Di Susun Oleh :
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, Berkat
rahmat serta karunia-Nya sehingga Makalah dengan berjudul "Pengertian Filsafat,Istilah
Filsafat,Ciri – ciri Berfikir Filsafat, dan gaya berfikir Filsafat" dapat tersusun hingga
selesai.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Filsafat ilmu dan umum
semester IIIC dari Dr. Edy, M. Pd I
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Edy, M. Pd I. Selaku dosen
Pengampu mata kuliah Filsafat Ilmu dan Umum. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat
menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak kesalahan.
Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketidak sempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. TUJUAN
1. Mengetahui apa pengertian Filsafat
2. Mengetahui Istilah- istilah dalam filsafat
3. Mengetahui Ciri- ciri berfikir Filsafat dan bagaimana Gaya dalam
Berfilsafat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Filsafat adalah suatu pemikiran dan kajian kritis terhadap kepercayaan dan
sikap yang sudah dijunjung tinggi kebenarannya melalui pencarian dan analisis
konsep dasar mengenai bidang kegiatan pemikiran seperti: prinsip, keyakinan, konsep
dan sikap umum dari suatu individu atau kelompok untuk menciptakan kebijaksanaan
dan pertimbangan yang lebih baik.
Seorang ahli filsafat, Karl Popper pernah berkata bahwa “Kita semua mempunyai
filosofi yang masih menjadi misteri dan tugas pokok utama dari filsafat adalah untuk
menyelidiki berbagai filosofi itu secara kritis”.
Pengertian Filsafat Tidak hanya terdiri dari satu sudut pandang saja namun terdiri dari
berbagai sudut pandang yaitu pengertian filsafat menurut etimologi, pengertian
filsafat enurut maknanya, pengertian filsafat menurut para ahli.
Menurut Etimologi
Secara Etimologi Kata Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang terdiri
dari kata philein/philos yang berarti “cinta” dan sophia yang berarti
“kebijaksanaan”. Secara etimologis, filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love
of wisdom). Sehingga seorang filosof adalah pencinta, pendamba, atau pencari
kebijaksanaan.
Beerling (1968)
Filsafat adalah pemikiran-pemikiran yang bebas, diilhami oleh rasio,
mengenai segala sesuatu yang timbul dari pengalaman. (Er zijn
eigenlijksheidvragen dalam Filosofic als sciencefiction, 1968, hlm.
44).
Notonagoro
Notonagoro berpendapat bahwa filsafat itu menelaah hal-hal yang
menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam,
yang tetap dan yang tidak berubah; yang disebut hakikat.
Driyarkara
Filsafat adalah refleksi yang mendalam tentang penyebab ‘di sana dan
melakukan’, refleksi dari realitas (reality) jauh ke dalam ‘mengapa’
penghabisan itu.
Dari definisi filsafat tersebut diatas sangat jelas menunjukan bahwa
filsafat sangat ditentukan oleh kemampuan manusia dalam menggunakan rasio
atau akalnya dalam berpikir mempertanyakan sesuatu sampai pada akar (radic)
atau pada hal yang sangat mendasar dan juga berpikir untuk menjawab setiap
pertanyaan sampai pada kebenaran yang sebenarbenarnyanya atau pada
hakikat kebenaran itu sendiri.
1) Bersifat menyeluruh maksudnya seorang ilmuwan tidak akan pernah puas jika
hanya megenal ilmu dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin mengetahui
hakikat ilmu dari sudut pandang yang lain, kaitanya dengan moralitas, serta
ingin yakin apakah ilmu ini membawa kebahagiaan dirinya. Hal ini akan
membuat ilmuwan tidak akan merasa sombong dan mengangkuk paling hebat
atau diatas langit masih ada langit, sebagaimana Socrates yang meyatakan
tidak tau apa-apa.
2) Bersifat mendasar, maksudnya sifat yang tidak begitu saja percaya bahwa ilmu
itu benar, mengapa ilmu itu benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan
kriteria dilakukan? Apakah kriteria itu sendiri benar? Lalu benar sendiri itu
apa? Seperti suatu pertanyaan yang melingkar yang harus dimulai dengan
menentukan titik yang benar.
3) Bersifat spekulatif, maksudnya menyusun sebuah lingkaran dan menentukan
titik awal sebuah lingkaran yang sekaligus menjadi titik, akhirnya dibutuhkan
suatu sifat spekulatif baik dari segi proses, analisis maupun pembuktiannya,
sehingga dapat dipisahkan mana yang logis atau tidak.
Lebih rinci bagaimana cara berpikir filsafat dikemukakan oleh Achmadi (1995:4),
yaitu sebagai berikut :
1) Harus sistematis. Pemikiran yang sistematis ini dimaksudkan untuk menyusun
suatu pola pengetahuan yang rasional. Sistematis adalah masing-masing unsur
saling berkaitan satu dengan yang lain secara teratur dalam suatu keseluruhan.
2) Harus konsepsional. Secara umum konsepsional berkaitan dengan ide atau
gambaran yang melekat pada akal pikiran yang berada dalam intelektual.
Gambaran tersebut mempunyai bentuk tangkapan sesuai dengan nilainya.
3) Harus koheren. Koheren atau runtut adalah unsur-unsurnya tidak boleh
mengandung uraian-uraian yang bertentangan satu sama lainnya. Koheren atau
runtut didalamnya memuat suatu kebenaran logis.
4) Harus rasional, yaitu unsur-unsurnya berhubungan secara logis. Artinya
pemikiran filsafat harus diuraikan dalam bentuk yang logis.
5) Harus sinoptik, yaitu pemikiran filsafat harus melihat hal-hal secara
menyeluruh atau dalam keadaan kebersamaan secara integral.
