Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ISTILAH DAN PENGERTIAN FILSAFAT

Di Susun Oleh: Kelompok 1

NAMA : MUHAMMAD HUSAINI NPM: 201111265

FAKULTAS : SYARI’AH, DAKWAH DAN USHULUDDIN

JURUSAN/SEM : HTN/ III (TIGA)

DOSEN : NOFIL GUSFIRA, SH, MH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TAKENGON

KABUPATEN ACEH TENGAH

ACEH 2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik dan tepat waktu. Tanpa ridha dan petunjuk dari-Nya mustahil
makalah ini dapat di rampungkan.
Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan
sebagai pegangan dalam mempelajari materi tentang Istilah Dan Pengertian Filsafat.
Juga merupakan harapan kami dengan hadirnya makalah ini, akan mempermudah
teman-tema semua dalam proses perkuliahan pada mata Kuliah Filsafat Hukum.
Sesuai kata pepatah “tak ada gading yang tak retak”, kami mengharapkan saran dan
kritik, khususnya dari rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi. Kesempurnaan
hanyalah milik Allah SWT. Akhir kata, semoga segala daya dan upaya yang kami
lakukan dapat bermanfaat, Amin.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pengajar mata
kuliah Filsafat Hukum sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul ”Istilah Dan Pengertian Filsafat”.

Penulis,

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………….…………………….…………..i

DAFTAR ISI……………………………………………………………..……ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN

A. Istilah Filsafat…………………………………………………………..…….2
B. Konsep Dasar Filsafat………………………………………………….…..…2
C. Pengertian Filsafat………………………..…………………………….….….2
D. Filsafat Epistemologi………………………………………………………….5
E. Filsafat Ontologi……………………………………………………………....6.
F. Filsafat Etika…………………………………………………………………..6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan……………………………………………………………………..8

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencari kebenaran. Manusia tidak
pernah puas denga apa yang sudah ada, tetapi selalu mencari dan mencari
kebenaran yang sesungguhnya dengan bertanya-tanya untuk mendapatkan
jawaban. Namun setiap jawaban-jawaban tersebut juga selalu memuaskan
manusia. Ia harus mengujinya dengan metode tertentu untuk mengukur apakah
yang dimaksud disini bukanlah kebenaran yang bersifat semu, tetapi kebenaran
yang bersifat ilmiah yaitu kebenaran yang bisa diukur dengan cara-cara ilmiah.

Perkembangan pengetahuan yang semakin pesat sekarang ini, tidaklah


menjadikan manusia berhenti untuk mencari dan mencari kebenaran yang
berlandaskan teori-teori yang sudah ada sebelumnya untuk menguji sesuatu
teori baru atau menggugurkan teori sebelumnya. Sehingga manusia sekarang
lebih giat lagi melakukan penelitian-penelitian yang bersifat ilmiah untuk
mencari solusi dari setiap permasalahan yang di hadapinya. Karena itu bersifat
statis, tidak kaku, artinya ia tidak akan berhenti pada satu titik, tapi akan terus
berlangsung seiring dengan waktu manusia dalam memenuhi rasa
keingintahuanya terhadap dunia.

Untuk itulah setiap manusia harus dapat berfikir filosofis dalam menghadapi
segala realitas kehidupan ini yang menjadkan filsafat harus dipelajari. Filsafat
merupakan sebuah disiplin ilmu yang terkait dengan perihal kebijaksanaan.
Kebijaksanaan merupakan titik ideal dalam kehidupan manusia, karena ia dapat
menjadikan manusia untuk bersikap dan bertindak atas dasar pertimbangan
kemanusiaan yang tinggi (actus humanus), bukan asal bertindak sabagaimana
yang biasa dilakukan manusia (actus homoni). Kebijaksanaan tidaklah dapat
dicapai dengan jalan biasa, ia memerlukan langkah-langkah tertenu, khusus,
istimewa.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Istilah Filsafat
Istilah filsafat memiliki padanan kata falsafah, philosophy, philosophie. Semua
istilah itu bersumber pada istilah Yunani philosophie, yakni philien berarti
mencintai, sedangkan philos berarti teman. Selanjutnya istilah Sophos berarti
bijaksana, sedangkan Sophia berarti kebijaksaan. Arti lain dari shopia di antaranya
adalah, kerajinan, kebenaran pertama, pengetahuan yang luas, kebajikan intelektual,
pertimbangan yang sehat, kecerdikan dalam memutuskan hal-hal praktis.
Pythagoras (572-497 SM) adalah orang yang pertama kali memakai kata
philosophia.1
B. Kosep Dasar Filsafat
Pengertian filsafat secara umum dapat dirumuskan pada tiga pernyataan penting,
yakni filsafat dalam pengertian pandangan hidup atau ideologi, cara berpikir dan
dalam pengertian Ilmu sedangkan Berfilsafat adalah berpikir, namun tidak semua
berpikir adalah berfilsafat. Berpikir dalam arti berfilsafat adalah berpikir yang
konsepsional dengan ciri radikal, universal, konseptual, koheren dan konsisten, dan
sistematik2

C. Pengertian Filsafat

Dalam memberikan pengertian filsafat masing-masing ahli filsafat atau filsuf


itu mempunyai konsep yang berbeda dengan filsuf yang lain dan memiliki dasar
dan pandangan yang berbeda pula. Kita perlu memahami perbedaan tersebut
dengan seksama untuk memperoleh wawasan pengetahuan yang luas dan
mendalam. Perlu kita ketahui bahwa kata filsafat secara berasal dari kata Yunani,
yaitu philosophia, terdiri dari kata philos yang berarti cinta atau sahabat dan kata
sophia yang berarti kebijaksanaan, kearifan atau pengetahuan. 3

1
Tedi Priatna, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Sandro Jaya, 2011), hlm. 17.
2
Ibid., hlm. 19
3
Anna Poedjiadi, Suwarma Al Mucthar, Pengertian Filsafat, (Bandung: Rajawali Pers,
2008), hlm. 09.

2
Jadi, philosophia berarti cinta pada kebijaksanaan atau cinta pada kebenaran,
dalam hal ini kebenaran ilmu pengetahuan. Pengertian filsafat dapat ditinjau dari
dua segi yakni secara etimologi dan terminology yaitu:

a. Filsafat Secara Etimologi


Kata filsafat dalam bahasa Arab dikenal denga istilah Falsafah dan dalam
bahasa Inggris dikenal istilah Phylosophy serta dalam bahasa Yunani dengan istilah
Philosophia. Kata Philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan
sophia yang berarti kebijasanaan (wisdom) sehingga secara etimologis istilah
filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-
dalamnya. Dengan demikian, seorang filsuf adalah pencinta atau pencari
kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Phytagoras (582−486 SM).
Arti filsafat pada waktu itu, kemudian filsafat itu diperjelas seperti yang banyak
dipakai sekarang ini dan juga digunakan oleh Socrates (470−390 SM) dan filsuf
lainnya.4

b. Filsafat Secara Terminologi

Secara terminologi adalah arti yang dikandung oleh istilah filsafat. Hal ini
disebabkan batasan dari filsafat itu sendiri banyak maka sebagai gambaran
diperkenalkan beberapa batasan oleh para ahli sebagai berikut.5

1) Plato, berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk


mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli karena kebenaran itu
mutlak di tangan Tuhan.
2) Aristoles, berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang
meliputi kebenaran yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika,
logika, retorika, etika, dan estetika.6

4
Suaedi, Pengantar Ilmu Filsafat, (Bogor: IPB Press, 2016), hlm. 26.
5
Ibid.
6
Ibid., hlm 27.

3
3) Prof. Dr. Fuad Hasan, filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal,
artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akaranya suatu hal yang
hendak dipermasalahkan.
4) Immanuel Kant, filsuf barat dengan gelar raksasa pemikir Eropa
mengatakan filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan
yang mencakup di dalamnya empat persoalan:
a. apa dapat kita ketahui, dijawab oleh metafisika?
b. apa yang boleh kita kerjakan, dijawab oleh etika?
c. apa yang dinamakan manusia, dijawab oleh antropologi? dan
d. sampai di mana harapan kita, dijawab oleh agama?
5) Rene Descartes, mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan)
tentang hakikat bagaimana wujud alam yang sebenarnya.7

Ciri-ciri filsafat yaitu menyeluruh, mendasar, dan spekulatif. Berikut merupakan


ciri berfilsafat.

a. Menyeluruh, artinya pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri dan
tidak hanya ditinjau dari satu sudut pandang tertentu. Pemikiran kefilsafatan
ingin mengetahui hubungan antara ilmu yang satu dan ilmuilmu lainnya,
hubungan ilmu dan moral, seni, serta tujuan hidup.
b. Mendasar, artinya pemikiran yang dalam sampai pada hasil yang
fundamental atau esensial objek yang dipelajarinya sehingga dapat
dijadikan dasar berpijak bagi segenap nilai dan keilmuan. Filsafat tidak
hanya berhenti pada kulit-kulitnya (periferis) saja, tetapi sampai menembus
ke kedalamannya (hakikat).
c. Spekulatif, artinya hasil pemikiran yang diperoleh dijadikan dasar bagi
pemikiran selanjutnya. Hasil pemikiran berfilsafat selalu dimaksudkan
sebagai dasar untuk menelusuri bidang-bidang pengetahuan yang baru.8

7
Suaedi, Pengantar Ilmu Filsafat, (Bogor: IPB Press, 2016), hlm. 26.

8
Panji Syahid Rahman, “Kumpulan Makalah Filsafat Ilmu” (Makassar: UIN Alauddin,
2018), hlm. 29.

4
D. Filsafat Epistemologi
Filsafat Pengetahuan atau Filsafat Epistemologi adalah salah satu ilmu
Filsafat yang mencarijawaban atas soal-soal berkaitan dengan pengetahuan, seperti
apa itu tahu dan tidak tahu?, apa yang bisa manusia ketahui dan yang tidak bisa
manusia ketahui?, apa itu pengetahuan?, ada berapa jeniskah pengetahuan?, apa
ukuran yang dipakai untuk mengukur kebenaran pengetahuan kita?, dsb. Filsafat
Epistemologi telah dikaji oleh banyak filosof dari beragam negeri yang
dikembangkan di Dunia Barat (Kristiani dan yang Sekuler), di Dunia islam.9

1. Epistemologi di Duni Barat Kristiani

St. Augustine of Hippo (354-430 M), adalah wakil terbaik dari filosof di
Dunia Barat Kristiani, Menurut St. Augustine, pengetahuan manusia itu terbagi ke
dalam 4 jenis:

a. Pengetahuan yang bersumber dari panca indera (sensation). Pengetahuan dari


indera bisa saja salah. Misalnya, kita masukkan satu tongkat yang lurus ke
dalam air, maka mata kita menangkap bahwa tongkat itu bengkok). Juga, pada
saat kita bermimpi. Kita merasa melihat sesuatu, padahal kita sedang
bermimpi. Akan tetapi indera kita tidak bisa membedakan mana yang mimpi
dan mana yang bukan mimpi Karena itulah pengetahuan dari indera bisa salah.
b. Pengetahuan yang bersumber dari akal (intellection). Misalnya, kesimpulan-
kesimpulan yang kita buat atau penilaian-penilaian kita atas sesuatu.
c. Pengetahuan yang bersumber dari cahaya pengetahuan Ilahi (illumination). St.
Augustine percaya akan adanya ‘Akal Ilahi’ (the Mind of God), yang darinya
cahaya pengetahuan ilahi (illumination) berasal. Dengan ‘Akal’ Nya ini,
Tuhan menerangi akal manusia dengan pengetahuan-pengetahuan yang
pasti.10

9
Tri Suminar, “Tinjauaan Filsafati (ontology, epitemologi, dan aksiologi)” (Semarang:
UNS, 2015), hlm. 11.

10
Ibid., hlm. 13.

5
2. Epistemologi di Dunia Barat Sekuler

Dunia Barat mengalami sekularisasi sejak abad 18 M hingga sekarang. Para


filosof di zaman ini umumnya berkarakter sekuler (memisahkan filsafat dari agama
Kristiani) bahkan ada pula yang atheist (tidak percaya Tuhan yang diajarkan dalam
tradisi Kristiani). Wakil paling parah dari filosof sekuler Dunia Barat di zaman ini
adalah Karl Marx (1818-1883). Menurut Marx, pengetahuan manusia itu bersumber
dan berasal dari masyarakat dimana ia hidup.

Masyarakat itu memproduksi pengetahuan, lalu pengetahuan itu diwariskan


lewat pendidikan (sekolah, pabrik, gereja, dll.) kepada seseorang. Misalnya,
masyarakat petani memproduksi pengetahuan akan pertanian. Marx menyebut
semua pengetahuan dari masyarakat itu (filsafat, agama, sains, kebiasaan setempat,
opini, dsb), dengan sebutan kesadaran sosial (social consciousness).11

3. Epistemologi di Dunia Islam

Al-Ghazzali (1058-1111) adalah wakil dari filosof di Dunia Islam menurut


Al-Ghazzali, manusia memiliki 3 (tiga) sumber pengetahuan, yaitu panca-indera,
otak, dan Al-‘Aql. Panca-indera dan otak diciptakan Tuhan untuk manusia dan
hewan, tetapi Al-‘Aql adalah ciptaan Tuhan yang sengaja diciptakanNya dalam diri
manusia, yang membedakan manusia dari binatang. Panca-indera memiliki daya
pendengaran, daya peraba, daya pengecap, daya penglihatan, dan daya penciuman
yang memungkinkan manusia memperoleh pengetahuan. Otak memiliki daya
imajinasi, daya refleksi, daya rekoleksi, daya memori, dan daya akal sehat yang
memungkinkan manusia memperoleh pengetahuan darinya. 12

11
Ferry Hidayat, Pengantar Teori-Teori Filsafat, (Bekasi Utara: STBA Pertiwi, 2016), hlm
12.
12
Ibid., hlm. 13

6
Sedangkan Al-‘Aql memiliki daya membangun generalisasi dan daya membangun
konsep-konsep, daya mengetahui kebenaran yang abstrak, dan daya mengetahui
kebenaran yang self-evident (kebenaran matematis bahwa 1+1=2), daya
mengetahui hal-hal ruhaniah yang tak terhingga, serta daya memahami hakikat
segala sesuatu, yang memungkinkan manusia memperoleh pengetahuan darinya.

E. Filsafat Ontologi

Filsafat Ontologi berasal dari kata Yunani kuno on dan logos on artinya
ada atau wujud, sedangkan logos artinya teori atau kata. Jadi, Ontologi berarti teori
mengenai ada. Dengan kata lain, Filsafat Ontologi adalah salah satu Ilmu Filsafat
yang berupaya menjawab soal-soal seperti apa itu ada dan tidak ada?, kapan sesuatu
disebut ada atau tidak ada?, apa perbedaan antara keberadaan dan ketidak
beradaan?, dan lain sebagainya. Dalam Ilmu Filsafat, Filsafat Ontologi biasa pula
disebut dengan nama lain, yakni kosmologi atau metafisika atau Filsafat alam
(Natural philosophy), teologi alamiah (Natural Theology) atau Filsafat Pertama
(First Philosophy).13

F. Filsafat Etika

Filsafat Etika adalah salah satu cabang Ilmu Filsafat yang mempelajari soal-
soal seperti apa itu baik dan buruk?, apa ukurannya sesuatu itu baik atau buruk?,
siapa yang mengukur sesuatu itu baik atau buruk?. apa yang membedakan sesuatu
itu baik atau buruk?, dan bagaimana menjalani kehidupan yang baik?. Filsafat Etika
juga disebut dengan nama lainnya, yaitu Filsafat Moral (Moral Philosophy) atau
Teori-Teori Etis (Ethical Theories).14

13
Ferry Hidayat, Pengantar Teori-Teori Filsafat, (Bekasi Utara: STBA Pertiwi, 2016), hlm
18.
14
Ibid,. hlm. 20.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Istilah filsafat memiliki padanan kata falsafah, philosophy, philosophie. Semua


istilah itu bersumber pada istilah Yunani philosophie, yakni philien berarti
mencintai, sedangkan philos berarti teman. kata filsafat secara berasal dari kata
Yunani, yaitu philosophia, terdiri dari kata philos yang berarti cinta atau sahabat
dan kata sophia yang berarti kebijaksanaan, kearifan atau pengetahuan. Filsafat
menurut etimologi adalah seorang filsuf adalah pencinta atau pencari kebijaksanaan.
Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Phytagoras (582−486 SM). Arti filsafat
pada waktu itu, kemudian filsafat itu diperjelas seperti yang banyak dipakai
sekarang ini dan juga digunakan oleh Socrates (470−390 SM) dan filsuf lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Ferry. 2016. Pengantar Teori-Teori Filsafat. Bekasi Utara.


STBAPertiwi.

Poedjiadi, Anna. Mucthar, Suwarma, Al. 2008. Pengertian Filsafat. Bandung.


Rajawali Pers.

Priatna, Tedi. 2011. Filsfat Pendidikan Islam. Jakarta. Sandro Jaya.

Rahman, Panji, Syahid. 2018. “Kumpulan Makalah Filsafat Ilmu”. Makassar. UIN
Alauddin.

Suaedi. 2016. Pengantar Ilmu Filsafat. Bogor. IPB Pers.

Suminar, Tri. 2015. “Tinjauan Filasafati”. Semarang. UNS.

Anda mungkin juga menyukai