Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat merupakan salah satu ilmu yang wajib diketahui oleh semua
orang, khususnya akademisi yang sedang menempuh studi di sekolah menengah
sampai perguruan tinggi. Dalam makalah ini, penulis akan menyajikan dasar-dasar
pengantar filsafat yang penulis kutip dari berbagai sumber yang tersedia dari
beberapa referensi yang penulis kumpulkan. Penulis berharap, dengan membaca
makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Dasar-dasar pengantar filsafat harus kita pahami agar kita memahami
filsafat secara menyeluruh kedepannya, pada materi-materi pembahasan yang
akan dibahas setelah makalah ini. Dalam hal ini juga dapat menambah wawasan
kita mengenai filsafat yang ditinjau dari aspek-aspek , khususnya bagi penulis
sendiri. Maka dari itu penulis akan menyajikan makalah dasar-dasar pengantar
filsafat ini mulai dari definisi filsafat, ontologi, epistimologi, aksiologi, aliran-
aliran filsafat dan persamaan perbedaan antara aliran-aliran filsafat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Filsafat?
2. Apa sajakah objek kajian Filsafat?
3. Apa sajakah aliran-aliran Filsafat?
4. Bagaimana persamaan dan perbedaan aliran-aliran Filsafat?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat
Sebagian dari kita merasa sukar untuk menjawab tentang definisis
Filsafat, ini bukan dikarenakan sulitnya arti dari kata “Filsafat” itu sendiri,
tetapi karena banyaknya jawaban serta pendapat yang muncul untuk
mendefinisikan tentang apa itu filsafat.1
Filsafat memiliki banyak definisi-defini yang berbeda-beda dari tiap pakar,
diantara definisi yang ada, beberapa diantaranya memiliki pemahaman-
pemahaman yang sama maupun berbeda tentang apa itu definisi Filsafat.
Definisi dari filsafat tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
Istilah filsafat merupakan serapan dari bahasa Yunani: “Philosophia
(filosofia)”, berasal dari kata kerja (verb) “filosofein” yang berarti “mencintai
kebijaksanaan”, Philoshopia berasal dari gabungan kata “Philein” yang berarti
cinta dan “Shopia” yang berarti kebijaksanaan.
1. Filsafat adalah sikap terhadap hidup dan alam semesta (Philoshophy is an
attitude toward life and universe). Filsafat merupakan sikap berfikir yang
melibatkan usaha dalam usaha memikirkan masalah hidup dan alam
semesta dari semua sisi yang meliputi kesiapan menerima hidup dan alam
semesta sebagaimana adanya dan mencoba untuk melihatnya secara
keseluruhan hubungan.2
2. Filsafat adalah suatu pengetahuan metodis dan sistematis, yang melalui
jalan refleksi hendak menangkap dan mendapat makna yang hakiki
dari hidup dan dari gejala-gejala hidup sebagai bagian daripadanya.3
3. Filsafat adalah ilmu yang berupaya untuk memahami hakikat alam dan
realitas ada dengan mengendalikan akal budi.4
1
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat 1, (Yogyakarta: Yayasan Kanisius, 1980), hlm.
7.
2
Loekisno Chairil Warsito, dkk, Pengantar Filsafat, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press,
2012), hlm. 8.
3
Theo Huijbers, Fisafat dalam lintasan sejarah, (Yogyakarta: Yayasan Kanisius, 1982),
hlm. 126.
4
Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Yayasan Kanisius, 1996), hlm. 15.

2
4. Filsafat adalah memajukan pertanyaan tentang kenyataan seluruhnya atau
tentang hakikat, asas, prinsip dari kenyataan.5
5. Filsafat adalah sejarah pemikiran-pemikiran tentang yang esensial
(menyentuh hakikat kenyataan), dan radikal (menyentuh akar kenyataan).6
6. Nasr & Leaman: Filsafat (teoritis) adalah tindakan pencarian kebenaran
melalui ilmu pengetahuan.7
Sesuai dari beberapa definisi filsafat yang telah disebutkan diatas, juga
terdapat persamaan juga perbedaan dalam pengemukaan definisinya, yaitu;
filsafat sama-sama merupakan suatu bentuk kegiatan, sikap serta usaha –
usaha yang dilakukan oleh manusia untuk bertanya, memperoleh,
mendapatkan, mencapai suatu kebenaran juga pengetahuan.
Namun terdapat pula perbedaan diantara beberapa penjelasan definisi
filsafat diatas, seperti pengertian yang dikemukakan oleh K. Bertens dalam
bukunya Panorama Filsafat Modern yang menyatakan bahwa filsafat tidak
akan membuat pelakunya memperoleh pengetahuan, namun hanya akan
memperdalam ketidaktahuan manusia saja karena manusia yang berfilsafat
akan terus menerus mencari dan bertanya-tanya tanpa kenal lelah untuk
mendapatkan dan menunaikan segala misi pertanyaan yang diproduksinya
sehingga akan meningkatkan dan memperdalam ketidaktahuan mereka saja.
Jadi, filsafat merupakan suatu bentuk tindakan, kegiatan, sikap yang
berusaha ingin mengetahui suatu hakikat kebenaran dengan bertanya-bertanya
tanpa lelah agar dapat memperoleh kebenaran tersebut. Pertanyaan tersebut
akan dikumpulkan hingga dapat membuat pelakunya hanya akan memperdalam
ketidaktahuannya saja, namun semakin banyaknya ketidaktahuan yang mereka
produksi dan kumpulkan, maka hal tersebut akan membuatnya memperoleh
banyak materi untuk bertanya secara filsafat yang akan berusaha mencari tahu atas
pertanyaan yang dikumpulkannya hingga akhirnya para pelakunya
memperoleh pengetahuan juga kebenaran.
5
R.F. Berling, Filsafat Dewasa Ini, (Jakarta: Balai Pustaka, 1966), hlm. 22.
6
F. Budi Hardiman, Filsafat Modern dari Machiavelli sampai Nietzsche, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm. 87.
7
Muhammad Solikhin, Filsafat dan Metafisika Dalam Islam, (Yogyakarta: Narasi, 2008),
hlm. 152.

3
B. Objek Kajian Filsafat
1. Ontologi
Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu: “On” yang
berarti being, dan “Logos” yang berarti logik. Jadi Ontologi adalah The
theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan).
Ontologi merupakam kajian filsafat tertua yang berupaya mencari inti yang
ada pada setiap kenyataan atau realitas yang sebenarnya. Ontologi
memiliki objek telaah yaitu Being (yang ada). Jadi ontologi membahas
tentang apa saja yang ada yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu
yang bersifat universal.
a. Lorens Bagus: Menjelaskan yang ada meliputi semua realitas dalam
semua bentuknya.
b. Sidharta Darji Darmodiharjo: Cabang filsafat yang membahas tentang
asas-asas rasional dari kenyataan yang ada.
c. Suriasumantri (1985): Ontologi membahas tentang apa yang ingin
kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau, dengan kata lain
suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”. Telaah ontologis akan
menjawab pertanyaan - pertanyaan:a) apakah obyek ilmu yang akan
ditelaah; b) bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut; dan
c) bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap
manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang
membuahkan pengetahuan.8
Jadi, ontologi merupakan suatu kajian pada bidang filsafat
yang terfokus untuk membahas segala realitas yang ada (Being) secara
total tanpa terikat oleh satu perwujudan tertentu yang bersifat universal dan
bersifat hakiki.
2. Epistimologi
Epistimologi dalah suatu kajian filsafat yang mendasari dasar-
dasar pengetahuan dan teori pengetahuan manusia bermula. Dengan kata
8
Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-pokok Filsafat Hukum: Apa dan Bagaimana
Filsafat Hukum Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995), hlm. 9.

4
lain, epistemologi adalah suatu pemikiran mendasar dan sistematik
mengenai pengetahuan, dan merupakan salah satu cabang filsafat yang
membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal
mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas
dan kebenaran pengetahuan.
a. Pandji Setijo: epistemologi merupakan bidang filsafat yang
membahas tentang sumber, batas, proses, dan validasi pengetahuan
itu sendiri yang meliputi sarana dan cara menggunakan sarana dan
sumber pengetahuan untuk mencapai keberhasilan atau kenyataan
rasional, kritis, fenomologi, dan positivis.9
b. Prof. Muljamir Qomar, M.Ag : Dalam bukunya menjelaskan bahwa
epistemologi adalah teori pengetahuan yang membahas tentang
bagaimana cara yang dilakukan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
dari objek yang akan dipikirkan.
c. Dagobet D. Runes: Espitemologi adalah suatu cabang dari ilmu
filsafat yang membahas tentang sumber, struktur, metode serta
validitas dari pengetahuan.10
Bisa dikatakan bahwa epistemologi adalah salah satu kajian cabang
dari filsafat yang mendasari dasar – dasar tentang bagaimana ilmu
pengetahuan bermula. Jadi adalah pemikiran sistematik yang mendasar
mengenai pengetahuan, dan membahas tentang bagaimana asal mula
pengetahuan, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan
kebenaran pengetahuan.
3. Aksiologi
Aksiologi disebut juga sebagai dengan teori nilai, yaitu sesuatu
yang diinginkan, disukai, atau yang baik. Aksiologi membahas tentang
tujuan ilmu pengetahuan, untuk apa pengetahuan itu digunakan; Bagaimana
keterkaitannya antara cara penggunaan ilmu tersebut sesuai kaidah

