Makalah
Kelompok 5 :
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
1. 2. Batasan Masalah
1) Pengertian epistimologi,
1. 3. Rumusan Masalah
1. 4. Tujuan
1. 5. Manfaat
1. 6. Metode Penulisan
PEMBAHASAN
2. Nalar (reason)
3. Otoritas (Authority)
4. Intuisi (Intuition)
intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui
penalaran yang rasional yang berasal dari diri manusia kemudian
memunculkan pernyataan-peenyataan berupa pengetahuan.
5. Wahyu (Revelation)
6. Keyakinan (Faith)
B. Rasionalisme
Sebagaimana kita ketahui, makna dari rasional sendiri adalah
masuk akal atau dapat diterima dengan akal. Maka aliran ini berasumsi
bahwasannya akal merupakan sumber pengetahuan yang benar. Bapak
aliran ini adalah Descartes (1596-1650).
C. Positivisme
D. Intuisionisme
Aliran ini berasumsi bahwa intuisi adalah sumber dari pengetahuan
dan kebenaran. Intuisi adalah kegiatan berpikir yang tidak berdasarkan
pada penalaran dan sering bercampur dengan perasaan.
Tokoh aliran ini antara lain: Plotinos dan Henri Bergon. Bergon
menyatakan bahwa intuisi adalah suatu sarana untuk mengetahui secara
langsung dan seketika. Analisa, atau pengetahuan yang diperoleh dengan
jalan pelukisan, tidak akan dapat menggantikan hasil pengenalan secara
langsung dari pengetahuan intuitif. 2
E. Fenomenologi
Istilah fenomenologi pertama kali digunakan oleh J.H. Lambert
(1764). Edmund Husserl (1859-1938) pernah menyatakan bahwasannya
pengetahuan tidak memilili objek yang terbatas pada sesuatu yang
bersifat empirik saja, melainkan juga meliputi fenomena atau gejala-
gejala.
Teori kebenaran adalah teori yang dituturkan oleh plato dan aristotiles
untuk menentukan apakah pengatahuan kita mempunyai kebanaran atau tidak. Hal
ini berhubungan dengan sikap bagaimana memperoleh pengatahuan, apakah
melalui kegiatan dan kemampuan akal pikir atau kegiatan indera. Yang jelas bagi
seorang skeptis pengathaun tidaklah mempunyai nilai kebenaran, karena semua
diragukan atau keraguan itulah yang merupakan kebenaran.
2
Kattsoff, L. (2004). Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana. Hal. 141
“suatu proposisi benar jika proposisi tersebut dalam
keadaan saling berhubungan dengan proposisi lain yang benar.
Atau jika makna yang dikandungnya dalam keadaan saling
berhubungan dengan pengalaman kita” Katttsoff(1986)
3
Drs. H. Burhanuddin Salam, LogikaMateril Fisafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta: PT RINEKA
CIPTA, h.106.
4
Drs. H. Burhanuddin Salam, LogikaMateril Fisafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta: PT RINEKA
CIPTA, h.108.
apa saja hubungan/kebenaran antara hipotesis yang di ajukan dengan
fakta yang ada dalam dunia nyata.
E. Pembuktian hipotesis.
Usaha pengumpulan fakta-fakta yang ada, yang telah di bahas
pada deduksi dan hipotesis. Jika fakta itu benar ada dalam dunia
empiris kita maka, hipotesisi itu terbukti.
F. Penerimaan hipotesis menjadi teori ilmiah.
Hipotesisi yang telah sesuai dengan bukti empiris maka itu
akan dianggap suatu kebenaran dan akan menjadi bagian dari ilmu atau
teori ilmiah. Teori ilmiah adalah teori dari suatu gejala tertentu atau
penjelasan teoritis suatu gejala. Pengetahuan itu yang akan menjadi
premis untuk menjelaskan gejala yang lain. Maka dari itu proses ilmiah
akan terus berlanjut untuk mendapatkan teori ilmiah lainya.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saranan
Daftar Pustaka