Anda di halaman 1dari 5

Nama : Calvin Samrizal

Npm : E1A220405
Mata Kuliah : FILSAFAT KOMUNIKASI
Program Studi : Ilmu Komunikasi

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP


1. Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan yang di proses melalui alat
indera, dan hal ini tercipta dikarenakan terjadinya rangsangan atau stimulus dari
alat panca indera kemudian mendapatkan sebuah putusan yang menjadikannya
sebagai pengetahuan. Sumber pengetahuan sendiri terbagi menjadi empat bagian
yaitu :
a. rasio, yang dimana pengetahuan tersebut berasal dari penalaran manusia itu
sendiri.
b. empiris yaitu pengetahuan yang didapat dari pengalaman yang dirasakan oleh
panca indera.
c. intuisi, intuisi merupakan sumber pengetahuan yang tidak menentu dikarenakan
didapatkan secara tiba-tiba dan tidak memiliki dasar sama sekali.
d. wahyu, yang merupakan pengetahuan yang bukan dari manusia itu sendiri
melainkan pengetahuan dari sang maha kuasa yang diberikan kepada orang-
orang terpilih yang sering disebut dengan nabi.
Ciri berpengetahuan adalah memiliki penalaran yang tajam dalam melihat
setiap objek yang ada, memiliki pemahaman akan sesuatu yang kompleks, dan
memiliki wawasan yang luas.

2. Suatu pengetahuan untuk menjadi ilmu pengetahuan diperlukan pengujian pada


pengetahuan itu sendiri terlebih dahulu. Pengujian itu disebut sebagai metode
ilmiah, syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat menjadi ilmu
pengetahuan sudah tercantum didalam metode ilmiah itu sendiri.

3. Kebenaran objektif adalah suatu kebenaran yang disepakati oleh orang banyak dan
kebenaran tersebut memiliki alat ukurnya sendiri selain itu kebenaran objektif itu
sendiri merupakan kebenaran yang ditampakkan dari objeknya itu sendiri sepert
kutub selatan itu dingin. Sedangkan kebenaran subjektif adalah suatu kebenaran
yang berasal dari pendapat suatu individu itu sendiri. Biasanya kebenaran subjektif
berkaitan dengan ilmu-ilmu sosial yang mengkaji perilaku manusia.

4. karakteristik cara berpikir yaitu menyeluruh, mendasar, spekulatif, reflektif, kritis,


dan postulatif.
a. Berpikir Menyeluruh
Berpikir menyeluruh yang dimaksud disini adalah berpikir dengan melihat
seluruh sisi dari suatu objek. Dengan melihat dari berbagai sudut pandang maka
akan membuka pengetahuan manusia dalam melihat suatu hal. Karena tidak
menutup kemungkinan bahwasannya adanya kemungkinan yang berbanding
terbalik dari satu sisi yang lain.
b. Berpikir Mendasar
Berpikir secara mendasar adalah berpikir sampai ke pondasi dari ilmu atau
pengetahuan yang kita kaji. Ketika melakukan proses berpikir mendasar,
diperlukan juga berpikir secara menyeluruh dalam melihat setiap aspek dari
suatu objek.
c. Berpikir spekulatif
Semua ilmu yang ada saat ini, bahkan sampai dengan pemahaman yang ada di
masa ini, semua berasal dari spekulatif ataupun keraguan yang terbesit di
pemikiran manusia. Namun keraguan-keraguan tersebut bukan tidak berlatar
belakang sama sekali, melainkan adanya proses yang matang untuk
menciptakan keraguan tersebut. Diperlukannya kriteria kebenaran yang dapat
menjadikan landasan dalam memiliki keraguan. “Menurut Suriasumantri
(2017) spekulasi yang digunakan untuk membangun ilmu tersebut dapat
dipertanggung jawabkan dan ini dapat dianggap sebagai postulat. Postulat
merupakan pikiran dasar pengetahuan berdasarkan cara pandang yang telah
dianalisis secara reflektif dan kritis dan dianggap benar.”
d. Berpikir reflektif
Berpikir reflektif adalah proses berpikir secara aktif, terus menerus, gigih, dan
mempertimbangkan dengan saksama tentang segala sesuatu yang dipercaya
kebenarannya dengan alasan yang mendukungnya dan menuju pada suatu
kesimpulan (Dewey, dalam Melis & Ulrich, 2014). Menurut Fisher (2007)
berpikir reflektif adalah proses berpikir kritis melalui penalaran untuk
mengemukakan alasan-alasan dalam mendukung suatu keyakinan dan untuk
mengevaluasi keyakinan tersebut dengan sebaik mungkin. Dalam berpikir
reflektif menyatakan bahwasannya dalam proses berpikir cenderung tidak
menjadikannya sebagai pembenaran diri, melainkan selalu terbuka akan
pengtahuan dan pemahaman yang baru guna mencari titik ujung.
e. Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah proses menentukan kebenaran, ketepatan, atau penilaian
terhadap sesuatu yang ditandai dengan mencari alasan dan alternatif, dan
mengubah pandangan seseorang berdasarkan bukti (Scriven & Paul dalam
Boeriswati, 2016).
f. Berpikir Postulatif
Postulat merupakan cara padang yang tidak perlu diverifikasi secara empiris.
Cara pandang ini bisa diterima atau bisa ditolak karena tidak berdasarkan fakta
empiris. Ilmu dalam mengemukakan konklusinya selalu bersandar pada
postulat-postulat tertentu. Menurut Suriasumantri (2017) setiap filsuf
mempunyai postulasi sendiri mengenai berbagai objek pemikiran. Itulah
sebabnya setiap filsuf cenderung untuk menyusun ontologi, epistemologi, dan
axiologi pengetahuan secara berbeda-beda sesuai dengan postulasi masing-
masing. Dari berpikir postulat ini melahirkan pendekatan-pendekatan dalam
memandang ilmu.

