Anda di halaman 1dari 10

DIMENSI EPISTIMELOGI

Makalah
Di Susun Untuk Memenihu Tugas Mata Kuliah:
filsafat

Penyusun:
Abd. Qodar
Ahmat Fauzi
Wahyudi

Dosen Pengampu:
Drs. Mutmainnah M.S,I

PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI ILMU USHULUDDIN DARUSSALAM
BANGKALAN
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah adalah kata yang pantas kami ucapkan sebagai ungkapan


rasa syukur kepada Tuhan semesta alam, Karena dengan nikmat-Nya kita bisa
menghirup udara segar, Tanpa kita sadari begitu banyak nikmat Tuhan yang telah
kita sia-siakan.

Sholawat dan salam semoga tetap sampai kepada sang legendaris Islam
Nabi Muhammad saw, beliau merupakan sosok yang memiliki peran begitu urgen
dalam rangka dakwah Islamiyah, sehingga dengan dakwahnya kita bisa memilah
dan memilih antara yang haq dan batil.

Ungkapan rasa terimakasih kami sampaikan kepada dosen pengampu: Drs.


Mutmainnah, M.Si yang telah memberikan mandat kepada kami guna menyusun
makalah dengan tema “Dimensi epistimelogi“yang ada ditangan para pembaca
yang budiman ini. Semoga makalah singkat ini bisa menambah perbendaharaan
ilmukita khususnya bagi penyusun.

Dari kami pribadi selaku penulis sangat antusias dalam menunggu kritikan
atau saran yang bisa membangun,agar makalah ini semakin baik, karena kami
menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari kata sempurna.

Pakong, 25 mei, 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Masalah Epistemologi selalu menjadi bahan yang menarik untuk dikaji
karena disinilah dasar-dasar pengetahuan maupun teori pengetahuan yang
diperoleh manusia menjadi bahan pijakan. Konsep-konsep ilmu pengetahuan yang
berkembang pesat dewasa ini beserta aspek-aspek praktis yang ditimbulkannya
dapat dilacak akarnya pada struktur pengetahuan yang membentuknya.Dari
epistemologi, juga filsafat dalam hal ini filsafat modern terpecah berbagai aliran
yang cukup banyak, seperti rasionalisme, pragmatisme, positivisme, maupun
eksistensialisme dan lain-lain
Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan
dibahas dalam bidang filsafat,misalnya tentang apa itu pengetahuan,bagaimana
karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.

Untuk itu dari sedikit gambaran sejarah yang telah kami sinngung di atas.
Maka akan kami formulasikan tentang dimensi epistimelogi, di antaranya:
pengertiannya,sumber-sumber pengetahuan,dan macam-macam epistimelogi.
Dengan rumusan masalah sebagai berikut.

2. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dimensi epistimologi?
2. Apa sumber-sumber pengetahuan?
3. Apa macam-macam dimensi epistimelogi?
3. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dimensi epistimelogi.
2. Untuk mengetahui sumber-sumber pengetahuan.
3. Untuk mengetahui macam-macam dimensi epistimelogi.
BAB II

Pembahasan
1. Pengertian epistimologi
Epistimologi secara bahasa berasal dari 2 kata yaitu epistime
(pengetahuan) dan logos (ilmu), berarti pengetahuan sistematis tentang sumber-
sumber, batas-batas, dan verifikasi (pemeriksaan nilai kebenaran) ilmu
pengetahuan. Dari sini kemudian muncul berbagai bentuk metode;dialektika,
demonstrasi, iluminasi dan sebagainya.1
Adapun secara termenologis menurut Milton D.Hunnex adalah cabang
filsafat yang membahas sifat dasar, sumber, dan validitas
pengetahuan(epistemology comprises the syistematic study of the nature, sources,
and validity of knowledge).2 Pengertian yang dijabarkan oleh hunnex ini dapat
dijabarkan lebih lanjut yaitu. Yakni, bahwa titik fokus pembahasan epistimelogi
meliputi pokok-pokok persoalan seperti:
1. dari mana manusia memperoleh pengetahuan atau apa sumber
pengetahuan itu?
2. bagaimana hubungan antara subjek yang mengetahui dengan
objek?
3. apakah yang menjadi batas wilayah ilmu pengetahuan?, dan
pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Perdebatan mengenai sumber pengetahuan yang diperoleh manusia
sebenarnya sudah dimulai pada masa awal munculnya filsafat. Filosof seperti
Plato dan Aristoteles sebenarnya sudah menyinggung tentang bagaimana manusia
mendapatkan pengetahuan. Dalam pandangan Plato, pengetahuan yang yang
diperoleh manusia bersumber dari akal atau ide bawaan. Namun pemikiran Plato
disanggah oleh Aristoteles yang menyatakan bahwa sumber pengetahuan manusia
bersumber dari panca indra.Permasalahan tentang epistemologi kembali mendapat
momentumnya ketika renaissance. Pada zaman modern muncul berbagai macam
aliran filsafat ilmu pengetahuan, diantaranya rasionalisme,empirisme, dan
kritisime.3
2. Sumber pengetahuan
Sumber pengetahuan ialah apa yang menjadi titik tolak atau apa yang
merupakan objek pengetahuan itu sendiri. Sumber itu dapat bersifat atau berasal

1
Haidar Bagir, Epistemologi Tasawuf (sebuah pengantar), (Bandung: PT. Mizan Pustaka,
2017),16
2
Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer,(Depok, Rajawali Pers,2019),32
3
Mohammad Muslih,Pengantar Filsafat,(Gontor,Darussalam University Press, 2008), 39
dari dunia eksternal” atau juga terkait dan berasal dari “dunia internal” atau
kemampuan subjek.4 Diantaranya:
1. Persepsi
Persepsi adalah hasil tanggapan indrawi terhadap fenomena alam.
Adapun istilah yang lebih umum untuk istilah persepsi ini adalah
empiri atau pengalaman. Pengalaman merupakan sumber
pengetahuan yang diterima dalam epistimologi(barat dan islam).
Dalam filsat barat, pandangan yang menyatakan bahwa
pengalaman adalah sumber pengetahuan dikenal dengan nama
empirisme, dengan kata lain empirisme mengatakan bahwa sumber
pengetahuan didapat melalui pengalaman indrawi bukan melalui
rasio.
Terdapat beberapa ciri pokok pengalaman diantaranya:
 Pengalaman indrawi selalu berhubungan dengan objek
tertentu diluar pengamat
 Pengalaman manusia tidak seragam
 Pengalaman manusia terus berkembang
2. Ingatan
Pengetahuan, baik secara teoritis maupun praktis banyak sekali
mengandalkan ingatan. Pengalaman langsung atau tidak langsung
harus didukung oleh ingatan agar hasil pengalaman itu dapat
disusun secara logis dan sistematis. Dalam epistimelogi realisme
ada yang disebut dengan realisme langsung dan realisme tak
langsug.
Dalam menentukan ingatan agar dapat menjadi sumber
pengetahuan terdapat 2 syarat yaitu:
 Perlu ada kesaksian orang lain bahwa ingatan dan
pengalaman masa lalu itu bener adanya.
 Ingatan itu konsisten dan bernilai pragmatis.5
3. Akal atau nalar
Akal diterima sebagai salah satu sumber pengetahuan. Adapun
pikiran atau penalaran adalah hal yang paling mendasar bagi
kemungkinan adanya pengetahuan. Penalaran adalah proses yang
harus dilalui dalam menarik kesimpulan. 6
4. Intropeksi
intropeksi juga dianggap sebagai sumber penggetahuan, dimana
manusia mendapat pengetahuankan ketika ia melihat kedalam

4
Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer, 32
5
Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer, 32
6
Ibid,37
dirinya. Socrates pernah menyatakan kenalilah dirimu sendiri. Dan
sebagai metode, intropeksi terkenal dalam dunia akademis melalui
frued. Frued menggunakan metode ini untuk memandang kedalam
pikiran atau mental seorang atau diri sendiri.7
5. Intuisi
Intuisi adalah tenaga rohani, suatu kemampuan yang mengatasi
rasio, kemampuan untuk menyimpulkan serta memahami secara
mendalam. Intuisi adalah pengenalan terhadap suatu aacara
langsung dan bukan melalui inferensi logis. Intiusi merupakan
kemampuan untuk mendapatkan pengetahuan secara tiba-tiba dan
secara langsung. Intuisi terdiri dari intuisi idrawidan intuisi
intelektual.
6. Otoritas
Otoritas mengacu pada indifidu atau kelempok yang dianggap
memiliki pengatahuan sahe dan legitimasi sebagai sumber
pengetahuan otoritas dapat berasosiasi atau berarti negatif bila
otoritas itu justru bersifat domonasi, menindas dan otoritsnya tidak
absah. 8
7. Prakognisi
Prakognisi adalah kemampuan untuk mengetahui pristiwa yang
akan terjadi.
8. Clairvoyance
Clairvoyance adalah kempuan mempresepsi suatu pristiwa tampa
mengunnakan indra. Seorang ahli nujum yang mampu mengetahui
barang yang hilang beberapa hari yang lalu, maka orang ini
memeliki kempuan clairvoyance.
9. Telepati
Telepati adalah kemampuan berkomonikasi tampu mengunakan
suara atau tanpa mengunakan simbolik lain, namun hanya
mengunakan kemampuan mental. 9
3. Macam-macam epestimologi
Perkembangan epistimilogi dari masa yunani sampai sekarang, maka
kajian epistimologi debedakan menjadi 3 yaitu :
1. Epistimologi metafisis
Epistimologi yang berdasarkan atas asumsi metafisis disebut
dengan epistimologi metafisis
2. Epistimologi sekeptis

7
Akhyar yusuf lubis,filsafat ilmu klasik hingga kontemporer 40.
8
Ibid,,,
9
Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer, 41
Epistimologi sekeptis Adalah sebuah metode yang menyangsikan
keberadaan semua hal hingga satu yang tidak dapat disangsika
keberadaanya, yaitu kesangsian itu sendiri
3. Epistimologi kritis
Epistimologo kritis bertolak dari siakap kritis terhadap berbgai
macam asumsi, teori, dan metode yang ada dalam pemikiran serta
yang ada dikehidupan kita. Pengetahuan, teori, metode, yang cara
berfikir yang ada drikitisi artinya dicarai kekurangannya atau
kelemahannya kemudian diupayakan untuk merumuskan metode
baru yang dapat dipertanggung jawabkan dengan lebih rasional.10

10
Suaedi,Pengantar Filsafat Ilmu, (Bogor, PT Penerbit IPB Press,2016), 22
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan.

1. Epistimologi secara bahasa berasal dari 2 kata yaitu epistime


(pengetahuan) dan logos (ilmu), berarti pengetahuan sistematis tentang
sumber-sumber, batas-batas, dan verifikasi (pemeriksaan nilai kebenaran)
ilmu pengetahuan. Dari sini kemudian muncul berbagai bentuk
metode;dialektika, demonstrasi, iluminasi dan sebagainya.
2. Sumber pengetahuan ialah apa yang menjadi titik tolak atau apa yang
merupakan objek pengetahuan itu sendiri. Sumber itu dapat bersifat atau
berasal dari dunia eksternal” atau juga terkait dan berasal dari “dunia
internal” atau kemampuan subjek. Diantaranya:
 Persepsi
Persepsi adalah hasil tanggapan indrawi terhadap fenomena alam.
Adapun istilah yang lebih umum untuk istilah persepsi ini adalah
empiri atau pengalaman.
 Ingatan
Pengetahuan, baik secara teoritis maupun praktis banyak sekali
mengandalkan ingatan. Pengalaman langsung atau tidak langsung
harus didukung oleh ingatan agar hasil pengalaman itu dapat
disusun secara logis dan sistematis.
 Akal atau nalar
Akal diterima sebagai salah satu sumber pengetahuan. Adapun
pikiran atau penalaran adalah hal yang paling mendasar bagi
kemungkinan adanya pengetahuan.
 Intropeksi
intropeksi juga dianggap sebagai sumber penggetahuan, dimana
manusia mendapat pengetahuankan ketika ia melihat kedalam
dirinya. Socrates pernah menyatakan kenalilah dirimu sendiri.
 Intuisi
Intuisi adalah tenaga rohani, suatu kemampuan yang mengatasi
rasio, kemampuan untuk menyimpulkan serta memahami secara
mendalam. Intuisi adalah pengenalan terhadap suatu aacara
langsung dan bukan melalui inferensi logis.
 Otoritas
Otoritas mengacu pada indifidu atau kelempok yang dianggap
memiliki pengatahuan sahe dan legitimasi sebagai sumber
pengetahuan otoritas dapat berasosiasi atau berarti negatif bila
otoritas itu justru bersifat domonasi, menindas dan otoritsnya tidak
absah.
 Prakognisi
Prakognisi adalah kemampuan untuk mengetahui pristiwa yang
akan terjadi.
 Clairvoyance
Clairvoyance adalah kempuan mempresepsi suatu pristiwa tampa
mengunnakan indra. Seorang ahli nujum yang mampu mengetahui
barang yang hilang beberapa hari yang lalu, maka orang ini
memeliki kempuan clairvoyance.
 Telepati
Telepati adalah kemampuan berkomonikasi tampu mengunakan
suara atau tanpa mengunakan simbolik lain, namun hanya
mengunakan kemampuan mental.
3. Macam-macam dimensi epistimologi
 Dimensi epistimologi
Epistimologi yang berdasarkan atas asumsi metafisis disebut
dengan epistimologi metafisis
 Dimensi skeptis
Epistimologi sekeptis Adalah sebuah metode yang menyangsikan
keberadaan semua hal hingga satu yang tidak dapat disangsika
keberadaanya, yaitu kesangsian itu sendiri
 Dimensi kritis
Epistimologi kritis bertolak dari siakap kritis terhadap berbgai
macam asumsi, teori, dan metode yang ada dalam pemikiran serta
yang ada dikehidupan kita. Pengetahuan, teori, metode, yang cara
berfikir yang ada drikitisi artinya dicarai kekurangannya atau
kelemahannya kemudian diupayakan untuk merumuskan metode
baru yang dapat dipertanggung jawabkan dengan lebih rasional.
DAFTAR PUSTAKA
Akhyar Yusuf Lubis,2019, Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer,(Depok, Rajawali Pers,),32

Haidar Bagir, 2017, Epistemologi Tasawuf (sebuah pengantar), (Bandung: PT. Mizan Pustaka,),16

Mohammad Muslih, 2008,Pengantar Filsafat,(Gontor,Darussalam University Press,), 39

Suaedi, 2016,Pengantar Filsafat Ilmu, (Bogor, PT Penerbit IPB Press,), 22

Anda mungkin juga menyukai