1. Hakikat
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) hakikat memiliki dua arti, yang
pertama adalah intisari ataupun dasar. Dalam ilmu filsafat udah pasri akan berbicara
tentang hal-hal yang fundamental dari suatu objek. Dari hal tersebut akan
menciptakan penalaran beserta pengetahuan yang baru untuk membuka mata
manusia tentang makna dari segala sesuatu yang ada disekitarnya. Selain dari arti
tersebut, hakikat memiliki makna yang kedua yaitu, kenyataan yang sebenarnya.
Makna kedua dari hakikat ini sejalan dengan salah satu pengertian dari filsafat itu
sendiri yaitu “cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom)”. Hakikat
filsafat itu sendiri merupakan pengetahuan dimana hal ini sudah menjadi bagian
fundamental dari filsafat. Pengetahuan yang ingin dicapai oleh filsafat juga
merupakan penegatahuan yang benar atau sesuai dengan kenyataannya tidak berupa
pengetahuan yang dipertanyakan akan kebenarannya.
2. Cara Berpikir
Manusia memiliki pikiran yang menjadikannya sebagai mahkluk yang berbeda dari
mahkluk yang lainnya. Pikiran-pikiran manusia akan terbentuk setelah mereka
mulai sadar dan memahami akan hal yang terjadi disekitarnya. Dalam proses
memahami filsafat kita akan menemukan karakteristik cara berpikir yaitu
menyeluruh, mendasar, spekulatif, reflektif, kritis, dan postulatif.
1. Berpikir Menyeluruh
Berpikir menyeluruh yang dimaksud disini adalah berpikir dengan melihat
seluruh sisi dari suatu objek. Dengan melihat dari berbagai sudut pandang
maka akan membuka pengetahuan manusia dalam melihat suatu hal. Karena
tidak menutup kemungkinan bahwasannya adanya kemungkinan yang
berbanding terbalik dari satu sisi yang lain.
2. Berpikir Mendasar
Berpikir secara mendasar adalah berpikir sampai ke pondasi dari ilmu atau
pengetahuan yang kita kaji. Ketika melakukan proses berpikir mendasar,
diperlukan juga berpikir secara menyeluruh dalam melihat setiap aspek dari
suatu objek.
3. Berpiki spekulatif
Semua ilmu yang ada saat ini, bahkan sampai dengan pemahaman yang ada
di masa ini, semua berasal dari spekulatif ataupun keraguan yang terbesit di
pemikiran manusia. Namun keraguan-keraguan tersebut bukan tidak
berlatar belakang sama sekali, melainkan adanya proses yang matang untuk
menciptakan keraguan tersebut. Diperlukannya kriteria kebenaran yang
dapat menjadikan landasan dalam memiliki keraguan. “Menurut
Suriasumantri (2017) spekulasi yang digunakan untuk membangun ilmu
tersebut dapat dipertanggung jawabkan dan ini dapat dianggap sebagai
postulat. Postulat merupakan pikiran dasar pengetahuan berdasarkan cara
pandang yang telah dianalisis secara reflektif dan kritis dan dianggap
benar.”
4. Berpikir reflektif
“Berpikir reflektif adalah proses berpikir secara aktif, terus menerus, gigih,
dan mempertimbangkan dengan saksama tentang segala sesuatu yang
dipercaya kebenarannya dengan alasan yang mendukungnya dan menuju
pada suatu kesimpulan (Dewey, dalam Melis & Ulrich, 2014). Menurut
Fisher (2007) berpikir reflektif adalah proses berpikir kritis melalui
penalaran untuk mengemukakan alasan-alasan dalam mendukung suatu
keyakinan dan untuk mengevaluasi keyakinan tersebut dengan sebaik
mungkin”. Dalam berpikir reflektif menyatakan bahwasannya dalam proses
berpikir cenderung tidak menjadikannya sebagai pembenaran diri,
melainkan selalu terbuka akan pengtahuan dan pemahaman yang baru guna
mencari titik ujung.
5. Berpikir Kritis
“Berpikir kritis adalah proses menentukan kebenaran, ketepatan, atau
penilaian terhadap sesuatu yang ditandai dengan mencari alasan dan
alternatif, dan mengubah pandangan seseorang berdasarkan bukti (Scriven
& Paul dalam Boeriswati, 2016)”.
6. Berpikir Postulatif
“Postulat merupakan cara padang yang tidak perlu diverifikasi secara
empiris. Cara pandang ini bisa diterima atau bisa ditolak karena tidak
berdasarkan fakta empiris. Ilmu dalam mengemukakan konklusinya selalu
bersandar pada postulat-postulat tertentu. Menurut Suriasumantri (2017)
setiap filsuf mempunyai postulasi sendiri mengenai berbagai objek
pemikiran. Itulah sebabnya setiap filsuf cenderung untuk menyusun
ontologi, epistemologi, dan axiologi pengetahuan secara berbeda-beda
sesuai dengan postulasi masing-masing. Dari berpikir postulat ini
melahirkan pendekatan-pendekatan dalam memandang ilmu”.
3. Aksiologi
Bedasarkan bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata ‘axios’ dalam bahasa
Yunani artinya nilai dan logos yang artinya ilmu. Dengan demikian, dapat
diambil kesimpulan bahwa aksiologi adalah ‘ilmu tentang nilai’. Dengan
kata lain aksiologi berbicara tentang etika ataupun moral pada kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Novi, F, A. (2021). Hakikat adalah inti sari atay dasar, berikut penjelasannya
menurut KBBI. merdeka.com. dapat diakses melalui
https://www.merdeka.com/jabar/hakikat-adalah-inti-sari-atau-dasar-berikut-
penjelasannya-menurut-kbbi-kln.html
Suaedi. (2016). Pengantar Filsafat Ilmu. Kampus IPB Taman Kencana, Bogor.
IPB Press. dapat diakses melalui
https://uncp.ac.id/content/uploads/files/buku-rektor/Binder-Filsafat-Ilmu.pdf