5. Pengertian ontologi, epistemologi, dan aksiologi sebagai berikut:


a. Ontologi
Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos sendiri
memiliki arti sesuatu yang berwujud sedangkan logos memiliki arti ilmu. Dalam
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) ontologi artinya salah satu cabang ilmu
filsafat yang berhubungan dengan suatu hakikat hidup. Jadi ontologi adalah
bidang pokok filsafat yang membahas tentang hakikat ataupun keberadaan
segala sesuatu yang ada. Ontologi juga dapat diartikan sebagai ilmu atau teori
tentang wujud hakikat yang ada. Selain dari kedua pengertian tersebut, ontologi
juga bisa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang
berwujud (yang ada) dengan berdasarkan logika semata. Noeng muhadjir dalam
bukunya “filsafat ilmu” mengatakan, ontologi membahas tentang yang ada,
yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang
yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi
berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam
rumusan lorens bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas
dalam semua bentuknya. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
objek formal dari ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Dari semua hal itu
dapat ditarik kesimpulan bahwa otologi merupakan siati ilmu yang membahas
tentang sesuatu yang ada atau berwujud, nyata, serta universal dengan mencari
inti yang terkandung didalam objek tersebut dan di telaah dengan kapasitas
manusia sehingga menciptakan sebuah pengetahuan.

b. Epistemologi
Dalam kamus besar bahasa indonesia epistemologi dimaknai dengan cabang
ilmu filsafat tertentu, dasar-dasar dan batas-batas pengetahuan. Epistemologi
sendiri berasal dari bahasa yunani episteme yang berarti pengetahuan dan logos
yang berarti perkataan, pikiran, dan ilmu. Kata "episteme" dalam bahasa yunani
berasal dari kata kerja epistamai, artinya mendudukkan, menempatkan, atau
meletakkan. Maka secara harfia episteme berarti pengetahuan sebagai upaya
untuk menempatkan sesuatu hal ke tempat yang sepantasnya. Menurut P.
Hardono hadi menyatakan, bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang
mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan,
pengandaian-pengandaian dan dasarnya, seta pertanggung jawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Sedangkan D. W. Hamlyn
mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan
hakikat dan lingkup pengetahuan. Dasar dan lingkup pengandain-
pengandaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalakannya sebagai
penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan. Dari kedua pengertian tersebut
hampir sama. Namun terdapat perbedaan dari persoalan kodrat dan hakikat
pengetahuan. Kodrat pengetahuan berkaitan dengan sifat asli dari pengetahuan,
sedangkan hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengathuan, sehingga
menghasilkan pengertian yang sebenarnya.

c. Aksiologi
Aksiologi adalah ilmu yang menyoroti masalah nilai dan kegunaan ilmu
pengetahuan sendiri. Tidak dapat dipungkiri banyak masalah-masalah yang
ditangani berkat ilmu pengetahuan seperti penyakit, kelaparan, kemiskinan dan
masih banyak hal lagi. Dalam perkembangan kegunaan ilmu pengetahuan
tersebut terciptalah etika, estetika, dan moral dalam ilmu pengetahuan. Dimana
semua hal tersebut berguna untuk peningkatan kualitas kesejahteraan dan
kemaslahatan umat manusia. Dalam landasan aksiologi hal pertama yang
dipermasalahkan adalah apakah suatu ilmu tersebut mendekatakan manusia
kepada kebenaran tuhan itu sendiri. Kedua, apakah ilmu bermanfaat bagi
kehidupan manusia itu sendiri. Ketiga, apakah ilmu itu bebas nilai atau tidak
bebas nilai, sebab nilai-nilai menyatu dengan ilmu itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai