Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT PENDIDIKAN AUD

ASPEK-ASPEK EPISTIMOLOGI DALAM


KAJIAN ILMU PENGETAHUAN
DOSEN PENGAMPU: Dr. NORMA FITRIA M.Pd

OLEH KELOMPOK 3:
ERNAWATI : NIM 2327201030076
SITI MUJIYEM : NIM 2327201030018
RATNA HAFIZAH : NIM 2327201030099
SITI BARIDAH : NIM 2327201030065
DESIRIYANTI : NIM 2327201030053

PRODI PIAUD
UNIVERSITAS ISLAM AN NUR LAMPUNG
TAHUN 2023
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah swt. yang telah memberikankesempatan dan kesehatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Adapun tugas makalah dibuat ini
adalah untuk memenuhi tugas kelompok dari dosen pada mata kuliah “Filsafat Ilmu”. Makalah ini
berjudul“Aspek- Aspek Epistimologi dalam kajian ilmu pengetahuan”.

Penulis tidak dapat menyelesaikan makalah ini tanpa adanya dukungan, do’a, dan nasehat dari
semuanya. Selanjutnya, penyusun ingin mengucapkan salam danterima kasih kepada semua yang
sudah ikut andil membantu baik materil dan non materil serta waktunya untuk melengkapi makalah
ini.

Penyusun menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,kritik yang membangun,
dan saran dari pembaca sangatlah dihargai.

Penyusunsangat beharap bahwa makalah ini dapat memberikan kontribusi berharga bagi
para pembaca.

Lampung, 26 Oktober 2023


Penulis

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.Latar Belakang ........................................................................................................... 1

2.Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1

3.Tujuan Makalah ......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

1. A. Pengertian Epistemologi .......................................................................................... 22.

B. Cakupan Pokok Epistemologi................................................................................... 33.

C. Hubungan Ilmu Filsafat dan Ilmu Pengetahuan......................................................... 5

D. Macam- macam dan penyebab Timbulnya Epistimologi …………………………. 6

BAB III PENUTUP

1. A. Kesimpulan................................................................................................................. 8

B. Kritik dan Saran .......................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 9

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia tidak hanya memerlukan kebutuhan pokok saja, akan tetapi manusia juga
memerlukan informasi untuk mengetahui keadaan di lingkungan sekitar mereka. Dalam upaya
untuk memperoleh informasi, manusia seringkali melakukan komunikasi ataupun cara-cara lain
yang bisa digunakan. Salah satu informasi yang didapat dari komunikasi adalah pengetahuan.
Pengetahuan sangat diperlukan bagi kehidupan manusia karena dapat memberikan manfaat yang
sangat besar bagi kehidupan. Dalam mencari pengetahuan, tak jarang manusia harus mempelajari
Epistemologi

Epistimologi merupakan cabang dari filsafat yang membicarakan mengenai sumber-sumber,


karakteristik, sifat dan kebenaran pengetahuan. Epistimologi seringkali disebut dengan teori
pengetahuan atau filsafat pengetahuan, karena yang dibicarakan dalam epistimologi ini berkenaan
dengan hal-hal yang yang ada sangkut pautnya dengan masalah pengetahuan. Misalnya, Apakah
pengetahuan itu? Dari mana Asalnya? Apakah sumber-sumber pengetahuan? Bagaimana manusia
mendapatkan pengetahuan? Dari mana pengetahuan yang benar? Apa yang menjadi karakteristik
pengetahuan? Apakah pengetahuan it tergolong benar atau keliru, dan sebagainya. Beberapa
pertanyaan innilah yang kemudian disebut dengan persoalan epistimologi.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa itu Epistimologi?

b. Apa saja Cakupan Pokok Epistimologi"

c. Apa Hubungan Filsafat dan limu Pengetahuan?

d. Apa Macam-Macam dan Penyebab Timbulnya Epistimologi?

