Filsafat Epistimologi Cara Mendapatkan Pengetahuan Yang Benar
Filsafat Epistimologi Cara Mendapatkan Pengetahuan Yang Benar
“EPISTIMOLOGI”
CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR
KELOMPOK 4
DOSEN PENGAMPU
Prof. Dr. Phil. Yanuar Kiram
Dr. Donie, M.Pd
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
..............................................................................................................................
DAFTAR ISI
..............................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
..............................................................................................................................
A. Latar Belakang
Masalah
..................................................................................................................
B. Perumusan
Masalah
..................................................................................................................
C. Tujuan
Penulisan
..................................................................................................................
BAB II
Pembahasan
..............................................................................................................................
A. Pengertian
Epistimologi
..................................................................................................................
B. Istilah lain
Epistimologi
..................................................................................................................
C. Empirisme
..................................................................................................................
D. Rasionalisme
..................................................................................................................
E. Fenomenalisme
..................................................................................................................
F. Intusionisme
..................................................................................................................
G. Dialektis
..................................................................................................................
BAB III
Penutup
..............................................................................................................................
A. Kesimpulan
..................................................................................................................
B. Saran
..................................................................................................................
BAB I
Pendahuluan
1. Latar Belakang
BAB II
Pembahasan
A. Pengertian Epistemologi
Epistemologi berasal dari kata Yunani, episteme dan logos. Episteme
biasa diartikan pengetahuan atau kebenaran dan logos diartikan pikiran,
kata, atau teori. Epistemologi secara etimologi dapat diartikan teori
pengetahuan yang benar, dan lazimnya hanya disebut teori pengetahuan
yang dalam bahasa Inggrisnya menjadi Theory of Knowledge.
1. Epistemologi,
secara garis besar membahas segenap proses dalam usaha memperoleh
kebenaran pengetahuan.
2. Epistemologi atau teori pengetahuan yaitu cabang filsafat yang
berurusan dengan hakikat dan ruang lingkup pengetahuan, pengandaian-
pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas
pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Sebagian ciri yang
patut mendapat perhatian dalam epistemologi perkembangan ilmu pada
masa modern adalah munculnya pandangan baru mengenai
ilmu pengetahuan. Pandangan itu merupakan kritik terhadap pandangan
Aristoteles, yaitu bahwa ilmu pengetahuan sempurna tak boleh mencari
untung, namun harus bersikap kontemplatif, diganti dengan pandangan
bahwa ilmu pengetahuan justru harus mencari untung, artinya dipakai
untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi ini
C. Empirisme
Istilah empirisme (empiricism) semakna dalam Bahasa Yunani empria
atau empeiros (berpengalaman dalam, berkenalan dengan, atau terampil
untuk). Dalam Bahasa latin empiricism bermakna exprientin
(pengalaman). Empirisme adalah aliran filsafat yang mengatakan bahwa
sumber seluruh pengetahuan yang harus dicari dalam pengalaman.
Sebagai salah satu teori mengenai asal pengetahuan, empirisme
merupakan antithesis dan rasionalisme, itu karena rasionalisme
berpandangan sebaliknya, bahwa akal merupakan satu-satunya sumber
pengetahuan.
D. Rasionalisme
Rasinalisme adalah gerakan yang menempatkan nalar sebagai pilar dan
dukungannya dan yang menegaskan bahwa nalar adalah alat mendasar
untuk dapat pengetahuan umum, meninggalkan persepsi dan
pengalaman orang-orang yang terdegradasi ke latar belakang. Ketika
kita merujuk pada teori pengetahuan, rasionalisme dikenal sebagai
kecenderungan yang mengakui akal sebagai satu-satunya sumber
pengetahuan asli, yang bertentangan dengan empirisme. Ini adalah jenis
orientasi yang mengatakan bahwa satu-satunya sumber pengetahuan
yang dapat dianggap otentik adalah akal. Dengan kata lain, ini memberi
tahu kita bahwa universalitas dan kebutuhan tidak disimpulkan dari
pengalaman, tetapi lebih kepada mereka diambil dari pemahaman
seseorang, dari konsep yang dianggap sebagai bawaan atau dari konsep
yang dibuat dalam bentuk bakat.
Karakteristik utama rasionalisme adalah:
a. Dia berpendapat bahwa fondasi masyarakat harus menjadi alasan.
b. Bagi mereka, masyarakat bisa maju melalui pemahaman dan pencarian
untuk itu.
c. Bagi kaum rasionalis, dunia adalah tempat yang penuh dengan logika,
tertib, dan rasional.
d. Asal mula pengetahuan tidak didasarkan pada pengalaman, karena itu
didasarkan pada indera, dan ini pada gilirannya, dianggap menipu.
e. Dia berusaha menjelaskan pengalaman manusia yang berbeda secara
logis dan rasional.
E. Fenomenalisme
Dalam Ontologi, Fenomenalisme adalah Gagasan bahwa satu-satunya
yang ada adalah fenomena, yang dengannya fenomena psikis biasanya
dipahami, isi kesadaran. Akan tetapi, kadang-kadang dianggap bahwa
fenomena dalam beberapa kombinasi dianggap sebagai fisik, dalam
kombinasi lain dianggap sebagai mental.Sedangkan dalam Teori
Pengetahuan, Fenomenalisme adalah Pandangan bahwa satu-satunya
hal yang kita dapat mencapai pengetahuan (empiris) adalah fenomena
(= yang diberikan dalam kesadaran), sering kali bertentangan dengan
noumen atau benda itu sendiri.Fenomenalisme karenanya dapat
dianggap sebagai bentuk radikal dari Empirisme atau Idealisme
.Kritikus berpendapat bahwa, dalam proses menghilangkan objek
material dari bahasa dan menggantinya dengan proposisi hipotetis
tentang pengamat dan pengalaman, tampaknya mengikat kita pada
keberadaan kelas baru objek ontologis sama sekali, yaitu data indra yang
dapat ada secara independen dari pengalaman.Yang lain berpendapat
bahwa anggapan pengamat material yang tidak dapat direduksi (atau
pengamat potensial) mengharuskan keberadaan pengamat kedua untuk
mengamati yang pertama (dan yang ketiga untuk mengamati yang
kedua, dll), yang mengarah pada kemunduran yang tak terbatas.
Keberatan lain berasal dari relativitas persepsi(mis. wallpaper putih
tampak putih di bawah cahaya putih dan merah di bawah lampu merah),
dan menanyakan atas dasar apa kita memutuskan hipotesis mana yang
benar jika kita dibatasi untuk hanya mengandalkan indra.
F. Intuisionisme
Beberapa ahli Bahasa mengatakan bahwa secara Bahasa,
intuisionalisme (berasal dari Bahasa latin, intuition yang berarti
pemandangan. Sedangkan ahli yang lain mengatakan bahwa
intuisionisme, berasal dariperkataan "nggris yaitu intuition
yang bermakna gerak hati atau hati Nurani.
D a l a m Kamus Umum Bahasa Indonesia, intuisi diartikan
dengan bisikanhati, gerak hati atau daya batin untuk mengerti atau
mengetahui sesuatutidak dengan berpikir atau belajar.
Perbedaannya dengan firasat atau feeling, kata intuisi lebih
banyak digunakan untuk hal-hal yang bersifat metafsika atau di
luar jangkauan rasio, biasanya dipakai untuk menyebut indera keenam.
Pengertian diatas memberi penjelasan bahwa manusia memiliki gerak
hati atau disebut hati nurani. gerak hati mampu membuat
manusia melihat secara langsung suatu perkara benar atau
salah, jahat atau baik, buruk a t a u b a i k s e c a r a m o r a l . I a
d i r u j u k s e b a g a i s u a t u p r o s e s m e l i h a t d a n memahami
masalah secara spontan juga merupakan satu proses melihat dan
memahami suatu masalah secara intelek. pengetahuan intuisi
ini merupakan pengetahuan langsung tentang suatu hal tanpa melalui
proses pemikiran rasional. namun kemampuan seperti ini
bergantung kepada usaha manusia itu sendiri.
G. Dialektika
Dialektika dalam bahasa Inggrisnya yaitu Dialectic berasal dari
bahasa Yunani Dialektos yang mempunyai arti pidato, pembicaraan, dan
perdebatan.
Dialektika merupakan seni atau ilmu yang berawal dari suatu penarikan
pembedaan-pembedaan yang sangat ketat, dialektika ini kiranya bisa
kita jumpai pada awal munculnya yaitu dimulai oleh Zeno, kemudian
Sokrates, dan dikembangkan oleh Plato. Walaupun arti awal dialektika
sebatas seni atau ilmu tentang bagaimana berpidato, bagaimana kita
berbicara atau bagaimana kita berdebat, namun perananya dari waktu-
kewaktu tidak bisa kita pungkiri sangatlah signifikan, karena
interprestasi mengenai hakikatnya dan penghargaan atas kegunaanya
sangat berfariasi sepanjang sejarah filsafat dan tidak terpaku hanya
dalam tiga persoalan tersebut di atas. Pada ilmu debat misalnya,
dialektika pada mulanya menunjuk pada tujuan utamanya yaitu menolak
argumen lawan atau membawa lawan kepada kontradiksikontradiksi,
dilema, atau paradoks. Sedangkan dialektika dalam dunia seni, dapat
digunakan untuk bertukar pendapat, bagaimana caranya kita
menggunakan gaya berbicara dengan mimik yang mudah dipahami oleh
lawan bicara kita manakala kita bertukar pendapat sehingga lawan
bicara tidak merasa diremehkan ataupun dipandang
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi, Epistemologi merupakan salah satu objek kajian dalam filsafat,
dalam pengembangannya menunjukkan bahwa epistemologi secara
langsung berhubungan secara radikal (mendalam) dengan diri dan
kehidupan manusia. Pokok kajian epistemologi akan sangat menonjol bila
dikaitan dengan pembahasan mengenai hakekat epistemologi itu sendiri.
Kajian epistimologi ini bersumber dari beberapa hal yaitu presepsi,
ingatan, akal, intuisi dan otoritas. Serta penyctab timbulnya epistimologi
adalah pengalaman, dan pengamatan dari manusia itu sendiri.
B. Saran
Manusia dalam berbuat tentunya terdapat kesalahan yang sifatnya dari
yang seharusnya. Terlebih dalam kegiatan menyusun makalah ini. Untuk
itu, penulis harapkan dari pembaca dalam kritik dan saran guna perbaikan
penyusunan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA