Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsure yang sangat fundamental
dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. ini berarti bahwa berhasil atau
gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang
dialami siswa, baik ketika ia berada dalam sekolah maupun di lingkungan rumah atau
keluarga sendiri.
Pada masa sekarang ini banyak sekali anak-anak mengalami kesulitan dalam
belajar. Hal tersebut tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan kurang
saja. Hal tersebut juga dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan tinggi. Selain itu,
siswa yang berkemampuan rata-rata juga mengalami kesulitan dalam belajar. Sedang yang
namanya kesulitan belajar itu merupakan kondisi proses belajar yang ditandai oleg
hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai kesuksesan.
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi yang rendah
(kelainan mental) akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi. Dengan
demikian, IQ yang tinggi belum tentu mendapat jaminan keberhasilan belajar, karena
dalam rangka

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah konsep dan fungsi refleksi pembelajaran?
2. Bagaimanakah maksud identifikasi kesulitan belajar?
3. Bagaimanakah karakteristik siswa yang mengalami kesulitan belajar?
4. Bagaimanakah teknik identifikasi kesulitan belajar?
5. Bagaimanakah kesulitan belajar yang dialami siswa?
6. Bagaimanakah upaya yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa?

1
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan konsep dan fungsi refleksi pembelajaran
2. Menjelaskan maksud identifikasi kesulitan belajar
3. Menjelaskan karakteristik siswa yang mengalami kesulitan belajar
4. Menganalisis teknik identifikasi belajar siswa
5. Menganalisis kesulitan belajar yang dialami siswa
6. Menganalisis upaya yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Fungsi Refleksi Pembelajaran

2.1.1 Konsep Refleksi Pembelajaran

Refleksi adalah suatu tindakan atau kegiatan untuk mengetahui serta memahami
apa yang terjadi sebelumnya, belum terjadi, dihasilkan apa yang belum dihasilkan, atau
apa yang belum tuntas dari suatu upaya atau tindakan yang telah dilakukan. (Tahir, 2011:
93). Refleksi merupakan kegiatan mengingat, merenungkan, mencermati, dan
menganalisis kembali suatu tindakan yang telah dilakukan dalam suatu pembelajaran.
Mengemukakan kembali atau melaksanakan lagi apa yang telah dilakukan
merupakan kegiatan refleksi. Kegiatan refleksi merupakan kegiatan yang sangat penting
untuk dilaksanakan sebab akan mengontrol tindakan guru. Guru dapat melihat apa yang
masih perlu diperbaiki, ditingkatkan, atau dipertahankan.
2.1.2 Fungsi Refleksi Pembelajaran
Fungsi adalah refleksi pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Memberikan deskripsi, berupa pemaparan apa yang terjadi, apa yang dilihat, apa
yang dialami atau dilakukan selama proses pembelajaran
2. Rasa dan pikiran, menggambarkan apa yang dirasakan dan terpikirkan sehubungan
dengan kegiatan yang dialami selama proses pembelajaran
3. Evaluasi, sehingga guru dapat memilah dan memilih mana yang baik atau tidak baik,
mana yang bermanfaat atau tidak bermanfaat dari pengalaman dalam proses
pembelajaran
4. Analisis, guru dapat mencari apa yang dipahami dari proses belajar
mengajar ,hingga muncul pertanyaan mengapa terdapat kekurangan dalam proses
pembelajaran tersebut padahal persiapan telah dibuat sematang mungkin
5. Kesimpulan, guru mendapatkan kesimpulan akhir apa yang seharusnya atau
sebaiknya dilakukan supaya kekurangan atau kelemahan yang pernah dialami tidak
terulang kembali

3
6. Rencana ke depan, ketika melaksanakan proses belajar mengajar berikutnya guru
dapat melakukan perbaikan dengan terlebih dahulu membuat perencanaan apa yang
akan dilakukan.

2.2 Pengertian Identifikasi Kesulitan Belajar


Kesulitan belajar merupakan kesulitan yang dialami oleh peserta didik dalam
kegiatan belajarnya, sehingga berakibat prestasi belajarnya rendah dan perubahan tingkah
laku yang terjadi tidak sesuai dengan partisipasi yang diperoleh sebagaimana teman-teman
kelasnya (Sunarta:1985).
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa kesulitan belajar adalah suatu
keadaan dalam proses belajar mengajar dimana peserta didik tidak dapat belajar
sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam siswa
sendiri, seperti: rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa, labilnya emosi dan
sikap, dan terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengar (mata dan telinga).
2. Faktor ektern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri
siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung
aktivitas belajar siswa. Dari lingkungannya dibagi menjadi 3 macam:.
a. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan
ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b. Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh
(slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.
c. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung yang buruk seperti dekat
pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.

2.3 Karakteristik Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar


Karakteristik yang ditemui pada anak dengan kesulitan belajar, diantaranya:
1. Sejarah kegagalan akademik berulang kali.
Pola kegagalan dalam mencapai prestasi belajar ini terjadi berulang-ulang. Tampaknya
memantapkan harapan untuk gagal sehingga melemahkan usaha.
2. Hambatan fisik/tubuh atau lingkungan berinteraksi dengan kesulitan belajar.
4
Adanya kelainan fisik, misalnya penglihatan yang kurang jelas atau pendengaran yang
terganggu berkembang menjadi kesulitan belajar yang jauh di luar jangkauan kesulitan
fisik awal.
3. Kelainan motivasional
Kegagalan berulang, penolakan guru dan teman-teman sebaya, tidak adanya penguatan.
Semua ini ataupun sendiri-sendiri cenderung merendahkan mutu tindakan, mengurangi
minat untuk belajar, dan umumnya merendahkan motivasi atau memindahkan motivasi
ke kegiatan lain.
4. Kecemasan yang samar-samar
Kegagalan yang berulang kali, yang mengembangkan harapan akan gagal dalam bidang
akademik dapat menular ke bidang-bidang pengalaman lain. Adanya antisipasi terhadap
kegagalan yang segera datang, yang tidak pasti dalam hal apa, menimbulkan
kegelisahan, ketidaknyamanan, dan semacam keinginan untuk mengundurkan diri.
Misalnya dalam bentuk melamun atau tidak memperhatikan.
5. Perilaku berubah-ubah, dalam arti tidak konsisten dan tidak terduga.
Rapor hasil belajar anak dengan kesulitan belajar cenderung tidak konstan. Tidak jarang
perbedaan angkanya menyolok dibandingkan dengan anak lain. Ini disebabkan karena
naik turunnya minat dan perhatian mereka terhadap pelajaran. Ketidakstabilan dan
perubahan yang tidak dapat diduga ini lebih merupakan isyarat penting dari rendahnya
prestasi itu sendiri.
6. Penilaian yang keliru karena data tidak lengkap
Kesulitan belajar dapat timbul karena pemberian label kepada seorang anak berdasarkan
informasi yang tidak lengkap. Misalnya tanpa data yang lengkap seorang anak
digolongkan keterbelakangan mental tetapi terlihat perilaku akademiknya tinggi, yang
tidak sesuai dengan anak yang keterbelakangan mental.
7. Pendidikan dan pola asuh yang didapat tidak memadai.
Terdapat anak-anak yang tipe, mutu, penguasaan, dan urutan pengalaman belajarnya
tidak mendukung proses belajar. Kadang-kadang kesalahan tidak terdapat pada sistem
pendidikan itu sendiri, tetapi pada ketidakcocokan antara kegiatan kelas dengan
kebutuhan anak. Kadang-kadang pengalaman yang didapat dalam keluarga juga tidak
mendukung kegiatan belajar.
5
2.4 Teknik Identifikasi Kesulitan Belajar
Identifikasi kesulitan belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan
kesulitan belajar. Sebagai prosedur maka identifikasi kesulitan belajar terdiri dari langkah-
langkah yang tersusun secara sistematis. Beberapa langkah pokok/prosedur dan teknik
pelaksanaan identifikasi kesulitan belajar adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar
Dalam mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan dapat dilakukan dengan cara
menandai siswa dalam satu kelas atau dalam suatu kelompok yang diperkirakan
mengalami kesulitan dalam belajar baik yang sifatnya umum maupun sifatnya lebih
khusus dalam bidang studi tertentu. Teknik yang dapat ditempuh bermacam-macam
antara lain dengan:
a. Meneliti nilai ujian
b. Menganalisis hasil ujian dengan melihat tipe kesalahan yang dibuatnya.
c. Observasi pada saat siswa dalam proses belajar mengajar
d. Memeriksa buku catatan pribadi yang ada pada petugas bimbingan.
e. Melaksanakan sosiometris untuk melihat hubungan sosial psikologis yang terdapat
pada para siswa.
2. Membatasi letak kesulitan (permasalahan)
Setelah menemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, maka pesoalan
selanjutnya yang perlu ditelaah ialah analisis letak kesulitan belajar siswa dengan cara
sebagai berikut:
a. Mendekati kesulitan belajar pada bidang studi tertentu. Dapat dilakukan dengan
cara membandingkan angka nilai prestasi individu siswa untuk semua bidang studi.
Untuk membuat jelas hal ini sebaiknya dibuat grafik yang berisi semua mata
pelajaran/bidang studi lengkap dengan nilainya.
b. Mendeteksi pada kawasan tujuan belajar dan bagian ruang lingkup bahan pelajaran
dimanakah kesulitan terjadi. Dapat dilakukan dengan menganalisis jawaban siswa
terhadap soal-soal setiap mata pelajaran. Dari jawaban itu dapat diketahui pada
bagiam mana siswa mendapat kesulitan.
c. Analisis terhadap catatan mengenai proses belajar. Analisis yang dimaksud disini
adalah analisis terhadap kemampuan menyelesaikan tugas-tugas, soal-soal saat
6
proses belajar berlangsung, kehadiran atau ketidakhadiran saat proses belajar
berlangsungsi untuk setiap mata pelajaran, penyesuaian diri dengan temannya.
3. Membatasi jenis faktor dan sifat yang menyebabkan siswa mengalami berbagai
kesulitan.
Untuk membatasi jenis faktor dan sifat yang menyebabkan siswa mengalami berbagai
kesulitan dapat dipergunakan berbagai cara dan alat, baik yang dapat dibuat oleh guru,
maupun yang telah dikerjakan orang lain yang tersedia disekolah. Cara dan alat itu
antara lain: test kecerdasan, test bakat khusus, skala sikap baik yang sudah standar
maupun yang secara sederhana bisa dibuat guru, wawancara dengan siswa yang
bersangkutan, mengadakan observasi yang intensif baik dalam maupun di luar kelas,
wawancara dengan guru dan wali kelas, dan dengan orang tua atau teman-teman bila
dipandang perlu
4. Perkiraan kemungkinan bantuan
Apabila kita telaah tentang letak kesulitan yang dialami siswa, jenis dan sifat kesulitan,
latar belakangnya, faktor-faktor yang menyebabkannya, maka kita akan dapat
memperkirakan beberapa hal berikut:
a. Apakah siswa tersebut masih mungkin ditolong untuk mengatasi kesulitannya atau
tidak.
b. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa
tertentu.
c. Kapan dan dimana pertolongan itu dapat di berikan.
d. Siapa yang dapat memberikan pertolongan.
e. Bagaimana cara menolong siswa agar dapat dilaksanakan secara efektif.
f. Siapa sajakah yang harus dilibatsertakan dalam menolong siswa tersebut.
5. Penetapan kemungkinan cara mengatasinya
Pada langkah ini perlu menyusun suatu rencana atau alternatif-alternatif rencana yang
akan dilaksanakan untuk membantu peserta didik/siswa mengatasi masalah kesulitan
belajarnya. Rencana ini hendaknya berisi: cara-cara yang harus ditempuh untuk
menyembuhkan kesulitan yang dialami siswa tersebut dan menjaga agar kesulitan yang
serupa jangan sampai terulang. Selain itu rencana ini harus berisi tentang: jadwal