9
Pandji Setijo, Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa: Dilengkapi
dengan Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen, (Jakarta: Grasindo, 2009), hlm. 57.
10
Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam-Dari Metode Rasional hingga Metode
Kritik, (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm.1-4.

5
moral; Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-
pilihan moral.
Aksiologis mencoba merumuskan teori yang konsisten untuk
perilaku yang etis. Dalam qalbu ia bertanya seperti “what is good?”
a. Lorens Bagus: Studi filosofis tentang hakikat nilai yang dapat
dijawab dengan 3 macam cara, a) nilai sepenuhnya sepenuhnya
berhakikat subyektif, b) nilai merupakan kenyataan, namun tidak terdapat
dalam ruang dan waktu, c) Nilai-nilai merupakan unsur-unsur
obyektif yang menyusun kenyataan.11
b. Pandji Setijo: aksiologi adalah bidang yang bersifat menyelidiki
tentang nilai, terutama nilai-nilai normatif.12
c. Bustanuddin Agus: dalam bukunya menyebutkan bahwa ”aksiologi
membahas apa dan bagimana fungsi pengetahuan tertentu bagi kehidupan
manusia”.13
Maka aksiologi merupakan suatu bagian cabang filsafat yang
mendeskripsikan tentang kegunaan dan manfaat dari hasil yang
diperoleh melalui pemikiran-pemikiran saat memikirkan objek yang
dipikirkan, aksiologi juga mengacukan bagaimana dan seperti apakah
nilai-nilai atau etika(moralitas)serta keindahan dari pengetahuan yang
diperoleh dapat diterapkan dalam kehidupan manusia sesuai dengan kaidah.

C. Aliran-aliran Filsafat
1. Idealisme
Idealisme atau Idealism, kadang juga disamakan dengan
mentalisme atau imaterialisme. Istilah ini pertama kali digunakan secara
filosofis oleh Leibniz pada awal abad ke-18. Leibniz menggunakan dan
menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato, secara bertolak belakang

11
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm.33-34
12
Pandji Setijo, Op. Cit., hlm. 57.
13
Bustanuddin Agus, Pengembangan ilmu-ilmu sosial: studi banding antara pandangan
ilmiah dan ajaran Islam, (Jakarta: Gema Insani Press. 1999), hlm. 20.

6
dengan materialisme epikuros. Idealisme ini merupakan kunci masuk ke
hakikat realitas.
Idealisme berpendirian bahwa pengetahuan itu adalah kejadian
dalam jiwa manusia itu sendiri, sedangkan kenyataan yang diketahui
manusia itu sekaliannya terletak di luarnya. Idealisme berpandangan bahwa
doktrin tentang realitas eksternal tidak dapat dipahami secara terpisah dari
kesadaran manusia.
Seiring perkembangan idealisme, idealisme dibagi menjadi dua
bagian yaitu idealisme empiris dan rasional. Idealisme empiris
berpandangan bahwa pengetahuan didapat melalui panca indra, tanpa
memberikan gambaran yang sebenarnya tentang hakikat sehingga
menurutnya pengetahuan yang benar tidak mungkin didapatkan.
Sedangkan idealisme rasional adalah pengetahuan yang didapatkan
melalui panca indra dan akal tapi pengetahuan ini masih belum
mampu memberikan gambaran yang sebenarnya tentang hakekat. Apa
yang dapat dicapai oleh aliran ini hanyalah sebatas pengetahuan
tentang wujud sesuatu dan bukan pengetahuan tentang hakekatnya.
2. Rasionalisme
Rasionalism atau gerakan yang rasional adalah salah satu doktrin
dalam ilmu filsafat yang menyebutkan bahwa suatu kebenaran haruslah
dibuktikan dengan kebenaran logika dan analisis berdasarkan fakta daripada
menggunakan pembuktian melalui iman, dogma maupun agama. Oleh
sebab itu dalam rasionalisme, intelektualitas manusialah yang menjadi
basis untuk mencari kebenaran dengan cara mengeksplorasi gagasan-
gagasan yang diproduksi oleh intelektual manusia.
3. Realisme
Realisme termasuk ke dalam aliran filsafat yang membahas
tentang hakekat pengetahuan, realisme berpendirian bahwa pengetahuan
manusia merupakan gambaran yang baik dan tepat dari kenyataan.
Aliran realisme berpandangan bahwa kenyataan tidak terbatas pada
pengalaman inderawi ataupun gagasan yang terbangun dari dalam.