6) Harus mengarah kepada pandangan dunia. Pemikiran filsafat sebagai upaya
untuk memahami semua realitas kehidupan dengan jalan meyusun suatu
pandangan (hidup) dunia, termasuk didalamnya menerangkan tentang dunia
dan semua hal yang berada didalamnya (dunia).
Berpikir filosofis yaitu berpikir untuk memahami hakikat dari kenyataan
dalam rangka menemukan kebenaran sejati. Kalau berpikir ilmiah adalah berpikir
yang menggunakan hasil penelitian ilmiah sebagai acuan, maka pada berpikir
filosofis sang pemikir tidak lagi tergantung pada hasil penelitian ilmiah. Hasil
penelitian ilmiah berupa teori masih tetap digunakan dalam berpikri filosofis,
namun kesimpulannya tidak lagi ilmiah dan dapat dibuktikan secara empiris,
melainkan bersifat holistic, radikal, dan spekulatif
D. Gaya Berfilsafat
Ada beberapa gaya berfilsafat :
1) Berfilsafat yang terkait erat dengan sastra. Artinya, sebuah karya filsafat
dipandang melalui nilai-nilai sastra tinggi. Contoh: sartre tidak hanya dikenal
sebagai penulis karya filsafat, tetapi juga seorang penulis novel, drama,
scenario film. Bahkan beberapa filsuf pernah meraih hadiah nobel untuk
bidang kesusasteraan.
2) Kedua, berfilsafat yang dikaitkan dengan social politik. Di sini, filsafat sering
dikaitkan dengan praksis politik. Artinya sebuah karya filsafat dipandang memiliki
dimensi-dimensi ideologis yang relevan dengan konsep negara. Filsuf yang menjadi
primadona dalam gaya berfilsafat semacam ini adalah Karl Marx (1818-1883) yang
terkenal dengan ungkapannya: “Para filsuf sampai sekarang hanya menafsirkan
dunia. Kini tibalah saatnya untuk mengubah dunia”.
3) Ketiga, filsafat yang terkait erat dengan metodologi. Artinya para filsuf
menaruh perhatian besar terhadap persoalan-persoalan metode ilmu
sebagaimana yang dilakukan oleh Descartes dan Karl Popper. Descartes
mengatakan bahwa untuk memperoleh kebenaran yang pasti kita harus mulai
meragukan segala sesuatu. Sikap yang demikian itu dinamakan skeptis
metodis. Namun pada akhirnya ada satu hal yang tidak dapat kita ragukan,
yakni kita yang sedang dalam keadaan ragu-ragu.
4) Keempat, berfilsafat yang berkaitan dengan kegiatan analisis bahasa.
Kelompok ini dinamakan mazhab analitika bahasa dengan tokoh-tokohnya
antara lain: G.E Moore, Bertrand Russel, Ludwig Wittgenstein, Gilbert Ryle,
dan John Langshaw Austin. Corak berfilsafat yang menekankan pada aktivitas
analisis bahasa ini dinamakan logosentrisme. Tokoh sentral mazhab ini,
Wittgenstein mengatakan bahwa filsafat secara keseluruhan adalah kritik
bahasa. Tujuan utama filsafat ini adalah untuk mendapatkan klarifikasi logis
tentang pemikiran. Filsafat bukanlah seperangkat doktrin, melainkan suatu
kegiatan.
5) Kelima, berfilsafat yang dikaitkan dengan menghidupkan kembali pemikiran
filsafat di masa lampau. Di sini, aktifitas filsafat mengacu pada penguasaan
sejarah filsafat. Dalam hal ini, mempelajari filsafat yang dipandang baik
adalah dengan mengkaji teks-teks filosofis dari para filsuf terdahulu.
6) Keenam, masih ada gaya filsafat lain yang cukup mendominasi pemikiran
banyak orang, terutama di abad keduapuluh ini yakni berfilsafat dikaitkan
dengan filsafat tingkah laku atau etika. Etika dipandang sebagai satu-satunya
kegiatan filsafat yang paling nyata, sehingga dinamakan juga praksiologis,
bidang ilmu prkasis.
KESIMPULAN
Dari Penjelasan Di atas dapat di simpulkan bahwa :
a) Pertama, Filsafat adalah suatu pemikiran dan kajian kritis terhadap
kepercayaan dan sikap yang sudah dijunjung tinggi kebenarannya melalui
pencarian dan analisis konsep dasar mengenai bidang kegiatan pemikiran
seperti: prinsip, keyakinan, konsep dan sikap umum dari suatu individu atau
kelompok untuk menciptakan kebijaksanaan dan pertimbangan yang lebih
baik.
b) Ciri- ciri yang sudah pasti ada dalam Filsafat adalah :
1) Universal (menyeluruh), yaitu pemikiran yang luas dan tidak aspek
tertentu saja.
2) Radikal (mendasar), yaitu pemikiran yang dalam sampai kepada hasil
yang fundamental dan essensial.
3) Sistematis, yaitu mengikuti pola dan metode berpikir yang runtut dan
logis meskipun spekulatif.
c) Terdapat 6 Jenis Gaya berfisafat seperti yang sudah di jelaskan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat
https://www.kompas.com/skola/read/2022/03/18/113000369/filsafat-pengertian-ciri-
berpikir-dan-alirannya#:~:text=Ciri%2Dciri%20berpikir%20filsafat&text=Koheren
%2C%20tidak%20terjadi%20suatu%20yang,Radikal%2C%20berpikir%20secara
%20mendalam
https://serupa.id/filsafat-umum/
https://www.mingseli.id/2020/09/istilah-dalam-filsafat.html
https://khikmatunfaidah.wordpress.com/2014/04/15/gaya-berfilsafat/
https://menolakboloho.blogspot.com/2016/10/apa-itu-filsafat-beberapa-gaya-filsafat.html