenal kembali, menghubungkan pengetahuan baru dengan
pengalaman

yang

lampau

(integrasi)

atau

ketidakmampuan

memanfaatkan hasil pengamatan. Dalam gangguan non simbolic ini


tergolong anak yang mengalami gangguan dalam pengamatan
(perceptual disabilitiess), dan mereka yang tidak mampu berekspresi
nonsimbolic. Anak yang mengalami gangguan pengamatan, mampu
mendengar dan melihat tetapi tidak dapat membedakan suara-suara

12

yang didengar dan/atau tidak dapat membedakan wajah teman-teman


sekelasnya, jika tidak mendengar suara temannya. Ia tak dapat
menunjukkan jari mana yang kita sentuh, meskipun ia mengetahui
bahwa jarinya disentuh. Iapun sering membedakan kecepatan penga
matan, benda dan latar belakagn benda, mana yang dekat dan mana
yang jauh. Anak yang mengalami gangguan nonsymbolic dalam
ekspresi, tak dapat mendengar perintah, tapi tak mampu melakukan
perbuatan yang diperintahkan. Mungkin pula ia melakukan gerak yang
keliru, bingung mengerjakan tugas rangkap atau kompleks dan tak
mampu memanipulasi kan benda, meskipun indra motonya normal.
Ketidakmam puan menulis atau berbicara, dapat pula disebabkan oleh
gangguan dalam ekspresi nonsymbolic ini.
c. Gangguan symbolic atau gangguan linguistik (bahasa). Anak yang
mampu mendengar, tetapi tidak mengerti apa yang dikata kan
(bahasa) orang lain, mengalami gangguan reseptif-pendengaran
(reseptive aphasia). Demikian pula anak yang tak mampu mengaitkan
pengertian pada objek yang dilihatnya, ia mengalami gangguan visuilreseptif. Anak yang tak mampu atau mengalami kesulitan dalam
menyuarakan pengertian atau menyatakan maksudnya dengan
sesuatu gerak-gerik tangan menderita gangguan motor aphasia, atau
gangguan simbolik ekspresif.
Untuk mengetahui sejauh mana kita telah mampu memahami
definisi dan pengertian-pengertian yang berhubungan dengan gangguan
perseptual motor, kita akan mencoba menja wab soal-soal test dibawah
ini. bentuk test, ialah pilihan ganda dengan memberi alasan mengapa
kita memilih kemungkinan itu.
1. Gangguan perseptual-motor dapat disebut gangguan dalam proses
komunikasi, ialah kesulitan dalam :
a. Pengindraan

atau

penerimaan

perangsang

dengan

indra

pendengaran dan penglihatan.


b. Pengamatan audio-visuil yang meliputi penerimaan informasi
melalui alat-alat indra serta pengolahannya dalam otak, yang
merupakan proses psikologis.

13

c. Penerimaan kesan auditif dan reaksi dalam bentuk ekspresi verbal


(dengan kata-kata).
d. Proses pengamatan-gerakan (visual-motor) ialah

penerimaan

dengan penglihatan, pengolahan informasi serta reaksi da lam


bentuk ekspresi dengan gerakan tubuh atau anggota badan.
e. Saluran auditory-vocal (pendengaran dan ungkapan kata), dan atau
saluran visual-motor (penglihatan dan ekspresi gerakan).
2. Penguasaan dan ketrampilan berbahasa berlangsung melalui proses:
a. Belajar membaca dan menulis.
b. Pengenalan dan pengertian

tentang hal-hal yang didengar dan

dilihat (proses reseptif).


c. Menyatakan

atau

mengungkapkan

(mengekspresikan)

hasil

pengolahan psikologis bahan-bahan informasi yang diperoleh


melalui pengamatan, baik secara verbal maupun gerak-gerik.
d. Pengorganisasian kesan-kesan yang diperoleh melalui penga
matan audio-visual, ialah menghubungkan dan menyimpulkan
bahan-bahan informasi. Proses ini berlangsung dalam pusat-pusat
saraf di otak dan bersifat psikis.
e. Pengamatan yang jelas dan ketrampilan mengungkapkan pengerti
an, maksud atau pendapat baik dengan bahasa lisan, tertulis,
maupu isyarat.
3. Kesulitan belajar yang disebabkan oleh suatu gangguan perseptualmotor, pada umumnya diakibatkan oleh :
a. Tingkat kecerdasan IQ yang rendah
b. Kekurangan atau cacad dalam susunan saraf dan alat-alat indra
audio-visual-motor
c. Perkembangan/pertumbuhan

kemampuan

berbahasa,

berpikir,

mengamati dengan mata dan telinga dan sebagainya, yang tidak


serasi.
d. Kesulitan menggunakan lambang-lambang bahasa lisan maupun
tertulis atau menyandikan informasi yang diperoleh melalui
pengamatan audio-visual.

14

4. Orang

yang

kehilangan

salah

satu

fungsi

bahasa,

misalnya

memahami bahasa orang lain atau mengungkapkan pendapatnya


melalui bahasa tertulis, lisan maupun isyarat, disebut menderita :
a. Dyslexia
b. Aphasia
c. Dysgraphia
d. Gangguan linguistik
5. Gangguan nonsymbolic terdapat pada siswa yang :
a. Dapat melihat dan mendengar tetapi gagal membedakan hal-hal
yang diamatinya, sehingga tak mampu mengenal kembali apa yang
pernah dilihat dan/atau yang pernah didengar nya.
b. Menderita gangguan motor-aphasia.
c. Tak mampu menirukan suara atau gerakan sehingga sukar belajar
membaca dan menulis.
d. Tak mampu memanfaatkan hasil pengamatan karena sangat sulit
mengenal kembali dan mengintegrasikan pengetahuan baru
dengan orang yang lampau.
6. Gangguan simbolik dialami oleh anak yang :
a. Menangkap arti dan makna kata-kata dan /atau lambang (sandi)
yang digunakan dalam bahasa maupun matematika, serta sulit pula
mengungkapkan isi hatinya dalam bentuk bahasa, atau isyarat.
b. Mengalami gangguan dalam menghafalkan dan menghubung kan
pengertian tentang fungsi bilangan, pengertian jumlah, ruang dan
waktu.
c. Terganggu dalam persepsi visual, persepsi auditory (auditif) atau
persepsi factual (indra peraba-indra tekanan).
d. Bingung dalam melaksanakan perintah untuk melakukan beberapa
perbuatan sekaligus atau berturut-turut.
Gejala-gejala umum gangguan perseptual-motor
Setiap anak yang menderita gangguan perseptua-motor, mengalami
suatu jenis atau beberapa jenis gangguan dalam proses belajar sekaligus.
Tingkat gangguan itu (berat-ringannya) adalah khas dan khusus pada
setiap anak. Dengan kata lain masing-masing anak yang mengalami

15

gangguan perseptual-motor memiliki jenis dan kesulitan tersendiri. Sebab


itu mereka membutuhkan pula pelayanan-pelayanan khusus untuk
mengatasi persoalan masing-masing. Gangguan-gangguan yang beraneka
ragam pada kelompok yang bervariasi dan heterogin ini, pada umumnya
sebagai berikut :
1. Gangguan pengamatan dalam pendengaran (Auditory Reception)

Anak tak dapat mengenal kembali dan tak dapat menentukan jenis
bunyi yang didengarnya dari lingkungan.

Anak tidak berkembang kemampuan mendengarkannya (mendengar


dengan perhatian).

Anak sukar memahami urutan kata-kata dalam kalimat yang


didengarnya dari orang lain.
2. Gangguan dalam asosiasi pendengaran (Auditory Association)
Anak mengalami kesulitan untuk menangkap dua atau beberapa
pengertian sekaligus, serta melihat (memahami) hubungan antar
pengertian tersebut.
Anak sulit menerapkan dan merumuskan dengan kata-kata (mengkata-kan) hubungan langsung antara dua pengertian.
Anak sulit menerapkan dan meng-kata-kan (mengartikan) hubungan
analogi atau penjelasan tentang hubungan antara dua pengertian
yang telah diberikan.
Anak sukar mengelompokan seperangkat pengertian yang memiliki
kesamaan sifat (sukar membuat kategori pengertian).
Anak sulit menemukan, merumuskan dan menilai berbagai kemungkin
an (alternatif) penyelesaian suatu persoalan.
3. Gangguan dalam ekspresi verbal (dengan kata-kata yang diucapkan)
Anak tidak memiliki ketrampilan menyuarakan kata.
Anak tidak cukup memiliki perbendaharaan kata.
Anak tak bisa lancar dalam menyatakan pikirannya.
Anak ketinggalan dalam penguasaan ketrampilan menggunakan katakata secara otomatis.
Anak mengalami kelambatan dalam perkembangan ketrampilan
berkomunikasi dengan orang lain.

16

4. Gangguan dalam kemampuan melengkapi kalimat


Anak kurang cukup mengalami bahan yang dibicarakan.
Anak kurang mampu menirukan kalimat singkat dan kata-kata.
Anak kurang mampu menirukan katan-kata atau kalimat singkat
karena tidak memiliki ingatan-pendengaran jangka pendek.
Anak tidak dapat mereaksi secara lisan maupun batin, terhadap katakata yang didengarnya, sehingga sukar mengata kannya kembali.
Anak sukar mempelajari sesuatu, meskipun telah dialami berulangulang.
Anak sulit menggabungkan bunyi dalam ucapan kalimat, agar lancar
dalam ucapan.
5. Gangguan dalam urutan ingatan pendengaran
Anak mengalami kesulitan dalam memperhatikan bagian-bagian
perangsang pendengaran (bunyi-bunyi yang membentuk kata).
Anak tak mampu mengingat-ingat dan mengulangi apa yang pernah
didengarnya dan diperhatikan.
Anak mengalami kesulitan dalam menyimpan dan menimbulkan
kembali bahan-bahan yang dimasukkan dalam ingatan. Ia segera
lupa.
6. Ganguan dalam pengamatan visual (Penglihatan)
Anak tidak memiliki ketrampilan yang menjadi syaraf (menjadi dasar)
untuk pengamatan visual motor.
Anak kurang sekali pengetahuan dan pengalaman pengamatan nya.
Anak tidak mengamati benda-benda yang terdapat dalam jangkauan
penghambatannya (bidang pandangan)
Anak tidak dapat mengartikan lambang-lambang, sandi atau isyarat
visual
Anak sulit membayangkan kembali benda-benda atau peristiwaperistiwa yang pernah disaksikannya sendiri.
7. Gangguan dalam asosiasi visual
Anak sulit menggabungkan beberapa pengertian dalam ingatan dan
memperhatikan hubungannya.

17

Anak sulit menetapkan hubungan langsung antara dua pengertian


visual (diperoleh melalui penglihatan).
Anak sukar menyebutkan hubungan tak langsung, menjelaskan atau
mengatakan analogi hubungan antara dua pengertian yang telah
dirumuskan.
Anak mengalami kesulitan dalam klasikal, kategorisasi atau peng
golongan pengertian-pengertian visual yang mempunyai sifat-sifat
yang bersamaan.
Anak tak mampu menemukan dan menilai berbagai kemungkinan
(alternatif) penyelesaian persoalan visual.
8. Gangguan dalam ekpresi motor (dengan gerak-gerik)
Anak tidak memiliki ketrampilan yang diperlukan untuk ekspresi motor.
Anak tidak memiliki pengertian yang mendasari ekspresi motor.
Anak tak mampu melakukan langkah-langkah operasional dalam
melakukan tugas-tugas pelajaan.
9. Gangguan dalam penyimpulan visul (visual closure)
Anak tak dapat membuat suatu kesimpulan tentang pengamatan,
karena tidak memiliki ketrampilan yang mendasar perseptual-motor.
Anaka tidak mampu membentuk dan mengingat-ingat gambaran
visual daripada tulisan (kata-kata tertulis).
Anak mengalami kesulitan untuk menggabungkan bagian-bagian
benda atau hal yang diamati, menjadi suatu kesatuan atau keseluruh
an yang bermakna, atau membentuk suatu pengertian yang lebih luas.
Anak sangat lambat melakukan pengamatan.
10. Gangguan dalam urutan ingatan visual
Anak mengalami kesulitan dalam mengingat-ingat urutan bahan atau
hal-hal yang diamati karena kurang telitinya penglihatan atau karena
pembauran penglihatan.

Anak sukar memperhatikan bagian-bagian obyek yang dilihat atau


diamati.

Anak sulit mengingat-ingat kembali apa yang pernah dilihat dan


diamati dengan perhatian.

18

Anak sukar membaca dan mengeja, karena gangguan dalam urutan


ingatan visual.

Anak mengalami kesulitan menghafalkan dan mengingat kembali


informasi yang pernah dipelajari.
Gejala-gejala umum yang diakibatkan oleh gangguan-ganggu an

tersebut dalam dilihat pada kelakuan anak-anak yang :

Hyperaktif (kesibukan yang berlebihan, tak bisa tenang, senantiasa mau


bergerak).

Mengalami kelambatan belajar dalam semua mata pelajaran

Sukar belajar menulis dan membaca (dislexia, disgraphia).

Mengalami kesulitan dalam pergaulan (seringkali salah paham)

Mengalami kesulitan dalam bertukar pikiran (berkomunikasi) karena


sukar mengikuti bahasa orang lain dan sukar pula menyatakan maksud
atau pendapatnya sendiri kepada orang lain.

Mengalami sekelompok gejala yang disebut : strauss-syndrome ialah :


- alam perasaan yang tidak tetap (labil)
- ganguan dalam pengamatan
- bertindak tanpa pikir (impulsif)
- terlalu banyak gerak (hyperkinetis)
- mudah beralih perhatian
- dalam bertekun dalam suatu kegiatan tertentu yang kurang penting
- sukar membedakan mana yang kiri dan mana yang kanan
- sukar menangkap makna dan maksud suatu bacaan

J.M. Warner, mengemukakan gejala-gejala yang berikut :


1. Perbedaan menyolok antara hasil belajar yang diharapkan dengan hasil
belajar yang dicapai anak.
2. Tidak lancar dalam melakukan sesuatu (un even performance)
3. Tulisan tangan yang buruk
4. Terlalu banyak bergerak, sukar menenangkan diri (hiperactivity)
5. Perhatian mudah terganggu
6. Ketidakmatangan emosi (alam perasaan yang kekanak-kanakan)
7. Mengalami persoalan emosional, karena sering gagal dalam pelajaran
8. Sama tangkas menggunakan tangan kiri dan kanan (ambidex-terity)

19

9. Jari dan kelopak mata yang sukar digerakkan (kaku)


10. Ketidakteraturan bahasa (misal: sekolah disebut sokla, bunga disebut
bungga dan sebagainya).
11. Ingatan lemah, lekas lupa, sukar mengenal kembali.
12. Pengertian tentang waktu dan tanggal sukar sekali dipahami nya.
13. Kebiasaan memegang kertas tegak lurus (90 %) atau terbalik.
14. Kelihatan linglung, bingung, pelupa.
15. Ketidakserasian dalam gerakan koordinasi mata dengan tangan yang
kurang sempurna.
16. Sukar memusatkan dan mempertahankan perhatian.
17. Lemah dalam pekerjaan berhitung.
18. Ketidakmampuan membaca :
- tak dapat membaca, diam (tanpa suara)
- salah baca yang menyolok
- sering mempertukarkan huruf dalam kata yang dibaca
- menambah atau mengabaikan huruf maupun kata-kata dalam
bacaan.
- membaca sambil menggantikan huruf atau kata, dengan huruf atau
kata yang lain
- tak dapat menggabungkan suku-suku kata
- menerka kata yang dibaca berdasarkan huruf yang pertama
- kemampaun membaca (2 (dua) tahun di bawah umur sebenarnya.
B. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam
dua golongan, yaitu :
1. Faktor Intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi:
a. Faktor fisiologi.
b. Faktor Psikologi.
2. Faktor Ekstern ( Faktor dari luar manusia ) meliputi :
a. Faktor-faktor non sosial
b. Faktor-faktor Sosial

20

Perlu saya tegaskan bahwa dalam kamus Pendidikan, Smith menambah


kan disamping faktor tersebut diatas terdapat faktor lain antara lain sebagai
berikut yaitu faktor metode mengajar dan belajar, masalah sosial dan
emosional, intelek dan mental.
1. Faktor Intern.
a. Sebab yang bersifat pisik
1) Karena sakit, Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan
pisiknya,

sehingga

saraf

sensoris

dan

motorisnya

lemah.

Akibatnya rangsangan yang diterima melalui inderanya tidak dapat


diteruskan ke otak. Lebih-lebih sakitnya lama, sarafnya akan
bertambah lemah, sehingga ia tidak dapat masuk sekolah untuk
beberapa hari, yang mengakibatkan ia tertinggal jauh dalam
pelajarannya.
2) Karena kurang sehat. Anak yang kurang sehat dapat mengalami
kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya
konsentrasinya hilang, kurang semangat, pikiran terganggu.
Karena hal-hal ini maka penerimaan dan respon pelajaran
berkurang, saraf otak tidak mau bekerja secara optimal mem
proses, mengelola, menginterprestasi dan mengorganisir bahan
pelajaran melalui inderanya.
3) Sebab karena cacat tubuh.
Cacat tubuh dibedakan atas :
a. Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang
penglihatan, gangguan psikomotor.
b. Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, hilang
tangannya dan kakinya.
b. Sebab-sebab kesulitan belajar karena rohani : Belajar memerlukan
kesiapan rohani, ketenangan dengan baik. Jika hal-hal diatas tidak
ada pada diri anak maka belajar sulit dapat masuk.
Apabila dirinci faktor rohani itu meliputi antara lain :
1) Intelegensia :
Anak yang IQ nya tinggi dapat menyelesaikan segala persoalan
yang dihadapi. Anak yang normal (90110) dapat menamatkan SD

21

tepat pada waktunya. Mereka yang memiliki IQ 110-140 dapat


digolongkan cerdas, 140 ke atas tergolong genius. Golongan ini
mempunyai potensi untuk dapat menyelesaikan pendidikan di
Perguruan Tinggi. Jadi semakin tinggi IQ seseorang akan makin
cerdas pula. Mereka yang mempunyai IQ kurang dari 90 tergolong
lemah mental (mentally deffective). Anak inilah yang banyak
mengalami kesulitan belajar. Mereka ini digolongkan atas debil,
embisil dan ediot.
2) Bakat : Bakat adalah potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak
lahir.Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda.
Seseorang yang berbakat musik mungkin di bidang lain ketinggal
an. Seseorang yang berbakat Tekhnik tetapi di bidang olahraga
lemah.
3) Minat : Tidak adaya minat seseorang anak terhadap suatu
pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada
minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai
dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan, tidak sesuai
dengan tipe-tipe khusus anak banyak menimbulkan problema
pada dirinya. Karena itu pelajaranpun tidak pernah terjadi dalam
proses otak, akibatnya timbul kesulitan. Ada tidaknya minat
terhadap suatu pelajaran, dapat dilihat dari cara anak mengikuti
pelajaran, lengkap tidaknya catatan, memperhatikan garis miring
tidaknya dalam pelajaran itu. Dari tanda-tanda itu seorang petugas
diagnosis dapat menemukan apakah sebab kesulitan belajarnya
disebabkan karena tidak ada nya minat, atau oleh sebab lain.
4) Motivasi : Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi
menimbulkan,

mendasari,

mengarahkan

perbuatan

belajar.

Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan


sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar
kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar motivasinya akan
giat berusaha, tampak gigih tidak mau menyerah, giat membaca
buku-buku untuk meningkatkan prestasinya untuk memecahkan
masalahnya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak

22

acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada
pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan pelajar
an akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar.
5) Faktor kesehatan Mental. Dalam belajar tidak hanya menyang
kut segi intelek, tetapi juga menyangkut segi kesehatan mental
dan emosional. Hubungan kesehatan mental dengan belajar
adalah timbal balik. Kesehatan mental dan ketenangan emosi
akan menimbulkan hasil belajar yang baik demikian juga belajar
yang selalu sukses akan membawa harga diri seseorang. Bila
harga diri tumbuh akan merupakan faktor akan adanya kesehatan
mental.
Individu dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan
dan dorongan-dorongan, seperti : memperoleh penghargaan,
dapat kepercayaan, rasa aman, rasa kemesra an dan lain-lain.
Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi, akan membawa masalahmasalah emosional dan bentuk-bentuk maladjusment.
Maladjusment sebagai manivestasi dari rasa emosional mental
yang kurang sehat dapat merugikan belajarnya misalnya, anak
yang sedih akan kacau pikirannya, kecewa akan sulit mengada
kan konsentrasi. Biasanya mereka melakukan kompensasi di
bidang lain mungkin melakukan perbuatan-perbuatan agresif,
seperti kenakalan, merusak alat-alat sekolah dan sebagainya.
Keadaan seperti ini akan menimbulkan kesulitan belajar, sebab
dirasa tidak mendatangkan kebahagiaan. Karena itu guru/petugas
diagnosis harus cepat-cepat mengetahui keadaan mental seperti
emosi anak didiknya, barangkali faktor ini sebagai penyebab
kesulitan belajar.
6) Tipe-tipe khusus seorang pelajar. Kita mengenal tipe-tipe belajar
seorang anak. Ada tipe visual, tipe motoris dan tipe campuran.

Seorang yang bertipe visual, akan cepat mempelajari bahanbahan yang disajikan secara tertulis, bagan, grafik, gambar.
Pokoknya mudah mempelajari bahan pelajaran yang dapat dilihat
dengan alat penglihatan nya. Sebaliknya merasa sulit belajar

23

apabila dihadap kan bahan-bahan dalam bentuk suara atau


gerakan.

Anak yang bertipe auditif, mudah mempelajari bahan yang disajikan


dalam bentuk suara (ceramah), begitu guru mene rangkan ia cepat
menangkap bahan pelajaran, di samping itu kata dari teman
(diskusi) atau suara radio /cassette ia mudah menangkapnya.
Pelajaran yang disajikan dalam bentuk tulisan, perabaan, gerakangerakanlah yang ia mengalami kesulitan.

Individu yang bertipe motorik, mudah mempelajari bahan yang


berupa tulisan-tulisan, gerakan-gerakan dan sulit mempelajari
bahan yang berupa suara dan penglihatan.

Tipe-tipe khusus ini kebanyakan pada anak didik relatif sedikit,


kenyataannya banyak yang bertipe campuran.
2. Faktor orang Tua.
a. Faktor keluarga : Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan
pertama. Tetapi dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar.Yang
termasuk faktor ini antara lain adalah :
1) Faktor Orang Tua
a) Cara mendidik anak :
Orang tua yang tidak/kurang memperhatikan pendidikan anakanaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatikan kemauan
belajar anak-anaknya, akan menjadi penyebab kesulitan belajarnya.
Orang tua yang bersifat kejam, otoriter, akan menimbulkan mental
yang tidak sehat bagi anak.Hal ini akan berakibat anak tidak dapat
tentram, tidak senang di rumah, ia pergi mencari teman sebayanya,
hingga lupa belajar. Sebenarnya Orang tua mengharapkan anaknya
pandai, baik, cepat berhasil tapi malah menjadi takut, hingga rasa
harga diri kurang. Orang tua yang lemah, suka memanjakan anak, ia
tidak rela anaknya bersusah payah belajar, menderita, berusaha keras,
akibatnya anak tidak mempunyai kemampuan dan kemauan, bahkan
sangat tergan tung pada orang tua, hingga malas berusaha, malas
menyelesai kan tugas-tugas sekolah, hingga prestasinya menurun.
Kedua sikap itu pada umumnya orang tua tidak memberikan dorongan
pada anaknya, hingga anak menyukai belajar, bahkan sikap orang
tuanya yang salah, anak bisa benci belajar.

24

b) Hubungan Orang Tua dan Anak


Sifat hubungan orang tua dan anak sering dilupakan. Faktor ini penting
sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak.
Yang dimaksud hubungan adalah kasih sayang penuh pengerti an,
atau kebencian, sikap keras, acuh tak acuh, memanjakan dan lain-lain.
Kasih sayang dari orang tua, perhatian atau penghargaan kepada
anak-anak menimbulkan mental yang sehat bagi anak. Kurangnya
kasih sayang akan menimbulkan emosional insecurity. Demikian juga
sikap keras, kejam, acuh tak acuh akan menyebabkan hal yang
serupa. Kasih sayang dari orang tua dapat berupa :
-

Apakah orang tua sering meluangkan waktunya untuk omongomong bergurau dengan anaknya.

Biasakan orang tua membicarakan kebutuhan keluarga dengan


anak-anaknya.

Seorang anak akan mengalami kesulitan/kesukaran belajar karena


faktor-faktor diatas.
c) Contoh / Bimbingan dari Orang Tua :
Orang tua merupakan contoh terdekat dari anak-anaknya. Segala yang
diperbuat orang tua tanpa disadari akan ditiru oleh anak-anaknya.
Karenaya sikap orang tua yang bermalas-malas tidak baik, hendaknya
di buang jauh-jauh. Demikian juga belajar memerlukan bimbingan dari
orang tua agar sikap dewasa dan tanggung jawab belajar, tumbuh
pada diri anak. Orang tua yang sibuk bekerja, terlalu banyak anak
yang diawasi, sibuk organisasi, berarti anak tidak mendapatkan
pengawasan/ bimbingan dari orang tua, hingga kemungkinan akan
banyak mengalami kesulitan belajar.
d) Suasana Rumah / Keluarga
Suasana keluarga yang sangat ramai atau gaduh, tidak mungkin anak
dapat belajar dengan baik Anak akan selalu terganggu konsentrasinya,
hinga sukar untuk belajar.
Demikian juga suasana rumah yang selalu tegang, selalu banyak
cekcok diantara anggota keluarga, slalu ditimpa kesedihan, antara
ayah dan ibu selalu cekcok atau selalu membisu akan mewarnai
suasana keluarga yang melahirkan anak-anak tidak sehat mentalnya.
e) Keadaan Ekonomi Keluarga :
Keadaan ekonomi digolongkan dalam :

25

a. Ekonomi yang kurang / miskin :


Keadaan ini akan menimbulkan :
1) Kurangnya alat -alat belajar.
2) Kurangnya biaya yang disediakan oleh orang tua.
3) Tidak mempunyai tempat belajar yang baik.
Keadaan peralatan seperti pensil, tinta, penggaris, buku tulis, buku
pelajaran, jangka dan lain-lain akan membantu kelancaran dalam
belajar. Kurangnya alat-alat itu akan menghambat kemajuan belajar
anak.
b. Ekonomi yang berlebihan (kaya)
Keadaan ini sebaliknya dari keadaan yang pertama, dimana ekonomi
keluarga berlimpah ruah. Mereka akan menjadi segan belajar karena
ia terlalu banyak bersenang-senang. Mungkin juga ia dimanjakan oleh
orang tuanya, orang tua tidak tahan melihat anaknya belajar dengan
bersusah payah. Keadaan seperti ini akan menghambat kemajuab
belajar.
b. Faktor Sekolah
Yang dimaksud sekolah, antara lain adalah :
1) Guru :
Guru yang menjadi kesulitan belajar, apabila :
a) Guru tidak kualified, baik dalam pengambilan metode yang digunakan
atau dalam mata pelajaran yang dipegangnya. Hal ini bisa saja terjadi,
karena vak yang dipegangnya kurang sesuai, hingga kurang
menguasai, lebih-lebih kalau kurang persiapan, sehingga cara
menerangkan kurang jelas, sukar dimengerti oleh murid-muridnya.
b) Hubungan guru dengan murid kurang baik. Hal ini bermula pada sifat
dan sikap guru yang tidak disenangi murid-murid nya, seperti :
(1) Kasar, suka marah, suka mengejek, tak pernah senyum, tak suka
membantu anak, suka membentak dan lain-lain.
(2) Tak pandai menerangkan, sinis atau sombong.
(3) Menjengkelkan, tinggi hati, pelit dalam memberi angka, tak adil
dan lain-lain.
Sikap guru yang seperti ini tidak disenangi murid, hingga meng hambat
perkembangan anak dan mengakibatkan hubungan guru dengan murid
tidak baik.

26

c) Guru-guru menuntut standard pelajaran di atas kemampuan anak. Hal


ini biasa

terjadi

pada guru yang

masih muda yang

belum

berpengalaman hingga belum dapat mengukur kemam puan muridmurid, sehingga hanya sebagian kecil muridnya yang berhasil dengan
baik.
d) Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulit an
belajar, Misalnya dalam bakat, minat, sifat, kebutuhan anak-anak dan
sebagainya.
e) Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan belajar,
antara lai :
(1)Metode mengajar yang mendasarkan diri pada latihan mekanis
tidak disarkan pada pengertian.
(2)Guru dalam mengajar tidak menggunakan alat peraga yang
memungkinkan semua alat inderanya berfungsi.
(3)Metode mengajar yang menyebabkan murid pasif, sehing ga anak
tidak ada aktifitas. Hal ini bertentangan dengan dasar psikologis,
sebab pada dasarnya individu itu makhluk dinamis.
(4)Metode mengajar tidak menarik, kemungkinan materinya tinngi,
atau tidak menguasai bahan.
(5)Guru hanya menggunakan satu metode saja dan tidak ber variasi.
Hal ini menunjukkan metode guru yang sempit, tidak mempunyai
kecakapan

diskusi,

tanya

jawab,

eksperimen,

sehingga

menimbulkan aktifitas murid dan suasana menjadi hidup.


2) Faktor Alat :
Alat pengajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran yang
tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum, kurangnya alat
laboratorium akan banyak menimbul kan kesulitan dalam belajar.
Kemajuan tekhnologi membawa perkembangan pada alat-alat pelajaran/
pendidikan, sebab yang dulu tidak ada sekarang menjadi ada.
Misalnya : Mikroskop, gelas ukuran, teleskop, everhed proyektor, slide
dan lain-lain.
Timbulnya alat-alat itu akan menentukan :
Perubahan metode mengajar guru
Segi dalamnya ilmu pengetahuan pada pikiran anak.
Memenuhi tuntutan dari bermacam-macam tipe anak.

27

Tiadanya alat-alat itu guru cenderung menggunakan metode ceramah


yang menimbulkan kepasifan bagi anak, sehingga tidak mustahil timbul
kesulitan belajar.
3) Kondisi Gedung
Terutama ditunjukkan pada ruang kelas / ruangan tempat belajar anak.
Ruangan harus memenuhi syarat kesehatan sebagai berikut ;
Ruangan harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dapat masuk
ruangan, sinar dapat menerangi ruangan.
Dinding harus bersih, putih, tidak terlihat kotor.
Lantai tidak becek, licin atau kotor.
Keadaan gedung yang jauh dari tempat keramaian (pasar, bengkel,
pabrik dan lain-lain) sehingga anak mudah konsentra si dalam
belajarnya.
Apabila hal diatas tidak terpenuhi, misalnya gedung dekat tempat
keramaian, ruangan gelap, lantai basah, ruangan sempit, maka situasi
belajar akan kurang baik. Anak-anak selalu gaduh, sehingga memungkin
kan pelajaran terhambat.
4) Kurikulum
Kurikulum yang kurang baik misalnya :
Bahan-bahannya terlalu tinggi
Pembagian bahan tidak seimbang (klas 1 banyak pelajaran dan kelaskelas diatasnya sedikit pelajaran)
Adanya pendataan materi.
Hal-hal itu akan membawa kesulitan belajar bagi murid-murid. Sebaliknya
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan anak, akan membawa
kesuksesan dalam belajar.
5) Waktu Sekolah dan Disiplin Kurang
Apabila sekolah masuk sore, siang, malam, maka kondisi anak tidak lagi
dalam keadaan yang optimal untuk menerima pelajaran.
Sebab energi sudah berkurang, disamping udara yang relatif panas di
waktu siang, dapat mempercepat proses kelelahan. Waktu dalam kondisi
fisik sudah minta istirahat, karena itu waktu yang

baik untuk belajar

adalah pagi hari.


Disamping pelaksanaan disiplin yang kurang, misalnya murid-murid liar,
sering terlambat datang, tugas yang diberikan tidak dilaksanakan,
kewajibannya dilalaikan, sekolah berjalan tanpa kendali. Lebih-lebih lagi

28

gurunya kurang disiplin akan banyak mengalami hambatan dalam


pelajaran.
c. Faktor mass Media dan Lingkungan Sekolah.
1) Faktor mass media meliputi : bioskop, TV, Surat kabar, Majalah, Bukubuku komik yang ada di sekeliling kita. Hal-hal itu akan menghambat
belajar apabila anak terlalu banyak waktu yang dipergunakan untuk itu,
hingga lupa akan tugasnya belajar.
2) Lingkungan Sosial
a) Teman bergaul. Teman bergaul pengaruhnya sangat besar dan lebih
cepat masuk dalam jiwa anak. Apabila anak suka bergaul dengan
mereka yang tidak sekolah, maka ia akan malas belajar, sebab cara
hidup anak yang bersekolah berlainan dengan anak yang tidak
bersekolah. Kewajiban orang tua adalah mengawasi mereka seta
mencegahnya agar mengurangi pergaulan dengan mereka.
b) Lingkungan Tetangga. Corak kehidupan tetangga, misalnya suka main
judi, minum arak, menganggur, pedagang, tidak suka belajar, akan
mempengaruhi anak-anak yang bersekolah. Minimal tidak ada motivasi
bagi anak untuk belajar. Sebaliknya jika tetangga terdiri dari pelajar,
Mahasiswa, Dokter, Insinyur, dosen akan mendorong semangat belajar
anak.
c) Aktivitas dalam masyarakat. Terlalu banyak berorganisasi, kursus ini
itu, akan menyebabkan belajar anak menjadi ter bengkalai. Orang tua
harus mengawasi, agar kegiatan ekstra di luar belajar dapat diikuti
tanpa melupakan tugas belajarnya. Dengan kata lain belajarnya
sukses dan kegiatan lain dapat berjalan.
Anak-anak yang mengalami kesulitan belajar itu biasa dikenal dengan
sebutan prestasi rendah/kurang (under achiever). Anak ini tergolong memiliki IQ
tinggi tetapi prestasinya belajar rendah (di bawah rata-rata kelas).
Secara potensial mereka yang IQ nya tinngi memiliki prestasi yang tinggi pula.
Tetapi anak yang mengalami kesulitan belajar tidak demikian. Timbulnya kesulitan
belajar itu berkaitan dengan aspek motivasi, minat sikap, kebiasaan belajar, polapola pendidikan yang diterima dari keluarganya.
Dari gejala-gejala yang nampak itu guru (pembimbing) bisa menginter pretasi
bahwa ia kemungkinan

mengalami kesulitan belajar.Di samping melihat gejala-

gejala yang tampak, guru pun bisa mengadakan penyelidik an antara lain dengan :

29

1. Observasi

: Cara memperoleh data dengan langsung mengamati terhadap

obyek. Observasi mencatat gejala-gejala yang

nampak pada diri subyek,

kemudian diseleksi untuk dipilih yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Datadata yang dapat diperoleh dengan observasi, misalnya :
a. Bagaimana sikap siswa dalam mengikuti pelajaran, adalah tanda-tanda cepat
lelah, mudah mengantuk, suka memusatkan perhatian pada pelajaran.
b. Bagaimana kelengkapan catatan, peralatan dalam pelajaran.
Murid yang mengalami kesulitan belajar akan menunjukkan gejala cepat lelah,
mudah mengantuk, sukar konsentrasi, catatannya tidak lengkap dan sebagainya.
2. Interview : adalah cara mendapatkan data

dengan wawancara langsung ter

hadap orang yang diselidiki atau terhadap orang lain yang dapat memberikan
informasi tentang orang yang diselidiki (guru, orang tua, teman intim).
Untuk menyelidiki murid yang mengalami kesulitan belajar, interview dapat
dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung.
Langsung artinya : kepada murid yang diselidiki.
Tidak langsung

: kepada orang yang tahu tentang keadaan diri anak.

3. Tes diagnostik : adalah suatu cara mengumpulkan data dengan tes.


Menurut Cronbach, tes adalah : suatu prosedur yang sistematis untuk memban
dingkan kelakuan dari dua orang atau lebih.
Untuk mengetahui murid yang mengalami kesulitan belajar, tes meliputi tes
buatan guru (teacher made test) yang terkenal dengan tes diagnosting tes
psikologis. Sebab yang mengalami kesulitan belajar itu mungkin disebabkan IQ
rendah, tidak memiliki bakat, mentalnya minder, dan lain-lain sehingga diperlukan
tes psikologis.
Untuk mengetahui IQ bisa digunakan :
Tes SPM (Standard Progressif Matrics)
Tes WAIS ( Weschler Adult Intelegency Scale )
Tes Binet Simon (tes dibuat oleh Binet dan Simon )
Tes bakat khusus : FACT (Flanagan Aptitude Classification Test )
4. Dokumentasi : adalah cara mengetahui sesuatu dengan melihat catatan-catatan,
arsip-arsip, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan orang yang diselidiki.
Untuk mengenal murid yang mengalami kesulitan belajar bisa melihat :
- Riwayat hidupnya
- Kehadiran murid di dalam mengikuti pelajarannya
- Memiliki daftar pribadinya
- Catatan hariannya

30

- Catatan kesehatannya
- Daftar hadir di sekolah
- Kumpulan Ulangan
- Raport dan lain-lain.
Setelah data terkumpul kemudian di seleksi, tinggal data-data yang diperlukan.
Untuk dapat mengatakan murid mana yang mengalami kesulitan belajar,
diperlukan patokan kesulitan belajar
C. Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar
Mengatasi kesulitan belajar, tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor
kesulitan belajar sebagaimana diuraikan di atas. Oleh karena itu mencari sumber
penyebab utama dan sumber-sumber penyebab penyerta lainnya, adalah menjadi
mutlak adanya dalam rangka mengatasi kesulitan belajar.
Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu di tempuh dalam rangka
mengatasi kesulitan belajar, dapat dilakukan melalui enam tahap yaitu :
1. Pengumpulan data.
2. Pengolahan data.
3. Diagnosa.
4. Prognosa
5. Treatment / perlakua.
6. Evaluasi
Adapun penjelasan dari 6 langkah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan data :
Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan banyak
informasi. Untuk memperoleh informasi tersebut, maka perlu diadakan suatu
pengamatan langsung yang disebut dengan pengumpulan data dapat
dipergunakan sebagai metode, diantaranya adalah :
a. Observasi
b. Kunjungan rumah.
c. Case Study
d. Case history.
e. Daftar pribadi
f. Meneliti pekerjaan anak.
g. Tugas kelompok dan
h. Melaksanakan tes (baik tes IQ maupun tes prestasi/ achievement test)

31

Dalam pelaksanaannya, metode-metode tersebut tidak harus semuanya


digunakan secara bersama-sama akan tetapi tergantung pada masalahnya,
kompleks atau tidak.
Semakin masalahnya rumit, maka semakin banyak kemungkinan metode yang
dapat digunakan, sebaliknya semakin masalahnya itu sederhana, mungkin
dengan satu metode observasi saja, sudah dapat ditemukan faktor apa yang
menyebabkan kesulitan belajar anak. Data yang berkumpul dari berbagai
metode yang kita gunakan akan sangat bermanfaat dalam rangka kegiatan
pada langkah berikutnya.
2. Pengolahan Data :
Data yang terkumpul dari kegiatan tahap pertama tersebut, tidak ada artinya
jika tidak diadakan pengolahan secara cermat. Semua data harus diolah dan
dikaji untuk mengetahui sacara pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang
dialami anak.
Dalam pengolahan data, langkah yang dapat ditempuh antara lain adalah :
a. Identifikasi kasus.
b. Membandingkan antar kasus.
c. Membandingkan dengan hasil test, dan
d. Menarik kesimpulan.
3. Diagnosa :
Diagnosa adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data
Diagnosa ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut :
a. Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak (berat dan ringannya)
b. Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab
kesulitan belajar.
c. Keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar dan
sebagainya.
Dalam rangka diagnosa ini biasanya diperlukan berbagai bantuan tenaga ahli
misalnya :
a.

Dokter, untuk mengetahui kesehatan anak.

b.

Psikolog, untuk mengetahui tingkat IQ anak.

c.

Psikiater, untuk mengetahui kejiwaan anak.

d.

Social Worker, untuk mengetahui kelainan sosial yang mungkin dialami


anak.

e.

Ortopedagog, untuk mengetahui kelainan-kelainan yang ada pada anak.

32

f. Guru kelas, untuk mengetahui perkembangan belajar anak selama di


sekolah.
g. Orang tua anak, untuk mengetahui kebiasaan anak di rumah. Dan
sebagainya tergantung pada kebutuhan.
Dalam prakteknya, tidak semua tenaga ahli tersebut selalu harus secara
bersama-sama

digunakan

dalam

setiap

proses

diagnosis,

melainkan

tergantung kepada kebutuhan dan juga kemampuan tentunya.


4. Prognosa :
Prognosa artinya ramalan. Apa yang telah ditetapkan dalam tahap diagnosa,
akan menjadi

dasar utama dalam menyusun

dan menetap kan ramalan

mengenai bantuan apa yang harus diberikan kepadanya untuk membantu


mengatasi masalahnya. Dalam Prognosa ini antara lain akan ditetapkan
mengenai bentuk treatment (perlakuan) sebagai follow up dari diagnosa.
Dalam hal ini dapat berupa :
-

bentuk treatmen yang harus diberikan

bahan / materi yang diperlukan

metode yang akan digunakan

alat-alat bantu belajar mengajar yang diperlukan.

Waktu (kapan kegiatan itu dilaksanakan)

Pendek kata, Prognosa adalah merupakan aktivitas penyusunan

rencana/

program yang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan


belajar anak didik.
5. Treatment (perlakuan )
Perlakuan di sini maksudnya adalah pemberian bantuan kepada anak yang
bersangkutan (yang mengalami kesulitan belajar) sesuai dengan program yang
telah di susun pada tahap prognosa tersebut. Bentuk treatment yang mungkin
dapat diberikan adalah :
- melalui bimbingan belajar kelompok.
- Melalui bimbingan belajar individual.
- Melalui pengajaran remedial dalam beberapa bidang studi tertentu.
- Memberikan bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masala psikologis.
- Melalui bimbingan orang tua, dan pengatasan kasus sampingan yang
mungkin ada.
Siapa yang harus memberikan treatment, tergantung pada bidang garapan
yang harus dilaksanakan. Kalau yang harus diatasi terlebih dahulu itu ternyata
penyembuhan penyakit kanker yang di derita oleh anak, maka sudah barang

33

tentu seorang dokterlah yang berwenang menanganinya.Sebaliknya kalau


bentuk treatmentnya adalah memberi kan pengajaran remedial dalam bidang
studi Matematika (misalnya), maka guru Matematikalah yang paling lebih tepat
untuk melaksanakan treatment tersebut dan seterusnya.
6. Evaluasi
Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui, apakah treatment yang telah
diberikan di atas berhasil dengan baik, artinya ada kemajuan atau bahkan gagal
sama sekali. Kalau ternyata treatment yang diterapkan tersebut tidak berhasil
maka perlu ada pengecekan kembali ke belakang, faktor-faktor apa yang
mungkin menjadi penyebab kegagalan treatment tersebut.
Mungkin program yang disusun tidak tepat, sehingga treatment nya juga tidak
tepat, atau mungkin diagnosanya yang keliru dan sebagainya. Alat yang
digunakan untuk evaluasi ini dapat berupa tes prestasi belajar (achievement
Test).
Untuk mengadakan pengecekan kembali atas hasil treatment yang kurang
berhasil, maka secara teoritis langkah-langkah yang perlu ditempuh, adalah
sebagai berikut :
a. Re Cheking data (baik itu pengumpulan maupun pengolahan data)
b. Re Diagnosa.
c. Re Prognosa.
d. Re Treatment,dan
e. Re Evaluasi
Upaya ini dilakukan secara terus menerus dipolakan serta didesain secara
runtut dan bersinambungan sampai seorang siswa betul-betul telah nyata-nyata
berhasil memperoleh kemajuan prestasi sesuai dengan harapannya. Hal itu
dilakukan begitu seterusnya sampai benar-benar dapat berhasil mengatasi
kesulitan belajar anak yang bersangkutan.
Sebagai ringkasan, langkah-langkah kesulitan belajar seperti diuraikan di atas,
dapat disusun dalam sebuah diagram seperti terlihat pada gambar berikut ini :

34

Metodenya, al:
- Obsevasi
- Kunjungan rumah
- Case study
- Case history
- Daftar pribadi
- Meneliti peker. Anak
- Tugas kelompok
- Tes, dsb

Pengumpulan
data
(1)

Re
Ceking data
Pengolahan
Data
(2)

Langkahnya :
- Identifikasi kasus
- Membandingkan antar
kasus
- Membandingkan dng
Hasil tes
- Menarik kesimpulan
Diagnosa
(3)
Mengenai :
- Jenis kesulitan
- Faktor-faktor umum
- Faktor utama

Re
Diagnosa
Prognosa

Mengenai :
-

(4)
Bentuk treatment
Bahan/materinya
Metode/Strategi
Alat/alat bantu
Waktu/jadwal

Re
Prognosa
Treatment
(5)

Bentuknya :
Bimbingan belajar
Bimbingan pribadi
Bimbingan orang tua
Peng. Remedial

Re
Treatmen

Re
Evaluasi
Evaluasi

(6)

BERHASIL - GAGAL

C. Gejalagejala Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar


1. Cepat dalam belajar.
Anak

yang

tergolong

cepat

dalam

belajar, pada

umumnya

dapat

menyelesaikan kegiatan belajar dalam waktu lebih cepat dari yang diperkira
kan. Mereka tidak memerlukan waktu yang lama untuk memecahkan suatu

35

masalah karena lebih mudah menerima materi pelajaran. Dilihat dari tingkat
kecerdasannya, pada umumnya anak ini memiliki tingkat kecerdasan di atas
rata-rata dan banyak yang tergolong sebagai anak genius (sangat cerdas).
Dalam kelompok anak-anak tersebut berada pada tingkat paling atas.
Karena cepatnya dalam belajar, maka golongan ini sering mengalami
kesulitan dalam penyusaian belajar karena pada umumnya kegiatan belajar
di sekolah menggunakan ukuran rata-rata. Salah satu usaha untuk
membantu mereka ialah dengan menempatkan pada kelompok khusus atau
diberikan tugas-tugas tambahan.
2. Lambat dalam belajar
Sebaliknya dari dari anak yang tergolong cepat, anak golongan lambat ini
lebih banyak membutuhkan waktu yang lebih lama dari waktu yang
diperkirakan untuk anak-anak normal. Sebagai akibat nya, anak-anak
golongan ini sering ketinggalan dalam belajar dan ini pula sebagai salah satu
sebab tinggal kelas. Dilihat dari tingkat kecerdasannya, pada umumnya anak
golongan lambat belajar, memiliki taraf kecerdasan di bawah rata-rata. Anak
golongan ini memerlukan perhatian khusus, antara lain melalui penempatan
pada kelas-kelas khusus atau pelajaran-pelajaran tambahan dalam program
pengajaran remedial.
3. Anak Kreatif
Anak kreatif ini pada umumnya anak dari golongan cepat, tapi banyak pula
dari golongan normal (rata-rata). Anak golongan ini menunjukkan kreativitas
dalam kegiatan-kegiatan tertentu, misalnya dalam melukis, menggambar,
olahraga, organisasi, kesenian dan dalam kegiatan-kegiatan kurikuler
lainnya. Mereka ingin selalu memecahkan persoalan, berani menanggung
resiko yang sulit sekalipun, kadang-kadang destruktif di samping konstruktif,
lebih senang bekerja sendiri, percaya pada diri sendiri dan sebagainya.
Dalam kegiatan belajar, anak golongan kreatif lebih mampu menemukan
masalah-masalah dan mampu memecahkan masalah. Sekolah perlu
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada golongan anak kratif.
Adapun jenis sifat murid tersebut dapat mempengaruhi proses belajar dan
dapat menimbulkan beberapa akibat tertentu di antaranya adalah anak putus
belajar (drop-out), dan berprestasi kurang (underachiever).

Anak drop -out (gagal)


Anak yang tergolong drop-out, ialah mereka yang tidak berhasil
menyelesaikan studinya atau gagal dalam kegiatannya.

36

Sebab dari droup-out ini banyak, disamping sebab yang terletak pada
diri murid itu sendiri, juga terdapat sebab-sebab lain seperti kurikulum,
metode mengajar, lingkungan masyarakat, keluarga. Masalah yang
dihadapi ialah bagaimana membantu anak golongan droup-out ini agar
mereka pun dapat menjadi warga masyarakat yang produktif. Ini tentu
membutuhkan suatu program bantuan secara khusus.

Anak prestasi kurang (underachiever)


Anak yang tergolong underachiever adalah anak yang memiliki taraf
intelegensia yang tergolong tinggi akan tetapi prestasi belajar yang
dicapainya tergolong rendah (dibawah rata-rata) Secara potensial anak
yang memiliki taraf intelegensia yang tinggi mempunyai kemungkinan
yang cukup besar untuk mem peroleh prestasi belajar yang tinggi.
Gejala berprestasi kurang ini sesungguhnya dirasakan sebagai salah
satu masalah dalam belajar karena secara potensial mereka memiliki
kemungkinan untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi.
Timbulnya gejala ini berkaitan dengan aspek motivasi, minat, sikap dan
kebiasaan belajar, ciri-ciri kepribadian tertentu, dan pola-pola pendidikan
yang diterima dari orang tuanya serta suasana rumah tangga pada
umumnya. Hal ini telah ditunjukkan oleh beberapa penelitian.

Anak-anak dari golongan ini memerlukan perhatian yang sebaikbaiknya dari pada guru dan terutama pada petugas bimbingan
dan konseling di sekolah.
D. Peranan Guru dalam Proses Belajar
Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong,
membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi murid-murid untuk mencapai
tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang
terjadi dalam kelas sehingga kegagalan anak dapat dideteksi sedini mungkin dan
selanjutnya guru segera memberikan bantuan dalam mendorong

proses

perkembangan anak.
Penyampaian materi materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari
berbagai kegiatan dalam

belajar

sebagai suatu proses yang dinamis dalam

segala fase dan proses perkembangan anak.


Secara lebih rinci tugas berpusat pada :
1.

Mendidik anak dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian
tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

37

2.

Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang


memadai.

3.

Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan


penyesuaian diri. Demikianlah dalam proses belajar mengajar guru tidak
terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu, ia
bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian murid. Ia
harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa, sehingga
dapat merangsang murid untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan.
Disamping itu perkembangan ilmu dan tekhnologi serta perkem bangan

sosial budaya yang berlangsung dengan cepat telah memberikan tantangan


kepada stiap individu. Setiap individu senantiasa ditantang untuk terus selalu
belajar untuk dapat menyesuaikan dari sebaik-baiknya.
Kesempatan belajar makin terbuka melalui berbagai sumber dan media.
Anak-anak masa kini dapat belajar dari berbagai sumber dan media seperti surat
kabar, radio, televisi, film dan sebagainya. Ia pun dapat belajar dalam berbagai
kesempatan dan kegiatan diluar sekolah.
Guru hanya merupakan salah satu diantara berbagai sumber dan media
belajar. Maka dengan demikian peranan guru dalam belajar ini menjadi lebih luas
dan lebih mengarah pada peningkatan motivasi belajar anak-anak. Melaui
peranannya sebagai pengajar, guru diharapkan mampu mendorong anak untuk
senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan melalui berbagai sumber dan
media. Guru hendaknya mampu membantu setiap anak secara efektif, dapat
mempergunakan berbagai kesempatan belajar dan berbagai sumber serta media
belajar.
Hal ini berarti bahwa guru hendaknya dapat mengembangkan cara dan
kebiasaan belajar yang sebaik-baiknya. Selanjutnya sangat diharap kan guru
dapat memberikan fasilitas yang memadai sehingga murid dapat belajar secara
efektif.
Dari uraian di atas, jelas bahwa peranan guru telah meningkat dari sebagai
pengajar menjadi sebagai direktur (pengarah) belajar (director of learning).
Sebagai direktur belajar, tugas dan tanggung jawab guru menjadi lebih meningkat
yang ke dalamnya termasuk fungsi-fungsi guru sebagai perencana pengajaran,
pengelola pengajaran, penilai hasil belajar, sebagai motivator belajar dan sebagai
pembimbing.

38

Seperti perencana pengajaran, seorang guru diharapkan mampu untuk


merencanakan kegiatan belajar secara efektif. Untuk itu ia harus memiliki
pengetahuan yang cukup tentang prinsip-prinsip belajar sebagai dasar untuk
merancang kegiatan belajar mengajar, seperti merumuskan tujuan, memiliki
bahan, memilih metode, menetapkan evaluasi, dan sebagainya.
Sebagai pengelola pengajaran, seorang guru harus mampu mengelola
seluruh proses kegiatan belajar mengajar dengan menciptakan kondisi-kondisi
belajar sedemikian rupa sehingga setiap anak dapat belajar secara efektif dan
efisien. Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar murid, seorang guru
hendaknya senantiasa secara terus-menerus mengikuti hasil-hasil belajar yang
telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu, informasi yang diperoleh melalui
evaluasi ini akan merupakan umpan balik terhadap proses kegiatan belajar
mengajar, yang akan dijadikan sebagai titik tolak untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya.
Dengan demikian proses belajar mengajar akan senantiasa ditingkatkan
terus-menerus dalam mencapai hasil belajar yang optimal.
Selanjutnya dalam peranannya sebagai direktur belajar, hendaknya guru
senantiasa berusaha untuk menimbulkan, memelihara dan mening katkan motivasi
anak untuk belajar. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa motif berprestasi
mempunyai relasi positif dan cukup berarti terhadap pencapaian prestasi belajar.
Namun menjadi catatan yang cukup penting bagi guru bila disadari bahwa tinggi
atau

rendahnya prestasi belajar atau keberhasilan siswa di sekolah banyak

ditentukan oleh tinggi rendahnya motif berprestasi.


Dalam hubungan ini guru ditutntut dan harus disadari bahwa

mereka

mempunyai fungsi sebagai motivator dalam keseluruhan kegiatan belajar


mengajar.
Ada empat hal yang dapat dikerjakan guru dalam memberikan motivasi ini
yaitu :
a.

Membangkitkan doongan kepada siswa untuk belajar

b.

Menjelaskan secara konkrit kepada siswa apa yang dapat dilakukan pada
akhir pengajaran.

c.

Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai sehingga dapat


merangsang untuk mencapai prestasi yang lebih baik dikemudian hari.

d.

Membentuk kebiasaan belajar yang baik.


Sebagai direktur atau manajer dalam pengelolaan belajar siswa maka

pendekatan yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar tidak hanya

39

melalui pendekatan instruksional tetapi

disertai dengan pendekatan pribadi.

Melalui pendekatan pribadi ini diharapkan guru dapat mengenal dan memahami
murid secara lebih mendalam sehingga dapat membantu dalam keseluruhan
proses belajar nya.
Dengan perkataan lain, sebagai direktur belajar guru sekaligus berperan
sebagai pembimbing dalam proses belajar mengajar.
Sebagai pembimbing dalam belajar, guru diharapkan mampu serta
memahami akan tugasnya untuk :
a.

Mengenal dan memahami setiap murid baik secara individual maupun


kelompok.

b.

Memberikan penerangan kepada murid mengenai hal-hal yang diperlukan


dalam proses belajar.

c.

Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap murid dapat belajar


sesuai dengan kemampuan pribadinya.

d.

Membantu setiap murid dalam mengatasi masalah-masalah pribadi yang


dihadapinya.

e.

Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan nya dalam
proses pembelajaran.

Untuk itu para guru hendaknya memahami prinsip-prinsip bimbingan dan


menerapkan dalam proses belajar-mengajar.
Guru yang dapat berperan sebagai pembimbing yang efektif :
1. Mengajar bidang studi, yaitu guru yang :
a.

Dapat menimbulkan minat semangat belajar murid-murid melalui bidang


studi yang diajarkannya.

b.

Memiliki kecakapan untuk memimpin.

c.

Dapat menghubungkan materi pelajaran dengan pekerjaan-pekerjaan


praktis.

2. Hubungan murid dan guru, yaitu guru yang :


a.

Dicari oleh murid untuk memperoleh nasihat dan bantuan.

b.

Mencari kontak dengan murid di luar kelas.

c.

Memimpin kegiatan kelompok.

d.

Memiliki minat dalam pelayanan sosial.

e.

Membuat kontak dengan Orang tua murid.

3. Hubungan guru dengan guru, yaitu guru yang :


a.

Menunjukkan kecakapan bekerjasama dengan guru lain.

b.

Tidak menimbulkan pertentangan.

40

c.

Menunjukkan kecakapan untuk berdiri sendiri.

d.

Menunjukkan kepemimpinan yang baik dan tidak mementingkan diri


sendiri.

4. Pencatatan dan penelitian, yaitu guru yang :


a.

Mempunyai sikap ilmiah obyektif.

b.

Lebih suka mengukur dan tidak menebak.

c.

Berminat dalam masalah-masalah penelitian.

d.

Efisien dalam pekerjaan tulis menulis.

e.

Melihat kesempatan untuk penelitian dalam kegiatan-kegiatan tulis menulis.

5. Sikap profesional, yaitu guru yang :


a.

Sukarela untuk melakukan pekerjaan ekstra.

b.

Telah menunjukkan dapat menyesuaikan diri dan sabar.

c.

Memiliki sikap yang konstruktif dan rasa tanggung jawab.

d.

Berkemauan untuk melatih diri.

e.

Memiliki semangat untuk memberikan layanan kepada siswa, sekolah dan


masyarakat.

Rangkuman
Kesulitan belajar pada siswa sebagai faktor utama yang dapat mempengaruhi
keberhasilan di sekolah. Untuk itu maka batasan kesulitan belajar banyak beraneka
macam. Banyak definisi tentang kesulitan belajar tetapi secara umum dapat
dikemukakan empat kriteria :
1.

Kemungkinan adanya disfungsi otak

2.

Kesulitan dalam tugas-tugas akademik

3.

Prestasi belajar yang rendah, jauh di bawah kapasitas intelegensi yang dimiliki

4.

Tidak memasukkan sebab-sebab lain seperti tunagrahita, gangguan emosional,


hambatan sensoris, ketidak tepatan pembelajaran atau karena kemiskinan
budaya
Secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua

kelompok (1)Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan dan (2)


Kesulitan belajar akademik
Jadi kesulitan belajar dapat disebabkan oleh berbagai faktor intern dan ekstern
faktor tersebut antara lain faktor keturunan, kerusakan pada fungsi otak, biokimia,
deprivasi lingkungan atau kesalahan nutrisi.

41

Latihan Soal :
1.

Kesulitan belajar pada siswa sebagai faktor utama yang dapat mempengaruhi
keberhasilan di sekolah. Apa maksud pernyataan tersebut diatas?

2.

Guru hendaknya memahami prinsip-prinsip bimbingan dan menerapkan dalam


proses belajar-mengajar . Sebutkan peran guru sesuai dengan napas UUSPN
No 20/2003 atau UUSPN No 2 /1989 ?

3.

Guru hendaknya dapat mengembangkan cara dan kebiasaan belajar yang


sebaik-baiknya. Apa yang harus dilakukan oleh guru tersebut diatas?

4.

Berikan batasan tentang kesulitan belajar menurut pendapat anda!

5.

Berdasarkan definisi yang telah disebutkan tersebut maka apa perbedaan


antara learning disabilities dengan learning problems ?

6.

Mengapa membuat klasifikasi kesulitan belajar sulit ditentukan secara tepat


dan benar ?

7.

Buatlah suatu bagan yang menggambarkan berbagai jenis kesulitan belajar !

8.

Apa yang menyebabkan developmental learning disabilities lebih sulit diketahui


daripada academic learning disabilities ?

9.

Kesulitan belajar disebabkan oleh kemungkinan adanya disfungsi otak, apa


saja yang dapat menimbulkan disfungsi otak ?

10. Sebutkan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar menurut versi anda

sendiri !

42

BAB II
PROSEDUR DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR
Tujuan Khusus Pengajaran Mahasiswa diharapkan :
1.

Mampu memahami tentang prosedur diagnostik kesulitan belajar.

2.

Mampu mendiskripsikan siswa yang mengalami kesulitan belajar

3.

Mampu memberikan layanan bimbingan belajar secara tepat dan


benar.

A. Upaya Yang Harus Dilakukan Guru


1. Identifikasi Kasus
Langkah pertama ini bertujuan untuk menemukan siswa-siswa yang
diperkirakan mengalami kesulitan belajar, dan memerlukan bantuan. Dalam
langkah ini kemungkinan akan ditemukan sejumlah siswa yang diperkirakan
mengalami kesulitan belajar tersebut. Untuk itu pendidik /guru atau
pembimbing harus memilih siswa yang mana yang kasusnya diprioritaskan
untuk mendapat bantuan.
Sesuai dengan tujuannya maka metode yang cocok digunakan untuk
diidentifikasi adalah analisa dokumentar, yaitu dengan mengguna kan daftar
nilai kasus siswa untuk seluruh bidang studi, seperti telah dijelaskan pada
BAB III. Sedangkan langkah-langkah yang perlu ditempuh adalah sebagai
berikut :
1. Menghitung rata-rata nilai setiap siswa.
2. Menghitung rata-rata nilai seluruh siswa.
3. Dibuat grafik untuk melihat nilai rata-rata dalam kelas berdasarkan
perhitungan rata-rata nilai.
4. Siswa-siswa yang berada di bawah nilai rata-rata diidentifikasi sebagai
yang mengalami kesulitan belajar.
5. Menentukan kasus yaitu siswa yang diperkirakan paling banyak
mengalami kesulitan belajar.
Kasus kesulitan belajar selain dengan cara di atas dapat dilihat dari
catatan observasi atau laporan proses kegiatan belajarnya, antara lain :
a. Cepat lambatnya menyelesaikan tugas.

43

b. Ketekunan dan kehadiran dalam mengikuti pelajaran.


c. Partisipasi (konstribusi) dalam pemecahan masalah mengerjakan tugas
kelompok.
d. Kemampuan kerja sama dan penyesuaian sosialnya, dll.
2. Langkah Diagnosa
Yaitu untuk mengetahui jenis dan sifat kesulitan serta sebab-sebabnya (latar
belakangnya).
1). Lokalisasi jenis dan sifat kesulitannya.
Temukanlah dan tetapkanlah pada aspek mana mata pelajran
tersebut siswa mengalami kesulitan. Tentu saja untuk mata pelajaran
yang berbeda siswa mempunyai aspek kesulitan yang berbeda-beda
pula. Untuk ini dengan sendirinya guru dalam mata pelajaran/bidang
studi tersebut (Matematika, IPA, IPS, Bahasa dan sebagainya) akan
lebih banyak mengetahuinya. Guru mata pelajaran tertentu akan sangat
membantu siswa dalam mengatasi kesulitannya.
Dapat pula dilakukan dengan jalan mengidentifikasi sifat dan letak
kesulitan secara umum, mungkin pada aspek pengetahuan (knowledge),
aspek pemahaman (understanding), aspek keterampilan atau aplikasi
prinsip-prinsip atau aspek lainnya seperti sikap, kebiasaan belajar,
apresiasi dan sebagainya. Untuk mata pelajaran tertentu dapat ditemu
kan dan diperinci secara lebih khusus.
Cara dan alat yang digunakan antara lain :
a. Test diagnostik yang dapat dibuat oleh guru untuk mata pelajaran
Matematika, IPA, IPS, Bahasa dan sebagainya.
b. Menganalisa dan membandingkan hasil beberapa ulangan yang
pernah dikerjakannya.
c. Memeriksa buku catatan.
d. Memeriksa catatan pribadi yang ada petugas bimbingan dan
penyuluhan setelah langkah itu baru diusahakan mencari faktor-faktor
penyebabnya.
2) Mencari Sebab-sebab Kesulitan Belajar
Dalam tahap ini harus hati-hati dan kita harus mempunyai
gambaran luas, mengenai sebab itu sendiri. Karena bila tidak akibatnya

44

tidak dapat memberi bantuan yang banyak pada siswa. Ini berarti
menunjukkan kegagalan kita, baik dalam menggali sebab yang sebenar
nya maupun dalam usaha perbaikan nantinya.
Misalnya terjadi kasus kesulitan belajar. Penyebab sebenarnya
misalnya adalah gangguan penglihatan. Apabila guru berusaha untuk
memperbaiki membacanya dengan jalan memberikan jam tambahan
(untuk latihan membaca) maka hasil yang diharapkan tidak akan
terpenuhi. Hal ini disebabkan guru gagal dalam mengenali sebab kesulit
an belajar, apabila sebab utama kesulitan belajar membaca adalah
karena kurangnya latihan (perkiraan sebab dari guru) bukan karena
siswa mengalami gangguan penglihatan.
Oleh karena itu untuk dapat mengadakan diagnosa secara
bijaksana dan efisien dituntut untuk :
a. Mengetahui berbagai kemungkinan yang beralasan faktor-faktor yang
mungkin merupakan sebab kesulitan belajar.
b. Mengetahui cara menemukan secara efisieen manakah faktor yang
sebenarnya atau yang paling tepat diantara kemungkinan-kemungkin
an tersebut.
Kedua tuntutan di atas memang membutuhkan keahlian dan
pengalaman. Dan jelas kita harus mengetahui bahwa penyebab kesulit
an belajar itu sangat kompleks. Karena itu kita harus cermat dan berhatihati.
Dalam hubungannya dengan penyebab kita harus mempunyai
anggapan atau pedoman sebagai berikut :
a. Bahwa banyak sebab-sebab yang menimbulkan pola gejala yang
sama (sebab berbeda pola gejalanya sama).
Misalnya : faktor kurang latihan, gangguan penglihatan, kecerdas an,
faktor psikologis dll dapat mengakibatkan kesulitan dalam membaca.
b. Bahwa banyak pola-pola gejala yang ditimbulkan oleh sebab yang
sama (pola gejala berbeda-beda sama).
Misalnya : faktor broken home dan kemiskinan dapat berakibat anak
menjadi bodoh dan nakal, namun dapat pula anak patuh pada
peraturan dan pandai.

45

c. Bahwa seringkali sebab-sebab itu saling bergantungan satu sama


lain.
Misalnya : karena penyebab kemiskinan menyebabkan tidak
tersedianya peralatan selanjutnya kurang latihan dan akibatnya anak
mengalami kesulitan.
Setiap konselor hendaknya menyadari kenyataan tersebut di atas
dan tidak segera menarik kesimpulan bahwa suatu pola kesulitan belajar
tentu sebagai akibat dari penyebab yang sama bagi setiap siswa.
Konselor harus lebih mempertimbangkan berbagai sebab yang
mungkin menimbulkan pola gejala tertentu.
3) Prognosa
Hasil penyelidikan mengenai kesulitan belajar siswa yang dilakukan
dengan pengumpulan data, belumlah diartikan sebagai bahan pertimbangan
langsung untuk melakukan treatment. Untuk itu, perlulah data-data yang ada
diolah lebih dahulu, diteliti dan diperinci, sehingga dapat diketemukan sebab
-sebab yang positif.
Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam prognosa
adalah :
1. Perkiraan Kemungkinan Bantuan.
Setelah ditelaah letak kesulitan yan dialami siswa, jenis dan sifat
kesulitan dengan latar belakangnya, faktor-faktor yang menyebabkan
nya, maka dapatlah memperkirakan :
a. Apakah siswa tersebut masih mungkin ditolong untuk mengatasi
kesulitan atau tidak.
b. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang
dialami siswa tertentu.
c. Kapan dan dimana pertolongan dapat diberikan.
d. Siapa yang memberikan pertolongan.
e. Bagaimana cara menolong siswa agar dapat dilaksanakan secara
efektif.
f. Siapa sajakah yang dilibatsertakan dalam menolong siswa tersebut,
dan apakah peranan atau sumbangan yang dapat diberikan oleh
masing-masing fihak dalam menolong siswa tersebut dan sebagainya

46

2. Penetapan Kemungkinan Cara Mengatasinya


Langkah ini merupakan langkah menyusun satu rencana atau
beberapa alternatif rencana yang dapat dilaksanakan untuk membantu
mengatasi kesulitan yang dialami siswa tertentu. Rencana ini hendaknya
berisi :
a. Cara-cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan yang
dialami siswa tersebut.
b. Menjaga agar kesulitan serupa jangan sampai terulang.
Ada baiknya rencana ini dapat didiskusikan dan dikomunikasikan
dengan fihak-fihak yang dipandang berkepentingan yang kelak diperkira
kan akan terlibat dalam pemberian kelas, guru, orang tua, pembimbing,
dokter dll.
Secara khusus kegiatan ini dapat dilakukan oleh guru yang tahu
persis tentang kesulitan yang biasa dialami siswa dalam mata
pelajarannya.
4) Pemberian Bantuan
Dimaksudkan untuk mengadakan perbaikan terhadap keadaan yang
diterima siswa. Artinya mengusahakan agar sebab-sebab kesulitan menjadi
hilang sama sekali, atau kalau tidak mungkin mengurangi kelemahankelemahannya dalam belajar. Juga sebaliknya, mengusahakan agar siswa
menjadi kebal dan adaptasi terhadap keadaan yang mengganggunya
hingga keadaan yang mengganggunya tersebut tidak menyulitkan, teknikteknik yang dapat dilakukan adalah :
1. Kerjasama dengan para spesialis.
Bagi siswa-siswa yang menderita penyakit atau kelainan pysik perlu
dikonsultasikan atau diserahkan kepada dokter-dokter untuk mendapat
kan perawatan.
2. Melalui program bimbingan dan penyuluhan.
Dalam buku ini akan dibicarakan dalam bab yang tersendiri
3. Melalui program remediasi.
Apabila ternyata siswa mengalami keadaan yang luar biasa, maka
diperlukan pertolongan khusus yang disebut dengan program remediasi.

47

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengorganisir dalam


rangka menolong siswa dalam rangka retardasi. Cara-cara itu antara lain
a. Guru Keliling.
Guru pasti tahu siapa-siap siswa didiknya yang mengalami retardasi.
Siswa ini memerlukan pertolongan seperlunya. Di sini guru selalu siap
memberi pertolongan kepada kelas yang membutuhkan.
b. Ditempatkan di kelas tersendiri.
Untuk sekolah yang mampu diadakan kelas tersendiri dan tiap tipe
retardasi mendapatkan perlakuan khusus dari guru khusus pula.
c. Diberi pertolongan siswa lain.
Bagi siswa yang cerdas dan waktu terluang baiklah diberi tugas
membimbing siswa yang retardasi, ini memperingan tugas guru dan
sekaligus membimbing kepribadian anak yang cerdas.
d. Pertolongan di luar kelas.
Di luar jam sekolah guru dapat memberikan tambahan. Keuntungan
guru mendapat tambahan hasil, siswa merasa tidak terhukum.
e. Kelas pararel.
Tiap mata pelajaran punya ruangan tersendiri. Anak diadakan
pengelompokkan untuk memudahkan guru mengkhususkan metodik
nya ataupun bahan pelajarannya.
f. Khusus guru remedial
Setiap mata pelajaran tertentu disediakan guru remedial. Guru ini
tidak hanya mengajar tetapi harus mencari fakta retardasi dan setelah
diadakan baru memulai tugas remedialnya.
5)

Usaha-usaha Tindak Lanjut


Apabila pelayanan yang telah diberikan oleh penyuluh pendidikan
berhasil, agar hasil yang telah dicapai tidak mundur atau rusak maka
diusahakan pelayanan lebih lanjut. Terhadap pelayanan bantuan yang
belum berhasil apabila masih berada dalam kemampuan penyuluh maka
dapat diadakan usaha-usaha umpan balik (feed back). Usaha-usaha umpan
balik ini dapat berupa :
1. Pengumpulan data kembali untuk mendapatkan data yang lebih lengkap
atau mengecek data yang ada tentang latar belakang masalah.

48

2. Perumusan-perumusan kemungkinan masalah kembali sebab mungkin


perumusan masalah yang lalu kurang tepat.
3. Pemilihan pelayanan bantuan bimbingan dan penyuluhan kepada siswa
lain.
4. Mengulang bantuan bimbingan dan penyuluhan kepada siswa tersebut.
Dalam pengulangan kegiatan tersebut kerja sama antara guru, orang
tua, wali kelas serta staf lain tetap memegang peranan penting.
Terhadap pelayanan yang di luar kemampuan penyuluhan maka
tugas penyuluh adalah melakukan fungsi penghantaran yang dapat
dilakukan pada kasus-kasus :
a. Penghantaran kepada ahli-ahli test diagnostik untuk pelajaran dasar dan
pelajaran lainnya.
b. Penghantaran kepada ahli pengajaran remedial dalam pengajaran dasar
dan pelajaran lainnya.
c. Bersama dengan orang tua memberikan penghantaran kepada dokter.
Rangkuman
Langkah utama dalam melakukan diagnostik kesulitan belajar adalah
untuk menemukan siswa-siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan
belajar, dan memerlukan bantuan. Dalam langkah ini kemungkinan akan
ditemukan sejumlah siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar
tersebut. Untuk itu pendidik /guru atau pembimbing harus memilih siswa
yang mana yang kasusnya diprioritaskan untuk mendapat bantuan.
Layanan bimbingan belajar dilaksanakan melalui tahap-tahap : a.
pengenalan siswa yang mengalami kesulitan belajar, b. pengungkapan sebabsebab timbulnya kesulitan belajar, c. pemberian bantuan pengentasan
kesulitan belajar.
Latihan Tugas
Kunjungilah sebuah SD yang dianggap baik oleh masyarakat di tempat
anda yaitu tanyakankah kepada Kepala Sekolah apakah SD tersebut
memiliki guru khusus bagi anak berkesuilitan belajar. Bila ada tanyakan
peran guru dalam upaya menanggulangi kesulitan belajar.

49

BAB III

HAKEKAT BIMBINGAN BELAJAR BAGI SISWA


Tujuan Khusus Pengajaran Diharapkan Mahasiswa :
1.

Mampu mendeskripsikan tentang tujuan, bimbingan di sekolah.

2.

Mampu memahami kebutuhan-kebutuhan dasar awal.

3.

Mampu melaksanakan prosedur bimbingan secara tepat.

4.

Mampu menggunakan teknik bimbingan secara tepat

A. Hakekat Bimbingan Belajar


Masalah belajar adalah merupakan inti dari kegiatan di sekolah.
Sebab semua di sekolah diperuntukkan bagi berhasilnya proses belajar
bagi setiap siswa yang sedang studi di sekolah tersebut. Oleh karena itu
memberikan pelayanan, bimbingan di sekolah berarti pula memberikan
pelayanan belajar bagi setiap siswa. Menurut Undang Undang Sistem
Pendidikan Nasional N0 20 tahun 2003 pendidikan dilaksanakan dalam
bentuk bimbingan, pengajaran dan latihan.
Perkataan bimbingan atau membimbing memiliki dua makna yaitu
bimbingan secara umum yang mempunyai arti sama dengan mendidik atau
menanamkan nilai-nilai, membina moral, mengarahkan siswa

supaya

menjadi orang baik. Bimbingan juga mempunyai arti khusus, yaitu sebagai
suatu

program

membantu

mengoptimalkan

perkembangan

siswa.

Bimbingan ini diberikan melalui bantuan pemecahan masalah yang


dihadapi, serta dorongan bagi pengembangan potensi-potensi yang dimiliki
siswa. Bimbingan yang akan diuraikan dalam bab ini mengarah kepada arti
yang kedua, khususnya untuk membantu para siswa yang mengalami
kesulitan dalam belajar.
Banyak sekali kemungkinan masalah yang dihadapi oleh para siswa
di sekolah. Secara garis besar masalah itu dapat dikelompokkan atas tiga
kelompok, yaitu masalah: pendidikan dan pengajaran, perencaan karir atau
pekerjaan dan sosial pribadi.
Masalah pendidikan dan pengajaran meliputi kesulitan hambatanhambatan dalam penyelesaian tugas-tugas kurikulum dan perkembang an

50

belajar. Perencanaan karir menyangkut kesulitan atau hambatan dalam


memilih, merencanakan dan mempersiapkan pekerjaan atau karir setelah
menyelesaikan sekolah. Masalah pribadi berkenaan dengan kesulitan atau
hambatan dalam penyesuaian baik dengan diri sendiri maupun orang lain.
Untuk lebih jelasnya dalam bab ini akan diuraikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Tujuan pelayanan Bimbingan di sekolah.
2. Tujuan pelayanan Bimbingan bagi murid.
3. Tujuan pelayanan Bimbingan dalam belajar.
4. Hakekat Masalah Belajar.
5. Kebutuhan-kebutuhan dalam belajar.
6. Peranan guru dalam Bimbingan Belajar
7. Prinsip-prinsip Bimbingan Belajar.
8. Teknik-teknik Bimbingan Belajar
9. Langkah-langkah Bimbingan Belajar.
Untuk itu dibawah ini kami sajikan bahasan dari masing-masing bagian
sebagai berikut:
1. Tujuan Pelayanan Bimbingan di sekolah.
Dengan bimbingan di sekolah diartikan suatu proses bantuan
kepada anak didik yang dilakukan secara terus menerus supaya anak
didik dapat memahami dirinya sendiri, sehingga sanggup mengarah
kan diri dan bertingkah laku yang wajar, sesuai dengan tuntutan dan
keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyara kat. (Singgih D.
Gunarsa , 2001: 25)
Dengan rumusan tujuan bimbingan di sekolah seperti tersebut
di atas jelaslah bahwa yang ingin dicapai dalam bimbingan ialah :

Kebahagiaan hidup pribadi.

Kehidupan yang efektif dan produktif.

Kesanggupan hidup bersama dengan orang lain, dan

Keserasian antara cita-cita siswa dengan kemampuan yang


dimilikinya.
Keempat hal tersebut di atas adalah merupakan tujuan yang

pertama dan utama. Tujuan tersebut terutama tertuju kepada siswa-

51

siswa sebagai individu yang diberikan bantuan. Tetapi sebenarnya


tujuan daripada bimbingan di sekolah bukan hanya terbatas pada
siswa-siswa di sekolah saja, tetapi juga bagi sekolah secara keseluruh
an dan masyarakat. Meskipun demikian uraian ini hanya dibatasi dari
segi anak yang sedang belajar.
2. Tujuan Pelayanan Bimbingan Bagi Murid.
Tujuan Bimbingan dan Penyuluhan bagi murid adalah :
a. Membantu dalam memahami tingkah laku orang lain.
b. Membantu murid-murid supaya hidup dalam kehidupan yang
seimbang antara aspek fisik, mental dan sosial.
c. Membantu

proses

sosialisasi

dan

sikap

sensitif

terhadap

kebutuhan orang lain.


d. Membantu murid-murid untuk mengembangkan pemahaman diri
sesuai dengan kecakapan, minat, bakat, kecakapan belajar, dan
kesempatan yang ada.
e. Membantu

muridmurid

untuk

mengembangkan

motif-motif

intrinsik dalam belajar, sehingga dapat mencapai kemajuan yang


berarti dan bertujuan.
f.

Memberikan dorongan dalam pengarahan diri, pemecahan


masalah, pengambilan keputusan dan keterlibatan diri dalam
proses pendidikan.

g. Mengembangkan nilai dan sikap secara menyeluruh, serta


perasaan sesuai dengan penerimaan diri (self acceptance)
h. Membantu murid-murid untuk memperoleh keputusan pribadi
dalam penyesuaian diri secara maksimal terhadap masyarakat.
3. Tujuan Pelayanan Bimbingan Dalam Belajar.
Karena belajar itu merupakan inti kegiatan pengajaran di
sekolah, maka wajiblah murid-murid dibimbing agar tercapai tujuan
belajarnya.
Tujuan bimbingan belajar secara umum adalah membantu murid
murid agar mendapat penyesuaian yang baik di dalam situasi belajar,
sehingga setiap murid dapat belajar dengan efisien sesuai dengan

52

kemampuan yang dimilikinya, dan mencapai perkembang an yang


optimal.
Untuk lebih jelasnya tujuan pelayanan bimbingan belajar di rinci
sebagai berikut :
a. Mencarikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi seorang
anak atau kelompok anak.
b. Menunjukkan cara-cara mempelajari sesuai dengan mengguna
kan buku pelajaran.
c. Memberikan informasi (saran dan petunjuk) bagi yang memanfaat
kan perpustakaan.
d. Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam ulangan
dan ujian.
e. Memilih suatu bidang studi (mayor atau minor) sesuai dengan
bakat, minat, kecerdasan, cita-cita dan kondisi fisik kesehatannya
f.

Menunjukkan cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang studi


tertentu.

g. Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal belajar.


h. Memilih pelajaran tambahan baik yang berhubungan dengan
pelajaran di sekolah maupun untuk pengembangan bakat dan
karirnya di masa depan.
Dalam bimbingan belajar diharapkan murid-murid bisa melaku
kan penyesuaian yang baik dalam situasi belajar seoptimal mungkin
sesuai dengan potensi-potensi, bakat, dan kemampuan yang ada
padanya.
Berdasarkan atas tujuan pelayanan belajar seperti telah dirinci di
atas maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan bimbingan belajar
adalah membantu murid-murid yang mengalami masalah di dalam
memasuki proses belajar dan situasi belajar yang dihadapinya.
4.

Masalah Belajar
Masalah belajar merupakan inti dari masalah pendidikan dan
pengajaran,

karena

belajar

merupakan

kegiatan

utama

dalam

pendidikan dan pengajaran. Semua upaya guru dalam pendidikan dan

53

dan pengajaran diarahkan agar siswa belajar, sebab kegiatan belajar ini
siswa dapat berkembang lebih optimal.
Perkembangan belajar siswa tidak selalu berjalan lancar dan
memberikan hasil yang diharapkan. Adakalanya mereka menghadapi
berbagai kesulitan atau hambatan. Kesulitan atau hambatan dalam
belajar ini dimanifestasikan dalam beberapa gejala masalah, seperti
prestasi belajar rendah, kurang atau tidak ada motivasi belajar, belajar
lambat, berkebiasaan kurang baik dalam sikap yang kurang baik
terhadap pelajaran, guru ataupun sekolah.
Setiap gejala masalah ada sesuatu yang melatarbelakanginya,
demikian juga dengan masalah belajar. Umpamanya prestasi belajar
rendah dapat dilatarbelakangi oleh kecerdasan rendah, kekurangan
motivasi belajar, kebiasaan belajar yang kurang baik, gangguan
kesehatan, kekusutan psikis, kekurangan sarana

belajar kondisi

keluarga yang kurang mendukung, cara guru mengajar yang kurang


sesuai, materi pelajaran yang terlalu sulit, kondisi sekolah yang kurang
baik dsb. Untuk setiap jenis masalah banyak sekali faktor yang dapat
melatarbelakangi nya. Gejala masalah yang sama dapat dilatar
belakangi oleh faktor yang sama tetapi juga dapat dilatar belakangi oleh
faktor yang berbeda.
Keseluruhan faktor yang melatarbelakangi masalah belajar ini, dapat
dikembalikan kepada faktor internal atau yang ada dalam diri siswa dan
faktor eksternal atau yang berasal dari luar siswa. Faktor internal dapat
mencakup segi intelektual seperti kecerdasan, bakat dan hasil belajar;
segi emosional seperti motif, sikap, perasaan, keinginan, kemauan;
kondisi dan kesehatan fisik dan mental; keterampilan-keterampilan
psikomotor dll. Faktor eksternal meliputi kondisi fisik, sosial-psikologis
keluarga, sekolah serta masyarakat sekitar. Pada dasarnya semua
faktor dapat berpengaruh terhadap perkembangan belajar siswa,
apakah pengaruhnya positif ataupun negatif. Kekuatan pengaruh setiap
faktor bagi setiap individu tidak selalu sama.

54

5. Kebutuhan-Kebutuhan Dalam Belajar.


Di dalam memasuki proses belajar dan situasi, supaya anak
dapat belajar dengan baik, kebutuhan yang diperlikan dalam belajar
harus dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan itu diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Memiliki kondisi fisik yang tetap sehat.
b. Memiliki jadwal belajar di rumah, yang di susun dengan baik dan
teratur.
c. Memiliki disiplin terhadap diri sendiri, patuh dan taat dengan
rencana belajar yang telah dijadwalkan.
d. Memiliki kamar/tempat belajat yang sesuai dengan seleranya
sendiri dan mendorong kegiatan belajarnya.
e. Menyiapkan perabot sekolah dengan baik sebelum belajar.
f.

Menerangi dalam kamar/tempat belajar yang sesuai dan tidak


mengganggu kesehatan mata.

g. Harus bisa memusatkan perhatian dan berkonsentrasi dalam


belajar.
h. Memiliki kepercayaan terhadap kemampuan sendiri dalam belajar.
Bertitik tolak dari kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi
dalam belajar, baik secara individual maupun kelompok maka
pembimbing sekolah / konselor sekolah berkewajiban membantu
murid-murid :
1) Agar ia dapat menjadikan kondisi fisiknya tetap sehat.
2) Agar murid-murid dapat menyusun jadwal belajar dengan sebaikbaiknya sesuai dengan situasi dan kondisinya.
3) Agar

murid-murid

dapat

menyadari

bahwa

dalam

belajar

diperlukan self-diciplin.
4) Agar murid-murid dapat memilih tempat/kamar belajar yang ideal,
dan memungkinkan ia dapat belajar dengan sebaik-baik nya.
5) Agar murid-murid memilih dan menggunakan perabot belajat
sesuai dengan apa yang ditekuninya.
6) Agar

murid-murid

dapat

memilih

dan

menempatkan

penerangan sesuai dengan kebutuhan belajarnya.

alat

55

7) Agar murid dapat memelihara konsentrasinya dengan tepat, dan


menggunakannya dengan baik pada saat ia sedang belajar.
8) Agar murid-murid tetap memiliki keyakinan dan kepercayaan
terhadap potensi-potensi, kemampuan, bakat yang ada pada
dirinya sendiri dengan penuh kesadaran, bahwa ia mampu meng
hadapi semua permasalahan yang dijumpai dalam pelajarannya.
Untuk memberikan bantuan kepada murid-murid seoptimal
mungkin dalam kegiatan belajarnya, pembimbing sekolah harus dapat
1) Berhubungan dan memelihara hubungan dengan murid-murid
secara terus-menerus.
2) Memahami murid-murid dan membantunya agar kebutuhan
sosialnya terpenuhi.
3) Memahami murid-murid dan membantunya untuk mendapat
keseimbangan psikis dan fisiknya.
4) Memenuhi murid-murid dan mendorongnya untuk melakukan
kegiatan belajar yang mengarah pada tingkah laku yang baik, dan
selaras dengan norma-norma kehidupan yang berlaku.
5) Membantu murid-murid untuk mengatasi dan menghilangkan rasa
rendah diri, rasa takut atau cemas, rasa diri lebih superior.
6) Memahami murid-murid dan membantunya untuk menanamkan
kepercayaan pada diri sendiri.
7) Membantu murid-murid untuk mengatasi dan menghilangkan rasa
cemas, rasa ragu-ragu terhadap pemecahan masalah yang
sedang dihadapinya.
8) Membantu murid-murid untuk mengenal dan memahami secara
mendalam tujuan pelajaran yang sedang dipelajarinya dalam
mengembangkan karirnya di masa depan.
9) Memahami murid-murid serta membantunya untuk mengguna
kan, dan mengatur waktu yang ada di dalam kegiatan belajar
dengan secara tertib, teratur san efektif.
10) Memahami murid-murid dan membantunya untuk mengembang
kan serta meningkatkan kualitas pribadinya secara menyeluruh.

56

11) Memahami murid-murid dan membantunya agar dapat mengada


kan hubungan yang baik dengan teman-temannya.
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah kiranya bahwa untuk dapat
memberikan bantuan pelayanan bimbingan terhadap murid-murid
dengan sebaik-baiknya, pembimbing sekolah, guru bidang studi, dan
kepala sekolah perlulah memahami murid-muridnya secara individual
maupun secara kelompok.
Untuk dapat memahami murid-murid secara individual maupun
secara kelompok dalam usaha bantuan pelayanan bimbingan belajar
kepada murid-murid, maka data-data tentang murid mutlak diperlukan.
Sebab di dalam diri murid-murid di samping adanya kesamaankesamaan juga ada perbedaan-perbedaan secara individual. Dalam
kegiatan belajarnya murid-murid perlu diketahui aspek-aspek kesama
an dan perbedaannya agar dapat dikelompokkan sesuai dengan
aspek-aspek dan latar belakang yang mendasari kegiatan belajar.
Beberapa persamaan dan perbedaan yang harus mendapat
perhatian, diantaranya adalah :
a) Persamaan dan perbedaan dalam kecerdasan (intelegensia)
b) Persamaan dan perbedaan dalam kecakapan.
c) Persamaan da perbedaan dalam bakat.
d) Persamaan dan perbedaan dalam hasil belajar (prestasi)
e) Persamaan dan perbedaan dalam sikap.
f)

Persamaan dan perbedaan dalam kebiasaan.

g) Persamaan dan perbedaan dalam Pengetahuan/Pengalaman.


h) Persamaan dan perbedaan dalam ciri-ciri jasmaniah.
i)

Persamaan dan perbedaan dalam minat.

j)

Persamaan dan perbedaan dalam cita-cita.

k) Persamaan dan perbedaan dalam kebutuhan.


l)

Persamaan dan perbedaan dalam kepribadian.

m) Persamaan

dan

perbedaan

dalam

pola-pola

dan

tempo

perkembangan.
n) Persamaan dan perbedaan dalam latar belakang lingkungan.

57

Data-data tentang persamaan-persamaan yang disertai tersebut


akan besar sekali manfaatnya dalam menentukan usaha bantuan
pelayanan bimbingan yang harus dberikan kepada murid-murid sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhannya.
6. Peranan Guru dalam Bimbingan Belajar.
Perkembangan ilmu da tekhnologi yang disertai dengan
perkembangan sosial budaya yang berlangsung dengan deras
dewasa ini, perananguru telah meningkat dari sebagai pengajar
menjadi pembimbing. Tugas dan tanggung jawab menjadi lebih
meningkat terus, yang kedalamnya termasuk fungsi-fungsi guru
sebagai perancang pengajaran (designer of instruction), pengelola
pengajaran (manager of instruction), evaluator of student learning,
motivator belajar, dan sebagai pembimbing.
Guru

sebagai

designer

of

instruction

atau

perancang

pengajaran di tuntut memiliki kemampuan untuk merencanakan


(merancang) kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efisien.
Untuk itu seorang guru harus memilikipengetahuan yang cukup
memadai tentang prinsip-prinsip belajar sebagai bahan dalam
merencanakan kegiatan belajar mengajar.
Guru sebagai manager of instruction (pengelola pengajaran),
dituntut untuk memiliki kemampuan mengelola seluruh proses
kegiatan belajar mengajar dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar
sedemikian rupa sehingga setiap murid dapat belajar dengan efektif
dan efisien.
Sedangkan guru dengan fungsinya sebagai evaluator of
student learning, dituntut untuk secara terus menerus mengikuti hasilhasil (prestasi) belajar yang telah dicapai murid-muridnya dari waktu
ke waktu.
Informasi yang diperoleh melalui cara ini merupakan umpan
balik terhadap proses kegiatan belajar mengajar, yang selanjutnya
akan dijadikan titik tolak untuk menyempurnakan serta meningkat kan
proses belajar mengajar sehingga memperoleh hasil belajar yang
optimal.

58

Guru

sebagai

pembimbing,

dituntut

untuk

mengadakan

pendekatan bukan saja melalui pendekatan instruksional akan tetapi


dibarengi dengan pendekatan yang

bersifat pribadi (personal

approach) dalam setiap proses belajar mengajar berlangsung.Dengan


pendekatan pribadi semacam ini guru akan secara langsung me
ngenal dan memahami murid-muridnya secara lebih mendalam
sehingga dapat mempeoleh hasil belajar yang optimal.
Guru

sebagai

pembimbing,

dituntut

untuk

mengadakan

pendekatan bukan saja melalui pendekatan instruksional akan tetapi


dibarengi dengan pendekatan yang

bersifat pribadi (personal

approach) dalam setiap proses belajar mengajar berlangsung.


Dengan pendekatan pribadi semacam ini guru akan secara langsung
mengenal dan memahami murid-muridnya secara lebih mendalam
sehingga dapat membantu dalam keseluruhan proses belajarnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru sebagai
pembimbing sekaligus berperanan sebagai pembimbing dalam proses
belajar mengajar. Sebagai pembimbing dalam belajar mengajar
diharapkan mampu untuk :
a. Memberikan berbagai informasi yang diperlukan dalam belajar.
b. Membantu setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah
pribadi yang dihadapinya.
c. Mengevaluasi

hasil

setiap

langkah

kegiatan

yang

telah

dilakukannya.
d. Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap murid dapat
belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya.
e. Mengenal dan memahami setiap murid baik secara individual
maupun secara kelompok.
Untuk itulah para guru perlu selalu memahami prinsip-prinsip
bimbingan dan menerapkan dalam proses belajar mengajar.
Menurut PERCEIVEL. HUSTON, dalam bukunya : The
Guidance Function Education

guru yang dapat berperan sebagai

pembimbing yang efektif adalah guru yang memiliki kemampuan


(kelebihan dalam mengajar bidang studi) :

59

1) Dapat menimbulkan minat dan semangat dalam bidang studi yang


diajarkannya.
2) Memiliki kecakapan pemimpin murid
3) Dapat menghubungka materi pelajaran pada pekerjaan praktis
7. Prinsip-Prinsip Umum dalam Bimbingan Belajar.
Tugas guru di sekolah banyak sekali. Ia harus membuat perencanaan pengajaran yang sistematis, terinci untuk setiap pelajaran yang
ia

berikan.

Berdasarkan

rencana

tersebut

guru

melaksanakan

pengajaran dan membuat evaluasi atas proses dan hasil pengajaran


yang telah dilaksana kan. Di dalam pelaksanaan pengajaran tugas guru
bukan hanya memberikan pelajaran, tetapi juga harus memberikan
bimbingan belajar kepada para siswa yang lambat agar perkembangan
nya sejajar dengan yang lain. Yang normal dan cepat belajarpun tetap
memerlukan bimbingan dari guru agar ia mencapai perkembangan
yang sesuai dengan kemampuannya.
Dalam memberikan bimbingan belajar guru hendaknya memperhatikan beberapa prinsip.
1. Bimbingan belajar diberikan kepada semua siswa. Semua siswa
baik yang pandai, cukup, ataupun kurang membutuhkan bimbing an
dari guru, sebab secara potensial semua siswa mempunyai
masalah. Masalah yang dihadapi oleh siswa berbeda dengan siswa
cukup dan juga siswa kurang.
2. Sebelum memberikan

bantuan, guru terlebih dahulu

harus

berusaha memahami kesulitan yang dihadapi siswa, meneliti faktorfaktor yang melatarbelakangi kesulitan tersebut. Setiap masalah
atau kesulitan mempunyai latarbelakang tertentu yang berbeda
dengan masalah lain atau pada siswa yang lainnya.
3. Bimbingan belajar yang diberikan guru hendaknya disesuaikan
dengan

masalah

serta

faktor-faktor

yang

melatarbelakangi:

Terdapat keterkait an antara masalah dengan faktor-faktor yang)


melatarbelakanginya, bantuan hendaknya disesuaikan dengan jenis
masalah serta tingkat kerumitan masalah.

60

4. Bimbingan belajar hendaknya menggunakan teknik yang bervariasi.


Karena perbedaan individual siswa, perbedaan jenis dan kerumitan
masalah yang dihadapi siswa, perbedaan individual guru serta
kondisi sesaat, maka dalam memberikan bimbingan belajar guru
hendaknya menggunakan tekhnik bimbingan yang bervariasi.
5. Dalam memberikan bimbingan belajar hendaknya guru bekerja
sama dengan staf sekolah yang lain. Bimbingan belajar merupakan
tang gungjawab semua guru serta staf sekolah lainnya. Agar
bimbingan berjalan efisien dan efektif diperlukan kerjasama yang
harmonis antara semua staf sekolah dalam membantu mengatasi
kesulitan siswa.
6. Orang tua adalah pembimbing belajar siswa di rumah. Penanggung
jawab utama siswa adalah orang tuanya. Karena keterbatasan
kemampuannya orang tua melimpahkan sebagian tanggung
jawabnya kepada sekolah, tetapi tidak berarti mereka lepas sama
sekali dari tanggung jawab tersebut. Orang tua dituntut untuk
memberikan bimbingan belajar di rumah.

Agar ada keserasian

antara bimbingan yang diberikan guru di sekolah dengan orang tua


di rumah maka diperlukan kerjasama antara kedua pihak.
7. Bimbingan belajar dapat diberikan dalam situasi belajar di kelas, di
laboratorium dsb, ataupun dalam situasi-situasi khusus (konsultasi)
baik di sekolah ataupun di luar sekolah. Bimbingan belajar
diberikan pada saat pelajaran berlangsung yaitu saat mengerjakan
tugas-tugas atau latihan, saat diskusi kelas, praktikum dan lainlainnya. Bimbingan juga dapat diberikan di luar jam pelajaran,
sebelum pelajaran dimulai, setelah pelajaran selesai atau sore hari,
di sekolah atau di rumah.
8. Teknih-teknik Bimbingan Belajar
Bimbingan kelompok merupakan suatu bantuan yang diberikan
kepada individu (siswa) yang dilaksanakan dalam situasi kelompok.
Bimbingan inipun ada yang bersifat informatif, dan terapeutik, tetapi juga
ada yang bersifat adjustif. Bimbingan kelompok yang bersifat informatif,
hampir sama dengan bimbingan individual tetapi diberikan secara

61

kelompok, seperti ceramah kelompok, nasihat kelompok, penggunaan


media tulis dan media elektronika secara kelompok dsb. Bimbingan
kelompok yang bersifat adjustif, adalah bantuan kepada individu dalam
membina hubungan dan menyesuaikan diri dengan orang lain, melalui
berbagai kegiatan kelompok, seperti diskusi, belajar kelompok, perwalian
kelompok, organisasi siswa, orientasi, kunjungan kelompok, sosiodrama.
Bimbingan kelompok yang bersifat terapeutik adalah psikodrama,
konseling kelompok dan psikoterapi kelompok. Teknik-teknik bimbing an
yang bersifat informatif dapat diberikan oleh guru-guru. Bimbingan adjustif
dapat diberikan oleh konselor atau guru-guru senior yang telah mendapat
kan penataran tentang bimbingan dan konseling. Bimbingan terapeutik
dalam membantu klien-klien dengan masalah yang masih relatif ringan,
dapat dikerjakan oleh konselor, sedang yang sudah berat seperti ganggu
an yang sudah termasuk neurosis, psikopath dan psikosis hanya bisa
diberikan oleh psikolog dan psikiater yang telah berpengalaman.
Kecuali bimbingan yang bersifat terapeutis, semua jenis teknik
bimbingan lainnya dapat digunakan dalam memberikan bimbing an
belajar, untuk mengatasi masalah yang sederhana dapat dilaksanakan
sendiri oleh guru, sedang untuk mengatasi masalah yang agak berat
diperlukan kerjasama dengan konselor. Masalah-masalah belajar yang
mempunyai latar belakang sosial pribadi yang cukup berat perlu dibantu
oleh konselor atau psikolog/psikiater, dengan teknik bantuan terapeutik.
Bimbingan pengayaan dan perbaikan
Dalam pembahasan tentang belajar tuntas atau mastery learn
telah disinggung perihal bimbingan pengayaan dan perbaikan Dalam
bagian ini, akan diuraikan sedikit lebih luas. Dilatarbelakangi oleh
perbedaan-perbedaan individualnya, para siswa yang belajar dalam satu
kelas memiliki kecepatan belajar yang tidak sama. Secara garis besar
mereka dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok pandai
(kelompok cepat), kelompok rata-rata (kelompok sedang) dan kelompok
kurang (kelompok lamban). Kelompok sedang jumlahnya yang paling

62

banyak, secara normal yaitu sekitar 66% dari jumlah siswa dalam kelas,
kelompok pandai dan kurang masing-masing sekitar 17%. Dalam
pengajaran yang bersifat klasikal, guru-guru umumnya menyiapkan
pelajaran dengan kualifikasi sedang atau diperuntuk kan bagi kelompok
sedang. Dengan demikian pelajaran tersebut akan mudah bagi kelompok
pandai dan sukar bagi kelompok kurang. Hal ini akan nampak dari nilai
yang mereka capai, sebagian besar mendapat nilai cukup sekitar 6-7
(kelompok sedang), sebagian kecil mendapatkan nilai baik sekitar 8-10
(kelompok pandai), sebagian kecil lainnya mendapat nilai kurang yaitu
kurang dari 6, (kelompok kurang). Keadaan seperti ini tidak dapat
dibiarkan sebab anak kurang, akan terseret terus, dan anak pandai karena
cepat menguasai bisa mengganggu anak lainnya. Untuk mengatasi
masalh tersebut maka diberikan bimbingan atau bantuan pengayaan dan
perbaikan. Bantuan pengayaan diberikan pada kelompok siswa

yang

pandai. Dalam sistem pengajaran modul atau pengajaran berprogram


pengayaan ini disediakan dalam suatu modul atau program tersendiri,
yang merupakan perluasan atau pengayaan dari modul atau program
tersendiri, yang merupakann perluasan atau pengayaan dari modul atau
program utama.
Dalam pengajaran biasa, pengayaan diberikan dalam bentuk
tugas-tugas tambahan, seperti membaca buku lain, menjawab perta
nyaan yang diberikan guru, mendiskusikan sesuatu masalah dengan
teman-temannya, mengerjakan sesuatu proyek, dsb. Kapan kegiatan
pengayaan ini dikerjakan? Dalam pengajaran yang biasa. bukan modul
atau pengajaran berprogram, umumnya waktu yang tersedia diperuntuk
kan bagi kegiatan belajar bersama seluruh kelas, sehingga kegiatan
pengayaan dan perbaikan hendaknya diberikan di luar jam pelajaran. Para
siswa belajar sendiri-sendiri atau secara berkelompok. Sewaktu-waktu
guru

dapat

mengadakan

pertemu an khusus untuk memimpin atau

mengetahui kemajuan belajar mereka.


Satu hal yang penting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
pengayaan adalah, guru harus dapat meyakinkan para siswa bahwa
kegiatan atau tugas tambahan ini bukan merupakan beban tambahan

63

apalagi sebagai hukuman. Pengaya an hendaknya benar-benar dirasakan


sebagai pengayaan, sesuatu yang berharga dan kehormatan bagi siswa
yang menger jakannya. Dengan demikian hasil dari kegiatan pengayaan
ini hendaknya diberi penilaian oleh guru. Bantuan perbaikan diberi kan
kepada kelompok siswa yang kurang atau lambat dalam belajar. Agar para
siswa yang kurang atau lambat dalam belajar ini mempunyai tingkat
penguasaan yang kurang lebih sejajar dengan siswa lainnya, terutama
yang normal diberikan berbagai upaya perbaikan. Dalam kegiatankegiatan dalam kelas kelompok ini perlu mendapat perhatian yang lebih
banyak, ditempat kan pada tempat yang lebih strategis, lebih sering diberi
pertanyaan yang ringan- ringan, pada waktu mengerjakan soal atau
latihan-latihan sering mendapat bantuan dari guru.
Di luar kelas mereka juga dapat diberi tugas-tugas tambahan yang
lebih sederhana, diminta melakukan belajar bersama, meminta beberapa
siswa pandai untuk membantunya, dan pada saat-saat tertentu guru
meluangkan waktu untuk memberikan bantuan khusus kepada mereka.
Kelompok

kurang ini memang memerlukan waktu belajar yang lebih

sering dan bervariasi serta bentuk latihan yang lebih sering dan bervariasi
dibanding dengan kelompok lainnya.
Untuk dapat melaksanakan bantuan pengayaan dan perbaikan
yang baik diperlukan sarana dan sumbar-sumber belajar seperti ruang
yang memadai, alat bantu, buku-buku, kamus, majalah ilmu pengetahuan
dll. Hambatan utama yang dihadapi guru-guru dewasa ini di sekolah
adalah terlalu banyaknya

jumlah siswa dalam satu kelas, terlalu

banyaknya jumlah kelas disatu sekolah, terlalu banyaknya beban


mengajar guru, dan kurang fasilitas belajar. Meskipun demikian hal-hal di
atas diharapkan tidak menjadi penghalang untuk melakukan berbagai
upaya, mengoptimalkan perkembangan siswa.
Bimbingan perubahan tingkah laku
Bimbingan pengubahan tingkah laku berasal dari Psikolog
Behaviorisme, dengan tokoh-tokohnya Pavlov, Watson, Thorndike dan
Skinner. Psikologi ini menekankan kepada tingkah Tingkah laku dalam arti

64

segala yang diperbuat individu. Tingkah laku ini menurut mereka juga
termasuk yang tidak terlihat dapat dideskripsikan dan dihitung atau
disebutkan.
Ada dua macam tingkah laku menurut konsep Behavirisme yaitu
tingkah laku responder atau respondent behavior dan tingkah laku operant
atau operant behavior. Tingkah laku responden bersifat refleks, tidak
dipelajari, sedang operant merupakan hasil belajar. Hampir sebagian
besar tingkah laku individu adalah operant atau hasil belajar. Suatu
tingkah laku baru diperoleh atau tingkah laku lama diubah melalui
kondisioning

dan

operant

kondisioning

atau

penguatan

atau

reinforcement. Telah dikemuka kan uraian bahwa kondisioning diberikan


pada stimulus sedang pada operant penguatan diberikan pada respons.
Ada dua macam penguatan menurut para Behaviorist, yaitu penguatan
positif yang bersifat memperkuat dan penguatan negatif yang bersifat
melemahkan pembentukan suatu tingkah laku. Penguatan juga dibedakan
antara penguatan primer dan penguatan sekundair. Penguatan primer
berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dasar seperti makan, minum,
seksual, sedang penguatan sekunder adalahperangsang-perangsang
yang mendahului atau terlibat bersama penguatan primer.
Bimbingan atau bantuan pengubahan tingkah laku, merupakan
model membantu mengatasi kesulitan belajar dengan menggunakan
konssep-konsep sebagai berikut, menurut Blackham dan Silberman
(1971) ada enam pengubahan atau pembentukan tingkah laku yaitu :
1. Rumuskan dan nyatakan secara operasional tingkah laku yang akan
diubah. Perumusan tingkah laku hendaknya menggambarkan perilaku
yang dapat diukur atau diamati.
2. Tentukan tingkat operant atau perubahan yang ingin dicapai. Tingkat
perubahan

tersebut

hendaknya

bisa

dihitung

frekuensinya

atau

besarannya.
3. Rencanakan situasi belajar dengan seksama sehingga tergambar
dengan jelas tingkah laku-tingkah laku yang diharapkan.

65

4. Identifikasikan penguatan-penguatan yang dapat diberikan ,penguatan


positif ataupun negatif, penguatan primer atau sekunder.
5. berikanlah atau lakukanlah penguatan-penguatan atau latihan-latihan
untuk memperkuat terbentuknya tingkah laku yang diharapkan.
6. Adakan evaluasi atau pencatataan apakah tingkah laku yang diharapkan
telah terbentuk atau belum.
Dari keenam langkah di atas terlihat jelas bahwa model belajar ini
bersifat mekanistis, menekankan pengulangan-pengulangan dengan penguatan
berupa ganjaran, pujian, hadiah, atau dengan hukuman dan bentuk-bentuk
penjeraan yang lainnya.
B. Langkah-langkah dalam Bimbingan
1. Prosedur dalam Bimbingan :
1. Mengumpulkan, mengatur dan memanfaatkan informasi yang
berhubungan dengan lapangan yang telah disebutkan di muka dan
menafsirkan untuk siswa, guru maupun orang tua dan lain-lain.
2. Mengembangkan pada siswa, pengertian dan ketrampilan yang
dibutuhkan untuk menemukan informasi-informasi.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam bimbingan :
a. Menentukan masalah.
b. Pengumpulan data.
c. Analisa data.
d. Diagnosa.
e. Prognosa.
f.

Treatment / terapi.

g. Tindak lanjut / follow up.


2. Fungsi dari Bimbingan
Fungsi utama dari bimbingan adalah membantu murid dalam
masalah-masalah pribadi dan sosial yang
pendidikan

dan

pengajaran

atau

berhubungan dengan

kesempatan

siswa

dalam

menyelesaikan pendidikannya dan juga menjadi perantara dari siswa


dalam hubungannya dengan guru, teman sekelompoknya maupun
tenaga administrasi lainnya atau bahkan dengan kepala sekolah.
Adapun fungsi bimbingan dapat dikelompokkan ke dalam 4 macam :

66

a. Preservatif
Memelihara dan membina suasana dan situasi yang baik dan tetap
diusahakan terus bagi lancarnya belajar mengajar.
b. Preventif
Mencegah sebelum terjadi masalah.
c. Kuratif
Mengusahakan Penyembuhan pembentulan dalam mengatasi
masalah.
d. Rehabilitasi
Mengadakan tindak lanjut secara penempatan sesudah diadakan
treatment yang memadai.
3. Kebutuhan Bimbingan bagi Anak dan Macam-macamnya
1. Bimbingan belajar (Instructional guidance) : Yang perlu diperhatikan
mengenai prosedur sekolah dan masalahnya, bagaimana kalau tidak
masuk sekolah bagaimana memakai perpustakaan dan lain-lain.
2. Bimbingan penyelesaian : Memberikan kesempatan pada anak-anak
yang dapat memberikan kesaksian pada dirinya.
3. Bimbingan pekerjaan (Vocational Guidance) : Anak-anak supaya
diberi pengetahuan mengenai barmacam-macam sekolah menengah
atas, supaya memiliki pandangan tentang sekolah tersebut, hingga
mudah membuat pilihan yang ada hubungannya dengan masa depan.
4. Bimbingan Karier (Career Guidance) : Adapun prosedurnya dapat
secara individual maupun secara kelompok. Program testing mau pun
record perlu dilaksanakan. Kesukaran-kesukaran individual perlu
mendapat perhatian. Bimbingan harus berhubungan dengan masa
depan anak.
5. Bimbingan sosial dan pribadi : Bimbingan yang berhubungan dengan
kesulitan psikologis yang dialami anak.
6. Bimbingan jabatan (Vocational Guidance) Bantuan yang diberikan
pada anak dalam mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan
masa pekerjaan atau jabatan dan lain-lain.
C. Tekhnik-tekhnik dalam Bimbingan
Tekhnik bimbingan (counseling) dapat dibagankan sebagai berikut :

67

1. Tekhnik Individual, terdiri dari :


a. Counseling Directive.
b. Non directive Counseling.
c. Non Eclective Counseling.
2. Tekhnik kelompok terdiri dari :
a. Home room.
b. Field drip.
c. Group discussion.
d. Kegiatan kelompok.
e. Organisasi murid.
f.

Sosiodrama.

g. Psikodarma.
h. Upacara.
i.

Papan bimbingan.

Tekhnik Individual
Dengan tekhnik ini pembimbing menghadapi seorang secara
individual yang bermasalah atau memerlukan bantuan berupa bimbing an.
Maka disebut juga individual

guidance atau individual counseling

(penyuluhan )
Suasana counseling dipengaruhi oleh pihak mana yang memulai
proses bimbingan. Mungkin dari pihak pembimbing yang memulai dan
dapat terjadi dari pihak anak atau conselee yang menghadapi suatu
masalah atau persoalan didorong untuk mengutarakan masalahnya kepada
pembimbing atau kepada guru di sekolah dengan harapan untuk
mendapatkan bantuan seperlunya.
Dalam hubungan yang demikian dapat dibedakan beberapa
tekhnik bimbingan dan penyuluhan :
a. Directive Counseling.
Dengan prosedur atau tekhnik pelayanan penyuluhan tertuju pada
masalahnya, Counselor yang membuka jalan pemecahan masalah
yang dihadapi klien. Tokoh dari aliran WILLIAM SON menunjukkan
alasan bahwa :

68

1) Anak

yang

belum

matang

mendiagnosa

sendiri

dan

ada

kecenderungan sukar memecahkan masalahnya, tanpa bantuan


dari pihak lain yang berpenga laman.
2) Anak yang berkesulitan, sekalipun sudah diberi petunjuk apa yang
harus dilakukan, mereka tidak mau dan tidak berani.
3) Mungkin ada masalah yang berat untuk dipecahkan oleh anak
tanpa bantuan dari orang lain.
b. Non dirrective Counseling.
Dengan prosedur ini pelayanan bimbingan difokuskan pada anak yang
bermasalah (klien) maka jufga di sebut Clien Centeret Counseling
Adanya pelayanan bimbingan bukan pelayanan yang mengambil
inisiatif,

tetapi

klien

sendiri

yang

mengambil

prakarsa,

yang

menentukan sendiri apakah dia membutuhkan pertolongan dari pihak


lain.
Tokoh dari aliran ini : CARL ROGERS memaparkan alasan sebagai
berikut :
1) Bahwa setiap individu mempunyai kemampuan yang besar untuk
menyesuaikan diri serta memiliki dorongan yang kuat untuk berdiri
sendiri.
2) Bahwa penyuluh hanya sebagai pengantar dan membantu klien
dalam menciptakan suasana damai, tidak tertekan, tidak merasa
dipaksa dengan kesediaannya menyatakan kesulitannya kepada
pembimbing.
c. Eclective Counseling.
Tekhnik ini lebih luwes (fleksibel) jika dibandingkan kedua tekhnik
tersebut diatas. Dengan Eclective Counseling pelayanan tidak dipusat
kan pada penyuluh atau pada klien, tetapi masalah yang dihadapi itulah
yang harus ditangani secara luwes, sehingga tentang apa yang
dipergunakan setiap waktu dapat diubah kalau memang diperlukan.
Tokoh aliran ini : F.P. ROBINSON mengutarakan bahwa :
1) Masalah atau situas

penyuluh selalu berbeda dan masalah yang

tidak terbatas pada satu bidang kehidupan.

69

2) Langkah-langkah penyuluh harus selalu disesuaikan dengan


keperluan yang dituntut oleh situasi penyuluhan.
Tekhnik kelompok (Group Guidance)
Tekhnik ini banyak dipergunakan dalam membantu memecahkan
masalah-masalah yang dialami oleh seorang individu .
Beberapa jenis bentuk tekhnik bimbingan kelompok antara lain :
a. Home Room Program :
Kegiatan bimbingan dilakukan oleh guru bersama murid di dalam ruang
kelas di luar jam pelajaran. Kegiatan home room dapat dilakukan
secara periodik, misalnya seminggu sekali. Dalam kegiatan ini oleh
pembimbing / Counselor sekolah dan murid dapat lebih dekat, seperti
dalam situasi rumah.
Kegiatan home room dapat pula digunakan sebagai suatu cara dalam
bimbingan belajar, melalui kegiatan ini pembimbing dan murid dapat
berdiskusi tentang berbagai aspek tentang belajar.
b. Field Trip (karya wisata)
Dalam bimbingan karya wisata merupakan cara yang banyak
menguntungkan. Dengan karya wisata murid-murid dapat mengenal
dan mengamati secara langsung dari dekat obyek situasi yang menarik
perhatiannya, dan hubungannya dengan pelajaran di sekolah. Dengan
karya wisata murid-murid mendapat kesempatan untuk memperoleh
penyesuaian dalam kehidupan kelompok, berorganisasi, kerja sama
dan tanggung jawab.
Sebelum karya wisata dilaksanakan hendaknya guru telah memberikan
orientasi umum mengenai obyek yang akan dikunjungi dan mengada
kan perencanaan yang matang mengenai pemilihan obyek yang
menarik dan ada hubungannya dengan pelajaran di sekolah.
c. Diskusi kelompok.
Dalam diskusi kelompok sebaiknya di bentuk kelompok-kelompok kecil
yang lebih kurang terdiri dari 4 sampai 5 orang. Murid-murid yang telah
bergabung dalam kelompok-kelompok kecil itu mendiskusi kan
bersama berbagai permasalahan termasuk di dalamnya masalah
belajar.

70

Masalah-masalah yang mungkin dapat didiskusikan dalam kelompok


misalnya:
1) Masalah pergaulan dengan orang tua.
2) Kesukaran dalam belajar.
3) Kesiapan memasuki perguruan tinngi.
4) Masalah pengisian waktu luang.
5) Masalah-masalah hubungan persahabatan.
6) Masalah-masalah OSIS dan lain-lain.
Beberapa masalah yang hendak didiskusikan hendaknya ditentukan
oleh pembimbing itu sendiri, dengan merumuskan beberapa pertanya
an yang harus dijawab oleh masing-masing kelompok diskusi.
d. Kegiatan bersama :
Kegiatan bersama merupakan tekhnik bimbingan yang baik, karena
dengan melakukan kegiatan bersama mendorong anak saling mem
bantu sehingga relasi sosial positif dapat dikembangkan dengan baik.
Kegiatan kelompok yang bisa digunakan ole anak misalnya : bermain
bersama, melaksanakan kebersihan bersama, rekreasi bersama dan
pikek bersama dan lain-lain.
e. Organisasi murid :
Kegiatan organisasi siswa misalnya OSIS sangat membantu proses
pembentukan anak, baik secara pribadi maupun sebagai anggota
masyarakat. Dengan organisasi, asas keseimbangan dapat dikembang
kan

dalam

pembentukan

pribadi.

Kemampuan

pribadi

dapat

dikembangkan dengan baik, kesiapan sebagai anggota kelompok atau


masyarakat dapat dikembangkan dengan baik pula.
f.

Sosiodrama :
Tekhnik sosiodrama adalah suatu cara dalam bimbingan yang
memberikan kesempatan pada murid-murid untuk mendramatisasikan
sikap, tingkah laku atau penghayatan seseorang seperti yang dilakukan
dalam hubungan sosial sehari-hari di masyarakat.
Maka dari itu sosiodrama dipergunakan dalam pemecahan masalahmasalah sosial yang mengganggu belajar dengan kegiatan drama
sosial.

71

Tujuan penggunaan sosiodrama dalam tekhnik bimbingan adalah:


1) Menggambarkan bagaimana seseorang atau beberapa orang
dalam menghadapi situasi sosial.
2) Bagaimana menggambarkan cara memecahkan suatu masalah
sosial.
3) Menumbuhkan dan mengembangkan sikap kritis terhadap tingkah
laku yang harus atau jangan sampai diambil dalam situasi sosial
tertentu saja.
4) Memberikan pengalaman atau menghayati situasi tertentu.
5) Memberikan kesempatan untuk meninjau situasi sosial dari
berbagai sudut pandangan.
g. Upacara :
Upacara bendera merupakan kesempatan yang sangat baik bagi anakanak dalam melatih disiplin, melatih ketrampilan, membentuk diri untuk
dapat menghormati pahlawan, cinta bangsa dan tanah air.
Upacara bendera merupakan rangkaian kegiatan sekolah untuk
menanamkan membina dan meningkatkan penghayatan serta menga
malkan nilai-nilai dan cita-cita bangsa Indonesia.
h. Papan Bimbingan :
Papan bimbingan adalah papan tulis yang dipasang di luar ruang kelas
dapat

menjadi

suatu

tekhnik

bimbingan

dan

menjadi

tempat

persinggahan murid-murid di waktu senggang. Pada bimbingan


tersebut secara berkala dapat dilukiskan atau ditempelkan banyak hal
misalnya

pengumuman penting, peristiwa yang hangat, berita

keluarga, tugas atau bahan latihan, berita daerah, beria pembangunan


dan lain-lain.
Rangkuman
Bimbingan belajar adalah bimbingan dalam hal menemukan cara
belajar yang tepat, mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan
tuntutan-tuntutan belajar di institusi pendidikan. Bidang pendidikan sekolah
dewasa ini syarat permasalahan yang tidak sedikit diantaranya menyangkut
cara atau usaha belajar siswa. Tenaga bimbingan yang bertugas harus

72

mengetahui segala permasalahan yang menyangkut pendidikan sekolah dan


seluk beluk dari kegiatan psikis yang disebut belajar.
Rangkuman
Untuk mengoptimalkan perkembangan belajar siswa, perlu diberikan
bimbingan belajar. Pelaksanaan bimbingan belajar sebaiknya menggunakan
prinsip-prinsip dan teknik-teknik bimbingan yang biasa

dipakai dalam

bimbingan dan konseling. Penerapan prinsip dan teknik bimbingan dan


konseling memungkinkan anak berkembang optimal, sebab menggunakan
pendekatan yang bervariasi: antara bantuan klasikal, kelompok dan individual
antara yang bersifat informatif, adjustif dan terapeutis, bimbingan oleh guru
dengan oleh konselor dan ahli lain.
Bimbingan belajar dengan menerapkan prinsip dan teknik bimbingan
dan

konseling,

berfungsi

memahami potensi

dan

kemampuan

siswa,

mengembang kannya ke arah pengembangan yang sesuai dengan potensinya,


mengoptimal kannya melalui bantuan-ban tuan pengarahan, penyesuaian dan
melepaskan diri dari kesulitan.Banyak masalah belajar yang dihadap oleh para
siswa, sekolah, seperti: prestasi belajar rendah, lambat belajar, kebiasaan
belajar kurang baik, motivasi belajar rendah, ketidakstabilan emosi dll.
Masalah-masalah tersebut bisa dilatarbelakangi oleh faktor-faktor internal
karena bawaan, atau yang diterima dari lingkungannya. Masalah yang dihadapi
siswa bisa juga dilatarbelakangi oleh faktor-faktor eksternal yang berasal dari
keluarga, pergaulan dengan teman sebaya maupun sekolah. Adanya masalah
yang dihadapi siswa akan menghambat optimalisasi perkembangan siswa.
Untuk membantu mengatasi masalah-masalah tersebut diberikan berbagai jenis
layanan bimbingan belajar.
Bimbingan belajar diberikan dalam bentuk layanan pengumpulan data,
pemberian informasi, penempatan, konseling, penyesuaian diri, bimbingan
kelompok, serta upaya-upaya tindak lanjut. Bimbingan belajar yang diberikan
bisa menggunakan pendekatan pengembangan dalam rangka mengembang
kan potensi-potensi dan kekuatan yang telah dimiliki siswa. Bimbingan bisa
juga diberikan dengan pendekatan kuratif untuk memperbaiki kesalahan atau
penyimpangan-penyim- pangan serta memecahkan masalah yang dihadapi.

73

Dalam pelaksanaan pendekatan tersebut dapat diberikan bimbingan


yang bersifat kelompok seperti diskusi, kerja kelompok, latihan kelompok,
sosio drama, dll, ataupun bimbingan individual seperti pemberian informasi,
nasihat, konsultasi, kalau memungkinkan juga konseling individual.
Pelayanan bimbingan belajar akan memuat unsur-unsur sebagai
berikut : 1. orientasi kepada siswa, 2. Penyadaran kembali secara berkala
tentang cara belajar yang tepat selama mengikuti pelajaran di sekolah dan
selama belajar di rumah baik secara individual maupun secara kelompok, 3.
Bantuan dalam hal memilih jurusan yang sesuai, kegiatan non akademik yang
menunjang usaha belajar, 4. Bantuan dalam hal mengatasi beraneka kesulitan
belajar, 5. Bantuan dalam hal membentuk berbagai kelompok belajar atau
kelompok tentir.
Latihan Soal.
1. Layanan bimbingan pembelajaran dipilih sebagai salah satu alternatif untuk
mengatasi kesulitan belajar.
a. Apa yang dimaksud dengan layanan pembelajaran ?
b. Apabila dilihat dari fungsinya layanan pembelajaran menekankan dalam
fungsi apa ?
c. Apa materi layanan pembelajaran yang tepat diberikan kepada siswa ?
2. Seorang siswa menunjukkan gejala prestasi belajar rendah. Setelah dikaji
melalui teknik pemahaman individu dan konseling diketahui bahwa tingkat
kecerdasan siswa tersebut normal bawal dan motivasi belajarnya rendah.
a. Rumuskan tujuan konseling dalam rangka membantu siswa tersebut !
b. Buatkan ilustrasi singkat bagian dari proses konseling untuk membantu
siswa tersebut !
3. Layanan pembelajaran dapat dilaksanakan melalui tahap-tahap : a.
pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar, b. pengungkapan
sebab-sebab timbulnya masalah belajar dan c. pemberian bantuan
pengatasan masalah belajar.
a. Jelaskan masing-masing tahapan tersebut !
b. Sebutkan

upaya

guru

dalam

masalahanya tidak berlarut-larut !

mengatasi

kesulitan

belajar

agar

74

BAB IV
TAHAP-TAHAP DALAM LAYANAN PEMBELAJARAN
Tujuan Khusus Pengajaran Mahasiswa Diharapkan :
1. Mampu memahami tentang prosedur pengenalan siswa yang mengalami
kesulitan belajar.
2. Mampu mengungkap sebab-sebab timbulnya masalah belajar.
3. Mampu melakukan upaya bimbingan dalam rangka mengatasi permasalah
an belajar.
A. Pengenalan Siswa yang Mengalami Masalah Belajar
Di sekolah disamping banyak siswa yang berhasil dalam belajar, sering pula
dijumpai adanya siswa yang mengalami kesulitan belajar, seperti mendapat
nilai rendah. Secara umum siswa-siswa yang seperti itu dapat dipandang
sebagai siswa yang mengalami masalah belajar. Secara lebih luas, masalah
belajar tidak hanya terbatas pada contoh-contoh tersebut. Masalah belajar
memiliki bentuk yang banyak ragamnya, yang pada umumnya dapat
digolongkan atas :
1. Keterlambatan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan
memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaat kan
secara optimal.
2. Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat
akademik yang cukup tinggi atau memiliki IQ 130 atau lebih, tetapi masih
memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan
kemampuan belajarnya yang amat tinggi.
3. Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat
akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk
mendapat pendidikan atau pengajaran khusus.
4. Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang
bersemangat dalam belajar, mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
5. Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang
kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonis dengan yang
seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu,
membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui.

75

Siswa yang mengalami masalah belajar seperti tersebut dapat dikenali


melalui prosedur pengungkapan melalui tes hasil belajar, tes kemampuan
dasar, skala pengungkapan sikap dan kebiasaan belajar dan pengamatan.
a. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar adalah alat yang disusun untuk memegang ungkapan
sejauh mana siswa telah mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan
sebelumnya. Siswa-siswa dikatakan telah mencapai tujuan pengajaran
apabila dia telah menguasai sebagian besar materi yang berhubungan
dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Ketentuan ini
merupakan penerapan dari belajar tuntas (mastery learning) yang
didasarkan pada asumsi bahwa setiap siswa dapat mencapai hasil
belajar sebagaimana yang diharapkan jika diberi waktu yang cukup dan
bimbingan yang memadai untuk mempelajari bahan yang disaji kan.
Ketuntasan penguasaan bahan ditentukan dengan menetapkan patokan,
yaitu presentase minimal yang harus dicapai oleh siswa.Siswa yang
belum menguasai bahan pelajaran sesuai dengan patokan yang
ditetapkan, dikatakan belum menguasai tujuan pengajaran. Siswa yang
seperti ini digolongkan sebagai siswa yang mengalami kesulitan belajar
memerlukan bantuan khusus. Sedangkan siswa yang sudah menguasai
secara tuntas semua bahan-bahan yang disajikan sebelum batas waktu
yang ditetapkan berakhir, digolongkan sebagai siswa yang sangat cepat
dalam belajar. Mereka ini patut mendapat tugas-tugas tambahan.
Cara lain yang dapat ditempuh dalam mengidentifikasi siswa yang
diperkirakan mengalami kesulitan belajar atau masalah belajar baik yang
sifatnya umum maupun yang sifatnya lebih khusus dalam mata
pelajaran, caranya ialah dengan jalan membandingkan posisi atau
kedudukan siswa dalam kelompoknya atau dengan kriteria tingkat
ketangkasan penguasaan yang telah ditetapkan sebelumnya (Penilaian
Acuan Patokan PAP) untuk suatu mata pelajaran atau suatu bahan
tertentu.

76

Teknik yang dapat ditempuh bermacam-macam antara lain dengan jalan


Meneliti nilai ujian yang tercantum dalam laporan akademik kemudian
dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas (PAN) atau dengan kriteria
tingkat penguasaan minimal kompetensi yang dituntut (PAP).
Menganalisa hasil ujian dengan melihat tipe kesalahan yang
dibuatnya.
Observasi pada saat siswa dalam proses belajar mengajar.
Memeriksa buku catatan pribadi.
Melaksanakan sosiometris untuk melihat hubungan sosial-psikologis
yang terdapat pada siswa.
b. Tes Kemampuan Dasar
Setiap siswa memiliki kemampuan dasar atau kecerdasan tertentu.
Tingkat kemampuan dasar ini biasanya diukur atau diungkapkan dengan
mengadministrasikan tes intelegensi yang sudah baku. Beberapa tes
yang terkenal dalam bidang ini antara lain ialah Standar Progressive
Matrices (SPM), Wechsler Intelligence Scale (WAIS, WISC), Stanford
Binet Intelligence Scale (SBIS). Dalam banyak skala intelegensi,
kemampuan manusia diklarifikasikan sebagai berikut :
IQ

140 ke atas

: sangat cerdas

120 139

: cerdas

110 119

: di atas rata-rata

90 109

: normal atau rata-rata

80 - 89

: di bawah rata-rata

70 - 79

: bodoh

di bawah 70

: sangat bodoh

Hasil yang dicapai siswa seyogyanya dapat mencerminkan tingkat


kemampuan dasar yang dimilikinya. Siswa yang kemampuan dasarnya
tinggi akan mencapai hasil belajar tinggi pula.
Bilamana seorang siswa mencapai hasil belajar lebih rendah dari tingkat
kecerdasan yang dimilikinya, siswa yang bersangkutan digolong kan
sebagai siswa yang mengalami kesulitan belajar.

77

c. Sikap dan Kebiasaan Belajar


Sikap dan kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor yang penting
dalam belajar. Sebagian dari hasil belajar ditentukan oleh sikap dan
kebiasaan yang dilakukan oleh siswa dalam belajar. Kebiasaan belajar
menunjuk pada bentuk dan pola perilaku yang dilakukan terus menerus
oleh siswa dalam belajar.
Sebagian dari sikap dan kebiasaan belajar siswa itu dapat diketahui
melalui pengamatan yang dilakukan di dalam kelas. Misalnya, dalam hal
mengerjakan tugas-tugas, membaca buku, membuat catatan dan
kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan belajar siswa. Tetapi
pengamatan biasanya terbatas pada sikap dan kebiasaan yang dapat
diterima oleh alat indera. Untuk mengungkapkan sikap dan kebiasaan
yang lebih luas telah dikembangkan beberapa alat yang berupa skala
sikap dan kebiasaan belajar. Salah satu diantaranya yang paling
populer ialah Survey of Study Habits and Attitudes (SSHA). Alat ini
akan dapat mengungkapkan derajat cara siswa mengerjakan tugastugas sekolah, sikap terhadap guru, sikap dalam menerima pengajaran
dan kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan belajar.
Dengan memperhatikan derajat sikap dan kebiasaan belajar siswa akan
dapat diketahui siswa-siswa yang sikap dan kebiasaan belajarnya sudah
memadai dan perlu dipeliharan serta siswa-siswa yang memerlukan
bantuan khusus dalam meningkatkan sikap dan kebiasaan belajar yang
baik.
d. Tes Diagnostik
Tes diagnostik merupakan instrumen untuk mengungkapkan kelemah an
dan kekuatan yang dialami oleh siswa dalam mata pelajaran tertentu.
Dengan tes diagnostik akan dapat diketahui kesalahan-kesalahan siswa
dalam mata pelajaran tertentu. Makin sedikit siswa membuat kesalahan
pada tes diagnostik, makin kuatlah siswa pada materi pelajaran yang
bersangkutan dan sebaliknya. Siswa yang ternyata sudah cukup kuat
dalam mata pelajaran yang dimaksud dianjurkan untuk terus menerus
memupuk

kekuatan

mereka

itu,

sedangkan

siswa

yang

mengalami banyak kesalahan berarti memerlukan bantuan khusus.

masih

78

Tes diagnostik disusun dalam berapa bagian dan tiap bagian dipusatkan
pada satu tujuan tertentu. Tiap-tiap bagian terdiri dari beberapa item
yang dimaksudkan untuk mengukur penguasaan masing-masing bagian.
Dari hasil analitis tes diagnostik akan dapat dilihat nilai masing-masing
bagian sehingga dapat diketahui pada bagian mana siswa lemah dan
kuat, sehingga dengan demikian dapat diidentifikasikan kesulitan belajar
siswa.
Cara menyusun tes diagnostik adalah sebagai berikut :
1. Rumuskan dengan jelas materi yang akan dicakup dalam tes
diagnostik.
2. Penyusun tes diagnostik digolong-golongkan menurut jenis-jenis
kesulitan tertentu, tidak boleh dicampur-adukkan. Hal ini untuk
memudahkan terlihatnya pola kesulitan belajar siswa.
3. Penyusun tes diagnostik harus menguasai materi pelajaran, dimana
tes tersebut diperuntukkan.
4. Penyusunan item tes diagnostik berdasarkan prinsip urutan kesulitan
belajar dan proses perkemabngan belajar siswa. Hal ini menyangkut
metodik sesuatu mata pelajaran dan prinsip psikologi belajar.
5. Seyogyanya disiapkan beberapa bentuk tes diagnostik pararel yang
dapat digunakan untuk mengecek kembali apakah kesulitan-kesulitan
sejenis yang dialami oleh siswa sudah dapat diatasi.
e. Analisis Hasil Belajar atau Karya
Analisis hasil belajar atau karya merupakan bentuk lain dari tes
diagnostik. Tujuannya sama yaitu mengungkapkan kesalahan-kesalah
an yang dialami oleh siswa dalam mata pelajaran tertentu. Apabila tes
diagnostik disusun, dibakukan dan diselenggarakan dalam bentuk tes,
analisis hasil belajar merupakan prosedur yang pelaksanaannya dilaku
kan dengan jalan memeriksa secara langsung materi hasil belajar yang
ditampilkan oleh siswa, baik melalui tulisan, grafik atau gambar, bentuk
tiga dimensi yang berupa model, maket dan bentuk-bentuk tigas dimensi
hasil kerajinan dan keterampilan tangan lainnya serta gerak suara.
Bentuk hasil belajar dapat berupa foto, film ataupun rekaman video.
Dalam analisis hasil belajar, materi dicermati melalui pengamatan yang

79

sistematis dengan menggunakan pedoman tertentu. Hasil pengamatan


itu dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Perbandingan
hasil pengamatan terhadap kriteria itu akan memperlihatkan sekaligus
kekuatan dan kelemahan pembuat hasil karya itu. Dari hasil analisis
dapat diketahui sampai seberapa jauh siswa telah memahami dan
mampu menggunakan tata bahasa dan ejaan secara tepat pada
karangan mereka (misalnya hasil karya berupa karangan). Analisis
belajar pengerjaan soal matematika secara terurai akan memperlihatkan
sampai berapa jauh siswa telah memahami pemakaian rumus-rumus
berkenaan dengan soal tersebut. Analisis hasil karya seni rupa akan
memperlihatkan kelemahan sekaligus kekuatan siswa dalam meng
gambar atau mematung. Kekuatan yang dijumpai dalam karya itu
merupakan sesuatu yang perlu dipupuk, sedangkan kelemahankelemahan merupakan sesuatu yang memerlukan perhatian khusus
untuk diperbaiki. Jadi dengan meneliti dan menganalisis hasil pekerjaan
siswa yang baik tertulis maupun lisan akan dapat diketahui dimana letak
kelemahan dan kekuatan-kekuatannya.
B. Pengungkapan Sebab-sebab Timbulnya Masalah Belajar
Setelah ditemukan siswa yang mengalami masalah, maka langkah
berikutnya adalah mengungkapkan sebab-sebab timbulnya masalah belajar
pada diri siswa. Pada garis besarnya sebab-sebab timbulnya masalah
belajar para siswa dari dua dua hal yaitu :
1. Faktor Internal, yaitu faktor yang berada dan terletak pada diri siswa itu
sendiri.
Hal ini antara lain mungkin disebabkan oleh :

Kelemahan mental faktor kecerdasan, bakat khusus yang dapat


diketahui melalui tes kecerdasan.

Kelemahan fisik, pancaindera, syaraf, kecacatan, karena sakit dan


sebagainya.

Gangguan yang bersifat emosional.

Sikap dan kebiasaan yang salah dalam mempelajari bahan pelajaran


tertentu.

80

Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar yang dibutuhkan


untuk memahami bahan lebih lanjut.

2. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang datang dari luar yang menyebabkan
timbulnya hambatan atau kesulitan. Faktor eksternal antara lain meliputi :

Situasi atau proses belajar-mengajar yang tidak merangsang siswa


untuk aktif antisipasif (kurang kemungkinannya siswa belajar secara
aktif student active learning).

Sifat kurikulum yang kurang fleksibel.

Ketidak seragaman pola dan standar administrasi.

Metode mengajar yang kurang memadai.

Sering pindah sekolah.

Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar.

Situasi rumah yang kurang mendorong untuk melakukan aktivitas.

Untuk dapat mengungkapkan itu semua dapat dipergunakan berbagai


cara dan alat baik yang dapat dibuat oleh guru pembimbing, maupun
yang telah dikerjakan oleh orang lain yang tersedia di sekolah atau dapat
diperoleh dengan bantuan orang lain atau lembaga lain.
C. Upaya Membantu Siswa yang Mengalami Masalah Belajar
Siswa yang mengalami masalah belajar perlu mendapatkan bantuan agar
masalahnya tidak berlarut-larut yang nantinya dapat mempengaruhi proses
perkembangan siswa. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan :
1. Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk pengajaran yang bersifat
menyembuhkan atau membetulkan, pengajaran yang membuat menjadi
baik. pengajaran perbaikan dapat dilakukan kepada seseorang atau
sekelompok siswa yang menghadapi masalah belajar dengan maksud
untuk memperbaiki kesalahan dalam proses dan hasil belajar mereka.
Dibanding dengan pengajaran biasa, pengajaran perbaikan sifatnya
lebih khusus, karena bahan, metode dan pelaksanaannya disesuaikan
dengan jenis, sifat dan latar belakang masalah yang dihadapi siswa.
Disamping itu, bekerja dengan siswa-siswa yang menghadapi masalah
belajar banyak sedkitnya berbeda dengan siswa yang mengikuti

81

pelajaran di kelas biasa. Kalau di dalam kelas biasa unsur emosional


dapat dikurangi, sedangkan siswa yang sedang mengalami masalah
belajar justru sebaliknya, ia mungkin dihinggapi perasaan takut, cemas,
tidak tenteran, bingung, bimbang, dsb.
2. Kegiatan Pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan
kepada seorang atau beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam
belajar. Mereka memerlukan tugas-tugas tambahan yang terencana
untuk menambah dan/atau memperluas pengetahuan dan keterampil an
yang telah dimilikinya dalam kegiatan belajar sebelumnya. Siswa-siswa
seperti ini sering muncul dalam kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengajaran yang terencana dengan baik. Misal
nya sistem pengajaran modul, paket belajar dan pengajaran terprogram
lainnya. Siswa yang cepat belajar hampir selalu dapat mengerjakan
tugas-tugas lebih cepat dibandingkan dengan teman-temannya dalam
waktu yang ditetapkan.
Kecepatan belajar yang tinggi akan mempunyai dampak positif apabla
siswa merasa dirinya diperhatikan dan dihargai atas keberhasilan dan
kemampuannya dalam belajar. Selanjutnya ia akan berusaha untuk
mewujudkan dirinya secara lebih baik sesuai dengan kemampuaan dan
potensi yang dimilikinya. Sebaliknya, kecepatan belajar akan mempunyai
dampak negatif apabila siswa merasa kurang diperhatikan dan kurang
dihargai. Mereka cenderung menjadi patah hati, tidak bersemangat, jera
dan sebagainya. Dalam hubungannya dengan siswa-sisiwa lain, mereka
mungkin menjadi siswa yang menganggu atau salah tingkah. Hal ini
mungkin akan menimbulkan menurunnya prestasi belajar.
3. Peningkatan Motivasi Belajar
Guru,

konselor

dan

staf

sekolah

lainnya

berkewajiban

untuk

meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Prosedur ynga dapat


dilakukan adalah ;
a. Memperjelas tujuan-tujuan belajar. Siswa akan terdorong untuk
belajar apabila ia mengetahui tujuan-tujuan belajar yang hendak
dicapai.

82

b. Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan dan minat


siswa.
c. Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang
dan menyenangkan.
d. Memberikan hadiah ( penguatan) dan hukuman (hukuman yang
bersifat membimbing, yaitu yang menimbulkan efek peningkatan)
bilamana perlu.
e. Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara
guru dan siswa serta antara siswa dengan siswa.
f. Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu
seperti suasana yang menakutkan, mengecewakan, membingung
kan dan menjengkelkan.
g. Melengkapi sumber dan pelaratan belajar.
4. Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik
Setiap siswa diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang
efektif. Tetapi tidak tertutup kemungkinan adanya siswa yang memiliki
sikap dan kebiasaan belajar yang tidak diharapkan. Apabila siswa
memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang tidak baik dikhawatirkan siswa
tidak akan mencapai prestasi belajar yang baik, karena hasil belajar
yang baik itu diperoleh melalui usaha yang dilakukan oleh siswa dengan
baik. Sikap dan kebiasaan belajar yang baik tidak tumbuh secara
kebetulan, melainkan sering kali perlu ditumbuhkan melalui bantuan
yang terencana, terutama oleh guru-guru pembimbing dan orang tua
siswa. Untuk itu siswa hendaknya dibantu dalam hal :
a. Menemukan motif-motif yang tepat dalam belajar
b. Memelihara kondisi kesehatan yang baik
c. Mengatur waktu belajar yang baik di sekolah maupun di rumah
d. Memilih tempat belajar yang baik
e. Belajar dengan menggunakan sumber belajar yang baik
f. Membaca secara baik dan sesuai dengan kebutuhan
g. Tidak segan-segan bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui

83

Rangkuman.
Dalam layanan bimbingan belajar peranan guru dan konselor (guru
pembimbing) adalah saling membantu, mengisi dan menunjang. Guru sebagai
penguasa lapangan dan penggerak kegiatan belajar siswa, sedangkan guru
pembimbing sebagai arsitek, penasehat dan penyumbang data, masukan dan
pertimbangan bagi diterapkannya layanan bimbingan belajar. Guru pembim
bing dapat membantu penyelenggaraan, mengolah data dan mentafsirkan
nilai-nilai tes hasil belajar, tetapi tes itu sendiri dibuat oleh guru.
Latihan Soal
1. Di sekolah disamping banyak siswa yang berhasil dalam belajar, sering pula
dijumpai adanya siswa yang mengalami kesulitan belajar, seperti mendapat
nilai rendah Sebutkan permasalahan belajar yang sering dihadapi oleh anak
2.

Siswa yang mengalami masalah belajar seperti tersebut dapat dikenali melalui
prosedur pengungkapan melalui tes hasil belajar, tes kemampuan dasar, skala
pengungkapan sikap dan kebiasaan belajar dan pengamatan. Bagaimana

pendapat anda tentang prosedur pengungkapan masalah belajar !


3. Terdapat sejumlah siswa yang memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang
tidak diharapkan. Tunjukkan sebab-sebab timbulnya masalah belajar yang
sering dihadapi oleh anak mayoritas pada siswa SMP.
4. Tunjukkan upaya yang sering dilakukan oleh guru dalam membantu siswa
yang mengalami kebiasaan belajar yang tidak baik.
5. Guru, konselor dan staf sekolah lainnya berkewajiban untuk meningkatkan
motivasi siswa dalam belajar. Upaya apa saja yang harus dilakukannya!

84

BAB V
PROSEDUR PEMBERIAN BIMBINGAN DARI
SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN BELAJAR
Tujuan Khusus Pengajaran
1. Mahasiswa mampu melaksanakan bimbingan belajar baik individual
maupun kelompok proses.
2. Mahasiswa mampu menyelenggarakan bimbingan kelompok secara tepat
dan benar.
A. Prosedur Pemberian Bimbingan
Ini adalah langkah pemberian bimbingan, langkah penyembuhan atau
langkah pemberian bantuan kepada siswa yang sudah jelas akan jenis
kesulitannya. Untuk dapat memberikan bimbingannya dengan setepatnya
dan seefisiennya mungkin maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Jenis kesulitan yang dialami siswa.
2. Mengelompokkan siswa yang mengalami jenis kesulitan yang sama.
3. Teknik-teknik bimbingan yang dikuasai.
4. Fasilitas yang tersedia.
5. Beberapa teknik bimbingan dengan sifat-sifat yang dimilikinya.
1. Jenis Kesulitan yang dialami siswa.
Teknik bimbingan yang akan diterapkan, harus sesuai dengan
jenis kesulitan yang dialami siswa. Timbulnya jenis-jenis kesulitan sangat
erat hubungannya dengan : sifat atau karakteristik tiap-tiap mata
pelajaran, kemampuan masing-masing pribadi siswa, dan kondisi
lingkungan sekitar siswa. Oleh karena itu jenis-kenis kesulitan yang
dialami siswa dalam suatu kelas mungkin akan sangat bervariasi, siswa
yang satu akan berbeda dengan siswa yang lain, walaupun untuk mata
pelajaran yang sama sekalipun.
Disinilah

dituntut

kejelian

pembimbingan

atau

guru

untuk

menemukan jenis kesulitan yang dialami oleh siswa-siswanya, sebelum


ia menetapkan langkah bimbingan.

85

Dengan diketemukannya jenis kesulitan yang dialami oleh siswa,


maka baru dapat ditetapkan jenis bimbingannya. Bila siswa-siswa
mengalami kesulitan mudah lupa, tidak mampu menghafal rumus-rumus
dengan baik, maka pembimbingnya dapat berupa pengkaitan cara
mengajar, mengingat dengan cepat dan lain-lain. Bila kesulitannya
berupa kesulitan hubungan sosial maka teknik bimbingannya yang
mungkin tepat adalah dengan sosiodrama.
2. Mengelompokkan siswa-siswa yang mempunyai Kesulitan yang sama.
Kita perlu mengelompokkan siswa-siswa yang mengalami kesulit
an yang sama atau sejenis. Tujuannya tidak lain adalah agar kita dapat
merencanakan bimbingannya dengan secermat mungkin dan seefisien
mungkin. Artinya kita dapat mengetahui tiap-tiap jenis kesulitan yang
dialami siswa seorang demi seorang, dan implikasinya kita dapat
memilih jenis bimbingan yang tepat pula. Di samping itu dengan
diketahuinya kesulitan belajar beberapa siswa, kita dapat membimbing
nya secara kelompok, maka ternyata jenis kesulitannya sejenis.
Tiap-tiap kelas dapat menjadi beberapa kelompok. Jumlah
kelompok itu tergantung pada hiteroginitas problem yang dialami siswa
di kelas itu. begitu juga besarnya kelompok tergantung pada sedikit
banyaknya siswa yang mengalami kesulitan yang sama.
Karena kesulitan yang dialami seseorang siswa memungkinkan
sangat berbeda dengan yang dialami oleh siswa yang lain dan mungkin
juga hanya seorang diri dalam kelas tersebut, maka bimbingan yang
harus diberikan adalah bimbingan individual atau konseling. Tetapi juga
banyak siswa lain yang mengalami kesulitan yang sama, maka
bimbingannya dapat secara kelompok. Caranya dapat dilaksanakan
dengan menggunakan daftar sebagai berikut :
No.

Kelompok Jenis Kesulitan

Nama

Siswa
1.

Banyak mengalami kesulitan pribadi

1. .......................
2. .......................

86

3. .......................
4. .......................
5. .......................
2.

Mengalami gangguan fisik terutama panca

1. .......................

Indera

2.........................
3.........................
4.........................
5.........................

Lanjutan hal 74
3.

Sering pindah sekolah, sekolah sering bolos

1.........................
2.........................
3.........................
4.........................
5.........................

4.

Tidak dapat belajar secara efisien

1. .......................
2. .......................
3. .......................
4. .......................
5. .......................

5.

Terlalu sibuk membantu keluarga

1. .......................
2. .......................
3. .......................
4. .......................
5. .......................

6.

dll

3. Teknik-teknik bimbinan yang dikuasai


Kerja

bimbingan

seyogyanya

dalam

batas

jangkauan

kemampuannya termasuk dalam menggunakan teknik-teknik bimbingan.


Pembimbing tidak boleh memaksakan diri mempraktekkan teknik yang
dikuasainya karena akibatnya akan fatal. Jika memang tidak mampu
maka alih tangan kan kasus itu kepada yang berkompeten (kepada
ahlinya), program ini dikenal dengan istilah program referal.

87

4. Fasilitas yang tersedia


Jika alat atau fasilitas yang tersedia tidak memungkinkan untuk
suatu jenis bimbingan tertentu, maka tidak ada hasilnya. Malah mungkin
kesulitan akan bertambah. Oleh karena itu sebelum teknik tertentu
digunakan perlu dipikir baik-baik fasilitas yang tersedia.
5. Beberapa teknik dengan sifat-sifat yang dimilikinya
Banyak sekali jenis-jenis bimbingan antara lain konseling,
psikodrama, sosiodrama, karyawisata, pemberian informasi, pengajaran
perbaikan, dsb (penjelasan secara luas dapat dibaca di buku-buku BP).
Namun dalam bimbingan siswa yang mengalami kesulitan belajar, dalam
arti yang berhubungan langsung dengan penguasaan materi pelajaran,
tidak semua teknik itu cocok digunakan, namun hanya beberapa saja
yang cocok misalnya : konseling, pemberian informasi, dan yang lain
adalah pengajaran perbaikan (remejasi).
Teknik-teknik pemberian bimbingan seperti pemberian informasi,
pengajaran remediasi dll tidak membutuhkan penelitian yang mendalam
sebelum pelaksanaannya, dan dapat dilaksanakan oleh guru yang relatif
tidak memiliki keahlian dalam membimbing. Sedang teknik konseling
sudah agak sedikit menuntut prinsip-prinsip bimbingan yang agak ketat
dalam pelaksanaannya, begitu juga teknik-teknik yang lain.
B. Pemberian Bantuan
Untuk memudahkan dalam pemberian bantuan dalam membimbing
kesulitan belajar perlu diketahui dengan jelas tentang : cara praktis
(contohnya) secara klasikal maupun individual untuk mengatasi kesulitankesulitan belajar, seperti diuraikan di bawah ini :
BEBERAPA CONTOH BIMBINGAN PRAKTIS SECARA KLASIKAL MAUPUN
INDIVIDUAL UNTUK MENGATASI KESULITAN-KESULITAN BELAJAR

---------------------------------------------------------------------------------------No.

Kemungkinan masalah

1.Lemah dalam pelajaran karena

Kemungkinan Bimbingan
a.

Penyuluhan individual kepada

kurang kemampuan belajar dan

anak yang diarahkan kepada

kurang kecerdasan

pemilihan modul minimal


b.

Pertemuan dengan guru ttg


pemilihan modul, kebutuhan

88

bantuan pelajaran individu.


c.

Pertemuan dengan orang tua


tentang program studi anak,
dorongan belajar di rumah.

d.

Pemberian informasi lisan


tentang cara-cara belajar
di sekolah dan di rumah.

---------------------------------------------------------------------------------------2. Lemah dalam pelajaran karena

a.

kurang kecakapan pelajaran dasar

Penyuluhan individual yang


diarahkan kepada motivasi
belajar pelajaran dasar
(membaca, menulis, mtk)
di rumah.

b.

Pertemuan dengan orang tua


tentang perlunya banyak
latihan pelajaran dasar bagi
anak. Pertemuan dengan guru
tentang perlunya bantuan
latihan pelajaran dasar
kepada anak.

3. Lemah dalam pelajaran karena

a.

Pertemuan dengan orang tua

Kurang bantuan belajar dari

tentang perlunya bantuan

Orang tuanya

belajar pada anak, motivasi


belajar, pengawasan.

-----------------------------------------------------------------------------------------

4. Lemah dalam pelajaran karena

a.

Penyuluhan terhadap anak

pengaruh kesulitan hubungan sosial

yang diarahkan pada penye-

dengan teman

suaian dari dalam hubungan


dengan teman.
b.

Sosiodrama tentang anak


yang tak disukai teman.

c.

Penempatan anak dalam


kegiatan ekstra kelas,
kelompok belajar.

-----------------------------------------------------------------------------------------

5. Lemah dalam pelajaran karena

a.

Penyuluhan dengan orang tua

89

Pengaruh sosial ekonomi orang tua

tentang kemungkinan penyediaan alat pelajaran,


perbaikan gizi.

-----------------------------------------------------------------------------------------

6. Lemah dalam pelajaran karena

a.

Penyuluhan terhadap anak

sikap orang tua memanjakan,

yang diarahkan kepada per-

memperhatikan secara berlebih-

kembangan sikap yang rea-

lebihan

listis, melepaskan sifat


manja dan egoistis.

----------------------------------------------------------------------------------------

7. Lemah dalam pelajaran karena

a.

ganggunan penyakit amandel

Penyuluhan kepada anak diarahkan kepada keberanian


menghadapi operasi amandel

b.

Pertemuan dengan anak


tentang perlunya operasi dan
pengaruh amandel pada keg.
Belajar

--------------------------------------------------- --------------------------------------

Resume
Pemberian bimbingan penyembuhan ini adalah langkah pemberian
bantuan kepada murid yang sudah jelas akan jenis kesulitannya. Pemberian
bantuan dalam membimbing kesulitan belajar dapat dilakukan baik secara
klasikal maupun individual.
Tugas
Lakukan observasi ke suatu SD dan carilah siswa yang mengalami
kesulitan belajar.Diskusikan dengan teman-teman anda sesama mahasiswa
menemukan cara untuk membantu guru dalam mengatasi masalah tersebut

90

BAB VI
MATERI LAYANAN PEMBELAJARAN
Tujuan Khusus Pengajaran Mahasiswa Diharapkan Mampu :
1. Memahami inti dari materi layanan pembelajaran.
2. Membuat serta mendesain rencana program satuan layanan pembelajaran.
3. Mendesain layanan pengajaran perbaikan dan program pengayaan.
Secara umum materi layanan pembelajaran yang dapat diberikan
kepada siswa-siswa di sekolah antara lain :
a. Pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar
1. Keterlambatan akademik
2. Ketercepatan dalam belajar
3. Sangat lambat dalam belajar
4. Kurang motivasi dalam belajar
5. Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar
b. Pengajaran Perbaikan (bekerjasama dengan Guru Mata Pelajaran, Guru
Praktek)
c.

Program Pengayaan
(bekerjasama dengan Guru Mata Pelajaran dan Guru Praktek)

d.

Peningkatan motivasi belajar siswa


(bekerjasama dengan Guru Mata Pelajaran dan Guru Praktek)
antara lain :
1. Memperjelas tujuan belajar.
2. Menyesuaikan pelajaran dengan kemampuan, bakat dan minat.
3. Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan
menyenangkan.
4. Memberikan hadiah (penguatan) dan hukuman yang membimbing.
5. Menciptakan hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dan siswa
serta siswa dengan siswa.

91

6. Menghindarkan siswa dari tekanan dan suasana yang tidak menentu


(seperti

suasana

menakutkan,

mengecewakan,

membingungkan,

menjengkelkan).
7. Melengkapi sumber dan kelengkapan belajar.
8. Mempelajari hasil belajar yang diperoleh.
e.

Peningkatan kemampuan teknis belajar


1. Membuat catatan waktu guru mengajar
2. Membuat ringkasan dari bahan yang dibaca
3. Membuat laporan (laporan peninjauan, diskusi, pelaksanaan kegiatan
tertentu)
4. Cara menjawab/memecahkan soal-soal ulangan/ujian
5. Menyusun makalah
6. Membaca efektif
7. Berbahasa efektif (ilmu dan tulisan)
8. Cara bertanya

f.

Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik.


Layanan ini membantu siswa antara lain untuk :
1. Menemukan motif-motif yang tepat dalam belajar.
2. Memelihara kondisi kesehatan.
3. Mengatur waktu belajar, baik di sekolah maupun di rumah, membuat
jadwal belajar.
4. Memilih tempat belajar yang baik.
5. Belajar dengan menggunakan sumber belajar yang kaya, seperti buku
teks, kamus dan referensi lainnnya.
6. Membaca secara baik sesuai dengan kebutuhan.
7. Tidak segan-segan bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui kepada
Guru, teman dan siapapun juga.
Secara khusus, materi layanan pembelajaran dalam bidang-bidang
bimbingan, yaitu :

a. Layanan pembelajaran dalam bimbingan pribadi, meliputi kegiatan-kegiatan


pengembangan pemahaman dan keterampilan untuk memantapkan pada
diri siswa :

92

1. Kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Pengenalan

dan

penerimaan

perubahan,

pertumbuhan

dan

perkembangan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri.


3. Pengenalan tentang kemampuan, bakat dan minat diri sendiri serta
penyaluran dan pengembangannya.
4. Pengenalan tentang kelemahan diri sendiri dan upaya penanggulangan
nya.
5. Kemampuan mengambil keputusan dan pengarahan diri sendiri.
6. Perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat.
b. Layanan

pembelajaran

dalam

bimbingan

sosial,

meliputi

kegiatan

pengembangan dan keterampilan untuk memantapkan pada diri siswa :


1. Kemampuan

berkomunikasi

serta

menerima

dan

menyampaikan

pendapat secara logis, afektif dan produktif.


2. Kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial (di rumah, sekolah
dan masyarakat) dengan menjunjung tinggi tata krama, norma dan nilainilai agama, adat istiadat dan kebiasaan yang berlaku.
3. Hubungan dengan teman sebaya ( di sekolah dan di masyarakat).
4. Pemahaman dan pelaksanaan disiplin dan peraturan sekolah.
5. Pengenalan dan pengamalan pola hidup sederhana yang sehat dan
bergotong royong.
c. Layanan

pembelajaran

dalam

bimbingan

belajar,

meliputi

kegiatan

pengembangan motivasi, sikap dan kebiasaan belajar yang baik, keteram


pilan belajar, program pengajaran perbaikan dan program pengayaan :
1. Peningkatan motivasi belajar siswa, antara lain :

Memperjelas tujuan-tujuan belajar

Menyesuaikan pelajaran dengan kemampuan, bakat dan minat

Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang


dan menyenangkan

Memberikan hadiah (penguatan)

Menciptakan hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dan


siswa serta antara siswa dengan siswa

93

Menghindarkan siswa dari tekanan dan suasana yang tidak menentu


(seperti

suasana

yang

menakutkan,

mengecewakan,

mem

bingungkan, menjengkelkan)

Melengkapi sumber dan sarana belajar

Mempelajari hasil belajar yang diperoleh

2. Peningkatan keterampilan belajar, antara lain dengan :

Membuat catatan waktu guru mengajar

Membuat ringkasan dari bahan yang dibaca

Membuat laporan (laporan peninjauan, diskusi, pelaksanaan kegiatan


tertentu)

Cara menjawab/memecahkan soal-soal ulangan/ujian

Menyusun makalah membaca efektif

Berbahasa efektif (ilmu dan tulisan)

Bertanya efektif

3. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik antara lain untuk:

Menemukan motif-motif yang tepat dalam belajar

Memelihara kondisi kesehatan

Mengatur waktu belajar, baik di sekolah maupun di rumah, membuat


jadwa belajar

Memilih tempat belajar yang baik

Belajar dengan menggunakan sumber belajar yang kaya, seperti


buku teks, kamus dan referensi lainnya.

Tidak segan-segan bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui


kepada guru, teman dan siapapun juga

Mengembangkan motivasi dan sikap positif terhadap semua materi


yang dipelajari

4. Pengajaran perbaikan (Guru Pembimbing bekerjasama dengan Guru


Mata Pelajaran dan Guru Praktek)
5. Program Pengayaan (Guru Pembimbing bekerjasama dengan Guru
Mata Pelajaran dan Guru Praktek)
6. Pengembangan dan pemanfaatan lingkungan sekitar (lingkungan fisik,
sosial dan budaya) untuk belajar

94

d. Layanan

pembelajaran

dalam

bimbingan

karier,

meliputi

kegiatan

pengembangan pemahaman, sikap dan kebiasaan belajar, program


pengajaran perbaikan dan program pengayaan yang diharapkan dapat
memantapkan pada diri siswa :
1. Pilihan karier dan latihan keterampilan
2. Orientasi dan informasi karier/pekerjaan, dunia kerja dan upaya
memperoleh penghasilan
3. Orientasi dan informasi lembaga-lembaga keterampilan (lembaga
kerja/industri) sesuai dengan pilihan pekerjaan dan arah pengembang an
karier.
4. Pilihan, orientasi dan informasi perguruan tinggi sesuai dengan arah
pengembangan karier.
Pengembangan Layanan Pembelajaran
Penyelenggaraan layanan pembelajaran didahului oleh pengungkapan
kemampuan dan kondisi siswa dalam kegiatan belajarnya, sehingga dapat
diketahui siswa-siswa yang :
a.Cepat dan sangat cepat dalam belajar
b.Lambat dan sangat lambat dalam belajar
c. Kurang motivasi dalam belajar
d.Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar
e.Tidak memiliki ketrampilan teknis dalam belajar yang memadai
Pengungkapan hal-hal tersebut dapat dilakukan melalui pengamatan
langsung, analisis hasil belajar dan himpunan data, penyelenggaraan
instrumentasi bimbingan (tes dan inventori), wawancara dengan siswa,
analisis laporan dan diskusi dengan personil sekolah. Hasil-hasil pengungkap
an itu dapat diperkaya lagi melalui konferensi kasus. Semua hasil pengungkap
an itu disatukan sehingga diperoleh kesimpulan yang terpadu dan tepat.
Sesuai dengan jenis dan sifat materinya serta tujuan khususnya
layanan pembelajaran dapat diselenggarakan dalam bentuk kegiatan klasikal
dan/atau perorangan. Untuk berbagai materi dalam kaitannya dengan aspek
belajar tertentu, kegiatan klasikal (yang diikuti oleh siswa seluruh kelas yang
dimaksud) dengan metode ceramah disertai tanya jawab dan dapat dengan
metode diskusi. Metode ini dapat dilengkapi dengan peragaan, pemberian

95

contoh, tayanan film dan video. Lebih jauh, kelompk-kelompok kecil dapat
dibentuk untuk memperjelas atau mempraktekkan materi yang dimaksud itu.
Kelompok-kelompok belajar yang sifatnya menetap, yang masingmasing terdiri atas 5 7 orang siswa dibentuk untuk jangka waktu tertentu
(misalnya satu bulan atau satu cawu). Di bawah bimbingan guru pembimbing
masing-masing kelompok merencanakan kegiatan bersama secara teratur. Isi
kegiatan bersama ini meliputi peningkatan penguasaan materi pelajaran,
evaluasi hasil belajar itu dan secara berkala mengumpul kan mereka (ketuaketua kelompok dikumpulkan dan/atau seluruh anggota kelompok dari satu
kelas dikumpulkan secara klasikal) untuk mengadakan evaluasi bersama.
Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai kemajuan kegiatan masing-masing
kelompok, merencanakan tindak lanjut dan merencanakan kegiatan baru.
Berbagai materi layanan pembelajaran dapat dibawakan melalui
kegiatan kelompok khusus yang sengaja dibentuk untuk mengambangkan
motivasi, sikap dankebiasaan serta keterampilan teknis belajar tertentu.
Demikian juga kegiatan individual dapat ditempuh untuk mengembangkan
berbagai materi tersebut pada diri siswa secara perseorangan. Sangat
diharapkan kegiatan perorangan ini akan berlangsung intensif sehingga
hasilnya cukup mendalam dan mantap pada diri siswa yang bersangkutan.
Kegiatan pengajaran perbaikan dan program pengayaan dapat
dilakukan bersama guru mata pelajaran. Guru pembimbing menganalisis hasil
belajar seluruh siswa asuhannya sehingga dapat diidentifikasikan secara tepat
siswa-siswa yang memerlukan pengajaran perbaikan ataupun program
pengayaan. Kegiatan tersebut dapat diselenggarakan secara individual,
kelompok dan klasikal.
PENGISIAN FORMAT SATUAN LAYANAN PEMBELAJARAN
Dalam mengisi format satuan layanan pembelajaran (termasuk layanan
pengajaran perbaikan dan program pengayaan) sebagai tahap pertama
kegiatan yaitu merencanakan program satuan layanan pembelajaran, yang
perlu dilakukan adalah :
1. Menetapkan materi layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan
dan/atau masalah siswa yang akan dikenai layanan pembelajar an.
Materi itu juga harus dikaitkan dengan taraf perkembangan siswa dan

96

bidang bimbingan tertentu. Materi itu bersumber dari atau diperluas


dengan tuntutan dan/atau kondisi sekolah, perkembangan, tuntutan dan
kondisi lingkungan (lingkungan sekitar masyarakat, kondisi yang
menjurus searah globalisasi) serta perkembangan IPTEKS serta dunia
kerja.

Materi

layanan

dapat diambil

dari

materi-materi

layanan

pembelajaran dalam bidang bimbingan.


2. Menetapkan tujuan atau hasil yang ingin dicapai.
3. Menetapkan sasaran kegiatan, yaitu siswa asuh yang akan dikenai
kegiatan layanan pembelajaran.
4.Menetapkan bahan, sumber bahan dan/atau nara sumber serta personil
yang terkait dan peranannya masing-masing.
5.Menetapkan metode, teknik khusus, media dan alat yang akan digunakan
sesuai dengan ciri khusus jenis layanan yang direncanakan.
6.Menetapkan rencana penilaian.
7.Mempertimbangakan keterkaitan antara layanan pembelajaran yang
direncanakan dengan kegiatan lainnya.
8.Menetapkan waktu dan tempat.
Rencana program layanan pembelajaran tersebut dituangkan dalam format
yang telah disediakan khusus sebagai berikut :
Sekolah
..................................
..................................

97

SATUAN LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Topik permasalahan/bahasan

: ..................................................

B. Bidang Bimbingan

: .................................................

C. Jenis Layanan

: .................................................

D. Fungsi Layanan

: .................................................

E. Tujuan Layanan/hasil yang ingin dicapai : .................................................


F. Sasaran Layanan

: .................................................

G. Uraikan kegiatan dan materi layanan

: .................................................

........................................................................................................................
........................................................................................................................
H. Metode

: .................................................

I. Tempat penyelenggaran

: .................................................

J. Waktu : Tanggal

: .................................................

Catur wulan
K. Penyelenggaran Layanan

: .................................................
: .................................................

L. Pihak-pihak yang disertakan dalam penyelenggaran layanan dan peranan


masing-masing.
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
M. Alat dan perlengkapan yang digunakan
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
N. Rencana penilaian dan tindak lanjut :
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
O. Keterkaitan Layanan dengan Layanan Kegiatan Pendukung

98

.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
P. Catatan Khusus
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................

.,
. 200..
Mengetahui,
Koord. BK/Kep. Sekolah

(..)

Perencana Layanan/Guru Pembimbing

(.)

Format ini digunakan untuk semua jenis layanan (yaitu layanan orientasi,
informasi, penempatan dan saluran, pembelajaran, konseling, perorangan,
bimbingan kelompok, konseling kelompok). Siswa yang diberi layanan (dapat
individual ataupun kelompok) ; nama dirahasiakan cantumkan nomor kode
siswa,

kalau

kelompok

sebutkan

nama/nomor

kelompok

dan

jumlah

anggotanya, guru pembimbing-cantumkan nama.


Rangkuman
Materi layanan pembelajaran meliputi bidang bimbingan pribadi, sosial,
belajar, karier. Berbagai materi tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan
kelompok atau

individual. Bersama-sama

dengan guru

pembimbing

melaksanakan pengajaran perbaikan atau program pengayaan.


Tugas
Buatlah sebuah format satuan layanan pembelajaran topik bebas !

99

Pedoman Proses Penyelenggaraan Bimbingan Kelompok


I.

Tahap Awal
1. Anggota dalam suatu kelompok duduk melingkar
2. Doa bersama
3. Konselor menjelaskan :
a. Pengertian bimbingan kelompok
b. Tujuan bimbingan kelompok
c. Cara-cara/tata laksana pelaksanaan
d. Asas-asas bimbingan kelompok
4. Perkenalan
5. Permainan kelompok

II.

Tahap Peralihan
1. Pembimbing

menjelaskan

mengenai

kegiatan

yang

akan

dilaksanakan
2. Tanya jawab sekedarnya
III.

Tahap Kegiatan
1. Pengungkapan topik bahasan dari setiap anggota (jika yang hendak
dibahas topik bebas)
2. Pemilihan topik yang akan dibahas atas dasar kesepakatan anggota
3. Pembahasan secara luas topik yang telah ditentukan
Pada tahap ini kendati aktivitas kelompok mutasi diperankan sendiri
oleh para anggota.

IV.

Tahap Pengakhiran
1. Guru pembimbing memberitahu bahwa akan berakhir.
2. Kesan dan pesan dimulai dari guru pembimbing, kemudian berturutturut masing-masing anggota mengungkapkan kesan dan pesannya.
3. Doa penutup dan nyanyi bersama.

100

Lampiran Sebuah Kasus


BIMBINGAN BELAJAR SEBUAH KASUS
Bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang
penting diselenggarakan di Madrasah Aliyah. Pengalaman menunjukkan bahwa
kegagalan-kegagalan yang dialami siswa MA dalam belajar tidak selalu
disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya intelegensi Sering kegagalan itu
terjadi disebabkan mereka tidak mendapat layanan bimbingan yang memadai.
Layanan bimbingan belajar dilaksanakan melalui tahapan:
(a).

Pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar,

(b). Pengungkapan sebab -sebab timbulnya masalah Belajar, dan


(c).

Pemberian bantuan pengentasan masalah belajar.

1. Pengenalan siswa yang mengalami masalah.


Di Madrasah Aliyah, di samping banyaknya siswa yang berhasil secara
gemilang dalam belajar.sering pula dijumpai adanya siswa yang gagal,
seperti, angka-angka rapot rendah, tidak naik kelas.tidak lulus ujian akhir,
dan sebagainya. Secara umum, siswa-siswa yang seperti Itu dapat
dipandang sebagai siswa-siswa yang mengalami masalah belajar. Secara
lebih luas, masalah belajar tidak hanya terbatas pada contoh-contoh yang
disebut itu. Masalah belajar

memiliki bentuk yang banyak ragamnya,

yang pada umumnya dapat digolongkan atas


a. Keterlambatan akademik,
Yaitu keadaan siswa MA yang diperkirakan memiliki intelegensi yang
cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal
b. Ketercepatan dalam belajar,
Yaitu kedaan siswa MA yang .memiliki bakat akademik yang cukup
tinggi atau memiliki IQ 130 atau lebih, tetapi masih memeriukan tugastugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajarnya
yang amat tinggi itu

101

c. Sangat lambat dalam belajar,


Yaitu keadaan siswa MA yang memiliki bakat akademik yang kurang
memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapat pendidikan atau
pengajaran khusus
d. Kurang motivasi dalam belajar,
Yaitu keadaan siswa MA yang kurang bersemangat dalam belajar,
mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
e. Bersikap dan berkebisaan buruk dalam belajar,
Yaitu kondisi siswa MA yang kegiatan atau perbuatan belajarnya
sehari-hari antagonikstik dengan yang seharusnya, seperti suka
menunda-nunda tugas, mengulur-ngulur waktu, membenci guru, tidak
mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya, dan sebagainya.
Siswa yang mengalami masatah belajar seperti tersebut dapat dikenali
melalui prosedur mengungkapan melalui :
1.

Test hasil belajar


Yaitu alat yang disusun untuk mengungkapkan sejauh mana siswa telah
mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan sebelumnya Siswa
dikatakan telah mencapai tujuan pengajaran apabila telah menguasai
sebagian besar materi yang berhubungan dengan tujuan pengajaran,
Ketentuan ini merupakan penerapan konsep belajar tuntas (mastery
learning) yang didasarkan pada asumsi bahwa siswa dapat mencapai
hasil belajar sebagaimana yang diharapkan jika dia diberi waktu cukup
dan bimbingan yang memadai untuk mempelajari bahan yang disajikan.
Ketuntasan penguasaan bahan ditentukan dengan menetapkan patokan
prestase minimal yang harus dicapai siswa. Cara lain untuk melihat
derajat keberhasilan siswa belajar dengan memperhatikan kurva yang
dibentuk oteh nilai-nilai hasil belajar yang dicapai oleh kelompok siswa

2.

Test Kemampuan dasar


Setiap siswa memiliki kemampuan dasar atau intelegensi tertentu.
Tingkat kemampuan dasar biasanya diukur atau diungkapkan dengan
mengadaministrasikan tes intelegensi yang sudah baku.Beberapa test
yang terkenal dalam bidang ini:

102

a. Progressive Matrices (PM)


b. Wechlw Intelligence Scale (WAIS dan WSC)
c. Stanford Binet Intdegence Scale (SBIS)
Dalam sakala intelegensi, kemampuan dasar manusia diklasifikasikan
sebagai berikut;
IQ 140 keatas
120 -

Sangat cerdas

139

Cerdas

110

- 129

Diatas rata-rata

90

109

Normal atau rata-rata

80

89

Dibawah rata-rata

70

79

Bodoh

Sangatbodoh

dibawan70

3. Skala pengungkapan sikap kebiasaan belajar, dan pengamatan.


Sebagian dan sikap dan kebiasaan siswa belajar itu dapat diketahui
dengan mengadakan pengamatan dalam kelas. Yaitu dalam hal
mengerjakan tugas, membaca buku. membuat Catalan dan kegiatan
yang berhubungan dengan belajar siswa MA. Untuk mengungkap sikap
dan kebiasaan yang lebih luas telah dikembangkan beberapa alat yang
berupa "Skala Sikap dan Kobisaan Belajar' yaitu: Survey of Study
habits and Attitudes (SSHA) yang disusun oleh W.F.Brown dan
WHHoftzman.
1. Alat ini dapat mengungkapkan derajat cara siswa mengerjakan
tugas-tugas sekolah
2. Sikap terhadap guru
3. Sikap menerima pengajaran
4. melaksanakan kegiatan belajar
4.

Test Diagnostik.
Yaitu merupakan instrumen untuk mengungkapkan adanya kesalahankesafahan yang dialami oleh siswa dalam bidang pelajar an tertentu.
Dengan test diagnostik dapat diketahui kekuatan dan kelemahan
siswa.

103

5.

Analisis Hasil Belajar atau Karya,


Yaitu merupakan bentuk lain dan tes diagnostik, untuk mengungkap
kan kesalahan-kesalahan yang dialami oleh siswa dalam mata
pelajaran tertentu yang petaksanaanya dilakukan dengan jalan
memeriksa secara langsung materi hasil belajar yang drtampiikan
1. melalui tulisan
2. bentuk gafik atau gambar
3. bentuk tiga dimensi yang berupa model
4. maket
5. hasil kerajinan
6. keterampilan tangan
7. gerak dan suara
Bentuk hasil belajar dapat berupa:
1. foto
2. film
3. rekaman video
Dalam analisis hasil belajar dapat dicermati melalui pengamatan yang
sistematik

dengan

mempergunakan

pedoman

tertentu,

kriteria

tertentu.
2. Upaya membantu Siswa MA yang Mwgalami Masalah Belajar
Siswa yang mengalami masatah belajar seperti diutarakan di depan periu
mendapat bantuan agar masalahnya tidak benarut-larut yang mempenga
ruhi proses perkembangan siswa MA. Berapa upaya yang dapat dilakukan
dengan :
(a) Pengajaran Perbaikan,
Yaitu pengajaran yang sifatnya lebih khusus.karena bahan.metodedan
pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis.sifat dan latar belakang
masalah

yang

dihadapi

siswa

MA.

Yang

harus

diperhatikan

perkembangan perasaannya yang talilut,, lemot, cemas, tidak tenang,


blngung, bimbang dsb. Konselor berupaya agar siswa MA termotifasi
untuk belajar.
(b) Kegiatan pengayaan

104

Yaitu suatu bentuk layanan yang diberikan pada siswa MA yang sangat
cepat dalam belajar. Dampak positif dan dampak negatif dapat tenihat
apabila siswa MA tersebut tidak diperhatikan dan dihargai atas
keberhasilannya dan kemampuannya dalam belajar.
(c) Peningkatan motivasi belajar
Yaitu.perubahan dari motivasi yang temah menjadi kuat dan jelas atau
tingkah laku siswa Ma seperti kurang bersemangat, fen, malas. banyak
pelanggaran tata tertib MA.
Guru BK dan Staf berkewajiban membatu siswa MA meningkatkan
motivasi belajar melalui prosedur:

Memperjelas tujuan-tujuan belajar,


Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan dan minat siswa
Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merang sang,
menyenangkan.
Memberikan hadiah (penguatan) dan hukuman bilamana perlu
Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antar guru
MA.dan siswa MA, serta antar siswa MA.
Menghindari tekanan-tekanan dan suasa yang tidak menentu (seperti
suasana yang mengecewakan, mengancam, menakutkan, membingung
kan).
Melengkapi sumber dan peralatan belajar.

(d) Pengembangan sikap dan kebisaan belajar efektif.


Yaitu setiap siswa diharapkan menerapkan sikap dan kebisaan belajar
efektif. Sebagian siswa MA memeang memriukan bantuan untuk mampu
melihat secara kritis sikap-sikap dan kebisaan belajar yang dimilikinya.
Untuk itu siswa MA hendaknya didorong untuk meninjau sikap dan
kebisaannya hubungnnya dengan prisnsip belajar di bawah ini:
1. Belajar berarti meiibatkan diri secara penuh.
2. Efisiensi belajar akan meningkat apabila belajar didasarkan atas
rencana atau tujuan yang nyata dan hasil yang dapat diukur.
3. Kata-kata, ungkapan-ungkapan, kalimat yang ada dalam bahan yang
dipelajari baru dibaca dengan penuh pengertian.
4. Sebagian bahan belajar hanya dapat dipetajari dengan balk kalau
mengunakan seluruh metode belajar.
5. Belajar diam suasana terpaksa tidak memberikan harapan besar untuk
berhasil balk.