7
kegiatan pemberian bantuan, cara bantuan diberikan, tempat, petugas yang akan
memberikan bantuan, tindak lanjut bantuan.

2.5 Tindak Lanjut


Kegiatan tindak lanjut adalah kegiatan melakukan bantuan, bimbingan, arahan atau
pengajaran paling tepat dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar, cara ini
dapat berupa :
1. Melaksanakan bantuan berupa melaksanakan pengajaran remidial pada mata pelajaran
yang menjadi masalah bagi siswa tertentu. Remidial dapat dilakukan oleh guru, atau
pihak lain yang dianggap dapat menciptakan suasana belajar siswa yang penuh
motivasi.
2. Membagi tugas dan peranan kepada orang-orang tertentu dalam memberikan bantuan
pada siswa.
3. Senantiasa mencek dan ricek kemajuan terhadap siswa yang bermasalah baik
pamahaman mereka terhadap bantuan yang diberikan berupa bahan, maupun mencek
bahan tepat guna program remedial yang dilakukan untuk setiap saat diadakan revisi
dan improvisasi.
4. Mentransfer atau mengirim (roferral case) siswa yang menurut perkiraan tidak dapat
ditangani oleh guru kepada orang atau lembaga lain (psikologi, psikiater, lembaga
bimbingan, lembaga psikoligi dan sebagainya) yang diperkirakan akan lebih dapat dan
lebih tepat membantu siswa tersebut.

2.6 Analisis Permasalahan Terkait Kesulitan Belajar Siswa


2.6.1 Masalah Kesulitan Belajar Siswa
Masalah-masalah kesulitan belajar yang dihadapi siswa umumnya memiliki hubungan
sebab akibat, yakni masalah yang diungkapkan merupakan akibat dari masalah yang
lain.
Kesulitan-kesulitan yang dapat teridentifikasi :
a. Faktor malas dalam belajar sehingga siswa tidak dapat menyelesaikan tugas yang
diberian guru. Hal ini disebabkan siswa kurang kurang dapat memusatkan perhatian
dalam mengikuti pelajaran. Ia juga tidak memiliki motivasi dalam belajar.
8
b. Kurangnya konsentrasi dalam belajar, termasuk sulit mengingat materi pelajaran
dan berdampak pada nilai belajar yang kurang memuaskan, hal ini menyebabkan
siswa malas membaca. Sehingga siswa kurang percaya diri.
c. Tidak tahu bagaimana cara belajar yang efektif. Belajar menjadi kurang konsentrasi
termasuk orang tua yang kurang memperhatikan belajarnya yang menyebabkan
siswa kurang berminat serta tidak mengetahui cara-cara atau keterampilan khusus
untuk memanfaatkan waktu senggang yang ada.
d. Kurang dapat memusatkan perhatian dalam mengikuti pelajaran. Kurannya
perhatian dari orang tua dalam mendukung kegiatan belajar yang berakibat tidak
bebas dalam menggunakan waktu senggang dengan sebaik-baiknya. Kurang
optimalnya waktu yang ada membuat siswa cenderung malas belajar.
e. Kurang konsentrasi dalam belajar mengakibatkan siswa malas untuk belajar. Hal ini
disebabkan karena orang tua kurang memperhatikan kegiatan belajarnya, akibatnya
siswa rendah diri atau kurang percaya diri dalam mengemukakan pendapat.
Rendahnya kepercayaan diri membuat siswa tidak menyukai mata pelajaran tertentu
(Matematika, Bhs Inggris).
f. siswa mengalami kesulitan belajar, diakibatkan tidak dapat berkonsentrasi dan tidak
mengetahui bagaimana cara belajar yang baik/efektif. Hal ini membuat siswa
kurang termotivasi dalam belajar yang akhirnya membuat siswa malas untuk
belajar. Kurang motivasi tersebut membuat siswa kurang berminat dan tidak
mengetahui cara/keterampilan untuk memanfaatkan waktu senggang serta kurang
percaya diri dalam mengemukakan pendapat.
g. mudah gugup dalam mengemukakan sesuatu sehingga kurang dapat memusatkan
perhatian dalam mengikuti pelajaran. Sukar membedakan yang dianggap baik dan
buruk menyebabkan siswa kurang suka membaca mata pelajaran. Faktor kemalasan
dalam belajar menyebabkan ia sering mengganggu teman sewaktu pelajaran
berlangsung.
h. Suka melakukan kegiatan tidak menentu sewaktu pelajaran berlangsung, misalnya
membuat coretan-coretan dalam buku, ini diakibatkan tidak tahu bagaimana belajar
yang baik (efektif). Sering malas dalam belajar membuat siswa khawatir pekerjaan

9
rumah (PR) banyak salah. Hal ini ditunjukkan mudah gugup dalam mengemukakan
sesuatu salah satunya diakibatkan guru kurang bersahabat
i. Sering malas belajar, menyebabkan siswa malas untuk mengerjakan tugas dari guru
di sekolah. Hal ini disebabkan siswa kurang percaya diri sehingga kurang
konsentrasi dalam belajar. Faktor-faktor tersebut berdampak pada kurang berminat
dan tidak mengetahui cara/keterampilan khusus untuk memanfaatkan waktu
senggang yang ada.
j. Suka melakukan kegiatan tidak menentu sewaktu pelajaran berlangsung, misalnya
membuat coretan-coretan dalam buku, ini diakibatkan tidak tahu bagaimana belajar
yang baik (efektif). Sering malas dalam belajar membuat siswa khawatir pekerjaan
rumah (PR) banyak salah. Hal ini ditunjukkan mudah gugup dalam mengemukakan
sesuatu salah satunya diakibatkan karena kurang percaya diri.
k. Mudah gugup dalam mengemukakan sesuatu sehingga kurang dapat memusatkan
perhatian dalam mengikuti pelajaran. Sukar membedakan yang dianggap baik dan
buruk menyebabkan siswa kurang suka membaca mata pelajaran. Faktor kemalasan
dalam belajar menyebabkan ia sering mengganggu teman sewaktu pelajaran
berlangsung.
Dari data tersaji, secara umum tampak bahwa kesulitan-kesulitan belajar yang
dialami siswa teridentifikasi sebagai berikut:
a. malas dalam belajar,

b. tidak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan guru

c. kurang dapat memusatkan perhatian dalam mengikuti pelajaran

d. tidak memiliki motivasi dalam belajar

e. kurangnya konsentrasi dalam belajar

f. sulit mengingat materi pelajaran

g. nilai belajar yang kurang memuaskan

h. malas membaca

i. kurang percaya diri.

j. tidak tahu bagaimana cara belajar yang efektif


10
k. orang tua kurang memperhatikan kegiatan belajar

l. kurang berminat

m. tidak mengetahui cara-cara untuk memanfaatkan waktu senggang

n. tidak bebas dalam menggunakan waktu senggang

o. kurang optimalnya waktu yang ada

p. kurang percaya diri dalam mengemukakan pendapat

q. tidak menyukai mata pelajaran tertentu (Matematika, Bhs Inggris)

r. mudah gugup dalam mengemukakan sesuatu

s. sukar membedakan yang dianggap baik dan buruk

t. keinginan sering mengganggu teman sewaktu pelajaran berlangsung

u. tidak suka melakukan kegiatan menentu sewaktu pelajaran berlangsung

v. membuat coretan-coretan dalam buku

w. khawatir pekerjaan rumah (PR) banyak salah

x. guru kurang bersahabat

2.6.2 Upaya- Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa


No Jenis Kesulitan Belajar Topik Bimbingan
1 Malas dalam belajar Pemantapan sikap dan
kebiasaan belajar efektif dan
efisien.
2 Tidak dapat menyelesaikan tugas yang Pemantapan sikap dan
diberikan guru kebiasaan belajar efektif dan
efisien.
3 Kurang dapat memusatkan perhatian Meningkatkan konsentrasi

11
dalam mengikuti pelajaran dengan metode permainan
sederhana
4 Tidak memiliki motivasi dalam belajar Meningkatkan konsentrasi
dengan metode permainan
sederhana
5 Kurangnya konsentrasi dalam belajar Pemusatan perhatian pada
satu
6 Sulit mengingat materi belajar Pengembangan kemampuan
membaca dan menulis
(meringkas) secara cepat.
7 Nilai belajar yang kurang memuaskan Pengembangan kemampuan
membaca dan menulis
(meringkas) secara cepat.
8 Malas membaca Pemanfaatan sarana
tekhnologi untuk membantu
proses belajar
9 Kurang percaya diri Melatih percaya diri dengan
pengenalan diri di depan
kelas
10 Tidak tahu bagaimana cara belajar yang Pemanfaatan kelompok
efektif
belajar sebagai solusi belajar
yang efektif
11 Orang tua kurang memperhatikan Belajar berkomunikasi lebih
kegiatan belajar
intensif dengan orang tua
12 Kurang berminat Pengarahan untuk mengikuti
kegiatan ekskul diluar
sekolah
13 Tidak mengetahui cara-cara untuk Mengatur jadwal belajar
memanfaatkan waktu senggang
12
dengan efektif dan effisien
14 Kurang optimalnya waktu yang ada Mengatur jadwal belajar
dengan efektif dan effisien
15 Kurang percaya diri dalam Melatih percaya diri dengan
mengemukakan pendapat
pengenalan diri di depan
kelas
16 Tidak menyukai pelajaran tertentu Mendalami materi pelajaran
(Matematika,Bhs Inggris)
yang tidak disukai dengan
lebih mendalam
17 Mudah gugup dalam mengemukakan Melatih percaya diri dengan
sesuatu
pengenalan diri di depan
kelas
18 Sukar membedakan yang dianggap baik Belajar mendahulukan
dan buruk
prioritas utama yang akan
dituju
19 Keinginan sering mengganggu teman Pendalaman karakter diri
sewaktu pelajaran berlangsung
sendiri
20 Tidak suka melakukan kegiatan Meningkatkan konsentrasi
menentu sewaktu pelajaran berlangsung
dengan metode permainan
sederhana
21 Membuat coretan-coretan dalam buku Meningkatkan konsentrasi
dengan metode permainan
sederhana
22 Khawatir pekerjaan rumah (PR) banyak Belajar manajemen waktu
salah
yang baik dan seimbang
23 Guru kurang bersahabat Mencoba lebih mengenali
guru yang tidak disukai,
mendalami pelajaran yang

13
tidak disukai

Beberapa permasalahan kesulitan belajar siswa oleh guru BK diatasi dengan konseling

kelompok dengan mengikuti prosedur sebagai berikut :

a. Mendiagnosis permasalahan belajar siswa, penyebab permasalahan dan

menggali akar masalah.

b. Guru menyampaikan penanganan kesulitan belajar siswa menggunakan tahapan-

tahapan atau langkah-langkah teknik eklektif dan bimbingan belajar.

c. Guru BK mendalami dan menganalisis data tentang siswa.

d. Guru BK melaksanakan sintesis data untuk mengenal kekuatan-kekuatan dan

kekelemahan-kelemahan siswa.

e. Langkah prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah

f. Pemecahan masalah, tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil bimbingan.

g. Merancang instrumen pengamatan dan wawancara

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Refleksi merupakan kegiatan mengingat, merenungkan, mencermati, dan


menganalisis kembali suatu tindakan yang telah dilakukan dalam
suatu pembelajaran. Fungsi refleksi pembelajaran antara lain memberikan
deskripsi, Rasa dan pikiran, evaluasi, analisis, kesimpulan, dan rencana ke depan,
Kesulitan belajar merupakan kesulitan yang dialami oleh peserta didik
dalam kegiatan belajarnya, sehingga berakibat prestasi belajarnya rendah dan
perubahan tingkah laku yang terjadi tidak sesuai dengan partisipasi yang diperoleh
sebagaimana teman-teman kelasnya (Sunarta:1985).
Karakteristik yang ditemui pada anak dengan kesulitan belajar, diantaranya
yaitu sejarah kegagalan akademik berulang kali, hambatan fisik/tubuh atau
lingkungan berinteraksi dengan kesulitan belajar, kelainan motivasional,
kecemasan yang samar-samar, kegagalan yang berulang kali, perilaku berubah-
ubah, rapor hasil belajar anak, penilaian yang keliru karena data tidak lengkap dan
pendidikan dan pola asuh yang didapat tidak memadai.
Beberapa langkah pokok/prosedur dan teknik pelaksanaan identifikasi
kesulitan belajar antara lain identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar,
membatasi letak kesulitan (permasalahan), membatasi jenis faktor dan sifat yang
menyebabkan siswa mengalami berbagai kesulitan., perkiraan kemungkinan
bantuan dan penetapan kemungkinan cara mengatasinya.
Masalah kesulitan belajar yang dialami siswa antara lain : malas dalam belajar,
tidak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan guru, kurang dapat memusatkan
perhatian dalam mengikuti pelajaran, tidak memiliki motivasi dalam belajar,
kurangnya konsentrasi dalam belajar, sulit mengingat materi pelajaran, nilai belajar
yang kurang memuaskan, malas membaca, kurang percaya diri., tidak tahu
bagaimana cara belajar yang efektif, orang tua kurang memperhatikan kegiatan
belajar, kurang berminat, tidak mengetahui cara-cara untuk memanfaatkan waktu
senggang, tidak bebas dalam menggunakan waktu senggang, kurang optimalnya
waktu yang ada, kurang percaya diri dalam mengemukakan pendapat, tidak
menyukai mata pelajaran tertentu (Matematika, Bhs Inggris), mudah gugup dalam

15
mengemukakan sesuatu, sukar membedakan yang dianggap baik dan buruk,
keinginan sering mengganggu teman sewaktu pelajaran berlangsung, tidak suka
melakukan kegiatan menentu sewaktu pelajaran berlangsung, membuat coretan-
coretan dalam buku, khawatir pekerjaan rumah (PR) banyak salah dan guru kurang
bersahabat

3.2 Saran
Adapun kesulitan yang diderita anak didik tidak hanya yang bersifat
menetap, juga bisa dihilangkan dengan usaha-usaha tertentu. Jadi kesulitan belajar
peserta diidk dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu dengan bantuan guru atau
orang lain.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://diasdiari.blogspot.com/2014/10/makalah-kesulitan-belajar.html

Feldmen, William. Penerjemah Sudarmaji. Mengatasi Gangguan Belajar Pada Anak.


Prestasi Putra. Jakarta:. 2002.

http://ulfahnurulwahdah.blogspot.com/2016/06/refleksi-pembelajaran-dan-
identifikasi_9.html

Drs. Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai