Anda di halaman 1dari 17

EPISTEMOLOGI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu Dr. Muhammad Amin, S.Fil.I., M.Fil.I.

Disusun oleh:
Kelompok 2
1. Muhammad Zulkhair (1901010001)
2. Raynaldy Syam (1901010003)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUD DA’WAH WAL IRSYAD
( STAI-DDI PINRANG )
TAHUN AKADEMIK 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, Tak lupa
pula kami haturkan sholawat & salam kepada Nabi kita, Nabi Agung Muhammad
SAW yang tentunya kita harapkan barokah serta syafaatnya di Yaumil
Qiyama,Aminn.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Filsafat Ilmu yang berjudul Epistemologi. Dalam makalah ini kami menjelaskan
mengenai Epistemologi dalam Filsafat Ilmu. Dan semoga makalah ini juga dapat
digunakan untuk memahami Epistemologi dalam filsafat Ilmu.
Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini bisa memberi manfaat
dan apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini mohon kritik serta sarannya
terhadap makalah ini.

Pinrang, 02 April 2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 3
A. Pengertian Epistemologi...................................................................... 3
B. Istilah Lain Epistemologi.................................................................... 4
C. Cakupan Pokok Epistemologi............................................................. 6
D. Landasan Epistemologi..................................................................... 10
E. Pengaruh Epistemologi..................................................................... 12
BAB III PENUTUP .............................................................................. 13
A. Simpulan............................................................................................ 13
B. Saran.................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia tidak hanya memerlukan kebutuhan pokok saja, akan tetapi manusia
juga memerlukan informasi untuk mengetahui keadaan di lingkungan sekitar
mereka. Dalam upaya untuk memperoleh informasi, manusia seringkali melakukan
komunikasi ataupun cara-cara lain yang bisa digunakan. Salah satu informasi yang
didapat dari komunikasi adalah pengetahuan. Pengetahuan sangat diperlukan bagi
kehidupan manusia karena dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi
kehidupan. Dalam mencari pengetahuan, tak jarang manusia harus mempelajari
Epistemologi.
1
Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang
pengetahuan. Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan, perlu
diperhatikan bagaimana dan sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan. Jika
kita mengetahui batas-batas pengetahuan, kita tidak akan mencoba untuk
mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui. Sebenarnya kita baru
dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-
pertanyaan epistemologi. Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk
memperoleh pengetahuan, atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang
kita punyai hanya kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian, atau
mungkin dapat menenatapkan batas-batas antara bidang-bidang yang
memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak
memungkinkannya.
Epistimologi merupakan cabang dari filsafat yang membicarakan mengenai
sumber-sumber, karakteristik, sifat dan kebenaran pengetahuan. Epistimologi
seringkali disebut dengan teori pengetahuan atau filsafat pengetahuan, karena yang
dibicarakan dalam epistimologi ini berkenaan dengan hal-hal yang yang ada sangkut
pautnya dengan masalah pengetahuan. Misalnya, Apakah pengetahuan itu? Dari
mana Asalnya? Apakah sumber-sumber pengetahuan? Bagaimana manusia
mendapatkan pengetahuan? Dari mana pengetahuan yang benar? Apa yang menjadi
1
. http://blognyasharing.blogspot.com/2015/06/makalah-filsafat-ilmu-epistemologi_25.html
(Diakses Pada tanggal 01 April 2020 )
1
karakteristik pengetahuan? Apakah pengetahuan itu tergolong benar atau keliru, dan
sebagainya. Beberapa pertanyaan inilah yang kemuadian disebut dengan persoalan
epistimologi.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Epistemologi ?
2. Istilah Lain Epistemologi ?
3. Cakupan Pokok Epistemologi ?
4. Landasan Epistemologi ?
5. Pengaruh Epistemologi ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Epistemologi.
2. Untuk Mengetahui Istilah Lain Epistemologi.
3. Untuk Mengetahui Cakupan Pokok Epistemologi.
4. Untuk Mengetahui Landasan Epistemologi.
5. Untuk Mengetahui Pengaruh Epistemologi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Epistemologi

Epistemologi berasal dari kata Yunani, episteme dan logos. Episteme biasa
diartikan pengetahuan atau kebenaran dan logos diartikan pikiran, kata, atau teori.
Epistemologi secara etimologi dapat diartikan teori pengetahuan yang benar, dan
lazimnya hanya disebut teori pengetahuan yang dalam bahasa Inggrisnya menjadi
Theory of Knowledge.2
Epistemologi, secara garis besar membahas segenap proses dalam usaha
memperoleh kebenaran pengetahuan.
Epistemologi atau teori pengetahuan yaitu cabang filsafat yang berurusan dengan
hakikat dan ruang lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-
dasarnya serta pertanggung jawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang
dimiliki.
3
Sebagian ciri yang patut mendapat perhatian dalam epistemologi perkembangan
ilmu pada masa modern adalah munculnya pandangan baru mengenai ilmu
pengetahuan. Pandangan itu merupakan kritik terhadap pandangan Aristoteles, yaitu
bahwa ilmu pengetahuan sempurna tak boleh mencari untung, namun harus bersikap
kontemplatif, diganti dengan pandangan bahwa ilmu pengetahuan justru harus
mencari untung, artinya dipakai untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi
ini.
Beberapa ahli yang mencoba mengungkapkan definisi dari pada epistemologi
adalah P. Hardono Hadi. Menurut beliau epistemologi adalah cabang filsafat yang
mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan, pengandaian-
pengandaian dan dasarnya, serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai
pengetahuan yang dimiliki. Tokoh lain yang mencoba mendefinisikan epistemoogi
adalah D.W Hamlyin, beliau mengatakan bahwa epistemologi sebagai cabang
filsafat yang berurusan dengan hakikat  dan lingkup pengetahuan, dasar dan
pengandaian –pengandaian serta secara umum hal itu dapat  diandalkannya sebagai
penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.
2
. Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar (Jakarta: PT Bumi Aksara,2005), Hal.53.
3
. Sumarto, Filsafat Ilmu (Jambi: Pustaka Ma’arif Press,2017), Hal.52.

3
B. 4Istillah Lain Epistemologi
1. Logika Material
Istilah logika material sudah mengandaikan adanya ilmu pengetahuan yang lain
yang disebut logika formal. Sesungguhnya istilah logika material ini secara
khusus hanya terdapat pada kepustakaan kefilsafatan Belanda.
Apabila logika formal menyangkut dengan bentuk pemikiran maka logika
material menyangkut isi pemikiran. Dengan perkataan lain, apabila logika formal
yang biasanya disebut logika, berusaha untuk menyelidiki dan menetapkan bentuk
pemikiran yang masuk akal, logika material berusaha untuk menetapkan
kebenaran dari suatu pemikiran ditinjau dari segi isinya.
Dapatlah dikatakan bahwa logika formal berhubungan dengan masalah kebenaran
formal yang acap kali juga dinamakan keabsahan (jalan) pemikiran. Adapun
logika material berhubungan dengan kebenaran materil, yang kadang kadang juga
disebut kebenaran autentik atau autentisitas isi pemikiran.

2. Kriteriologia
Istilah kriteriologia berasal dari kata kriterium yang berarti ukuran. Dalam hal ini
yang dimaksud adalah ukuran untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran
atau pengetahuan tertentu. Dengan demikian, kriteriologia merupakan suatu
cabang filsafat yang berusaha untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau
pengetahuan berdasarkan ukuran tentang kebenaran.

3. Kritika Pengetahuan
Istilah kritika pengetahuan sedikit banyak ada sangkut pautnya dengan istilah
kriteriologia. Yang dimaksud kritika di sini adalah sejenis usaha manusia untuk
menetapkan, apakah sesuatu pikiran atau pengetahuan manusia itu sudah benar
atau tidak benar dengan jalan meninjaunya secara sedalam-dalamnya. Jadi, secara
singkat dapatlah dikatakan bahwa kritika pengetahuan menunjuk kepada suatu
ilmu pengetahuan yang berdasarkan tinjauan secara mendalam berusaha
menentukan benar tidaknya sesuatu pikiran atau pengetahuan manusia.

4
. Sumarto, Filsafat Ilmu (Jambi: Pustaka Ma’arif Press,2017), Hal.53-55.

4
Kritika pengetahuan dengan kriteriologi mempunyai arti yang sama dan tujuan
yang sama yaitu, sama-sama untuk menetapkan benar atau tidak benarnya sesuatu
pikiran atau pengetahuan manusia. Yang membedakan antara keduanya ialah
kriteriologi melihat kebenarannya itu berdasarkan ukuran, sedangkan kritika
pengetahuan adanya kegiatan yang dimana kegiatannya itu meninjau, mengkaji,
dan menelitinya dengan sedalam-dalamnya.

4. Gnoseologia
Istilah gnoseologia berasal dari kata gnosis dan logos. Dalam hal ini gnosis berarti
pengetahuan yang bersifat keilahian, sedangkan logos berarti ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, gnoseologia berarti suatu ilmu pengetahuan atau cabang
filsafat yang berusaha untuk memperoleh pengetahuan mengenai hakikat
pengetahuan, khususnya mengenai pengetahuan yang bersifat keilahian.

Gnoseologia memiliki peranan sebagai gabungan dari suatu ilmu yang memiliki
tujuan untuk mencari dan memperoleh suatu hakikat pengetahuan, bisa juga
dikatakan sebagai upaya untuk menjawab pertanyaan yang berupa apa hakikat
dari pengetahuan. Mengkaji hakikat gnoseologia ini mempunyai tujuan yang
khusus yaitu dari pengetahuan yang bersifat keilahian.

5. Filsafat Pengetahuan
Secara singkat dapat dikatakan bahwa filsafat pengetahuan merupakan salah satu
cabang filsafat yang mempersoalkan mengenai masalah hakikat pengetahuan.
Apabila kita berbicara mengenai filsafat pengetahuan maka yang dimaksud dalam
hal ini adalah suatu ilmu pengetahuan kefilsafatan yang secara khusus hendak
memperoleh pengetahuan tentang hakikat pengetahuan.
Mengenai batasan epistemologi, seperti istilah-istilah dalam filsafat, istilah ini pun
tidak sedikit yang memberikan batasan dan setiap batasan hampir mempunyai
corak yang sedikit berlainan.
J.A. Niels Mulder menuturkan, epistemologi adalah cabang filsafat yang
mempelajari soal tentang watak, batas-batas dan berlakunya dari ilmu
pengetahuan. Jacques Veuger mengemukakan, epistemologi adalah pengetahuan
tentang

5
pengetahuan yang kita miliki sendiri bukannya pengetahuan orang lain tentang
pengetahuan kita, atau pengetahuan yang kita miliki tentang pengetahuan orang
lain. Pendek kata epistemologi ialah pengetahuan kita yang mengetahui
pengetahuan kita. Abbas Hamami Mintarejo memberikan pendapat bahwa
epistemologi adalah bagian filsafat atau cabang filsafat yang membicarakan
tentang terjadinya pengetahuan dan mengadakan penilaian atau pembenaran dari
pengetahuan yang telah terjadi itu.
Apabila kita perhatikan definisi itu tampak bahwa semuanya hampir senada,
epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya
pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat,
metode, dan kesahihan pengetahuan. Oleh karena itu, sistematika penulisan
epistemologi adalah terjadinya pengetahuan, teori kebenaran, metode ilmiah, dan
aliran teori pengetahuan.
Filsafat pengetahuan adalah istilah dari epistimologi yang dimana filsafat
pengetahuan ini mempunyai sedikit arti yang sama dengan gnoseologia yang
merupakan cabang filsafat yang sama-sama mempersoalkan mengenai masalah
hakikat pengetahuan.
Dapat disimpulkan bahwasanya epistimologi merupakan pembahasan mengenai
bagaimana kita mendapatkan pengetahuan, apakah sumber-sumber pengetahuan?
Apakah hakikat, jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan? Apakah manusia
dimungkinkan untuk mendapatkan pengetahuan? Sampai tahap mana pengetahuan
yang mungkin untuk ditangkap manusia.

C. Cakupan Pokok Epistemologis

1. Terjadinya Pengetahuan
Masalah terjadinya pengetahuan adalah masalah yang amat penting dalam
epistemologi, sebab jawaban terhadap terjadinya pengetahuan maka seseorang
akan berwarna pandangan atau paham filsafatnya. Jawaban yang paling
sederhana tentang terjadinya pengetahuan ini apakah berfilsafat apriori atau
aposteriori.

6
Pengetahuan apriori adalah pengetahuan yang terjadi tanpa adanya atau melalui
pengalaman, baik pengalaman indra maupun pengalaman batin. Adapun
pengetahuan aposteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena adanya
pengalaman. Dengan demikian, pengetahuan ini bertumpu pada kenyataan
objektif. Di dalam epistimologi ia juga membahas mengenai terjadinya
pengetahuan dan ia dikatakan suatu cakupan atau kumpulan pokok epistemologi.
Dari pembahasan atau jawaban terhadap terjadinya pengetahuan seseorang akan
lebih memahami bahwasanya pengetahuan itu bisa didapatkan melalui
pengalaman baik pengalaman indra maupun batin yang pada akhirnya
pengetahuan itu bertumpu pada kenyataan yang objektif.
Menurut John Hospers dalam bukunya An Introduction to Philosophical Analysis

mengemukakan ada enam alat untuk memperoleh pengetahuan, yaitu:

A. Pengalaman indra (sense experience)


Orang sering merasa bahwa pengindraan adalah alat yang paling vital dalam
memperoleh pengetahuan. Memang dalam hidup manusia tampaknya
pengindraan adalah satu-satunya alat untuk mencerap segala objek yang ada di
luar diri manusia. Karena terlalu menekankan pada kenyataan, paham demikian
dalam filsafat disebut realisme. Realisme adalah suatu paham yang
berpendapat bahwa semua yang dapat diketahui hanya kenyataan. Jadi,
pengetahuan berawal mula dari kenyataan yang dapat diindrai. Tokoh pemula
dari pandangan ini adalah Aristoteles, yang berpendapat bahwa pengetahuan
terjadi bila subjek diubah di bawah pengaruh objek, artinya bentuk dari dunia
luar meninggalkan bekas dalam kehidupan batin. Objek masuk dalam diri
subjek melalui persepsi indra (sensasi). Yang demikian ini ditegaskan pula oleh
Aristoteles yang berkembang pada abad pertengahan adalah Thomas Aquinas
yang mengemukakan bahwa tiada sesuatu dapat masuk lewat ke dalam akal
yang tidak ditangkap oleh indra.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengalaman indra merupakan sumber
pengetahuan berupa alat-alat untuk menangkap objek dari luar diri manusia
melalui kekuatan indra. Kekhilafan akan terjadi apabila ada ketidaknomalan
diantara alat itu.

7
B. Nalar (Reason)
Nalar adalah salah satu corak berpikir dengan menggabungkan dua pemikiran
atau lebih dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam masalah ini tentang asas-asas pemikiran, yaitu
sebagai berikut:

1. Principium Identitas
Yaitu sesuatu itu mesti sama dengan dirinya sendiri (A=A). Asas ini biasa
disebut asas kesamaan.
2. Principium Contradictionis
Yaitu apabila dua pendapat yang bertentangan, tidak mungkin kedua-duanya
benar dalam waktu yang bersamaan. Dengan kata lain pada subjek yang
sama tidak mungkin terdapat dua predikat yang bertentangan pada satu
waktu. Asas ini biasa disebut asas pertentangan.
3. Principium Tertii Exclusi
Yaitu apabila dua pendapat yang berlawanan tidak mungkin keduanya benar
dan tidak mungkin keduanya salah. Kebenaran hanya terdapat satu di antara
kedua itu, tidak perlu ada pendapat yang ketiga. Asas ini biasa disebut asas
tidak adanya kemungkinan ketiga.