105

6. Untuk mencapai hasil belajar yang balk dipertukan adanya suasana hati
yang aman.kesehatan yang baik, tidur teratur, dan rekreasi yang
memadai.
Lebih jauh, sikap dan kebisaan belajar yang baik tidak tumbuh secara
kebetulan,melainkan

sering

periu

ditumbuhkan

melalui

bantuan

yang

terencana, terutama oleh guru konselor dan orang tua siswa hendaknya
dibantu dalam hal:
1. Menemuikan motif-motif yang tepat dalam belajar
2. Memelihara koncHsi kesehatan yang baik
3. Mengatur waktu belajar, di sekolah dan dirumah
4. Memilih tempat belajar
5. Belajar dengan mengunakan sumber belajar yang kaya.buku-bukun
referensi.
6. Membaca secara baik dan sesuai dengan kebutuhan
7. Tidak segan segan bertanya pada guru.teman pada siapapun untuk hal
yang tidak diketahui.
Teknis Diagnostik Kesulitan Belajar
Dalam rangka memberikan bantuan anak bimbingan yang mengalami
kesulitan belajar pada bidang studi secara keseluruhan, maka terdapat
langkah-langkah yang sistemafo yang disebut Diagnostik kesulitan belajar dan
cara memberikan bantuan pemecahannnya.
Dalam

langkah-langkah

diagnostik

ini,

tergambar

segala

usaha

pembimbingan ESQ dengan melalui berbagai cara/teknik untuk menolong


anak bimbingan agar dapat terhindar atau teriepas dari segala kesulitan
(problem) balk yang berbentuk gagngguan perasaan, kurangnya minat, konflik
batin, perasaan rendah diri, kurangnya kepercayaan kepada diri sendiri,
gangguan mental dan fisik, maupun yang berlatar belakang kehidupan sosial,
keragu-raguan kepada ajaran agamanya dan sebagainya.

106

Ada beberapa langkah sebagai berikut:


1. Melakukan identifikasi kasus
a. Tujuannya : untuk mencari dan menemukan diantara siswa-slswa
MAN yang diduga mengalami kesulitan belajar yang serius dan
yang memeriukan bantuan.
b. Tekniknya; Dengan memanfaatkan catatan/ rekaman tentang hal
ihwal yang menyangkut kegiatan belajamya untuk dianalisa.
c. Prosedumya: mengumpulkan nilai-nilai dari seluruh bidang studi
dalam satu kelas untuk:
1.c. Dihitung bagaimana rat-rata bag! setiap siswa MA
2.c. Kemudian dihitung nilai rata-rata seluruh siswa MA di kelas Itu
3.c Lalu dibuat grafik untuk mengetahui posisi siswa dalam klas
berdasarkan nilai rata-rata itu.
4.c. Setelah itu dapat diketahui bahwa ada siswa yang nilai rataratanya berada di bawah rata-rata umum kelas, ditandai
sebagai siswa yang berprestasi rendah dan ia tentu mengalami
kesulitan belajar.
5.c.Pada akhimya ditetapkan siswa-siswa yang paling banyak
mengalami kesulitan belajar adalah mereka yang nilai rataratanya paling rendah di bawah rata-rata nilai umum kelas,
misalkan nilai-nilai yang rendah adalah bidang studi yang di
UNAS,UAM dan salah satu bidang studi di suatu Program
Jurusan
2. Melakukan diagnosa
a. Tujuannya; mengetahui secara tepat lokasi kesulitan belajar itu dalam
bidang studi apa saja. Juga untuk mengetahui secara past! jenis
kesulitan yang dialami serta menemukan latar belakang apakah yang
menyebabkan timbulnya kesulitan tersebut.
b, Tekniknya: melakukan analisa dokumentar, melakukan wawancara,
melakukan observasi (pengamatan), melakukan test dalam berbagai
jenisnya, melakukan pengukuran dengan teknik sosiomefri dan

107

mengadakan rapat petugas Bimbingan dan Penyuluhan tentang


kasus yang ditemui.
c. Prosedumya:
1.c. Menyusun rata-rata nilai dari nilai bidang studi
2.c. Membuat grafik tentang kedudukan siswa MA bimbingan yang
mengalami kesulitan belajar dalam bidang studi tersebut.
3.c. Kemudian menetapkan tempat (lokasi) dalam bidang studi apa
saja siswa tersebut mengalami kesulitan betajar, Hal ini dapat
puta dibantu oleh rapor dan hasil ulangan,
4.c,

Menetapkan siswa mana yang mendapat prioritas pelayanan


karena paling banyak menemui kesulitanbelajar.

d. Menetapkan jenis dan macam kesulitan yang dihadapi siswa dengan


cara:
1.d. Menganalisa hasil pekerjaan siswa dalam bidang studi tertentu
yang diduga menumbulkan kesulitan kepadanya.
2.d. Guru bidang studi yang bersangkutan diwawancarai
3.d. Siswa yang bersangkutan Juga diwawancarai
4.d, Melakukan test (psiko test atau diagnostik test) atau achevement
test.
e.

Berusaha mengungkapkan latar belakang kesulitan, dengan caracara:

1.e. Menganalisa dokumen-dokumen tentang data siswa MA ybs


yang mencakup : tdentitas pribadi,riwayat pendidikan,prestasi
belajar,latar belakang kehfdupan keluarga, bakat dan minatnya,
kecerdasan,cita-citanya, pribadi serta lingkungannya (social dan
kulturalnya) kesehatan dan hobbynya ,dst.
2.e. Melakukan wawancara dengan siswa, orang tua siswa ybs.dst.
3.e. Melakukan pengukuran dimensi hubungan sosialnya dengan
sosiometri.
4,e. Melakukan pengamatan (observasi) terhadap siswa ybs pada
waktu belajar.
3. Melakukan Prognosa

108

a. Tujuannya: untuk menetapkan macam dan teknik pemberian bantuan


yang sesuai dengan corak kesulitan yang dihadapi siswa MA
b. Tekniknya : mengadakan rapat kasus tentang siswa MA yang
bersangkutan dengan,

staf BK KETUA PROGRAM, PENGASUH

AKADEMIK.
c. Prosedurnya: Dalam rapat staf BK dan staf sekolah itu ditetapkan langkahlangkah apa sajakah yang perlu diambil, serta teknik pemeberian bantuan
macam bagaimana yang dapat dipergunakan sesuai dengan jenis, sifat,
corak dan iatar belakang kesulitan tsb,
1 .c. Bilamana siswa MA menemuai kesulitan belajar disebabkan oleh
karena latar belakang pribadi, seperti konflik batin.rasa rendah diri,
kurangnya kepercayaan kepada diri sendiri, dansejenisnya, maka
hendaknya diberikan bantuan dengan melalui konseling.
2.c. Bilamana siswa MA menemui kesulitan belajar disebabkan oleh
karena gangguan mental, neurose, gangguan kesehatan jasmani,
dsb, maka hendaknya dilimpahkan kepada dokter ahli ybs. Apabila
disebabkan oleh gangguan mental / perasaan terganggu, neurose,
dilimpahkan kepada dokterjiwa (psikiater) ahli mental helth.
3.c, Bilamana siswa MA menemui kesulitan belajar berlatar belakang
pada

sikap

sosial,

maka

perlu

diberikan

bantuan

dengan

menggunakan group guidance (Bimbingan kelompok), karena


dengan cara ini siswa MA akan dilatih kembali untuk Bersikap
sosial yang memungkinkan ia dapat melalukan penyesuaian diri
dengan Lingkungannya (self adjustment atau social adjustment),
juga

dengan

memberikan

Tugas

kegiatan

tertentu

yang

membawanya kearah hidup saling membantu,


Seperti kepanitiaan, atau tiem untuk mrlakukan tugas resitasi (tugas
menyelesaikan Suatu permasalahan dengan secara kelompok), maka
siswa MA yang bersangkutan akan terpupuk rasa sosialnya.

109

4. Melakukan Langkah Pemberian bantuan.


a. Tujuannya: untuk memberikan bantuan kepada siswa ybs agar mampu
Mengatasi kesulitan belajar yang dialami dengan kemampuannya sendiri
Sehingga berhasil mencapai hasil yang optimal serta dapat bersikap
menyesuaikan diri yang sehat.
b.Tekniknya: memilih salah satu teknik pemberian bantuan yang telah dipilih
yang meliputi:
1 .b, Remidial taching : memberikan pelajaran tambahan berupa kursus
(privat less) dan lain cara tentang bidang studi yang temah, dengan
tujuan agar kelemahan tersebut bagi siswa yang bersangkutan
dapat ditingkatkan kemajuannya (disembuhkan).
2.b.

Memberikan konseling kepada siswa MA ysb tentang hal-hal yang


menghambat kemajuan belajamya, misalnya ,menyangkup sikap,
minatdan perhatiannya terhadap bidang studi yang kurang meng
gairahkan kepada siswa MA, atau menghilangkan sebab-sebab
mental spiritual yang menghambat kegiatan belajamya.

3.b.

Melakukan bimbingan kelompok terhadap siswa yang dihambat oleh


sikap sosialnya yang kurang dapat menyesuaikan diri dalam
pergaulan, seperti egoisme-nya terlalu besar, takut bergaul, rasa
rendah diri. dsb.

4.b.

Melakukan pelimpahan (referal) kepada para ahli lain dibidangnya


misalnya, hambatan yang berupa gangguan perasaan,perasaan
cemas yang mendalam neorose (sakit syaraf), anti sosial (berwatak
suka

merusak,

tak

berperikemanusiaan).kepada

Dokter

jiwa

(psikiater) atau ahli kesehatan jiwa (mental hygiennist) atau ahli jiwa
(psikolog). Bila karena sakit jasmaniah, maka dilimpahkan kepada
dokter umum /spesiafis.
5. Melakukan tindak lanjut (follow up service)
a. Tujuannnya; untuk mengetahui sejauh mana hasil pemberian bantuan
tersebut yang telah diberikan kepada siswa dalam rangka memperbaiki
kegiatan belajamya lebih lanjut.

110

b. Tekniknya : dengan melakukan test kamujuan belajar (achievement test),


psiko test atau dengan wawancara kepada siswa ybs tentang kemajuan
belajamya datam bidang studi tertentu, ditambah lagi dengan melakukan
analisa dokumen seperti nilai ulangan harian, nilai tugas, nilai test tengah
semester, nilai ulangan akhir semester, dan juga mengadakan observasi
(pengamatan) tentang sejauh mana perobahan tingkah laku siswa dalam
melakukan kegiatan belajar lebih lanjut, misalnya minatnya dan perhati
annya terhadap proses belajar-mengajar di kelas, di luar ketas / dirumah,
dadalam kelompok belajar bersama denga teman-temannya,
c. Prosedumya:
1,c.Men-test siswa MA dalam bidang studi yang semula menjadi
penghambat
2,c. Mewawancarai siswa MA tentang sikap dan penderitannya
mengenai kesulitan- kesulitan yang dirasakan
3.c.

Mewawancarai guru bidang studi ybs, tentang perubahan yang


terjadi pada siswa MA yang bersangkutan, dan juga melakukan
wawancara dengan orang tua/wali siswa tentang kemajuan
belajarnya dirumah.

4.c. Menganalisa tentang informasi dan hasil belajar siswa ybs.


5.c. Melakukan pengamatan (observasi) kegiatan belajar siswa MA ybs
baik di dalam kelas maupun diluar kelas.
6. Melakukan pendekatan lanjutan.
Melakukan pendekatan-pendekatan laniutan terhadap Siswa MA ybs
untuk meningkatkan diri dalam belajarnya dengan di dorong oleh nilai-nilai
keimanannya dan ketaqwaannya Melalui ajaran agama yang bersifat
motivasi dan persuasif serta yang memberikan suasana kedamaian dan
ketenangan hatinya.
PERMASALAHAN Kesulitan Belajar di Madrasah Aliyah dan cara
mengatasinya.
1. Siswa MA tidak mempunyai motivasi belajar cara mengatasinya ;

Memohon pertolongan Allah,meminta perlindungan dari godaan


setan, membaca AI-Quran, berzikir, dan berdoa dengan ikhlas.

111

Mengindetifikasi segala hal dan permasalahn yang

dapat

mengendurkan semangat.

Meminta bantuan para guru yang jujur dan ikhlas untuk


memberikan
nasihat dan petunjuk praktis yang mendidik.

Mendatangi guru untuk mendaptkan jam pelajaran tambahan

Mengkondisikan hal-hal yang dapat membantunya belajar.

Menghindari makan dan minuman yang banyak

2. Siswa MA mengatasi tugas dan pelajaran yang menumpuk.cara


mengatasinya ;

Meminta pertolongan Allah, berketetapan hati, dan mengutama


kan semangat.

Memperbaiki dan menertibkan jadwal belajar serta menyeleksi


jenis kegiatan,

Meminta teman untuk membatu mengejar pelajaran yang


tertinggal

Meminta para guru yang dapat membatu dengan tanpa pamrih

Mengevaluasi

dengan

cermat

jadwal

belajar

yang

telah

diperbaharui
3, Siswa MA mengalami gangguan berkonsentrasi cara mengatasinya ;

Memohonlah periindungan kepada Allah dari kesedihan dan


kegelisahan.

Lakukan langkah-langkah yang bisa menjadi solusi atas berbagai


permasalahan.

Pindah lah tempat duduk, jika semula di belakang, maka kedepan

Pindahkan ruang belajar di rumah agar bisa berkonsentrasi

Catat poin-poin yang dianggap penting dari penjelasan guru.

Buatlah ringkasan ketika sedang belajar

Biasakan belajar bersama dengan teman

Gunakan sarana-sarana yang dapat membantu berkonsentrasi.

4. Siswa MA mengalami kesulitan memahami pelajaran cara mengatasinya:

112

Mintalah pertolongan Allah.berzikir dan berdoa.

Introspeksi diri, jauhi maksiat, dan tipat gandakan amal saleh

Sembuhkan penyakit fisik dan penyakit mental

Tambah jam belajar, khususnya pelajaran-pelajaran sulit

5. Siswa MA sering lupa, cara mengatasinya;

Memohon pertolongan Allah dan perbanyak doa.

Perbanyak istigfar dan ,lipat gandakan ibadah

Refreshing-lah dengan cara-cara yang tidak melanggar syariat

Kosongkan pikiran dari masalah-masalah yang memberatkan

Ikuti jadwal kegiatan yang ditetapkan

Ulangi secara terus-menerus pelajaran yang mudah terlupakan

Gunakan diktat atau buku panduan dan ringkasan sertan saranasarana yang menunjang.

Buat ringkasan pada waktu belajar.

6. Siswa MA Takut dan hilang percaya diri

Mohonlah pertolongan Allah dan berteguh hari kepada-Nya.

Perbanyak doa dan berlindunglah dari gangguan setan.

Yakinlah bahwa manusia hanya berhak berusaha dan bersung


guh-sungguh dalam menuntut ilmu.

Tekuni dan tenggelamkan diri dalam belajar sesuai rencana dan


jadwal dengan tawakal.

Mintatah bantuan pada guru dan kawan yang sholeh untuk


memberikan nasehat dengan jujur

Perkuatlah rasa percara diri.bukalah kenangan perkalanan ilmiah.

Pendekatan ESQ daiam mengentaskan kesulitan belajar siswa


Madrasah Aliyah:
Jikalau semuanya penduduk negen beriman dan bertaqwa, pasdtifah
kami akan limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi
mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka siksa mereka disebabkan
perbuatannya (QS. 7 AI-A 'raaf: 96)

113

Krisis multidimensi saat ini sangatlah mempeihatinkan, jika dirunut ke


belakang bermuara dari pola pembangunan SDM saat ini yang terlalu
mengedepankan IQ (kecerdasan intelektual) dan materialisme tetapi
mengabaikan EQ (kecerdasan emosi) terfebih SQ (Kecerdasan spiritual).
Sebagai wakil Allah di muka bumi, tidak sepatutnya kita membiarkan hal ini
terus terjadi tanpa mengambil langkah untuk menyelesaikannya. Kita
percaya bahwa untuk mengatasi masalah yang kompleks ini diperlukan
suatu metode pembangunan SQ yang tetap berlandaskan kepada nilai-nilai
mulia rukun Iman, Rukun Islam dan Ihsan, sehingga akan mengoptimal kan
EQ dan IQ secara terpadu (ESQ). Oleh karena itu kami mengajak anda
untuk bersama-sama menghidupkan kembali menyebarluaskan nilai-nilai
luhur spriritual Islam dalam setiap denyut kehidupan.
ESQ mode! adalah sebuah model untuk membangun dan mengasah
kecerdasan spiritual dan emosional.
1. Aktivitas fisik dan IQ
Dibimbing oleh 5 langkah bersumber pada nilai rukun Islam.
2. Kecerdasan Emosi (EQ)
Dibentuk oleh 6 prinsip yang bersumber dari rukun Iman
3. Kecerdasan Spiritual (SQ)
Berisi suara hati ilahiah (fitrah) bersumber dari percikan Asmaul Husnah
yang bersifat universal, Seluruh gerakan ber-Thawaf mengilingi titik Tuhan
(God Spot) seperti gerakan alam semesta. (ihsan) Dengan Nama Allah
Yang Maha Pengasih Lagi maha Penyayang Kemudian setelah itu
hatimu keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara
batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya,
diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air
daripadanya, dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh,
karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa
yang kamu kerjakan. Q.S.2 AI-Baqarah:74
Zero mind process (ZMP)
Langkah 1. Jernihkan God Spot - hilangkan 7 belenggu hitam

Prasangka negatif

114

Pengaruh prinsip hidup

Pengaruh Pengalaman

Pengaruh kepentingan ac Prioritas

Pengaruh sudut pandang

Pengaruh Pembanding

Pengaruh Lilaratur

Langkah 2. Dengarlah SUARA HATI 1LAHIAH


Sifat Fitrah Manusia (SQ)

Pengasih sesama
Mengusai Dirj
Berhati Jernih
Cinta Damai
Kejujuran
Kreatif Pemaaf
Murah Hati
Pembuka Hati
Berpengetahuan
Empati
Objektif
Adil
Mensyukuri
Bersikap mulia
Berhati Luas
Kebenaran

Komitmen
Konsisten
Mandlrl
Inovatif
Bersikap terpuji
Memlljki Skil
Enerjik
Selalu menghargai
Sinergis
Ikhlas
Pemberian
Manfaat
Inspirator
Estetis
Pendelegasian
Berilmu
Sabar

Langkah 3. MENTAL BUILDING


Lindungi dan pagari Suara hati ILahyiah sebagai Fitrah manusia (God Spot),
dan bentuk mental (EQ) dengan enam prinsip :
1. Star Principle

Orientasi hanya pada Allah

2. Angel Principle

Loyalitas seperti Malaikat, tanpa pamrih

3. Leadership Principle :
4. Learning Principle :

Meneladani kepemlmpinan Rasullah


Manusia pembelajar yang berpedoman pada AIQuran dan Sunah.

5. Vision Principle :
6. Well Organized :

Vjsi jauh ke depan (dunia dan akhirat).


Bersinergi dan maksimal pada segala peran , siap dan
ikhlas menghadapi segala tantangan dan resiko

115

Langkah 4. PERSONAL & SOCIAL STRENGTH


1. Pastikan seluruh tindakan Anda pada "garis orbit " Stasioner.
2. Kelima " lintasan orbit " Ini adalah pedoman yang memastikan agar
aktivitas fisik (IQ) dan perilaku (akhiak) tetap pada garis Fttrah.
3. Hukum alam akan menjaga "garis orbit' ini Sunnatullah)
4. Apabila Anda keluar dari "garis orbit " maka suara Hati llahiyah akan
memberi tahu Anda melalui getaran emosi (radar hati)
5. Kelima lintasan itu disarikan dari Rukun Islam.
Lima Lintasan Orbit
Personal Strenght
1. Mission Statement :

tetapkan misi kehldupan sebagai rahmat bagi alam


semesta melalui shahadat

2. Character Building ;

bangunan karakter agung melalui shalat

3. Self Controlling :

mampu

mengendalikan

diri

untuk

memastikan

semua aktivitas pada "garis orbit", bentuk melalui


puasa
Soslal Strength
4. Stategic Collaboration : Realisasikan kalobarasi melalui kebiasaan memberi
dan memulai, bentuk melalui zakat.
5. Total Action :

transformasikan secara total Suara hati ilahiyah


menjadi langkah nyata. Ihram, Wukuf, Melontar
jumrah, Kurban, Thawaf, dan Sa'i.

Tips membangun dan memelihara ESQ di siswa Madrasah Aliyah


Langkahnya serta

lakukan

1. Jernihkan Hati

Istighfar

2. Hidupkan Cahaya hati (God Spot)

Dzikir Asmaul Husnah

3. Bangun Mental ( Mental Building)

Tasbih, Tahmid, Tahlil dan Takbir.

4. Bangun Ketangguhan Pribadi

Syahadat,

Shalat

(Personal Strength)

dan

Puasa

116

5. Bangun Ketangguhan Sosial

Zakat dan Menunaikan Haji (Social


Strength)

Pengkondisian ESQ pada siswa MA sehari-hari di sekolah


1. Siswa melaksanakan baca Qur'an Melatih hafalan ayat-ayat yang ada di
Fiqih, Al-Quran/menghafal artinya.
2. Siswa, Guru,Karyawan melaksanakan sholat Dhuha
3. Siswa Mengumpulkan Infak
4. SIswa/ Guru, Karyawan Sholat berjamaah
5. Siswa/ Guru, Karyawan sholat ]um'at
6. Siswa Putri hari Jumat mengikuti kajian Perempuan Dlm fikih dan Al-Qur-an
7. Penempelan kata-kata motivasi dan tokoh Islam
8. Penempelan slogan-slogan Islami
9. Penulisan kaligrafi dan latin di dinding kelas
10. Penempelan surat Yasin, ayat Kursi di tiap kelas
11. Mengadakan praktik ibadah perawatan jenazah
12.Mengadakan praktik ibadah manasik haji
13. Mengadakan Hewan Qurban
14. Mengumpulkan dan menyalurkan zakat fitrah
15. Mengadakan Perlombaan baca tulis Qur'an
16. Mengadakan perlombaan Busana Islami Remaja
17. Mengadakan perlombaan membaca Puisi dari saritilawah
18. Mengadakan Malam Muhasabah tiap 1 semester sekali
19. Menjelang test semesteran.
20. Pemantauan Adab siswa
21. Siswa mengadakan pengabdian masyarakat dengan Mengajar TPA di
wilayah dekat sekolah (pd bulan Ramadhan).
22.Mengisi hari besar Islam dengan pertunjukan seni Islam

Seseorang tidak boleh menduga bahwa sikap beragama saja, tanpa


usaha yang menyebabkan kesuksesan yang telah Allah sediakan, akan
mengantarkannya"

117

Bahasaan ini mencoba memberikan gambaran tentang pemecahan


masalah kesulitan belajar dengan pembentukan mental siswa berdasarkan
metoda ESQ dan menerapkannya di lingkungan sekolah. Banyak
kenyataan menyadarkan kita bahwa sikap keberagaman seseorang akan
sangat menentukan langkahnya dalam memilih cara yang mudah dan baik.
Dengan cara seperti ini, prestasi dapat terwujud dan akhirnya kemash
lahatan bagi semua manusia akan terealisasi.

118

DAFTAR PUSTAKA
AI-Qur'anul Karim
Abim Syamsudi M,2000, Psikologi Kependidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
" Agustian, Ary Ginanjar,2001, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spiritual (ESQ) berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, Penerbit Arga
" Agustian, Ary Ginanjar,2003, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ POWER Sebuah
Inner Jumey Melalui Al-lhsan, Penerbit Arga
Bloom, Bs Etal, 1956, Taxonomy of Educational Obyectives, Hand Book 1 : Conjutive
Domain New York, David Mekay.

Dewa Ketut Sukardi, 1996, Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah,


Jakarta : Rineka Cipta.
Dirjen Dikti, 1984, Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial
Program Akta V, Jakarta : Depdikbud.
Good. V. Carter, 1959, Dictionary of Education, New York : MC Graw Hill Book
Company.
Hamalik Oemar, 1980, Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar,
Bandung : Penerbit Tarsito.
Husein Syahatah, (2004) Quantum Learning Plus (sukses Belajar cara Islami,
Hikmah kelompok Mizan.
Imron Ali, 1995, Teori-teori Belajar, Malang : Jakarta JAP.FIP FKIP Malang.
, 1996, Belajar dan Pembelajaran, Malang : PT. Dunia Pustaka.
Koestoer Parto Wisastro, 1985, Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar,
Jakarta : Erlangga.
Mulyono Abdurahman, 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta : Rineka Cipta
Nana Syaodih Sukmadinata, 2003,

Landasan Psikologi Proses Pendidikan

Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Pasaribu & Simanjuntak S, 1985, Proses Belajar dan Mengajar, Bandung :


Tarsito.
Prayitno, 1995, Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok, Jakarta : Ghalia
Indonesia.

119

Priyatno, 1999, Dasar-dasar dan Bimbingan Konseling, Jakarta : Rineka Cipta.


Syaiful Bahri Djamarah. 2003. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta, PT Rineka Cipta
________; Psikologi Belajar, Jakarta, PT Rineka Cipta
Soekamto,Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran, Jakarta : Dirjen Dikti.
Schuman, Jeanne, (2003). Sekolah ? Siapa Takut.....? Sukses dan Fun di
sekolah, Kaifa for Teens.
Surya Hendi, (2003), Kiat Mengatasi Kesulitan Belajar Bagi Pelajar dan
Mahasiswa, Elexmedia Komputindo
Tasmara, Toto, (2001), Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Inteligence), Gema
Insani Press.
WS. Winkle, 1997, Bimbingan dan Konseling di Insitusi Pendidikan, Jakarta : PT.
Gramedia Widya Sarana Indonesia.

120

Anda mungkin juga menyukai