Anda di halaman 1dari 24

Makalah

EPISTEMOLOGI.
Makalah ini diajukan sebagai salah satu pemenuhan tugas pada mata kuliah

Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu: Dr. Ahmad Annuri, M.A.

Dr Pauzan Haryono, M,pd

Disusun oleh : Jaysyur Rochman Alkindi (41189903220004)

Iis Fauziah (41189903220021)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM 45

BEKASI

2022
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirobbil alamin, puji syukur kepada Allah SWT yang telah


memberikan nikmat dan keberkahan, sehingga dapat melakukan berbagai aktivitas
dalam berbagai kehidupan. Shalawat dan salam curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabat , dan para pengikutnya
hingga akhir zaman. Semoga kita mendapatkan pertolongan syafa’at dari beliau
pada hari kiamat Aamiin ya Robbal Alamiiin.

Penulis menyadari terdapat berbagai kesulitan, dan keterbatasan ilmu


selama membuat dan menyusun makalah ini. Hal ini juga membuat penulis
meminta berbagai masukan, koreksian, dan kritikan dari berbagai elemen dengan
senang hati, sehingga makalah ini dapat terus dikembangkan dan juga menjadi
acuan penulis lain. Penulis juga berharap tulisan makalah ini dapat bermanfaat
dan menjadi catatan ilmu bagi para pembaca.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada


pihak-pihak yang membantu menyelesaikan makalah ini. Khusunya kepada Dosen
kami Dr. Dede Misbahul Alam, M.Pd, yang telah memberikan berbagai ilmu
sehingga memberikan petunjuk bagi kami dan juga tugas yang dapat melatih
dalam bidang akademik sehingga menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Bekasi, 18 November 2022

` Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................................

DAFTAR ISI ..........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................

A. Latar Belakang..............................................................................................................

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................

A. Perkembangan Islam Di Dunia....................................................................................

B. Faktor-Faktor Kemajuan Dan Kemunduran Peradaban Islam............................

1. Faktor-Faktor Kemajuan.........................................................................................

2. Faktor-Faktor Kemunduran Islam........................Error! Bookmark not defined.

Bab III PENUTUP.................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang diberikan segala
kemampuan jasmani, rohani dan kemampuan berpikir sehingga menjadikan
manusia berbeda dengan makhluk lainnya. Hal inilah yang menunjukan
kesempurnaan makhluk dalam diri manusia dan juga diamanahkan mengatur dan
mengelola bumi. Sebagai makhluk yang mulia, manusia memiliki tiga
keistimewaan dibandingkan diantaranya: memiliki penguasaan bahasa, memiliki
kemampuan berpikir, dan kesempurnaan bentuk ragawi. Dengan keistimewaan
tersebutlah manusia mendapatkan pengetahuan berdasarkan kemampuannya
sebagai makhluk yang berpikir, merasa, dan mengindra.1

Pengetahuan merupakan hasil dari proses keingintahuan manusia akan


sesuatu. Setiap jenis pengetahuan juga berbeda antara satu dengan yang lainnya
tergantung pada bagaimana cara mendapatkan dan apa yang dikaji dari
pengetahuan tersebut. Manusia mengembangkan pengetahuan karena dua sebab
yaitu: Pertama, manusia memiliki bahasa yang mampu untuk mengomunikasikan
informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua,
manusia memiliki cara berpikir yang sesuai alur yang kemudian disebut sebagai
penalaran.2

Pada realitanya pengetahuan harus diraih dan dicari, karena pengetahuan


tidak akan datang sendirinya. Untuk itu harus ada upaya dalam menemukan
pengetahuan dengan cara mengamati, mencari informasi, komunikasi, dan
sebagainya. Kegiatan tersebut telah dilakukan pada zaman dahulu kala yang
menggunakan panca indra, logika, dan sebagainya. Sehingga proses pencarian
tersebut didapatkan, dipikirkan, dan disimpulkan yang menjadi pengetahuan.

1
Safrin Salam, Rekonstruksi Paradigma Filsafat Ilmu: Studi Kritis Terhadap Ilmu Hukum Sebagai
Ilmu, EKSPOSE: Jurnal Penelitian Hukum dan Pendidikan, Vol. 18, No. 2, 2019, 886-887.
2
Verdi Yasin, dkk, Filsafat Logika dan Ontologi Ilmu Komputer, JISAMAR: Journal of Information
System, Applied, Management, Accounting and Research, Vol. 2, No. 2, 2018, 68-69.

1
Pengetahuan tersebut juga diuji kembali apakah benar atau tidak, bersifat
prangsaka atau pasti.

Makanya dalam mencari dan proses dalam menemukan suatu pengetahuan


maka lahirlah sebuah ilmu yang bernama filsafat. Filsafat adalah benuk usaha
manusia dalam memikirkan dan menyelami berbagai suatu hal atau permasalahan
yang akan dihadapi umat manusia. pada filsafat ini juga melahirkan berbagai jenis
dan cabang di dalamnya. Salah satu cara dan upaya manusia dalam mencari ilmu
pengetahuan dengan mengunakan sebuah cabgn yang ada di filsafat. Cabang
tersebut berupa epistemologi.

Epistimologi merupakan cabang dari filsafat yang membicarakan


mengenai sumber-sumber, karakteristik, sifat dan kebenaran pengetahuan.
Epistimologi seringkali disebut dengan teori pengetahuan atau filsafat
pengetahuan, karena yang dibicarakan dalam epistimologi ini berkenaan dengan
hal-hal yang yang ada sangkut pautnya dengan masalah pengetahuan. Selain itu
juga membahas berbagai cara tertentu yang di gunakan oleh manusia dalam upaya
mencari dan menemukan pengetahuan.

Maka dalam mencari pengetahuan tersebut maka dikenali dulu


pengetahuan tersebut, Apakah pengetahuan itu? Dari mana Asalnya? Apakah
sumber-sumber pengetahuan? Bagaimana manusia mendapatkan pengetahuan?
Dari mana pengetahuan yang benar? Apa yang menjadi karakteristik
pengetahuan? Apakah pengetahuan itu tergolong benar atau keliru, dan
sebagainya. Beberapa pertanyaan inilah yang kemudian disebut dengan persoalan
epistimologi. Pada makalah ini, penulis akan mencoba menjelaskan mengenai
bagian filsfat tentang epistemologi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu epistemologi ?.
2. Apa itu sumber, metode, dan alat pengetahuan ?.
3. Apa itu teori kebenaran ?.
4. Apa Aliran-aliran dalam Epistemologi?.

2
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui epistemologi ?.
2. Mengetahui sumber, metode, alat pengetahuan ?.
3. Mengetahui teori kebenaran?.
4. Mengetahui aliran-aliran Epistimologi?.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Epistemologi
Semenjak Epistemologi adalah istilah kata yang berasal gabungan dua
perkataan yunani iaitu “episteme” (pengetahuan) dan “logos” (ilmu, sains, kajian,
teori dan pembahasan). Epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang
membahas tentang suatu hakikat, makna, kandungan, sumber dan proses dalam
membahas ilmu. Ada banyak pendapat mengenai istilah epistemonologi sebagai
berikut :

Azyumardi Azra,epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang


keaslian, pengertian, struktur, metode, dan validitas ilmu pengetahuan.

Hardono Hadi , bahwa epistemonologi adalah hal yang mempelajari dan


mencoba menentukan kodrat pengetahuan, bidang pengetahuan, pengadaian, dan
dasarnnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan
yang dimilikinya.

Wan Mohd Nor Wan Daud mendefiniskan epistemologi sebagai filsafat


yang membicarakan hakikat, makna, kandungan, sumber dan proses suatu ilmu.

Jamil Saliba berpendapat, filsafat sebagai pembahasan mengenai hakikat


ilmu, sumber asalnya, ketinggian nilainya, cara mendapatkannya serta bidangnya.3

Berdasarkan penjelasan mengenai epistemologi di atas, dapat disimpulkan


bahwa epistemologi adalah suatu disiplin ilmu yang membahas dan menyelidiki
tentang asal-usul, sumber, kaidah, proses dan batasan suatu ilmu ataupun
pengetahuan untuk mengantarkan kepada hakikat kebenaran ilmu dan
pengetahuan.

Pada dasarnya pengetahuan adalah hasil dari usaha, tindakan,


pemeriksaan, dan penyelidikan suatu materi(benda), dan juga non materi yang

3
Abdi Syahrial Harahap, Epistemologi:Teori, Konsep dan Sumber-SumberIlmu dalam Tradisi
Islam, Jurnal Dakwatul Islam, Vol. 5, 2020 No. 1.

4
dilakukan manusia dan pada akhirnya dapat diketahui. Pengetahuan tersebut akan
benar diproses agar mendapatkan hasil kebenaran dari pengetahuan tersebut dan
dapat dikembangkan sehingga lahirlah ilmu.4 Hal inilah yang dikaji dalam
Epistemologi terutama dalam membahas tentang sumber, proses, syarat, batas
fasilitas, dan hakikat pengetahuan yang memberikan kepercayaan dan jaminan
dari kebenarannya.

Maka disimpulkan bahwa aspek terpenting dari epistemologi adalah


sumber pengetahuan dan metode pengetahuan. ketika ilmu pengetahuan disoroti
melalui epistemologi maka pembahasannya akan lebih terarah pada bagaimana
sumber yang dipakai oleh para ahli di dalam bidangnya dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan dan metodenya sesuai dengan bidang ilmunya. Setiap Ilmu itu
mempunyai sumber dan metode pengetahuan yang tidak sama, dan bisa jadi sama
tetapi karakteristik atau nuansa dapat membedakan ilmu tersebut.