C. Otoritas (Authority)
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diaku
oleh kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan, karena
kelompoknya memiliki pengetahuan melalui seseorang yang mempunya
kewibawaan dalam pengetahuannya. Pengetahuan yang diperoleh melalui
oteritas ini biasanya tanpa diuji lagi karena orang yang telah menyampaikannya
mempunyai kewibawaan tertentu.
Jadi, kesimpulannya adalah bahwa pengetahuan karena adanya otoritas terjadi
melalui wibawa seseorang sehingga orang lain mempunyai pengetahuan.

8
D. Intuisi (Intuition)
Intuisi adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia melalui proses
kejiwaan tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat
pernyataan berupa pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui intuisi
tidak dapat dibuktikan seketika atau melalui kenyataan karena pengetahuan ini
muncul tanpa adanya pengetahuan lebih dahulu. Dengan demikian, peran
intuisi sebagai sumber pengetahuan adalah adanya kemampuan dalam diri
manusia yang dapat melahirkan pernyataan-pernyataan berupa pengetahuan.
Selain mendapatkan pengetahuan dari pengalaman indra, nalar (corak
berpikir) yang terdapat dalam diri seseorang adalah cara untuk mendapatkan
pengetahuan yang baru yang dimana adanya upaya berpikir untuk
membedakan salah satu antara yang dua. Setelah nalar (corak berpikir) instuisi
juga berperan sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan dengan adanya
kemampuan dalam diri seseorang untuk melahirkan pernyatan-pernyataan
berupa pengetahuan, pengetahuan yang muncul dengan instuisi ini tidak dapat
dibuktikan dengan seketika.

E. Wahyu (Revelation)
Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada Nabi-Nya untuk
kepentingan umatnya. Kita mempunyai pengetahuan melalui wahyu, karena
ada kepercayaan tentang sesuatu yang disampaikan itu. Seseorang yang
mempunyai pengetahuan melalui wahyu secara dogmatik akan melaksanakan
dengan baik. Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber pengetahuan,
karena kita mengenal sesuatu dengan melalui kepercayaan kita.

F. Keyakinan (Faith)
Keyakinan adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh
melalui kepercayaan. Sesungguhnya antara sumber pengetahuan berupa wahyu
dan keyakinan ini sangat sukar untuk dibedakan secara jelas, karena keduanya
menetapkan bahwa alat lain yang dipergunakannya adalah kepercayaan.
Perbedaannya barangkali jika keyakinan terhadap wahyu yang secara dogmatik
diikutinya adalah peraturan yang berupa agama. Adapun keyakinan melalui

9
kemampuan kejiwaan manusia merupakan pematangan (maturation)
dari kepercayaan. Karena kepercayaan itu bersifat dinamik mampu
menyesuaikan dengan keadaan yang sedang terjadi. Sedangkan
keyakinan itu sangat statik, kecuali ada bukti-bukti baru yang akurat
dan cocok buat kepercayaannya. Wahyu dan keyakinan juga
merupakan alat untuk memperoleh pengetahua, wahyu merupakan
adanya kepercayaan di dalam diri seseorang mengenai sesuatu yang
disampaikan, dalam artian jika kita mempercayai sesuatu hal yang baru,
melalui kepercayaan kita tersebut, kita bisa memperoleh yang namanya
pengetahuan, setelah kita mempercayainya maka akan timbul rasa
meyakini sesuatu hal tersebut.

D. Landasan Epistemologi
5
Landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah, yaitu cara yang
dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah
merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi,
ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode
ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu merupakan
pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat
tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa
disebut ilmu yakni tercantum dalam metode ilmiah.

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan


menjadi ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu
pengetahuan  sangat bergantung pada metode ilmiah. Dengan demikian
metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan, yaitu rasio dan
fakta secara integratif. Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melalui akal,
indera mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan,diantaranya
adalah:

5
. http://blognyasharing.blogspot.com/2015/06/makalah-filsafat-ilmu-
epistemologi_25.html (diakses Pada tanggal 01 April 2020 )

10
1.      Metode induktif

Induksi merupakan suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan


hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum.
Menurut David Hume (1711-1716), pernyataan yang berdasarkan observasi
tunggal betapa pun besar jumlahnya, secara logis tak dapat menghasilkan
suatu pernyataan umum yang tak terbatas.

2.      Metode Deduktif

Deduksi merupakan  suatu metode yang menyimpulkan bahwa data empirik


diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut. Hal-hal yang
harus ada dalam metode deduktif ialah adanya perbandingan logis antara
kesimpulan-kesimpulan itu sendiri.

3.      Metode Positivisme

Metode ini dikeluarkan oleh August Comte (1798-1857). Metode ini


berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang positif. Ia
menyampaikan segala uraian atau persoalan di luar yang ada sebagai fakta.

Menurut Comte perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam tiga


tahap yaitu teologis, metofisis, dan positif.

4.      Metode Kontemplatif

Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk
memperoleh pengetahuan sehingga objek yang dihasilkan pun berbeda-beda
harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi.

5.      Metode Dialektis

Merupakan metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan filsafat.

11
E. Pengaruh Epistemologi
6
Sebagai teori pengetahuan ilmiah, epistemologi berfungsi dan bertugas
menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan harus berkembang terus, sehingga tidak jarang temuan ilmu
pengetahuan ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan
yang kemudian.
Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-
konsep atau teori-teori yang ada. Penguasaan epistemologi, terutama cara-cara
memperoleh pengetahuan sangat membantu seseorang dalam melakuakan
koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain maupun
dirinya sendirinya. Sehingga perkembangan ilmu pengetahuan relatig mudah
dicapai, bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya.
Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia.
Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya.
Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi.
Epistemologi menjadi modal dasar dan alat strategis dalam merekayasa
pegembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia. Demikian halnya yang terjadi pada teknologi meskipun
teknologi sebagai penerapan sains, tetapi jika dilacak lebih jauh ternyata
teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi.

6
. http://www.allmipa.com/2016/01/filsafat-ilmu-makalah-epistemologi.html (diakses
pada tanggal 01 April 2020)

12
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

1. Epistemologi merupakan salah satu objek kajian dalam filsafat, dalam


pengembangannya menunjukkan bahwa epistemologi secara langsung
berhubungan secara radikal (mendalam) dengan diri dan kehidupan
manusia. Pokok kajian epistemologi akan sangat menonjol bila
dikaitan dengan pembahasan mengenai hakekat epistemologi itu
sendiri. Kajian epistimologi ini bersumber dari beberapa hal yaitu
presepsi, ingatan, akal, intuisi dan otoritas. Serta penyctab timbulnya
epistimologi adalah pengalaman, dan pengamatan dari manusia itu
sendiri.

2. Istilah Lain Epistemologi Yaitu Logika Material, Kriterioogia, Kritika


Pengetahuan, Gnoseologia dan Filsafat Pengetahuan.

3. Cakupan Pokok Epistemologis yaitu Terjadinya Pengetahuan, Menurut


John Hospers Ada Enam memperoleh Pengetahuan Yaitu pengalaman
Indra, Nalar, Otoritas, Intuisi, Wahyu, dan Keyakinan.

4. Landasan Epistemologis yaitu Metode Ilmiah, dan ada Metode


Induktif, Deduktif, Positivisme, Kontemplatif dan diakletis.

5. Pengaruh Epistemologi Yaitu menganalisis secara kritis prosedur yang


ditempuh ilmu pengetahuan, Secara global epistemologi berpengaruh
terhadap peradaban manusia Dan Epistemologi juga membekali daya
kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada.
B. Saran
Manusia dalam berbuat tentunya terdapat kesalahan yang sifatnya tersilap
dari yang telah ditetapkan atau seharusnya. Apalagi dalam kegiatan
menyusun makalah ini. Untuk itu, penulis harapkan dari pembaca, mohon
kritik dan sarannya guna perbaikkan penyusunan selanjutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: PT Bumi Aksara.


Sumarto. 2017. Filsafat Ilmu. Jambi: Pustaka Ma’arif Press
http://blognyasharing.blogspot.com/2015/06/makalah-filsafat-ilmu-
epistemologi_25.html (diakses Pada tanggal 01 April 2020 )
http://www.allmipa.com/2016/01/filsafat-ilmu-makalah-epistemologi.html
(diakses pada tanggal 01 April 2020)

14

Anda mungkin juga menyukai