Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH

FILSAFAT ILMU
KONSEP DAN FILSAFAT ILMU
(Aktifitas Kelompok Masyarakat dan Penemuan Ilmu Pengetahuan)

Disusun Oleh:
1.Erna Puji Hastuti,S.Pd (21112251086)
2.Anna Kurotul ‘Aini,S.Pd,SD (2112251075)
3. Wahyu Sri Muji Lestari,S.Pd (2112251050)

PRODI S2 PENDIDIKAN DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis


ucakan kepada Allah swt karena bimbingannyalah maka penulis bisa
menyelesaikan sebuah Makalah berjudul “Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat
Ilmu”
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
penelitian ini, khususnya kepada : Bapak Dr.Kus Eddy,S.M,Si selaku dosen mata
kuliah filsafat ilmu yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pkiran dalam
pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian
penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar
pada makalah ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih
positif bagi kita semua.

Klaten,  10 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A.    Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B.     Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C.     Tujuan Pembahasan ............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3
A.    Pengertian Filsafat Ilmu ..........................................................................3
1.   Pengertian Filsafat ................................................................................... 3
2.   Pengertian Ilmu ....................................................................................... 5
3.   Pengertian Filsafat Ilmu ...........................................................................6
4.   Persamaan dan Perbedaan Filsafat dan Ilmu ........................................... 7
B.     Ruang Lingkup Filsafat Ilmu ................................................................. 8
1.      Komponen Filsafat Ilmu .........................................................................8
2.      Objek Filsafat Ilmu .................................................................................11
3.      Tujuan Filsafat Ilmu ............................................................................... 11
BAB III PENUTUP .....................................................................................13
A.    Kesimpulan ............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah


Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan, baik secara
subtansial maupun historis, hal itu dikarenakan bahwa kelahiran ilmu tidak lepas
dari sebuah peranan dari filsafat dan sebaliknya perkembangan ilmulah yang
memperkuat keberadaan dari filsafat itu sendiri. Kelahiran filsafat di Yunani
mengubah pola pikir bangsa Yunani dari pandangan yang mitos menjadi rasio.
Dengan filsafat pula pola pikir yang selalu tergantung pada yang ghaib diubah
menjadi pola pikir yang tergantung pada rasio.
Perubahan dari pola pikir mitos ke rasio membawa implikasi yang tidak
kecil. Alam dengan segala gejalanya yang selama itu ditakuti sekarang didekati
dan bahkan bisa dikuasai. Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya
hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang mejelaskan perubahan yang
terjadi, baik alam semesta maupun pada manusia itu sendiri.
Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang berusaha mencerminkan
segala sesuatu secara dasar dengan berbagai persoalan mengenai ilmu
pengetahuan, landasan dan hubungan dari segala segi kehidupan manusia. Filsafat
ilmu merupakan penerus dalam pengembangan filsafat pengetahuan, itu
disebabkan pengetahuan tidak lain adalah tingkatan yang paling tinggi dalam
perangkat pengetahuan manusia.
Oleh karena itu mempelajari ilmu filsafat membuka candela ilmu
pengetahuan untuk lebih mengerti, memahami dan dapat memanfaatkan ilmu
untuk kebaikan diri sendiri, orang lain, alam semesta terutama untuk Allah
SWT. Berdasarkan hal di atas, maka makalah ini akan menguraikan pengertian
dari filsafat ilmu, dan ruang lingkup dari filsafat ilmu tersebut.

1
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
1.      Apakah pengertian filsafat ilmu?
2.      Bagaimana ruang lingkup filsafat ilmu?

C.    Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan dalam
makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui pengertian dari filsafat ilmu.
2.      Untuk mengetahui ruang lingkup filsafat Ilmu.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Filsafat Ilmu


Pengertian filsafat ilmu dalam sejarah perkembangan pemikiran
kefilsafatan, antara satu ahli filsafat dan yang lainnya selalu berbeda pendapat dan
hampir sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Oleh karena itu pengertian
filsafat ilmu dapat ditinjau dari dua segi yakni secara etimologi dan terminologi.
Akan tetapi sebelum membahas masalah pengertian filsafat ilmu akan lebih
baiknya kita mengetahui apa itu pengertian dari filsafat dan ilmu.
1.      Pengertian Filsafat
Kata filsafat yang dalam bahasa Arab falsafah, yang dalam bahasa Inggris
dikenal dengan istilah philosophy, adalah berasal dari bahasa Yunani
yaitu philosophia. Kata philosopia terdiri atas kata philein yang berarti cinta
(love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi
filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang khusus dari
seorang filsuf adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan. Kata filsafat pertama
kali digunakan oleh Pyhthagoras (496-582 SM).[1]
Secara terminologi pengertian filsafat menurut para filsuf sangat beragam,
Al-Farabi mengartikan filsafat sebagai ilmu tentang alam maujud dan bertujuan
menyelidiki hakikat yang sebenarnya. Ibnu Rusyd mengartikan filsafat sebagai
ilmu yang perlu dikaji oleh manusia karena dia dikaruniai akal. Immanuel Kant
mengartikan filsafat sebagai ilmu yang menjadi pokok pangkal dari segala
pengetahuan yang di dalamnya mencakup masalah epistimologi yang menjawab
persoalan apa yang dapat kita ketahui.
Aristoteles mengartikan filsafat sebagai ilmu yang meliputi kebenaran
yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik, dan estetika. Adapun Ali Mudhofir mengartikan filsafat sebagai
suatu sikap terhadap kehidupan dan alam semesta, sebagai suatu metode, sebagai
kelompok persoalan, sebagai analisis logis tentang bahasa dan penjelasan makna,
dan sebagai usaha untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh.

3
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian filsafat adalah ilmu pengetahuan
yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan
mempergunakan akal sampai pada hakikatnya. Filsafat bukannya mempersoalkan
gejala-gejala atau fenomena akan tetapi mencari hakikat dari fenomena tersebut.

4
2.      Pengertian Ilmu
Secara etimologi atau asal usul suatu kata, kata Ilmu ini berasal dari
Bahasa Arab, yaitu `ilm ( ‫) علم‬ yang memiliki makna mengetahui atau perbuatan
yang bertujuan untuk mengetahui segala sesuatu. Sedangkan dalam bahasa
Inggris, ilmu berasal dari kata Science atau Bahasa Latin, yakni Scientia yang
bermakna pengetahuan, mengetahui atau memahami. Sementara itu, menurut
kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu
bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang
(pengetahuan), pengetahuan, atau kepandaian tentang soal duniawi, akhirat, lahir,
batin, dsb.
Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli di antaranya adalah :
a)     Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mendefinisikan ilmu adalah yang
empiris, rasional, umum dan sistematik.
b)      Ashley Montagu, Guru Besar Antropolog di Rutgers University
menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem
yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat
prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
c)      Harsojo, Guru Besar Antropolog di Universitas Pajajaran, menerangkan
bahwa ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang sistematikan, suatu pendekatan
atau metode terhadap seluruh dunia empiris, dan suatu cara untuk menganalisis.
d)     Afanasyef, seorang pemikir marxist bangsa Rusia mendefinisikan ilmu sebagai
pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara
sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu
tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha
berpikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan
adalah produk dari epistemologi, dengan kata lain ilmu terbentuk dari 3 cabang
filsafat yakni ontologi, epistemologi dan aksiologi,
5
Dari beberapa pendapat tentang ilmu menurut para ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, syarat
tertentu yaitu sistematik, rasional, empiris, universal, objektif, dapat diukur,
terbuka dan kumulatif.

3.      Pengertian Filsafat Ilmu


Cabang filsafat yang membahas masalah ilmu adalah filsafat ilmu. Filsafat
ilmu dapat dibedakan menjadi dua yaitu filsafat ilmu dalam arti luas dan sempit,
filsafat ilmu dalam arti luas yaitu menampung permasalahan yang menyangkut
hubungan luar dari kegiatan ilmiah, sedangkan dalam arti sempit yaitu
menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan dalam yang
terdapat di dalam ilmu. Banyak pendapat yang memiliki makna serta penekanan
yang berbeda tentang filsafat ilmu. Menurut Prof. Dr. Conny R. Semiawan, dkk
mengartikan filsafat ilmu dalam empat titik pandang yaitu mengelaborasikan
implikasi yang lebih luas dari ilmu, mengasimilasi filsafat ilmu dengan sosiologi,
suatu sistem yang di dalamnya konsep dan teori tentang ilmu dianalisis dan
diklasifikasi, dan suatu patokat tingkat kedua yang dapat dirumuskan antara doing
science dan thinking tentang bagaimana ilmu harus dilakukan.
Adapun The Liang Gie mendefinisikan filsafat ilmu adalah segenap
pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal yang menyangkut
landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan
manusia.
Untuk mendapatkan gambaran singkat tentang pengertian filsafat ilmu
dapat dirangkum menjadi tiga yaitu :
a)      Suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu,
b)      Upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep mengenai ilmu
dan upaya untuk membuka tabir dasar-dasar keempirisan, kerasionalan, dan
kepragmatisan, dan
c)      Studi gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang beraneka macam yang
ditunjukkan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu.
6
4.      Persamaan dan Perbedaan Filsafat dan Ilmu
Persamaan filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut :
a) Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek
selengkap-lengkapnya sampai ke akar-akarnya.
b) Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan yang ada antara
kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-
sebabnya.
c) Keduanya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang
bergandengan.
d) Keduanya mempunyai metode dan sistem.
e) Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan keseluruhan
timbul dari hasrat manusia, akan pengetahuan yang lebih mendasar.[4]
Adapun perbedaan filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut :
a) Objek material filsafat bersifat universal, sedangkan objek material ilmu
bersifat khusus dan empiris.
b) Objek formal filsafat bersifat nonfragmentaris, sedangkan objek formal
ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif.
c) Filsafat dilaksanakan dalam suatu suasana pengetahuan yang
menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu
haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error.
d) Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan
pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif
yaitu menguraikan secara logis yang dimulai dari tidak tahu menjadi
tahu.
e) Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir, mutlak, dan mendalam
sampai mendasar, sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak
begitu mendalam, lebih dekat dan sekunder.
7
B.     Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
1.      Komponen Filsafat Ilmu
Bidang garapan Filsafat ilmu terutama diarahkan pada
komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, tiang
penyangga itu ada tiga macam yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
1) Ontologi
Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu On berarti being, dan
Logos berarti logic. Jadi ontologi adalah the theory of being qua being (teori
tentang keberadaan sebagai keberadaan).[6] Sedangkan menurut Amsal Bakhtiar,
ontologi berasal dari kata ontos yang berarti sesuatu yang berwujud. Ontologi
adalah teori atau ilmu tentang wujud, tentang hakikat yang ada. Ontologi tidak
banyak berdasarkan pada alam nyata tetapi berdasarkan pada logika semata.[7]
Noeng Muhadjir mengatakan bahwa ontologi membahas tentang yang ada,
yang tidak terkait oleh satu perwujudan tertentu. Sedangkan jujun mengatakan
bahwa ontologi membahas apa yang kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu
atau dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang yang ada. Sidi
Gazalba mengatakan bahwa ontologi mempersoalkan sifat dan keadaan terakhir
dari kenyataan. Karena itu ontologi disebut ilmu hakikat, hakikat yang bergantung
pada pengetahuan. Dalam agama ontologi memikirkan tentang tuhan.[8]
Jadi dapat disimpulkan bahwa ontologi adalah ilmu yang membahas
tentang hakikat yang ada yang merupakan kebenaran dan kenyataan baik yang
berbentuk jasmani atau konkret maupun rohani atau abstrak.
Ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun
1636 M. untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis.
Dalam perkembangannya Christian Wolff (1679-1754 M) membagi metafisika
menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum
dimaksud sebagai istilah lain dari ontologi. Dengan demikian, metafisika umum
adalah cabang filsafat yang membicarakann prinsip yang paling dasar atau dalam
dari segala sesuatu yang ada. Sedangkan metafisika khusus dibagi menjadi tiga
yaitu kosmologi (membicarakan tentang alam semesta), psikologi (membicarakan
tentang jiwa manusia), dan teologi (membicarakan tentang Tuhan).
8
2)   Epistemologi
Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan
dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengendalaian-pengendalian, dan dasar-
dasarnya serta pengertian mengenai pengetahuan yang dimiliki, mula-mula
manusia percaya bahwa dengan kekuatan pengenalanya ia dapat mencapai realitas
sebagaimana adanya. Mereka mengandalkan begitu saja bahwa pengetahuan
mengenai kodrat itu mungkin, meskipun beberapa di antara mereka menyarankan
bahwa pengetahuan mengenai struktur kenyataan dapat lebih dimunculkan dari
sumber-sumber tertentu ketimbang sumber-sumber lainya. Pengertian yang
diperoleh oleh manusia melalui akal, indra, dan lain-lain mempunyai metode
tersendiri dalam teori pengetahuan, di antaranya adalah:
a)      Metode Induktif
Induktif yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil
observasi yang disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum.
b)      Metode Deduktif
Deduktif ialah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah
lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut.hal yang harus ada dalam
metode deduktif adalah adanya perbandingan logis antara kesimpulan itu
sendiri.penyelidikan bentuk logis itu bertujuan apakah teori tersebut mempunyai
sifat empiris atau ilmiah.
c)      Metode Positivisme
Metode ini dikeluarkan oleh Agus Comte (1798-1857). Metode ini berpangkal
dari apa yang telah diketahui, faktual dan positif. Ia menyampaikan segala uraian
atau persoalan di luar yang ada sebagai fakta.apa yang diketahui secara positif
adalah segala yang tampak dari segala gejala. Dengan demikian metode ini dalam
bidang filsafat dan ilmu dibatasi kepada bidang gejala saja.
d)     Metode Kontemplatif
Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk
memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun berbeda-beda yang
harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut intuisi.
9

e)      Metode Dialektis
Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai
kejernihan filsafat. Metode ini diajarkan oleh Socrates. Namun Plato
mengartikannya sebagai diskusi logika. Kini dialektika berarti tahapan logika
yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode-metode penuturan, juga
menganalisis sistematik tentang ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam
pandangan.
3) Aksiologi
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu axios yang berarti nilai
dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah “teori tentang nilai“. Menurut
Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga
bagian yaitu moral conduct (tindakan moral), esthetic expression (ekspresi
keindahan), dan sosio-political life (kehidupan sosial politik).[9] Sedangkan
menurut Jujun S. Suriansumantri dalam bukunya Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar
mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan
bahwa aksiologi disamakan dengan Value and Valuation. Ada tiga bentuk Value
and Valuation yaitu nilai yang digunakan sebagai kata benda abstrak, nilai sebagai
benda konkret, dan nilai digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai,
member nilai dan dinilai.
Dari definisi di atas terlihat jelas bahwa aksiologi menjelaskan tentang
nilai. Nilai yang dimaksud disini adalah sesuatu yang dimiliki oleh manusia untuk
melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Nilai dalam filsafat
mengacu pada permasalahan etika dan estetika.
Makna “etika“ dipakai dalam dua bentuk arti yaitu suatu kumpulan
pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia, dan suatu predikat
yang dipakai untuk membedakan hal, perbuatan manusia. Maka akan lebih tepat
kalau dikatakan bahwa objek formal dari sebuah etika adalah norma kesusilaan
manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia
ditinjau dari segi baik dan tidak baik dalam suatu kondisi. Sedangkan estetika
berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia
terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.

10
2.      Objek Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu sebagaimana halnya dengan bidang-bidang ilmu lainnya juga
memiliki dua macam objek yaitu objek material dan objek formal.
a)       Objek Material Filsafat ilmu
Objek Material filsafat ilmu yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian
atau pembentukan pengetahuan atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot
oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit
ataupun yang abstrak.
Menurut Dardiri bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada,
baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam
kemungkinan. Segala sesuatu yang ada itu di bagi dua, yaitu :
1)      Ada yang bersifat umum, yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada
pada umumnya.
2)      Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak dan tidak
mutlak yang terdiri dari manusia dan alam.[10]
b)       Objek Formal Filsafat Ilmu
Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek
materialnya. Setiap ilmu pasti berbeda dalam objek formalnya. Objek formal
filsafat ilmu adalah hakikat ilmu pengetahuan yang artinya filsafat ilmu lebih
menaruh perhatiannya terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan. Seperti apa
hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa
fungsi ilmu itu bagi manusia. Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan
pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan
aksiologis.

3.      Tujuan Filsafat Ilmu


Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai
semakin menajamnya spesialisasi ilmu maka filsafat ilmu sangat diperlukan.
Sebab dengan mempelajari filsafat ilmu, kita akan menyadari keterbatasan diri
dan tidak terperangkap ke dalam sikap oragansi intelektual. Hal yang lebih
diperlukan adalah sikap keterbukaan kita, sehingga mereka dapat saling menyapa
dan mengarahkan seluruh potensi keilmuan yang dimilikinya untuk kepentingan
bersama.

11
Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat
ilmu yang mengandung manfaat sebagai berikut :
a. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang
menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah.
b.   Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan
metode keilmuan. Sebab kecenderungan kita menerapkan suatu metode ilmiah
tanpa memperhatikan struktur ilmu pengetahuan itu sendiri. Satu sikap yang
diperlukan disini adalah menerapkan metode ilmiah yang sesuai dengan
struktur ilmu pengetahuan bukan sebaliknya.
c.   Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap
metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara
logis-rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.
12

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara
substansial maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan
filsafat. Filsafat telah merubah pola pemikiran bangsa Yunani dan umat manusia
dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Perubahan pola pikir tersebut
membawa perubahan yang cukup besar dengan ditemukannya hukum-hukum
alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan itu
terjadi.
Filsafat ilmu adalah tinjauan kritis tentang pendapat ilmiah dengan menilai
metode-metode pemikirannya secara netral dalam kerangka umum cabang
pengetahuan intelektual.
Dari sinilah lahir ilmu-ilmu pengetahuan yang selanjutnya berkembang
menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan sekaligus semakin
aplikatif dan terasa manfaatnya. Filsafat sebagai induk dari segala ilmu
membangun kerangka berfikir dengan meletakkan tiga dasar utama, yaitu
ontologi, epistimologi dan aksiologi. Dan objek dari filsafat ilmu dapat terbagi
menjadi dua yaitu objek material dan objek formal.
13
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal, Fi lsafat Ilmu, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012, Cet 11.
Feibleman, James K, Ontologi dalam Dagobert D. Runes, Dictinary Philoshopy,
Totowa New Jersey , Little Adam, 1976.
Gazalba, Sidi, Sistematika Filsafat Pengantar kepada Teori Pengetahuan,
Bulan Bintang, Jakarta, 1973.
http://arfiasta.wordpress.com/konsep-dasar-filsafat-ilmu/24-10-2012.
http://www.winkplace.com.filsafat-ilmu-ruang-lingkup-dan.html.02-11-2012.
Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, Gaya Media Pratama,
Jakarta, 1997, cet-1
Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Arab – Indonesia, Al-Munawwir,
Yogyakarta, 1984.
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, Bumi Aksara,
Jakarta, 2010.
Suriasumatri, Jujun S, Filsafat Ilmu, Pustaka Sinar harapan, Jakarta, 1998,  cet 1.
Salam, Burhanuddin, Pengantar Filsafat, Bina Aksara, Jakarta, 1988.
14

Anda mungkin juga menyukai