7
Realisme merupakan suatu bentuk penolakan terhadap aliran idealisme dan
empirisme yang memiliki gagasan-gagasan yang ekstrim di dalamnya.
Dalam perkembangannya, aliran ini dibagi menjadi dua, yaitu
realisme empiris dan rasional. Aliran realisme empiris merupakan aliran
yang mendapatkan pengetahuan melalui rekaman fakta dari panca indra
sehingga menjadikan pengetahuan tersebut menjadi kopi/penggandaan
dari fakta-fakta yang terdapat diluar akal. Jadi, teori ini berusaha
menjadikan pengetahuan untuk menggambarkan kebenaran.
Sedangkan untuk realisme rasionalisme adalah aliran yang
mendapatkan pengetahuan melalui akal dan pancaindra, sehingga
hasilnya merupakan gandaan/kopi yang benar tentang hakekat. Namun
kebenaran yang didapatkan ini belumlah mutlak, tapi merupakan
kebenaran yang lebih dekat dengan hakekat, yaitu kemampuan yang
maksimal dari akal untuk dapat memahami hakekat tersebut.
4. Kritisme
Aliran ini dipelopori oleh Immanuel Kant berpendapat bahwa
pengetahuan manusia itu berawal dari luar maupun dari dalam jiwa manusia
itu sendiri (rasio). Aliran awalnya menjembatani antara aliran
rasionalism dan empirism yang diketahui memiliki perbedaan yang
significant dan tajam.14
5. Positivisme
Aliran ini mulanya pertama kali digunakan oleh Saint Simon
Aliran ini berakar dari empirisme. Prinsip filosofisnya dikembangkan
pertama kali oleh Francis Bscon (1600) seorang empirist dari Inggris.
Aliran ini menyatakan bahwa ilmu adalah satu-satunya pengetahuan
yang memiliki validitas dan fakta yang menjadi objek pengetahuannya.
Sehingga positivisme menolak keberadaan segala kekuatan atau subjek di
belakang fakta, menolak penggunaan segala metode di luar yang digunakan
untuk menelaaah fakta. Positivisme berpendapat bahwa filsafat

14
Fathur Rahman, Makalah Pengertian Epistemologi, Ontologi dan Aksiologi, (Pontianak:
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura, 2011), hlm. 109-119.

8
hendaknya semata-mata berdasar pada peristiwa-peristiwa positif yang
dialami oleh manusia.
6. Materialisme
Materialisme berasal dari kata “Materi” dan “isme”. Materi
dapat dipahami sebagai bahan; benda; segala sesuatu yang tampak.
Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala
sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di alam kebendaan semata -
mata, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam
indra. Sementara itu, manusia yang hidupnya berorientasi kepada materi
disebut sebagai materialis/materialistis. Orang - orang ini adalah para
pengusung paham (ajaran) materialisme atau juga orang yang
mementingkan kebendaan semata.
7. Pragmatisme
Pragmatisme adalah suatu aliran yang benar adalah apa saja
yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat
yang bemanfaat secara praktis. Tokohnya Wiliam James (1842-1910)
lahir di New York, yang ahli dalam bidang seni, psikologi, anatomi
fisiologi dan filsafat. Dia juga memperkenalkan idenya tentang
pragmatisme.
Aliran pragmatisme berideologi bahwa benar atau tidaknya
suatu ucapan, teori, dalil, ataupun statment semata – mata bergantung pada
berfaedah atau tidaknya ucapan, teori dan dalil tersebut bagi manusia untuk
bertindak di dalam kehidupan. Dan beragumentasi bahwa filsafat ilmu
haruslah meninggalkan ilmu pengetahuan dan menggantinya dengan
aktifitas manusia sebagai sumber ilmu pengetahuan.15

15
Loekisno Chairil Warsito, dkk, Op. Cit., hlm.121-123

9
D. Persamaan dan Perbedaan Aliran-aliran Filsafat
1. Persamaan Aliran-aliran Filsafat
a. Merupakan corak pemikiran atau aliran-aliran dalam filsafat.
b. Merupakan pemikiran tentang pengetahuan dan manusia untuk
mencari sesuatu ilmu.
c. Merupakan macam - macam pemikiran tentang pengetahuan filsafat.
d. Pemikiran tentang pengetahuan dan manusia melalui/ yang bersumber
dari beberapa pemikiran dan aliran - aliran dalam filsafat.
e. Merupakan hasil pemikiran filsuf tentang sesuatu secara fundamental.
f. Idealisme dan realisme memiliki persamaan, keduanya merupakan
aliran yang membahas tentang hakekat pengetahuan.
g. Positivisme memiliki persamaan dengan empirisme, karena
positivisme berakar dari empirisme.
2. Perbedaan Aliran-aliran Filsafat
a. Positivisme merupakan aliran yang bersifat valid, konkrit dan nyata.
b. Pragmatisme merupakan aliran yang berupa mazhab pemiiran filsafat
ilmu.
c. Rasionalisme merupakan satu-satunya yang mempercayai atau
menggunakan rasio (akal) manusia sebagai sumber pengetahuan.
d. Eksistensialisme merupakan aliran yang berpendirian bahwa filsafat
harus bertitik tolak pada manusia.
e. Memiliki perbedaan cara dalam meng-approach suatu masalah yang
melahirkan kesimpulan - kesimpulan yang berbeda tentang masalah yang
sama karena latar belakang pribadi para filsuf yang berbeda,
pengaruh zaman yang berbeda, kondisi dan alam pikiran manusia di
suatu tempat.
f. Idealisme dan Metrealisme terdapat perbedaan dimana keduanya
merupakan aliran filsafat yang bertolak belakang.
g. Kritisme merupakan aliran yang menjembatani antara Rasionalisme
dan Empirisme yang memiliki perbedaan, sedangkan rasionalisme

10
dan empirisme merupakan perbedaan yang tajam dan hanya dapat
terjembatani oleh Kritisme.
h. Pragmatis berbeda dengan idealis, idealis menyatakan kebenaran sebagai
entitas yang abstrak, sistematis, dan cerminan dari realistas.
Sedangkan pregmatisme adalah suatu aliran yang benar adalah apa
saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat -
akibat yang bemanfaat secara praktis dan berfaedah.
i. Idealisme mengatakan pengetahuan yang sesuai dengan kenyataan adalah
mustahil karena pengetahuan adalah sebuah proses mental/psikologis
yang bersifat subyektif. Sedangkan Realisme menganggap pengetahuan
adalah benar dan tepat jika sesuai dengan kenyataannya.
j. Realisme adalah tolakan yang berbeda dari aliran ekstrim idealisme
dan empirisme, dimana dalam membangun ilmu pengetahuan,
realisme memberikan metode induksi empiris. Yaitu, pengetahuan
diperoleh dengan cara observasi dan pengembangan pemikiran dari hasil
observasi.
k. Aliran materialisme adalah aliran yang mengutamakan materi yang
tampak saja yang dijadikan objek, ini menunjukan bahwa aliran ini
hanya mengakui sesuatu yang tampak oleh indra saja dan tidak
berobjek pada sesuatu yang non-materi atau tidak tampak.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Filsafat merupakan suatu bentuk tindakan, kegiatan, sikap yang
berusaha ingin mengetahui suatu hakikat kebenaran dengan bertanya-
bertanya tanpa lelah agar dapat memperoleh kebenaran tersebut.
2. Objek kajian filsafat adalah ontologi, epistimologi dan aksiologi.
3. Aliran-aliran dalam filsafat adalah sebagai berikut; a) Idealisme, b)
Rasionalisme, c) Realisme, d) Kritisme, e) Positivisme, f) Materialisme, g)
Pragmatisme.
4. Persamaan dan perbedaan aliran-aliran dalam filsafat adalah sebagai berikut:
a. Persamaan; 1) Merupakan corak pemikiran atau aliran-aliran dalam
filsafat, 2) Merupakan pemikiran tentang pengetahuan dan manusia
untuk mencari sesuatu ilmu, 3) Merupakan macam-macam pemikiran
tentang pengetahuan filsafat, 4) Pemikiran tentang pengetahuan dan
manusia melalui/ yang bersumber dari beberapa pemikiran dan aliran-
aliran dalam filsafat, 5) Merupakan hasil pemikiran filsuf tentang sesuatu
secara fundamental, 6) Idealisme dan realisme memiliki persamaan,
keduanya merupakan aliran yang membahas tentang hakekat
pengetahuan, 7) Positivisme memiliki persamaan dengan empirisme,
karena positivisme berakar dari empirisme.
b. Perbedaan; 1) Positivisme merupakan aliran yang bersifat valid, konkrit
dan nyata, 2) Pragmatisme merupakan aliran yang berupa mazhab
pemiiran filsafat ilmu, 3) Rasionalisme merupakan satu-satunya yang
mempercayai atau menggunakan rasio (akal) manusia sebagai sumber
pengetahuan, 4) Eksistensialisme merupakan aliran yang berpendirian
bahwa filsafat harus bertitik tolak pada manusia, 5) Memiliki perbedaan
cara dalam meng-approach suatu masalah yang melahirkan
kesimpulan-kesimpulan yang berbeda tentang masalah yang sama
karena latar belakang pribadi para filsuf yang berbeda, pengaruh

12
zaman yang berbeda, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu tempat,
6) Idealisme dan Metrealisme terdapat perbedaan dimana keduanya
merupakan aliran filsafat yang bertolak belakang, 7) Kritisme
merupakan aliran yang menjembatani antara Rasionalisme dan
Empirisme yang memiliki perbedaan, sedangkan rasionalisme dan
empirisme merupakan perbedaan yang tajam dan hanya dapat
terjembatani oleh Kritisme, 8) Pragmatis berbeda dengan idealis, idealis
menyatakan kebenaran sebagai entitas yang abstrak, sistematis, dan
cerminan dari realistas. Sedangkan pregmatisme adalah suatu aliran
yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang
benar dengan akibat-akibat yang bemanfaat secara praktis dan
berfaedah, 9) Idealisme mengatakan pengetahuan yang sesuai dengan
kenyataan adalah mustahil karena pengetahuan adalah sebuah proses
mental/psikologis yang bersifat subyektif. Sedangkan Realisme
menganggap pengetahuan adalah benar dan tepat jika sesuai dengan
kenyataannya, 10) Realisme adalah tolakan yang berbeda dari aliran
ekstrim idealisme dan empirisme, 11) Aliran materialisme adalah aliran
yang mengutamakan materi yang tampak saja yang dijadikan objek.

13
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Bustanuddin, Pengembangan ilmu-ilmu sosial: studi banding antara


pandangan ilmiah dan ajaran Islam, Jakarta: Gema Insani Press. 1999.
Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2005.Hadiwijono, Harun, Sari Sejarah Filsafat 1, Yogyakarta: Yayasan
Kanisius, 1980.
Berling, R.F., Filsafat Dewasa Ini, Jakarta: Balai Pustaka, 1966.
Darmodiharjo, Darji dan Shidarta, Pokok-pokok Filsafat Hukum: Apa dan
Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1995.
Hardiman, F. Budi, Filsafat Modern dari Machiavelli sampai Nietzsche, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Huijbers, Theo, Fisafat dalam lintasan sejarah, (Yogyakarta: Yayasan Kanisius,
1982.
Qomar, Mujamil, Epistemologi Pendidikan Islam-Dari Metode Rasional hingga
Metode Kritik, Jakarta: Erlangga, 2006.
Rahman, Fathur, Makalah Pengertian Epistemologi, Ontologi dan Aksiologi,
Pontianak: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Tanjungpura, 2011.
Rapar, Jan Hendrik, Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Yayasan Kanisius, 1996.
Setijo, Pandji, Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa:
Dilengkapi dengan Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen,
Jakarta: Grasindo, 2009.
Solikhin, Muhammad, Filsafat dan Metafisika Dalam Islam, Yogyakarta: Narasi,
2008.
Warsito, Loekisno Chairil, dkk, Pengantar Filsafat, Surabaya: IAIN Sunan
Ampel Press, 2012.

14

Anda mungkin juga menyukai