Anda di halaman 1dari 9

Nama : IKARIHAYATI

Kelas : 7E

NIM : 2014015224

RINGKASAN DARI FILM TAARE ZAMEEN PAR

1. Perbedaan anak berkesulitan belajar, lamban belajar, dan problem belajar.


a. Anak berkesulitan belajar

Anak berkesulitan belajar adalah anak yang memiliki ganguan satu atau lebih dari
preoses dasar yang mencakup pemahaman penggunaan bahasa lisan atau tulisan, gangguan
tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kemampuan yang tidak sempurna dalam
mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis,mengeja atau menghitung. Batasan
tersebut meliputi kondisi-kondisi seperti gangguan perceptual, luka pada otak, diseleksia dan
afasia perkembangan. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan
sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan
belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit
pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa
ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat
bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan
prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. Kesulitan belajar siswa mencakup
pengetian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c)
underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities.

Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas akan tampak
dari berbagai gejala yang dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek psikomotorik,
kognitif, konatif maupun afektif . Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala
kesulitan belajar, antara lain :

1) Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada
siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah
3) Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari
kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
4) Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-
pura, dusta dan sebagainya.
5) Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak
mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau
mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.
6) Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah
tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu.
Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau
menyesal, dan sebagainya.

Sementara itu, Burton (Abin Syamsuddin. 2003) mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami
kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan
belajar. Menurut dia bahwa siswa dikatakan gagal dalam belajar apabila :

a) Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat
keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam pelajaran
tertentu yang telah ditetapkan oleh guru (criterion reference).
b) Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran
tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini dapat
digolongkan ke dalam under achiever.
c) Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan sebagai
prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke
dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang
(repeater)

Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalami
kesulitan belajar, maka diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan, sehingga dengan kriteria
ini dapat ditetapkan batas dimana siswa dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar.
Terdapat empat ukuran dapat menentukan kegagalan atau kemajuan belajar siswa : (1) tujuan
pendidikan; (2) kedudukan dalam kelompok; (3) tingkat pencapaian hasil belajar dibandinngkan
dengan potensi; dan (4) kepribadian.

b. Anak lamban belajar

Slow learner atau anak lambat belajar adalah mereka yang memiliki prestai belajar
rendah (di bawah rata-rata anak pada umumnya) pada salah satu atau seluruh area akademik, tapi
mereka ini bukan tergolong anak terbelakang mental. Skor tes IQ mereka menunjukkan skor
anatara 70 dan 90 (Cooter & Cooter Jr., 2004; Wiley, 2007). Dengan kondisi seperti demikian,
kemampuan belajarnya lebih lambat dibandingkan dengan teman sebayanya.

Adapula pengertian mengenai Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang
lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
Tidak hanya kemampuan akademiknya yang terbatas tapi juga pada kemampuan-kemampuan
lain, dianataranya kemampuan koordinasi (kesulitan menggunakan alat tulis, olahraga, atau
mengenakan pakaian). Dari sisi perilaku, mereka cenderung pendiam dan pemalu, dan mereka
kesulitan untuk berteman. Anak-anak lambat belajar ini juga cenderung kurang percaya diri.
Kemampuan berpikir abstraknya lebih rendah dibandingkan dengan anak pada umumnya.
Mereka memiliki rentang perhatian yang pendek. Anak dengan SL memiliki cirri fisik normal.
Tapi saat di sekolah mereka sulit menangkap materi, responnya lambat, dan kosa kata juga
kurang, sehingga saat diajak berbicara kurang jelas maksudnya atau sulit nyambung.

Hal hal yang dapat kita lakukan dalam menghadapi anak slow learner yaitu :

1) Isi materi diulang-ulang lebih banyak dibandingkan dengan teman sebayanya.


2) Sediakan waktu khusus untuk membimbingnya secara individual.
3) Waktu materi pelajaran jangan terlalu panjang dan tugas-tugas atau pekerjaan rumah
lebih sedikit dibandingkan dengan teman-temannya.
4) Lebih baik menanamkan pemahaman suatu konsep daripada harus mengingat suatu
konsep.
5) Gunakan peragaan dan petunjuk visual.
6) Konsep-konsep atau pengertian-pengertian disajikan secara sederhana.
7) Jangan mndorong mereka untuk berkompetisi dengan anak-anak yang memiliki
kemampuan yag lebih tinggi.
8) Pemberian tugas-tugas harus terstruktur dan kongkrit.
9) Gunakan berbagai pendekatan dan motivasi belajar.
10) Berikan kesempatan kepada anak untuk bereksperimen dan praktek langsung tentang
berbagai konsep dengan menggunakan bahan-bahan kongkrit atau dalam situasi simulasi.
11) Untuk mengantarkan pengajaran materi baru maka kaitkan materi tersebut dengan materi
yang telah dipahaminya.
12) Instruksi yang sederhana memudahkan anak untuk memahami dan mengikuti instruksi
tersebut. Pada saat memberikan arahan harus berhadapan.
13) Berikan dorongan kepada orangtua untuk terlibat dalam pendidikan anaknya di sekolah.
Membimbing mengerjakan PR, menghadiri pertemuan-pertemuan di sekolah,
berkomunkasi dengan guru, dll.

c. Anak problem belajar


Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat
sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya
sebagai suatu hal yang tidak mengenakan. Prayitno (1985) mengemukakan bahwa
masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri
sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. Sedangkan menurut pengertian
secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat
diartikan atau didefinisikan sebagai berikut :
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan
menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.
Masalah-masalah Belajar adalah segala masalah yang terjadi selama proses belajar itu
sendiri. Masalah-masalah belajar tetap akan dijumpai. Hal ini merupakan pertanda bahwa
belajar merupakan kegiatan yang dinamis, sehingga perlu secara terus menerus
mencermati perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa.
Masalah-masalah belajar baik intern maupun ekstern dapat dikaji dari dimensi guru
maupun dimensi siswa, sedangkan dikaji dari tahapannya, masalah belajar dapat terjadi
pada waktu sebelum belajar, selama proses belajar dan sesudah, sedangkan dari dimensi
guru, masalah belajar dapat terjadi sebelum kegiatan belajar, selama proses belajar dan
evaluasi hasil belajar. Masalahnya sering kali berkaitan dengan pengorganisasian belajar.

2. Respon orang sekitar terhadap Ihsaan.


a. Respon keluarga

Ibunya, Maya Awasthi sering membantunya belajar. Dengan kesabaraannya ia membantu Ishaan
mengulang pelajarannya, namun pada akhirnya Ibunya lelah karena lagi-lagi Ishaan salah dalam
menulis. Ia selalu saja salah dalam menulis kata-kata. Misalnya seharunya ditulis table ia
menulisnya dengan tabl kemudian ia menulisnya dengan tabel. Dan masih banyak kata-kata lain
yang susah dimengerti. Ishaan sangat berbeda dengan kakaknya, Yohan Awasthi. Yohan sangat
cerdas di semua mata pelajaran termasuk olahraga yaitu tenis. Namun, Yohan sendiri juga
mengetahui kelebihan Ishaan yaitu dibidang seni lebih tepatnya dalam hal seni rupa. Ayahnya,
Nandkishore Awasthi yang sangat sibuk dengan pekerjaannya, dan memiliki sifat otoriter,
sehingga tidak sadar dalam mendidik anak-anaknya mengalami kesalahan, yang selanjutnya
menimbulkan dampak kepada Ishaan sendiri, kurang perhatian dan kata kata kasar yang semakin
member tekanan mental buruk terhadap Ishaan.

b. Respon Sekolah
Ishaan tergolong anak yang susah belajar, dianggap bodoh dan nakal. Tidak heran karena ia tidak
pernah mengerakan Pekerjaan Rumah (PR), nilai ulangannya selalu di bawah rata-rata, ia juga
kesulitan untuk membaca dan menangkap perintah dan kata-kata orang lain, setiap kata-kata dan
tulisan yang dilihatnya seolah-olah tulisannya itu seperti menari-nari. Selama sekolah Ishaan
juga menjadi bahan ejekan temen-temenya. Bahkan gurunya pun juga sering memarahinya
karena dia mempunyai kekurangan tersebut. Selain itu ia juga kesulitan untuk mencerna perintah
dari guru. Misalnya instruksi untuk membuka halaman 38, bab 4 paragraf 3, dia kesulitan untuk
melakukannya. Namun dari kekurangan yang dimiliki, dia juga mempunyai kelebihan. Dia
sangat pandai dan suka melukis.

c. Respon Masyarakat
Mengganggap Ihsaan anak idiot, tidak memiliki teman bermain satupun, kecuali Ihsaan memiliki
sifat peduli terhadap makhluk seperti anjing dan ikan.
3. Metode apa yang digunakan guru, sehingga bisa membaca, menghitung dan menulis.
a) Dilatih berbagai hal mulai dari menyadarkan kesalahannya selama ini yang harus
dirubah, mengenai tertukarnya hurup b dengan d, terbaliknya tulisan hurup s dan R,
menulis hurup h dan t seperti menulis di balik cermin, dan kesalahan-kesalahan dalam
menuliskan ejaan bila di dikte.
b) Urutan belajar yang sistimatis yaitu dari pemahaman yang konkrit ke yang abstrak.
Dengan ini dalam film diberikan metode yang lebih konkrit yaitu dengan media pasir.
Disini siswa disuruh menulis dipasir.
c) Cara mengajar yang mudah dicerna, yaitu dalam film guru memberikan metode menulis
huruf ditangan si anak. Disini anak akan merasa menyatu dalam badan sehingga lebih
mudah dicerna dan dimaknai anak.
d) Menggunakan media. Jadi disini guru menggunakan media kanvas, karna sesuai dengan
minat siswa yaitu berkaitan dengan melukis. Jadi guru menyuruh anak melukis huruf di
kanvas.
e) Kemudian melatih pemahaman membaca dengan mengenalkan dari dasar dulu, yaitu
mengenalkan huruf. Jadi disini guru menyuruh siswa mencetak huruf dengan plastisin.
f) Setelah itu, adakalanya siswa di tes. Karna anak ini mengalami kesulitan dalam
membaca, menulis, berhitung, maka guru menggunakan tes lisan. Guru menuliskan soal
dibarengi membacakannya, karna posisi anak belum mahir membaca. Dalam hasil tes
tersebut, siswa dapat menjawab dengan tepat.
g) Masih menggunakan media kembali. Guru memberikan media papan bergaris yang disini
siswa disuruh menulis angka dalam ukuran besar.
h) Dapat pula guru menggunakan media audio.
i) Dalam mengajarkan berhitung, guru mengajak siswa untuk belajar penjumlahan
pengurangan di tangga. Tangga diberi tulisan (-, +) guna lebih mengkonkretkan
pemahaman anak.
j) Lalu kembali ke media papan bergaris, guru menyuruh siswa untuk menulis angka
kembali namun ke ukuran yang lebih kecil.
k) Lama lama siswa akan mengalami pengurangan dalam kesalahan menulis. Sehingga
tulisan menjadi semakin rapi dan terkondisikan.

4. Pendekatan apa yang dilakukan guru untuk menyadarkan lingkungan atau orang orang
dilingkungan Ihsan.

Guru seni yang bernama Ram yang menyadarkan orang tua Ishaan bahwa anaknya mengalami
disleksia. Setelah menemui orang tua Ishaan, Ram kemudian memohon kepada Kepala Sekolah
(asrama) agar Ishaan diberikan kemudahan dan tidak dikeluarkan. Dimana ia nantinya yang akan
membantu Ishaan agar dapat membaca dan juga menulis. Kemudian untuk meningkatkan
kepercayaan diri Ishaan dan memperlihatkan kelebihan Ishaan dalam melukis, Ram mengadakan
lomba melukis bagi guru dan murid di asrama tersebut.
Judul film : Taare Zameen Par
Genre : Drama Edukasi
Productions : Aamir Khan
Pemeran : Darsheel Safary, Aamir Khan, Tanay Cheda, Sachet Engineer, Tisca Chopra,
Vipin Sharma

Film ini mengisahkan seorang anak yang bernama Awasthi Ihsan (Darshel safary) yang
mengalami Disleksia, dimana ia mempunyai dunianya sendiri, suka berimajinasi, dan seorang
anak yang pemberani. Dan juga sebagaiseorang anak yang mengalami Disleksia dengan ciri-ciri :
tidak dapat melihat huruf dan angka dengan benar dalam penglihatannya huruf dan angka seperti
sedang menari-nari dan selalu menari-nari di pelupuk matanya sehingga anak disleksia tidak
dapat membaca dan tidak dapat menulis dengan benar.

Ihsaan sering mendapatkan tekanan. Dari teman-temannya, dari orang tuannya, dari guru-
gurunya, mereka tidak memahami kondisi ihsaan yang sebenarnya mengalami disleksia. Ihsaan
selalu mendapatkan nilai buruk disekolahnya, ia pernah bolos dari sekolah dan akibat
perbuatangnya dia akan di krim ke asrama, mendengar keputusan dari ayahnya itu Ihsaan
menjadi defresi. Dan akhirnya ia tetap di kirim ke asrama.

Diasrama barunya Ihsaan di perlakukan sama dengan di sekolah lamanya, setiap guru yang
mengajarnya tidak ada yang mengerti kondisi yang di alami oleh Ihsaan. Di asrama ini Ihsaan
sering mendapatkan tekanan dari guru-gurunya dan teman-temannya. Di sekolah baru / asrama
oleh gurunya Ihsaan diminta untuk menerjemahkan isi dari sebuah puisi yang dibacakan
temannya, tapigurunya tidak suka dengan pendapatnya, padahal Ihsan menjelaskan isi puisi
tersebut dengan sangat benar, berdasarkan pendapatnya. Dengan perlakuan kasar yang di berikan
guru-gurunya Ihsan menjadi lebih defresi lagi, ia membuang semua buku-bukunya dan selalu
merasa ketakutan, ia merasa dirinya tidak ada yang peduli, merasa sendiri, dan hilangnya percaya
diri.

Hingga datang seorang guru yang enerjik mengajar kesekolah tersebut. Ia bernama Ram Shankar
Nikumbh (Amir Khan). Ram Shankar Nikumbh adalah sebagai guru pengganti di sekolah itu dan
dia juga mengajar di sebuah sekolah yang menangani Anak Berkebutuhan Khusus. Pada awalnya
Ram tidak begitu memperhatikan Ihsaan tapi lama-kelamaan ia mulai memperhatikan Ihsaan.
Melihat kondisi ihsaan Ram prihatin. Ram merasa Ihsan sedang membutuhkan bantuan itu dia
lihat dari sorot pandang mata Ihsan. Hingga akhirnya ia mendatangi rumah orang tuanya ihsaan
untuk mendapatkan beberapa informasi yang ia butuhkan.

Disana Ram melihat semua tulisan ihsaan, dan sangat terkejut sekali ketika ia melihat lukisan-
lukisan Ihsan yang sangat indah dan mengandung makna. Ihsaan mengungkapkan perasaannya
lewat lukisan-lukisan yang ia buat. Ram meminta bukubuku Ihsan yang dahulu di keluarka dan
ia pun mendapati bahwa tulisan Ihsan mempunyai kesalahan yang sama pada setiap bukunya,
seperti : tertukarnya hurup b dengan d, terbaliknya tulisan hurup s dan R, menulis hurup h dan t
seperti menulis di balik cermin, dan kesalahan-kesalahan dalam menuliskan ejaan bila di dikte.
Ram berpendapat bahwa Ihsaan mengalami kesulitan dalam mengenali huruf, menurt Ram, Ihsan
tidak dapat membaca tulisan dan tidak dapat mengenali karakter dari setiap tulisan, jadi dia tidak
mengerti apa artinya. Ram mengatakan kepada kedua orang tua Ihsan, bahwa orang yang
mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis disebut Disleksia.

Ciri-ciri Disleksia menurut Ram adalah :

1.Kesulitan dalam mengikuti beberapa instruksi

2.Tidak dapat menggunakan motorik halusnya dengan baik, seperti kesulitan dalam
mengancingkan bajunya, atau mengikat tali sepatunya.

3.Tidak dapat menghubungkan ukuran, jarak dan kecepatan, seperti tidak dapat menangkap
lemparan bola.

4.Tidak dapat melakukan hal-hal yang seharusnya dapat di lakukan oleh anak seusianya.

Bila anak mengalami hal-hal di atas maka rasa percaya diri anak tersebut akan hilang, sering
melakukan pemberontakan. Dan anak tersebut akan menyembunyikan segala kekurangannya
dengan ketidak taatan dan senang membuat kerusuhan dimana saja. Dan tidak mau mengakui
bahwa ia tidak bisa tetapi ia akan mengatakan aku tidak mau.

Disleksia dapat terjadi kepada siapa saja, kadang-kadang disebabkan oleh faktor genetik, bisa
juga karena terdapat masalah pada sinep-sinep otak anak tersebut. Meskipun demikian setiap
anak disleksia mempunyai pemikiran yang tajam dan mempunyai imajinasi yang kuat dan
mereka adalah orang yang berbakat bahkan lebih berbakat dari orang-orang normal.

Setelah mengerti masalah yang dihadapi Ihsaan, Ram menceritakan kepada Ihsaan dan teman-
temannya didalam kelasnya beberapa kisah tentang orang-orang yang pernah mengalami
Disleksia yang tidak dapat membaca dan menulis namun mereka berusaha dengan keras untuk
mencoba belajar dan memahami tentang hurup walaupun huruf-huruf atau kata-kata itu adalah
musuh bagi orang-orang Disleksia, menurut orang-orang disleksia huruf-huruf itu bagaikan
menari-nari di pelupuk matanya dan begitu menakutkan dan menyiksa diri mereka, otak mereka
penuh dengan hal-hal yang tidak mungkin, alfabet seperti sedang menari di ruang disko begitu
anggapan mereka. Orang-orang menertawakan anak-anak yang mengalami Disleksia karena
anak-anak Disleksia umumnya suka memikirkan / melamuni hal-hal yang tidak masuk akal,
walaupun seperti itu mereka tetap berani menghadapinya, siapa sangka anak-anak Disleksia
tersebut akan menjadi orang-orang besar dan terkenal dengan pemikiran-pemikiran anehnya,
siapa saja orang-orann yang terkenal tersebut? diantaranya :
1.Albert Einstein, seorang ilmuan besar populer dengan teori-teorinya yang menakjubkan.
Seperti teori Relativitas.

2.Leonardo Da Vinci, pencipta Helikoptor pada abad ke 15. 400 tahun sebelum adanya pesawat.
Lionardo menulis seperti menulis dibalik cermin (semua tulisannya terbalik).

3.Thomas Alva Edison, seorang penemu listrik.

4.Abhishek Bachchan, seorang artis terkenal di India.

5.Pablo Picasso, seorang pelukis terkenal, ia tidak pernah memahami angka 7

6.Walt Disney, pencipta kartun Mickey Mouse, ia kesulitan dalam membaca maka dia
menuangkan kehidupan kedalam dunia kartun.

7.Neil Diamon, penyanyi terkenal.

8.Agatha Christie, seorang penulis buku misteri.

Ram memberikan cerita-cerita ini agar Ihsan termotivasi untuk maju dan berani dalam
menghadapi segala kesulitan yang dia hadapi. Ram juga mengatakan kepada Ihsan bahwa ia pun
dahulu mengalami hal yang sama dengan orang-orang yang dia ceritakan. Semua harapan Ram
terjawab dengan apa yang dilakukan oleh Ihsan, Ia membuat sebuah kapal kecil yang dapat
bergerak di air, semua itu karena Ihsan memang memiliki daya imajinasi yang kuat.

Menurut Ram, Ihsan adalah siswa yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Hanya saja dia
membutuhkan sedikit bantuan, menurut Ram semua anak di dunia ini memiliki hak yang sama
untuk belajar, tak perduli dengan kekurangan yang mereka miliki. Sesuai dengan hukum negara
pendidikan untuk semua skema dimana hukum ini memberikan hak yang sama di dalam dunia
pendidikan.

Dan ia pun memulai mengajarkan ihlan dengan penuh kesabarannya, Ram mengajarkan Ihsan 2
atau 3 jam dalam minggu, pelatihan-pelatihan yang dilakukan Ram sebagai berikut :

1.Untuk sementara materi ejaan di abaikan,

2.Ihsan hanya di uji secara lisan saja,

3.Ihsan diajarkan menulis huruf di atas pasir,

4.Menulis huruf diatas kulit (sebagai indra peraba),


5.Bermain warna, dengan mencontoh bentuk huruf,

6.Bermain playdoo, membentuk beberapa karakter dengan playdoo,

7.Menggambar angka besar di papan kotak-kotak,

8.Meronce,

9.Memberikan rekaman suara yang sesuai dengan tulisan yang di berikan kepada Ihsan, agar
Ihsan dapat belajar membaca dengan mengikuti nada sura dan melihat tulisan,

Dengan bantua-bantuan tersebut akhirnya Ihsan dapat membaca dan menulis.

Sedangkan untuk pelajaran matematika Ram memberikan materi sebagai berikut :

1.Ihsan diminta menaiki dan menuruni tangga sesuai dengan angka yang ada di tangga dan
sesuai dengan intruksi yang di berikan oleh Ram, disini Ram mengajarkan penjumlahan dan
pengurangan.

2.Ram juga mengajak Ihsan untuk bermain Game di komputer, itu untuk mengembangkan trik-
trik dalam menyelesaikan masalah.

Semua itu dilakukan Ram terhadap Ihsaan, sehingga Ihsaan secara perlahan tapi pasti dapat
membaca, menulis dan berhitung, sebuah penanganan yang menakjubkan dari usaha seorang
guru dalam mengajarkan anak didiknya.

Ram mengadakan perlombaan melukis, dan ia mengajak semua kalangan untuk berpartisipasi
pada perlombaan tersebut, mulai dari semua anak didik, guru-guru dan semua orang. Dan semua
orang mengikuti perlombaan tersebut tak terkecuali Ihsan. Dan di akhir perlombaan Ihsaan dan
Ram lah yang menjadi pemenang, karena lukisan mereka berdua lah yang paling bagus. Tapi
pemenangnya tetap Ihsan dengan alasan tidak mungkin seorang guru menang dari muridnya.

KESIMPULAN :

Dari melihat film ini saya menyimpulkan bahwa gangguan Disleksia tidak bersifat permanen
karena Disleksia dapat di sembuhkan dengan memberi perhatian yang lebih, memberikan kasih
dan sayang, menumbuhkan rasa percaya diri, dan anak diajarkan dengan cara atau metode yang
sesuai dengan yang di butuhkan anak Disleksia

Anda mungkin juga menyukai