B. Sumber, Metode, dan Alat Pengetahuan.


Sumber Ilmu Pengetahuan.
Sumber pengetahuan adalah hal-hal yang secara hakiki diyakini sebagai
sumber dari pengetahuan yang telah ditemukan dan diperoleh. Pada masa filsafat
dahulu terdapat dua aliran epistemologi yang terbesar, yaitu aliran rasionalisme
dan empirisme. Pada dua aliran tersebut memiliki pandangan lain dalam
memperoleh pengetahuan. Pada aliran rasionalisme memberi tekanan pada akal
(reason) sebagai sumber pengetahuan, sedangkan aliran empirisme mengangap
bahwa sumber pengetahuan yang utama adalah pengalaman inderawi manusia
(sense experience).

Kedua pandangan sumber pengetahuan yang telah dijekaskan aliran diatas,


yaitu akal dan indera, pada dasarnya bersumber pada manusia, karena akal dan
indera itu dimiliki oleh manusia. Disamping itu ada pula pengetahuan yang
bersumber Tuhan yang disebut pengetahuan wahyu. Dengan demikian Ilmu
pengetahuan dapat digolongkan kepada dua macam.

4
Dewi Rokhmah, Ilmu Dalam Tinjauan Filsafat:Ontologi, Epistemologi, Dan Aksiologi , Cendekia :
Jurnal Studi Keislaman, Volume 7, 2021, Nomor 2

5
1) Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia (acquired knowledge), yaitu
melalui akal dan pengalaman inderawi. Ilmu yang bersumber pada akal atau yang
diperoleh melalui akal disebut juga conceptual knowledge, dan ilmu yang
bersumber pada indera manusia disebut perceptual knowledge. Kedua macam
ilmu yang diperoleh itu disebut juga dengan ilmu aqli.

2) Pengetahuan wahyu (revealed knowledge),atau ilmu naqli yaitu ilmu


yang bersumber Allah swt., seperti ilmu ketauhidan, keimanan, dan kewahyuan,
ilmu fikh, ilmu ushuluddin, dan sebagainya. Kalau ilmu-ilmu aqli bertujuan untuk
membantu manusia menjalankan peranannya sebagai khalifah, atau untuk
menyempurnakan fardhu kifayah bagi kesejahteraan umat, maka ilmu-ilmu naqli
bertujuan menyempurnakan tugas manusia sebagai hamba Allah, atau untuk
menyempurnakan fardhu ain.

Metode Pengetahuan
Metode pengetahuan adalah sebuah cara atau jalan yang digunakan
manusia dalam meraih sesuatu dalam menemukan pengetahuan. Pengetahuan
yang diperoleh manusia melalui akal, indra, dan sebagainya yang masing-masing
mempunyai metode tersendiri. Hal tersebut terjadi karena setiap permasalahan ada
solusinya namun dalam mencari solusi pasti berbeda-beda jalannya. Adapun
metode pengetahuan dalam epistemologi sebagai berikut:

Metode induktif

Adalah suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil


observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum. Francis bacon
berpendapat bahwa metode ini dapat membuat kesimpulan umum berdasarkan
fakta yang dikumpulkan melalui pengamatan secara langsung. Jadi untuk
memperoleh kebenaran mengenai pengetahuan seperti pengetahuan alam, maka
peneliti harus mengamati alam itu secara langsung, dan harus membebaskan
pikiran dari berbagai bentuk prasangka. Metode ini sering digunakan oleh kaum
empiris dalam memperoleh pengetahuan, dimulai dari bukti-bukti yang khusus,
dan atas dasar bukti-bukti yang khusus itu ditarik kesimpulan yang bersifat umum.

6
Metode Deduktif

Metode deduktif adalah suatu proses bepikir yang bertolak dari hal-hal
yang abstrak kepada yang konkrit, atau dari pernyataan yang bersifat umum ke
pernyataan yang bersifat khusus dengan menggunakan kaedah logika tertentu
yaitu logika deduktif. Cara berpikir deduktif itu sudah dimulai oleh Aristoteles
dan para pengikutnya, yaitu melalui serang-kaian pernyataan yang disebut
silogisme. Silogisme terdiri atas 3 pernyataan, yang disebut:

1. Premis mayor (dasar pikiran utama)

2. Premis minor (dasar pikiran kedua)

3. Kesimpulan

Contoh

1. Semua makhluk hidup pasti mati (premis mayor)

2. Manusia adalah makhluk hidup (premis minor), karena itu

3. Manusia pasti mati (kesimpulan)

Dalam cara berpikir deduktif, apabila dasar pikirannya benar, maka


kesimpulannya pasti benar. Dengan cara berpikir deduktif memungkinkan kita
menyusun premis-premis menjadi pola-pola yang dapat memberikan bukti yang
kuat bagi kesimpulan yang benar atau sahih (valid). Adapun kelemahan cara
berpikir deduktif ialah bahwa dengan cara ini kita tidak akan memperoleh
pengetahuan yang baru, karena kesimpulan deduktif selalu merupakan perluasan
dari pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.5

Alat Pengetahuan
Seperti yang kita ketahui dalam mencari ilmu pengetahuan diperlukan cara
dan jalan untuk mengapainya. Akan tetapi terkadang kita juga membutuhkan

5
Darwis Soelaiman, Filsafat Ilmu pengetahuan Prespektif Barat dan Islam, Aceh, Bandar
Publishing, 2019 halaman 64-65

7
bantuan dalam mendapatkannya. Tuhan sudah memberkahi kita dengan akal, dan
raga sebagai alat dalam mencari dan mengelola pengetahuan. Maka Alat
pengetahuan sangat membantu dalam mencari pengetahuan itu sendiri. Alat
Pengetahuan adalah sebuah benda atau sesuatu yang dipakai dalam mencari dan
menemukan pengetahuan. John Hospers mengemukakan ada enam alat untuk
memperoleh pengetahuan, yaitu:

A. Pengalaman indra (sense experience)

Orang sering merasa bahwa pengindraan adalah alat yang paling vital
dalam memperoleh pengetahuan. Memang dalam hidup manusia tampaknya
pengindraan adalah satu-satunya alat untuk mencerap segala objek yang ada di
luar diri manusia. Karena terlalu menekankan pada kenyataan, paham demikian
dalam filsafat disebut realisme. Realisme adalah suatu paham yang berpendapat
bahwa semua yang dapat diketahui hanya kenyataan. Jadi, pengetahuan berawal
mula dari kenyataan yang dapat diindrai. Tokoh dari pandangan ini adalah
Aristoteles, yang berpendapat bahwa pengetahuan terjadi bila subjek diubah di
bawah pengaruh objek, artinya bentuk dari dunia luar meninggalkan bekas dalam
kehidupan batin. Objek masuk dalam diri subjek melalui persepsi indra (sensasi).

Thomas Aquinas yang mengemukakan bahwa tiada sesuatu dapat masuk


lewat ke dalam akal yang tidak ditangkap oleh indra. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa pengalaman indra merupakan sumber pengetahuan berupa alat-alat untuk
menangkap objek dari luar diri manusia melalui kekuatan indra. Kekhilafan akan
terjadi apabila ada ketidaknomalan diantara alat itu.

B. Nalar (Reason)

Nalar adalah salah satu corak berpikir dengan menggabungkan dua


pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru Hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam masalah ini tentang asas-asas pemikiran, yaitu
sebagai berikut:

1. Principium Identitas

8
Yaitu sesuatu itu mesti sama dengan dirinya sendiri (A=A). Asas ini biasa
disebut asas kesamaan.

2. Principium Contradictionis

Yaitu apabila dua pendapat yang bertentangan, tidak mungkin kedua-


duanya benar dalam waktu yang bersamaan. Dengan kata lain pada subjek yang
sama tidak mungkin terdapat dua predikat yang bertentangan pada satu waktu.
Asas ini biasa disebut asas pertentangan.

3. Principium Tertii Exclusi

Yaitu apabila dua pendapat yang berlawanan tidak mungkin keduanya


benar dan tidak mungkin keduanya salah. Kebenaran hanya terdapat satu di antara
kedua itu, tidak perlu ada pendapat yang ketiga. Asas ini biasa disebut asas tidak
adanya kemungkinan ketiga.

C. Otoritas (Authority)

Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan
diaku oleh kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan, karena
kelompoknya memiliki pengetahuan melalui seseorang yang mempunya
kewibawaan dalam pengetahuannya. Pengetahuan yang diperoleh melalui otoritas
ini biasanya tanpa diuji lagi karena orang yang telah menyampaikannya

mempunyai kewibawaan tertentu. Jadi, kesimpulannya adalah bahwa


pengetahuan karena adanya otoritas terjadi melalui wibawa seseorang sehingga
orang lain mempunyai pengetahuan.

D. Intuisi (Intuition)

Intuisi adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia melalui
proses kejiwaan tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat
pernyataan berupa pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui intuisi tidak
dapat dibuktikan seketika atau melalui kenyataan karena pengetahuan ini muncul
tanpa adanya pengetahuan lebih dahulu. Dengan demikian, peran intuisi sebagai

9
sumber pengetahuan adalah adanya kemampuan dalam diri manusia yang dapat
melahirkan pernyataan-pernyataan berupa pengetahuan.

Selain mendapatkan pengetahuan dari pengalaman indra, nalar (corak


berpikir) yang terdapat dalam diri seseorang adalah cara untuk mendapatkan
pengetahuan yang baru yang dimana adanya upaya berpikir untuk membedakan
salah satu antara yang dua. Setelah nalar (corak berpikir) instuisi juga berperan
sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan dengan adanya kemampuan dalam
diri seseorang untuk melahirkan pernyatan-pernyataan berupa pengetahuan,
pengetahuan yang muncul dengan instuisi ini tidak dapat dibuktikan dengan
seketika.

E. Wahyu (Revelation)

Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada Nabi-Nya


untuk kepentingan umatnya. Kita mempunyai pengetahuan melalui wahyu, karena
ada kepercayaan tentang sesuatu yang disampaikan itu. Seseorang yang
mempunyai pengetahuan melalui wahyu secara dogmatik akan melaksanakan
dengan baik. Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber pengetahuan,
karena kita mengenal sesuatu dengan melalui kepercayaan kita.

F. Keyakinan (Faith)

Keyakinan adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh
melalui kepercayaan. Sesungguhnya antara sumber pengetahuan berupa wahyu
dan keyakinan ini sangat sukar untuk dibedakan secara jelas, karena keduanya
menetapkan bahwa alat lain yang dipergunakannya adalah kepercayaan.
Perbedaannya barangkali jika keyakinan terhadap wahyu yang secara dogmatik
diikutinya adalah peraturan yang berupa agama. Adapun keyakinan melalui
kemampuan kejiwaan manusia merupakan pematangan (maturation) dari
kepercayaan. Karena kepercayaan itu bersifat dinamik mampu menyesuaikan
dengan keadaan yang sedang terjadi. Sedangkan keyakinan itu sangat statik,
kecuali ada bukti-bukti baru yang akurat dan cocok buat kepercayaannya.

10
Wahyu dan keyakinan juga merupakan alat untuk memperoleh
pengetahuan, wahyu merupakan adanya kepercayaan di dalam diri seseorang
mengenai sesuatu yang disampaikan, dalam artian jika kita mempercayai sesuatu
hal yang baru, melalui kepercayaan kita tersebut, kita bisa memperoleh yang
namanya pengetahuan, setelah kita mempercayainya maka akan timbul rasa
meyakini sesuatu hal tersebut.6

C. Teori Kebenaran
Salah satu hal yang terpenting dalam pengetahuan adalah menguji kebenarannya.
Karena ilmu pengetahuan haruslah bersifat benar apabila salah maka akan
dianggap sebagai kebohongan. Maka seseorang yang ahli dalam berbagai bidang
mesti harus memiliki kejujuran dalam pengetahuan yang ia miliki dan kuasai dan
juga penemuannya dapat dipertanggung jawabkan. Dalam filsafat, ada enam teori
kebenaran yang berkembang7:

1. Teori Kebenaran Korespondensi

Teori ini dianggap sebagai teori paling tradisional, atau teori yang paling
tua. Menurut teori ini kesesuaian antara pengetahuan tentang sesuatu objek dan
objeknya dibuktikan secara langsung. Seperti jika pengetahuan tentang P akan
benar jika hanya P. Aristoteles juga berpendapat “mengatakan tentang apa itu atau
tentang apa yang bukan itu bukan, adalah benar” jadi maksud dari teori ini adalah
menegaskan bahwa pikiran atau gagasan kita benar atau salah sesuai dengan yang
mereka setujui atau tidak setuju dengan fakta seperti yang dipikirkan

Menurut teori korespondensi suatu pernyataan dianggap benar jika materi


pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berhubungan dengan obyek yang
dituju oleh pernyataan tersebut, atau obyek yang menjadi topik pernyataan benar
adanya. Contoh, besi itu berat karena pernyataan tersebut benar karena demikian
adanya. Pernyataan itu salah jika dikatakan besi itu ringan.

6
Sumarto, Filsafat Ilmu (Jambi: Pustaka Ma’arif Press,2017), Hal.52.
7
Abdul Chalik, Filsafat Ilmu Pendekatan Kajian Keislaman, Yogyakarta: Arti Bumi Intaran, 2016 Hal
49-53

11
Teori ini merupakan teori paling awal dan tertua dalam sejarah filsafat
yang berangkat dari teori pengetahuan Aristoteles yang menyatakan segala
sesuatu yang kita ketahui adalah sesuatu yang dapat dikembalikan pada kenyataan
yang dikenal oleh subyek atau Suatu keyakinan disebut benar jika sesuai dengan
fakta.

2. Teori Kebenaran Koherensi

Menurut Jujun teori koherensi adalah suatu pernyataan dianggap benar


bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan
sebelumnya yang dianggap benar. Jadi kebenaran pengetahuan akan benar,
apabila suatu preposisi saling berhubungan dengan pernyataan yang lain yang
berbicara tentang objek suatu pengetahuan.

Contoh, bila menganggap manusia pasti akan mati adalah suatu pernyataan
yang benar, maka pernyataan bahwa si Polan adalah adalah seorang manusia dan
si Polan akan mati adalah benar pula, sebab pernyataan kedua konsisten dengan
pernyataan pertama.

kemerdekaan Indonesia diproklamirkan tanggal 17 Agustus 1945. Jika


hendak membuktikan kebenaran pernyataan kebenarannya harus dikonfirmasi
kepada orang-orang yang mengalami dan mengetahui kejadian itu. Dengan
demikian kebenaran dari pengetahuan itu dapat diuji melalui peristiwa-peristiwa
sejarah, atau juga pembuktian proposisi itu melalui hubungan logis jika
pernyataan yang hendak dibuktikan kebenarannya berkaitan dengan pernyataan
logis.

3. Teori Kebenaran Pragmatis

White mendefinisikan teori kebenaran pragmatis sebagai berikut, “ide


istilah yang hanya digunakan oleh para filsuf ini untuk mencakup pendapat,
keyakinan, pernyataan, atau apa pun yang tidak, adalah instrumen dengan fungsi
tertentu. Ide yang benar adalah yang memenuhi fungsinya, yang berhasil, ide yang
salah adalah yang tidak”. Teori kebenaran pragmatis apabila pernyataan diukur
dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan

12
praktis. Artinya suatu pernyataan adalah benar jika pernyataan itu mengandung
konsekuensi berupa kegunaan dalam kehidupan manusia.

Karena setiap pernyataan selalu terikat pada hal-hal praktis, maka tidak
ada kebenaran yang bersifat mutlak, yang bersifat tetap, lepas dari akal yang
mengenal, sebab pengalaman akan berjalan terus dan segala yang dianggap benar
dalam perkembangan pengalaman senantiasa berubah.

Teori Kebenaran Semantik

Teori kebenaran semantik dianut oleh paham filsafat analitik bahasa yang
dikembangkan pasca-Betrand Russell sebagai tokohnya di bidang ini. Menurut
teori kebenaran semantik suatu proposisi memiliki nilai benar ditinjau dari segi
arti atau makna, apakah proposisi yang merupakan pangkal tumpunya mempunyai
referensi yang jelas. Karena itu teori ini memiliki tugas untuk mengungkap
keabsahan proposisi dalam referensi itu.

Dengan demikian teori kebenaran semantik menyatakan bahwa proposisi


memiliki nilai kebenaran jika proposisi itu memiliki arti. Dalam arti menunjuk
makna yang sesungguhnya dengan menunjuk pada referensi atau kenyataan.

5. Teori Kebenaran Sintaksis

Para penganut teori kebenaran sintaksis berpangkal tolak pada keteraturan


sintaksis atau gramatikal yang dipakai oleh suatu bahasa atau pernyataan. Suatu
penyataan memiliki nilai benar bila pernyataan-pernyataan itu memiliki aturan-
aturan sintaksis yang baku. Atau dengan kata lain bila proposisi itu tidak memiliki
syarat dalam aturan yang benar, maka proposisi itu tidak benar. Jadi pengetahuan
akan bernilai benar, apabila diungkapkan dengan bahasa yang mengikuti norma
bahasa secara baik dan benar.

6. Teori Kebenaran Logis (logical Superfluity of Truth)

Teori ini dikembangkan oleh kaum positivistik. Menurut teori ini


kebenaran menyangkut kekacauan bahasa, karena pernyataan yang hendak
dibuktikan kebenarannya memiliki derajat logika yang sama yang masing-masing

13
saling melingkupinya. Setiap proposisi yang bersifat logis menunjukkan bahwa
proposisi itu memberikan informasi yang sama dan semua orang sepakat tentang
logika itu.

D. Aliran-aliran Epistimologi
Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia di peroleh dengan cara, metode, akal,
dan sebagainya, akan tetapi terkadang setiap manusia berbeda dalam mengunakan
alat dan metode dalam mencari pengetahuan. Ada yang mengunakan akal saja,
ada yang menggunakan pengalaman, dan lain-lain, sehingga melahirkan berbagai
kelompok atau aliran dalam Epistimologi. Kelompok dan aliran tersebut antara
lain8:

A. Rasionalisme

Aliran ini berpendapat semua pengetahuan bersumber dari akal pikiran. Tokohnya
antara lain Rene Descrates (1596–1650), yang membedakan adanya tiga ide, yaitu
innate ideas (ide bawaan), sejak manusia lahir atau juga dikenal dengan
adventitinous ideas, yaitu idea yang berasal dari luar manusia, dan
faktitinousideas, atau ide yang dihasilkan oleh pikiran itu sendiri. Tokoh lain yaitu
Spinoza (1632−1677), Leibniz (1666−1716).

B. Empirisme

Aliran ini berpendirian bahwa semua pengetahuan manusia diperoleh melalui


pengalaman indra. Indra memperoleh pengalaman (kesan-kesan) dari alam
empiris, selanjutnya kesan-kesan tersebut terkumpul dalam diri manusia menjadi
pengalaman. Tokohnya antara lain:

John Locke (1632−1704), berpendapat bahwa pengalaman dapat dibedakan


menjadi dua macam, yaitu (1) pengalaman luar (sensation), yaitu pengalaman
yang diperoleh dari luar dan (2) pengalaman dalam, batin (reflexion). Kedua
pengalaman tersebut merupakan idea yang sederhana yang kemudian dengan
proses asosiasi membentuk idea yang lebih kompleks.

8
Suaedi, Pengatar Filsafat Ilmu, Bogor: IPB Press, 2016 cetakan 1 Hal 97-99

14
David Hume, yang meneruskan tradisi empirisme. Hume berpendapat bahwa ide
yang sederhana adalah salinan dari sensasi- sensasi sederhana atau ide-ide yang
kompleks dibentuk dari kombinasi ide-ide sederhana atau kesan-kesan yang
kompleks. Aliran ini kemudian berkembang dan mempunyai pengaruh yang
sangat besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan terutama pada abad 19
dan 20.

C. Realisme

Realisme merupakan suatu aliran filsafat yang menyatakan bahwa objek- objek
yang kita serap lewat indra adalah nyata dalam diri objek tersebut. Objek- objek
tersebut tidak bergantung pada subjek yang mengetahui atau dengan kata lain
tidak bergantung pada pikiran subjek. Pikiran dan dunia luar saling berinteraksi,
tetapi interaksi tersebut memengaruhi sifat dasar dunia tersebut. Dunia telah ada
sebelum pikiran menyadari serta akan tetap ada setelah pikiran berhenti
menyadari. Tokoh aliran ini antara lain Aristoteles , menurutnya realitas berada
dalam benda-benda konkret atau dalam proses-proses perkembangannya. Bentuk
(form) atau ide atau prinsip keteraturan dan materi tidak dapat dipisahkan.
Kemudian, aliran ini terus berkembang menjadi aliran realisme baru dengan tokoh
George Edward Moore, Bertrand Russell, sebagai reaksi terhadap aliran
idealisme, subjektivisme, dan absolutisme. Menurut realisme baru: eksistensi
objek tidak bergantung pada diketahuinya objek tersebut.

D. Kritisisme

Kritisisme menyatakan bahwa akal menerima bahan-bahan pengetahuan dari


empiri (yang meliputi indra dan pengalaman). Kemudian akal akan menempatkan,
mengatur, dan menertibkan dalam bentuk-bentuk pengamatan yakni ruang dan
waktu. Pengamatan merupakan permulaan pengetahuan sedangkan pengolahan
akal merupakan pembentukannya. Tokoh aliran ini adalah Immanuel Kant. Kant
mensintesiskan antara rasionalisme dan empirisme.

E. Positivisme

15
Tokoh aliran ini di antaranya August Comte, yang memiliki pandangan sejarah
perkembangan pemikiran umat manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap,
yaitu:

1) Tahap Theologis, yaitu manusia masih percaya pengetahuan atau


pengenalan yang mutlak. Manusia pada tahap ini masih dikuasai oleh takhayul-
takhayul sehingga subjek dengan objek tidak dibedakan.

2) Tahap Metafisis, yaitu pemikiran manusia berusaha memahami dan


memikirkan kenyataan, tetapi belum mampu membuktikan dengan fakta.

3) Tahap Positif, yang ditandai dengan pemikiran manusia untuk menemukan


hukum-hukum dan saling hubungan lewat fakta. Oleh karena itu, pada tahap ini
pengetahuan manusia dapat berkembang dan dibuktikan lewat fakta.

F. Skeptisisme

Menyatakan bahwa indra adalah bersifat menipu atau menyesatkan. Namun, pada
zaman modern berkembang menjadi skeptisisme medotis (sistematis) yang
mensyaratkan adanya bukti sebelum suatu pengalaman diakui benar. Tokoh
skeptisisme adalah Rene Descrates .

G. Pragmatisme

Aliran ini tidak mempersoalkan tentang hakikat pengetahuan, namun


mempertanyakan tentang pengetahuan dengan manfaat atau guna dari
pengetahuan tersebut. Dengan kata lain kebenaran pengetahuan hendaklah
dikaitkan dengan manfaat dan sebagai sarana bagi suatu perbuatan. Tokoh aliran
ini, antara lain C.S Pierce, menyatakan bahwa yang terpenting adalah manfaat apa
(pengaruh apa) yang dapat dilakukan suatu pengetahuan dalam suatu rencana.
Pengetahuan kita mengenai sesuatu hal tidak lain merupakan gambaran yang kita
peroleh mengenai akibat yang dapat kita saksikan. Tokoh lain adalah William

16
James menyatakan bahwa ukuran kebenaran sesuatu hal adalah ditentukan oleh
akibat praktisnya.

E. Manfaat Epistimologi
Epistimologi secara tidak langsung telah memberikan manfaat bagi manusia
tertutama bagi para Ahli berbagai bidang, ilmuwan, dan sebagainya. Dr Arif
Rohman beserta temannya mengemukakan Ada Empat Manfaat epistemologi
adalah

 Seseorang mempelajari epistemologi akan memperoleh kepahaman yang


mendalam tentang hakekat pengetahuan dan tentang seluk beluk berpikir.
 Seseorang memiliki pengetahuan yang benar dan terhindar dari perolehan
pengetahuan yang menyesatkan.
 Seseorang akan dapat memiliki pemikiran yang rasional atau logis, kritis,
objektif, metodis, efektif, dan koheren.
 Seseorang akan dapat lebih berhati-hati dalam memecahkan masalah hidup
dan kehidupan dengan cara mengedepankan rasional daripada emosional
dalam memecahkan masalah kehidupan.
 Seseorang akan lebih mandiri dan lebih cinta akan kebenaran, sehingga dia
tidak mudah tertipu berbagai tipuan terutama sesuatu yang mengiurkan akan
tetapi sebenarnya merugikan.9

9
Dr Arif Muhammad Dkk, Epistemonologi dan Logika Filsafat Untuk Pengembangan Pendidikan,
Yogyakarta :Aswaja Pressindo 2014 Cetakan 1 Hal 15

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah di paparkan, dapat mengambil disimpulkan
bahwasanya epistemologi merupakan cabang filsafat yang membahas mengenai
pengetahuan itu sendiri seperti dari mana sumber pengetahuan itu, bagaimana
memperolehnya, apakah pengetahuan itu benar atau tidak. Manusia telah di
berikan oleh Allah SWT Akal, dan jiwa raga sebagai bekal dalam menemukan
pengetahuan yang sebagai bekal dalam mengelola dan mengatur bumi.

Untuk memperoleh pengetahuan maka kita harus tahu sumber, metode, dan Alat
pengetahuannya. Sumber pengetahuan manusia tersebut bisa didapat dari logika
atau pemikiran itu sendiri dan juga dari pengalaman. Selain ada juga sumber dari
lain yaitu wahyu yang berasal dari tuhan. maka disimpulkan Sumber pengetahuan
ada dua, diperoleh dari Manusia dan dari Tuhan.

Pada metode pengetahuan menggunakan dua metode yaiut Induktif dan


deduktif . Metode Induktif adalah suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-
pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum.
Metode deduktif adalah suatu proses bepikir yang bertolak dari hal-hal yang
abstrak kepada yang konkrit, atau dari pernyataan yang bersifat umum ke
pernyataan yang bersifat khusus

18
Alat pengetahuan yang digunakan menurut John Hospers ada enam
yaitu:Pengalaman indra, Nalar, Otoritas, Intuisi,Wahyu , dan keyakinan.

Suatu pengetahuan akan dikatakan pengetahuan jika demikian tersebut


benar dan terbukti. Untuk memperoleh kebenaran terdapat enam teori yaitu:
Korespondensi, koherensi, pragmatis, semantis, sintaktis, dan logis. Epistimologi
juga memiliki berbagai aliran atau kelompok di dalamnya. Hal itu terjadi
dikarenakan dalam memperoleh pengetahuan mengunakan metode dan teknik
yang berbeda. Aliran tersebut yaitu; Empirisme, Rasionalisme, Realisme,
Kritisme, Positivsme, skeptisme, dan Pragmatisme.

Dr Arif Rohman beserta temannya mengemukakan Ada Empat Manfaat


epistemologi adalah

 Seseorang mempelajari epistemologi akan memperoleh kepahaman yang


mendalam tentang hakekat pengetahuan dan tentang seluk beluk berpikir.
 Seseorang memiliki pengetahuan yang benar dan terhindar dari perolehan
pengetahuan yang menyesatkan.
 Seseorang akan dapat memiliki pemikiran yang rasional atau logis, kritis,
objektif, metodis, efektif, dan koheren.
 Seseorang akan dapat lebih berhati-hati dalam memecahkan masalah hidup
dan kehidupan dengan cara mengedepankan rasional daripada emosional
dalam memecahkan masalah kehidupan.
 Seseorang akan lebih mandiri dan lebih cinta akan kebenaran, sehingga dia
tidak mudah tertipu berbagai tipuan terutama sesuatu yang mengiurkan akan
tetapi sebenarnya merugikan.

19
.

DAFTAR PUSTAKA
Salam Safrin, 2019 Rekonstruksi Paradigma Filsafat Ilmu: Studi Kritis Terhadap
Ilmu Hukum Sebagai Ilmu, EKSPOSE: Jurnal Penelitian Hukum dan Pendidikan,
Vol. 18, No. 2.

Verdi Yasin, dkk, 2018 Filsafat Logika dan Ontologi Ilmu Komputer, JISAMAR:
Journal of Information System, Applied, Management, Accounting and Research,
Vol. 2, No. 2.

Harahap Abdi Syahrial, 2020 Epistemologi:Teori, Konsep dan Sumber-


SumberIlmu dalam Tradisi Islam, Jurnal Dakwatul Islam, Vol. 5, No. 1.

Dewi Rokhmah, 2021 Ilmu Dalam Tinjauan Filsafat:Ontologi, Epistemologi, Dan


Aksiologi, Cendekia : Jurnal Studi Keislaman, Volume 7.

Soelaiman Darwis, 2019 Filsafat Ilmu pengetahuan Prespektif Barat dan Islam,
Aceh, Bandar Publishing.

Sumarto, 2017 Filsafat Ilmu Jambi: Pustaka Ma’arif Press,, Hal.52.

Chalik Abdul, Filsafat Ilmu Pendekatan Kajian Keislaman, Yogyakarta: Arti


Bumi Intaran, 2016 Hal 49-53

Suaedi, 2016 Pengatar Filsafat Ilmu, Bogor: IPB Press, cetakan 1 Hal 97-99

Muhammad Arif Dkk, 2014 Epistemonologi dan Logika Filsafat Untuk


Pengembangan Pendidikan, Yogyakarta :Aswaja Pressindo Cetakan 1

20
21

Anda mungkin juga menyukai