1.3 Tujuan Masalah

Setelah membaca dan mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa dapat:

a. Mengetahui apa itu Epistimologi

b.Mengetahui Cakupan Pokok Epistimologi

c. Mengetahui dan memahami Hubungan Filsafat dan Ilmu Pengetahuan

1
e. Mengetahui dan memahami Macam-Macam dan Penyebab Timbulnya Epistimologi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Epistimologi

Istilah epistimologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata. yaitu "episteme
yang berarti pengetahuan, dan logos" yang berarti pikiran, teori atau ilmu. Jadi, epistimologi
berarti teori atau metode tentang pengetahuan atau ilmu pengetahuan. Istilah lain juga biasa
digunakan, yaitu teori pengetahuan atau filsafat pengetahuan. Dalam rumusan yang lebih rinci
disebutkan bahwa epistimologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji secara
mendalam dan radikal tentang asal mula pengetahuan, struktur, metode, dan validitas.

Menurut Poedjiadi (2001:13) epistimologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang
pengetahuan, adapun yang dibahas antara lain adalah asal mula, bentuk atau struktur, dinamika,
validitas dan metodologi, dan yang bersama-sama membentuk pengetahuan manusia.

Secara umum, Harold H. Titus (1984: 187-188) menyatakan bahwa epistimologi mengkaji
tiga persoalan pokok, yaitu sebagai berikut:

1. Apakah sumber-sumber pengetahuan? Dari manakah pengetahuan yang benar itu datang dan
bagaimana kita mengetahuinya?

2. Apakah sifat dasr pengetahuan? Apa ada alam yang benar-benar di luar pikiran kita? Kalau ada,
apakah kita mengetahuinya?

3. Apakah pengetahuan kita itu benar (valid)? Bagaimanakah kita dapat membedakan yang benar
dan yang salah.

Menurut Mohammad Muslih (2005: 68), tiga persoalan pokok tersebut sekaligus
merupakan objek formal dari epistimologi, yakni sebagai perspektif dalam melihat objek
materialnya, dalam hal ini adalah pengetahuan. Inilah yang kemudian dikenal dengan hakikat
pengetahuan, yang tak lain adalah jawaban atas beberapa persoalan pokok di atas.

2
Pada dasarnya, epistimologi merupakan satu upaya evaluatf dan kritis tentang pengetahuan
(knowledge) manusia.

2.2 Cakupan Pokok Epistimologi

A. Sumber Pengetahuan

Sumber pengetahuan ialah apa yang menjadi titik-tolak atau apa yang merupakan objek
pengetahuan itu sendiri. Sumber itu dapat bersifat atau berasal dari dunia eksternal" atau juga
terkait dan berasal dari "dunia internal" atau kemampuan subjek. Di tulisan ini akan diterangkan
sebisa mungkin menyangkut sumber-sumber pengetahuan yang dicantumkan baik oleh Hosper
maupun oleh Honderich. Ada lima sumber yang akan dibahas, apa sajakah itu mari lihat
penjelasannya di bawah ini.

1. Perception (Persepsi/Pengamatan Indrawi)

Persepsi adalah hasil tanggapan indrawi terhadap fenomena alam. Adapun istilah yang
lebih umum untuk istilah persepsi ini adalah empiri atau pengalaman. Pengalaman
merupakan sumber pengetahuan yang diterima dalam epistemology (Barat dan Islam). Ada
beberapa pokok ciri pengalaman. Pertama, pengalaman indrawi selalu berhubungan
dengna objek tertentu di luar si pengamat (subjek). Kedua, pengalaman manusia tidak
seragam (pancaindra). Terakhir pengalaman manusia terus berkembang.

2. Memory (Ingatan)

Pengetahuan, baik secara teoritis maupun praktis, banyak sekali mengandalkan


ingatan. Pengalaman langsung atau tidak langsung harus didukung oleh ingatan agar hasil
pengalaman itu dapat disusun secara logis dan sistematis (menjadi pengetahuan).

3. Reason (Akal, Nalar)

Akal diterima sebagai salah satu sumber pengetahuan. Adapun pikiran atau penalaran
adalah hal yang paling mendasar bagi kemungkinan adanya pengetahuan. Penalaran adalah
proses yang harus dilalui dalam menarik kesimpulan.

4. Intuition (Intuisi)

Intuisi adalah "tenaga rohani", suatu kemampuan yang mengatasi rasio, kemampuan
untuk menyimpulkan serta memahammi secara mendalam. Intuisi adalah pengenalan
3
terhadap sesuatu secara langsung dan bukan melalui inferensi logis (deduksi-induksi).
Intuisi timbul sebagai hasil pengamatan atau pengalaman.

5. Authority (Otoritas)

Otoritas mengacu pada individu atau kelompok yang dianggap memiliki pengetahuan
sahih dan meiliki legitimasi sebagai sumber pengetahuan. Otoritas juga dapat berasosiasi
atau berarti negatif bila otoritas itu justru bersifat dominasi, menindas dan otoritasnya tidak
absah.

B. Objek Pengetahuan

Objek pengetahuan adalah hal atau materi yang menjadi perhatian bagi pengetahuan
(objek material). Dalam istilah epistemology, ini disebut dengan masalah ontology. Honderich
(1995) menyatakan bahwa objek pengetahuan adalah: 1) gejala alam fisik. 2) masa lalu, 3) masa
depan, 4) nilai-nilai (aksiologis), 5) abstraksi, 6) pikiran (philosophy of mind: our own experiences
our own inner states, other minds), (Honderich, 1995:931)

i. Struktur Pengetahuan

Membahas bagaimana hubungan antara ilmuwan dengan sense atau data atau hal/objek yang
diketahui (Hunnex, 1986:8). Hubungan antara subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui
tergambar dari beberapa pandangan, yaitu objektivitas, subjektivitas, skeptisisme, relativisme,
dan fenomenalisme.

ii. Teori Atau Kriteria Kebenaran

i) Teori kebenaran korespondesi

Menyatakan bahwa satu teori proposisi benar bila proposisi atau teori itu sesuai
dengan fakta (kenyataan). Kebenaran adalah kesetiaan pada realitas objektif. Teori
kebenaran ini didukung dan diterima oleh pendukung epistemology empiris (positivisme
ilmiah), seperti pada ilmu- ilmu alam atau ilmu sosial-budaya yang menuntut penerapan
metode ilmu alam atau ilmu sosial-budaya.

ii) Teori kebenaran konsistensi atau koherensi

Dalam teori ini, kebenaran adalah apabila adanya saling hubungan antar putusan-
putusan atau kesesuaian/ketaatasasan dengan kesepakatan atau pengetahuan yang telah
4
dimiliki. Teori ini umumnya terdapat dalam matematika dan logika atau kelompokk
epistemology idealism (epistemological idealism).

iii) Teori kebenaran pragmatis

Pragmatisisme adalah aliran filsafat yang lahir di Amerika Serikat akhir abad ke-19,
yang menekankan pentingnya akal budi (rasio) sebagai sarana pemecahan masalah
(problem solving) dalam kehidupan manusia baik masalah yang bersifat teoritis maupun
praktis.

iii. Batas dan Jenis Pengetahuan

Tentang (criteria) batas pengetahuan, ada beberapa aliran/pandangan yang berbeda dan
ini berkaitan erat dengan apa yang menjadi sumber pengetahuan bagi aliran tersebut.
Beberapa jenis pengetahuan, antara lain:

1. Pengetahuan biasa

2. Pengetahuan ilmiah

3. Pengetahuan filosofis

4. Pengetahuan teologis

2.3 Hubungan Filsafat dan Ilmu Pengetahuan

Filsafat sering disebut sebagai induk ilmu pengetahuan (mother of science) dapat menjadi
pembuka dan sekaligus ilmu pemungkas keilmuan yang tidak dapat diselesaikan oleh ilmu. Kenapa
demikian? Sebab filsafat dapat merangsang lahirnya sejumlah keinginan dari temuan filosof
melalui berbagai observasi dan eksperimen yang melahirkan berbagai percabangan ilmu. Beberapa
hal menunjukkan hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan antara lain:

a. Filsafat mempunyai obyek yang lebih luas, sifatnya universal (universal science), sedangkan
ilmu-ilmu pengetahuan obyeknya terbatas, khusus lapangannya saja.

b. Filsafat hendak memberikan pengetahuan, insight/pemahaman yang lebih menalam dengan


menunjukkan sebab-sebab terakhir sedangkan ilmu pengetahuan juga menunjukkan sebab,
tetapi tak begitu mendalam.

5
c. Filsafat memberikan syntesis kepada ilmu pengetahuan yang khusus, mempersatukan dan
mengkoordinasikan.

d. Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan ilmu pengetahuan, tetapi sudut
pandangnya berlainan, jadi ini merupakan dua ilmu pengetahuan yang tersendiri.

Keduanya penting dan perlu serta kedua-duanya saling melengkapi. Tetapi harus pula
saling menghormati dan mengenali batas-batas dan sifat-sifatnya masing-masing

2.4 Macam-Macam dan Penyebab Timbulnya Epistimologi

2.4.1 Macam-Macam Epistimologi

1. Epistimologi Metafisis

Epistimologi metafisis adalah epistomologi yang didasarkan atas asumsi metafisis


(realita). Plato dan Hegel membicarakan bahwa pengetahuan bertolak belakang dari
pandangan tentang metafisika (realitas) yang dianggap mendasari semua realitas.

2. Epistimologi Skeptis

Epistimologi ini dari Rene Descartes, dia mengatakan bahwa ini adalah sebagai
upaya untuk menemukan metode yang pasti, sehingga filsafat dan pengetahuan dapat
mengatasi berbagai perbedaan dan pertentangan pendapat yang muncul. Cara yang
digunakan yaitu dengan kesangsian metodis. Dari metode ini, descartes mau mendirikan
bangunan filsafat yang kokoh dan terpercaya, suatu sistem yang didasarkan atas aksioma-
aksioma dan tersusun menurut langkah-langkah yang logis

3. Epistimologi Kritis

Epistimologi kritis bertolak dari sikap kritis terhadap berbagai macam asumsi, teori
dan metode yang ada dalam pemikiran (pengetahuan dan ilmu pengetahuan) serta yang
ada dalam kehidupan kita. Pengetahuan, teori, metode, dan cara berfikir yang lama
dikritisi, artinya dicari kelemahan kekurangannya, kemudian dipayakan untuk
merumuskan metode baru: cara berfikir baru yang dapa dipertanggungjawabkan dengan
lebih rasional.

2.4.2 Penyebab Timbulnya Pengetahuan

6
Menurut beberapa ahli, terdapat berbagai penyebab timbulnya pengetahuan, antara lain:

a. Baruch Spinoza

- Pengetahuan a priori adalah pengetahuan yang terjadi tanpa adanya atau mengalami

pengalaman, baik pengalaman indera ataupun pengalaman bathin.

-Pengetahuan a posteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman

b. Thomas Hobbes

Menurut Thomas, pengenalan atau pengetahuan diperoleh karena pengalaman.


Pengalaman adalah awal segala pengetahuan. Juga awal pengetahuan tentang asas-asas
yang diperoleh dan diteguhkan oleh pengalaman.

c. Locke

Menurut Locke, segala pengetahuan datang dari pengalaman dan tidak lebih dari
itu. Semua akal serupa dengan secarik kertas yang tanpa tulisan, yang menerima segala
sesuatu yang datang dari pengalaman.

d. Georgy Berkeley

Menurut Georgy Berkeley, segala pengetahuan kkita bersandarkan pada


pengamatan. Pengamatan adalah identik dengan gagasan yang diamati.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi, Epistemologi merupakan salah satu objek kajian dalam filsafat, dalam
pengembangannya menunjukkan bahwa epistemologi secara langsung berhubungan secara radikal
(mendalam) dengan diri dan kehidupan manusia. Pokok kajian epistemologi akan sangat menonjol
bila dikaitan dengan pembahasan mengenai hakekat epistemologi itu sendiri. Kajian epistimologi
ini bersumber dari beberapa hal yaitu: presepsi, ingatan, akal, intuisi dan otoritas. Serta penyebab
timbulnya epistimologi adalah pengalaman, dan pengamatan dari manusia itu sendiri.

3.2 Kritik dan Saran

Manusia dalam berbuat tentunya terdapat kesalahan yang sifatnya dari yang seharusnya.
Terlebih dalam kegiatan menyusun makalah ini. Untuk itu, penulis harapkan dari pembaca dalam
kritik dan saran guna perbaikan penyusunan selanjutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Susanto A. 2011. Filsafat Ilmu Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan
Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara

Sudarsono. 2001. Ilmu Filsafat-Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Salam, Burhanuddin. 2009.
Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara.

Lubis, A.Y. 2015. Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai