EPISTEMOLOGI.
Makalah ini diajukan sebagai salah satu pemenuhan tugas pada mata kuliah
Filsafat Ilmu
UNIVERSITAS ISLAM 45
BEKASI
2022
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb
` Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
A. Latar Belakang..............................................................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................
1. Faktor-Faktor Kemajuan.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang diberikan segala
kemampuan jasmani, rohani dan kemampuan berpikir sehingga menjadikan
manusia berbeda dengan makhluk lainnya. Hal inilah yang menunjukan
kesempurnaan makhluk dalam diri manusia dan juga diamanahkan mengatur dan
mengelola bumi. Sebagai makhluk yang mulia, manusia memiliki tiga
keistimewaan dibandingkan diantaranya: memiliki penguasaan bahasa, memiliki
kemampuan berpikir, dan kesempurnaan bentuk ragawi. Dengan keistimewaan
tersebutlah manusia mendapatkan pengetahuan berdasarkan kemampuannya
sebagai makhluk yang berpikir, merasa, dan mengindra.1
1
Safrin Salam, Rekonstruksi Paradigma Filsafat Ilmu: Studi Kritis Terhadap Ilmu Hukum Sebagai
Ilmu, EKSPOSE: Jurnal Penelitian Hukum dan Pendidikan, Vol. 18, No. 2, 2019, 886-887.
2
Verdi Yasin, dkk, Filsafat Logika dan Ontologi Ilmu Komputer, JISAMAR: Journal of Information
System, Applied, Management, Accounting and Research, Vol. 2, No. 2, 2018, 68-69.
1
Pengetahuan tersebut juga diuji kembali apakah benar atau tidak, bersifat
prangsaka atau pasti.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu epistemologi ?.
2. Apa itu sumber, metode, dan alat pengetahuan ?.
3. Apa itu teori kebenaran ?.
4. Apa Aliran-aliran dalam Epistemologi?.
2
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui epistemologi ?.
2. Mengetahui sumber, metode, alat pengetahuan ?.
3. Mengetahui teori kebenaran?.
4. Mengetahui aliran-aliran Epistimologi?.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Epistemologi
Semenjak Epistemologi adalah istilah kata yang berasal gabungan dua
perkataan yunani iaitu “episteme” (pengetahuan) dan “logos” (ilmu, sains, kajian,
teori dan pembahasan). Epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang
membahas tentang suatu hakikat, makna, kandungan, sumber dan proses dalam
membahas ilmu. Ada banyak pendapat mengenai istilah epistemonologi sebagai
berikut :
3
Abdi Syahrial Harahap, Epistemologi:Teori, Konsep dan Sumber-SumberIlmu dalam Tradisi
Islam, Jurnal Dakwatul Islam, Vol. 5, 2020 No. 1.
4
dilakukan manusia dan pada akhirnya dapat diketahui. Pengetahuan tersebut akan
benar diproses agar mendapatkan hasil kebenaran dari pengetahuan tersebut dan
dapat dikembangkan sehingga lahirlah ilmu.4 Hal inilah yang dikaji dalam
Epistemologi terutama dalam membahas tentang sumber, proses, syarat, batas
fasilitas, dan hakikat pengetahuan yang memberikan kepercayaan dan jaminan
dari kebenarannya.
4
Dewi Rokhmah, Ilmu Dalam Tinjauan Filsafat:Ontologi, Epistemologi, Dan Aksiologi , Cendekia :
Jurnal Studi Keislaman, Volume 7, 2021, Nomor 2
5
1) Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia (acquired knowledge), yaitu
melalui akal dan pengalaman inderawi. Ilmu yang bersumber pada akal atau yang
diperoleh melalui akal disebut juga conceptual knowledge, dan ilmu yang
bersumber pada indera manusia disebut perceptual knowledge. Kedua macam
ilmu yang diperoleh itu disebut juga dengan ilmu aqli.
Metode Pengetahuan
Metode pengetahuan adalah sebuah cara atau jalan yang digunakan
manusia dalam meraih sesuatu dalam menemukan pengetahuan. Pengetahuan
yang diperoleh manusia melalui akal, indra, dan sebagainya yang masing-masing
mempunyai metode tersendiri. Hal tersebut terjadi karena setiap permasalahan ada
solusinya namun dalam mencari solusi pasti berbeda-beda jalannya. Adapun
metode pengetahuan dalam epistemologi sebagai berikut:
Metode induktif
6
Metode Deduktif
Metode deduktif adalah suatu proses bepikir yang bertolak dari hal-hal
yang abstrak kepada yang konkrit, atau dari pernyataan yang bersifat umum ke
pernyataan yang bersifat khusus dengan menggunakan kaedah logika tertentu
yaitu logika deduktif. Cara berpikir deduktif itu sudah dimulai oleh Aristoteles
dan para pengikutnya, yaitu melalui serang-kaian pernyataan yang disebut
silogisme. Silogisme terdiri atas 3 pernyataan, yang disebut:
3. Kesimpulan
Contoh
Alat Pengetahuan
Seperti yang kita ketahui dalam mencari ilmu pengetahuan diperlukan cara
dan jalan untuk mengapainya. Akan tetapi terkadang kita juga membutuhkan
5
Darwis Soelaiman, Filsafat Ilmu pengetahuan Prespektif Barat dan Islam, Aceh, Bandar
Publishing, 2019 halaman 64-65
7
bantuan dalam mendapatkannya. Tuhan sudah memberkahi kita dengan akal, dan
raga sebagai alat dalam mencari dan mengelola pengetahuan. Maka Alat
pengetahuan sangat membantu dalam mencari pengetahuan itu sendiri. Alat
Pengetahuan adalah sebuah benda atau sesuatu yang dipakai dalam mencari dan
menemukan pengetahuan. John Hospers mengemukakan ada enam alat untuk
memperoleh pengetahuan, yaitu:
Orang sering merasa bahwa pengindraan adalah alat yang paling vital
dalam memperoleh pengetahuan. Memang dalam hidup manusia tampaknya
pengindraan adalah satu-satunya alat untuk mencerap segala objek yang ada di
luar diri manusia. Karena terlalu menekankan pada kenyataan, paham demikian
dalam filsafat disebut realisme. Realisme adalah suatu paham yang berpendapat
bahwa semua yang dapat diketahui hanya kenyataan. Jadi, pengetahuan berawal
mula dari kenyataan yang dapat diindrai. Tokoh dari pandangan ini adalah
Aristoteles, yang berpendapat bahwa pengetahuan terjadi bila subjek diubah di
bawah pengaruh objek, artinya bentuk dari dunia luar meninggalkan bekas dalam
kehidupan batin. Objek masuk dalam diri subjek melalui persepsi indra (sensasi).
B. Nalar (Reason)
1. Principium Identitas
8
Yaitu sesuatu itu mesti sama dengan dirinya sendiri (A=A). Asas ini biasa
disebut asas kesamaan.
2. Principium Contradictionis
C. Otoritas (Authority)
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan
diaku oleh kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan, karena
kelompoknya memiliki pengetahuan melalui seseorang yang mempunya
kewibawaan dalam pengetahuannya. Pengetahuan yang diperoleh melalui otoritas
ini biasanya tanpa diuji lagi karena orang yang telah menyampaikannya
D. Intuisi (Intuition)
Intuisi adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia melalui
proses kejiwaan tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat
pernyataan berupa pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui intuisi tidak
dapat dibuktikan seketika atau melalui kenyataan karena pengetahuan ini muncul
tanpa adanya pengetahuan lebih dahulu. Dengan demikian, peran intuisi sebagai
9
sumber pengetahuan adalah adanya kemampuan dalam diri manusia yang dapat
melahirkan pernyataan-pernyataan berupa pengetahuan.
E. Wahyu (Revelation)
F. Keyakinan (Faith)
Keyakinan adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh
melalui kepercayaan. Sesungguhnya antara sumber pengetahuan berupa wahyu
dan keyakinan ini sangat sukar untuk dibedakan secara jelas, karena keduanya
menetapkan bahwa alat lain yang dipergunakannya adalah kepercayaan.
Perbedaannya barangkali jika keyakinan terhadap wahyu yang secara dogmatik
diikutinya adalah peraturan yang berupa agama. Adapun keyakinan melalui
kemampuan kejiwaan manusia merupakan pematangan (maturation) dari
kepercayaan. Karena kepercayaan itu bersifat dinamik mampu menyesuaikan
dengan keadaan yang sedang terjadi. Sedangkan keyakinan itu sangat statik,
kecuali ada bukti-bukti baru yang akurat dan cocok buat kepercayaannya.
10
Wahyu dan keyakinan juga merupakan alat untuk memperoleh
pengetahuan, wahyu merupakan adanya kepercayaan di dalam diri seseorang
mengenai sesuatu yang disampaikan, dalam artian jika kita mempercayai sesuatu
hal yang baru, melalui kepercayaan kita tersebut, kita bisa memperoleh yang
namanya pengetahuan, setelah kita mempercayainya maka akan timbul rasa
meyakini sesuatu hal tersebut.6
C. Teori Kebenaran
Salah satu hal yang terpenting dalam pengetahuan adalah menguji kebenarannya.
Karena ilmu pengetahuan haruslah bersifat benar apabila salah maka akan
dianggap sebagai kebohongan. Maka seseorang yang ahli dalam berbagai bidang
mesti harus memiliki kejujuran dalam pengetahuan yang ia miliki dan kuasai dan
juga penemuannya dapat dipertanggung jawabkan. Dalam filsafat, ada enam teori
kebenaran yang berkembang7:
Teori ini dianggap sebagai teori paling tradisional, atau teori yang paling
tua. Menurut teori ini kesesuaian antara pengetahuan tentang sesuatu objek dan
objeknya dibuktikan secara langsung. Seperti jika pengetahuan tentang P akan
benar jika hanya P. Aristoteles juga berpendapat “mengatakan tentang apa itu atau
tentang apa yang bukan itu bukan, adalah benar” jadi maksud dari teori ini adalah
menegaskan bahwa pikiran atau gagasan kita benar atau salah sesuai dengan yang
mereka setujui atau tidak setuju dengan fakta seperti yang dipikirkan
6
Sumarto, Filsafat Ilmu (Jambi: Pustaka Ma’arif Press,2017), Hal.52.
7
Abdul Chalik, Filsafat Ilmu Pendekatan Kajian Keislaman, Yogyakarta: Arti Bumi Intaran, 2016 Hal
49-53
11
Teori ini merupakan teori paling awal dan tertua dalam sejarah filsafat
yang berangkat dari teori pengetahuan Aristoteles yang menyatakan segala
sesuatu yang kita ketahui adalah sesuatu yang dapat dikembalikan pada kenyataan
yang dikenal oleh subyek atau Suatu keyakinan disebut benar jika sesuai dengan
fakta.
Contoh, bila menganggap manusia pasti akan mati adalah suatu pernyataan
yang benar, maka pernyataan bahwa si Polan adalah adalah seorang manusia dan
si Polan akan mati adalah benar pula, sebab pernyataan kedua konsisten dengan
pernyataan pertama.
12
praktis. Artinya suatu pernyataan adalah benar jika pernyataan itu mengandung
konsekuensi berupa kegunaan dalam kehidupan manusia.
Karena setiap pernyataan selalu terikat pada hal-hal praktis, maka tidak
ada kebenaran yang bersifat mutlak, yang bersifat tetap, lepas dari akal yang
mengenal, sebab pengalaman akan berjalan terus dan segala yang dianggap benar
dalam perkembangan pengalaman senantiasa berubah.
Teori kebenaran semantik dianut oleh paham filsafat analitik bahasa yang
dikembangkan pasca-Betrand Russell sebagai tokohnya di bidang ini. Menurut
teori kebenaran semantik suatu proposisi memiliki nilai benar ditinjau dari segi
arti atau makna, apakah proposisi yang merupakan pangkal tumpunya mempunyai
referensi yang jelas. Karena itu teori ini memiliki tugas untuk mengungkap
keabsahan proposisi dalam referensi itu.
13
saling melingkupinya. Setiap proposisi yang bersifat logis menunjukkan bahwa
proposisi itu memberikan informasi yang sama dan semua orang sepakat tentang
logika itu.
D. Aliran-aliran Epistimologi
Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia di peroleh dengan cara, metode, akal,
dan sebagainya, akan tetapi terkadang setiap manusia berbeda dalam mengunakan
alat dan metode dalam mencari pengetahuan. Ada yang mengunakan akal saja,
ada yang menggunakan pengalaman, dan lain-lain, sehingga melahirkan berbagai
kelompok atau aliran dalam Epistimologi. Kelompok dan aliran tersebut antara
lain8:
A. Rasionalisme
Aliran ini berpendapat semua pengetahuan bersumber dari akal pikiran. Tokohnya
antara lain Rene Descrates (1596–1650), yang membedakan adanya tiga ide, yaitu
innate ideas (ide bawaan), sejak manusia lahir atau juga dikenal dengan
adventitinous ideas, yaitu idea yang berasal dari luar manusia, dan
faktitinousideas, atau ide yang dihasilkan oleh pikiran itu sendiri. Tokoh lain yaitu
Spinoza (1632−1677), Leibniz (1666−1716).
B. Empirisme
8
Suaedi, Pengatar Filsafat Ilmu, Bogor: IPB Press, 2016 cetakan 1 Hal 97-99
14
David Hume, yang meneruskan tradisi empirisme. Hume berpendapat bahwa ide
yang sederhana adalah salinan dari sensasi- sensasi sederhana atau ide-ide yang
kompleks dibentuk dari kombinasi ide-ide sederhana atau kesan-kesan yang
kompleks. Aliran ini kemudian berkembang dan mempunyai pengaruh yang
sangat besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan terutama pada abad 19
dan 20.
C. Realisme
Realisme merupakan suatu aliran filsafat yang menyatakan bahwa objek- objek
yang kita serap lewat indra adalah nyata dalam diri objek tersebut. Objek- objek
tersebut tidak bergantung pada subjek yang mengetahui atau dengan kata lain
tidak bergantung pada pikiran subjek. Pikiran dan dunia luar saling berinteraksi,
tetapi interaksi tersebut memengaruhi sifat dasar dunia tersebut. Dunia telah ada
sebelum pikiran menyadari serta akan tetap ada setelah pikiran berhenti
menyadari. Tokoh aliran ini antara lain Aristoteles , menurutnya realitas berada
dalam benda-benda konkret atau dalam proses-proses perkembangannya. Bentuk
(form) atau ide atau prinsip keteraturan dan materi tidak dapat dipisahkan.
Kemudian, aliran ini terus berkembang menjadi aliran realisme baru dengan tokoh
George Edward Moore, Bertrand Russell, sebagai reaksi terhadap aliran
idealisme, subjektivisme, dan absolutisme. Menurut realisme baru: eksistensi
objek tidak bergantung pada diketahuinya objek tersebut.
D. Kritisisme
E. Positivisme
15
Tokoh aliran ini di antaranya August Comte, yang memiliki pandangan sejarah
perkembangan pemikiran umat manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap,
yaitu:
F. Skeptisisme
Menyatakan bahwa indra adalah bersifat menipu atau menyesatkan. Namun, pada
zaman modern berkembang menjadi skeptisisme medotis (sistematis) yang
mensyaratkan adanya bukti sebelum suatu pengalaman diakui benar. Tokoh
skeptisisme adalah Rene Descrates .
G. Pragmatisme
16
James menyatakan bahwa ukuran kebenaran sesuatu hal adalah ditentukan oleh
akibat praktisnya.
E. Manfaat Epistimologi
Epistimologi secara tidak langsung telah memberikan manfaat bagi manusia
tertutama bagi para Ahli berbagai bidang, ilmuwan, dan sebagainya. Dr Arif
Rohman beserta temannya mengemukakan Ada Empat Manfaat epistemologi
adalah
9
Dr Arif Muhammad Dkk, Epistemonologi dan Logika Filsafat Untuk Pengembangan Pendidikan,
Yogyakarta :Aswaja Pressindo 2014 Cetakan 1 Hal 15
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah di paparkan, dapat mengambil disimpulkan
bahwasanya epistemologi merupakan cabang filsafat yang membahas mengenai
pengetahuan itu sendiri seperti dari mana sumber pengetahuan itu, bagaimana
memperolehnya, apakah pengetahuan itu benar atau tidak. Manusia telah di
berikan oleh Allah SWT Akal, dan jiwa raga sebagai bekal dalam menemukan
pengetahuan yang sebagai bekal dalam mengelola dan mengatur bumi.
Untuk memperoleh pengetahuan maka kita harus tahu sumber, metode, dan Alat
pengetahuannya. Sumber pengetahuan manusia tersebut bisa didapat dari logika
atau pemikiran itu sendiri dan juga dari pengalaman. Selain ada juga sumber dari
lain yaitu wahyu yang berasal dari tuhan. maka disimpulkan Sumber pengetahuan
ada dua, diperoleh dari Manusia dan dari Tuhan.
18
Alat pengetahuan yang digunakan menurut John Hospers ada enam
yaitu:Pengalaman indra, Nalar, Otoritas, Intuisi,Wahyu , dan keyakinan.
19
.
DAFTAR PUSTAKA
Salam Safrin, 2019 Rekonstruksi Paradigma Filsafat Ilmu: Studi Kritis Terhadap
Ilmu Hukum Sebagai Ilmu, EKSPOSE: Jurnal Penelitian Hukum dan Pendidikan,
Vol. 18, No. 2.
Verdi Yasin, dkk, 2018 Filsafat Logika dan Ontologi Ilmu Komputer, JISAMAR:
Journal of Information System, Applied, Management, Accounting and Research,
Vol. 2, No. 2.
Soelaiman Darwis, 2019 Filsafat Ilmu pengetahuan Prespektif Barat dan Islam,
Aceh, Bandar Publishing.
Suaedi, 2016 Pengatar Filsafat Ilmu, Bogor: IPB Press, cetakan 1 Hal 97-99
20
21