Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

Hakikat Filsafat Ilmu Dan Metode Ilmiah


Dosen Pengampu: Drs.M.Habli Zainal,M.Ud.

Materi 10
Disusun oleh:
Muhammad Fadhil (19.23.792)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NADWAH KUALA
TUNGKAL
TAHUN AJARAN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Taufik dan Hidayahnya sehingga saya bersama kelompok dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam membahas tentang“Hakikat Filsafat
Ilmu Dan Metode Ilmiah”.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
kami dan juga para pembaca sekalian , sehingga kami dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para
pembaca dan pendengar untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Kuala Tungkal, 8 Mei 2021

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang ..........................................................................................1

B. Rumusan masalah .....................................................................................1

C. Tujuan penulisan.......................................................................................1

BAB II

PEMBAHASAN

a) Pengertian filsafat ...................................................................................4


b) Pengertian ilmu........................................................................................5
c) Pengertian filsafat ilmu............................................................................8
d) Klarifikasi ilmu........................................................................................9
e) Dasar-dasar ilmu.....................................................................................10
f) Ciri-ciri ilmu............................................................................................11
g) Sistem kerja keilmuan...............................................................................
h) Dasar penelitian.........................................................................................
i) Metode ilmiah...........................................................................................
j) Langkah-langkah dari metode ilmiah........................................................

Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Pengetahuan merupakan proses berpikir yang dilakukan manusia.
Berpikir digunakan sebagai pemisah manusia dari makhluk lainnya. Kemajuan
manusia dewasa ini tidak lain karena pengetahuan yang dimilikinya. Ketika
suatu masalah diangkat maka tidak menjadi sederhana lagi. Masalah itu akan
berubah dari sesuatu yang mudah menjadi sesuatu yang sulit, dari sesuatu yang
sederhana menjadi sesuatu yang rumit. Oleh karena masalah itu dibawa ke
dalam pembedahan ilmu, maka ia menjadi sesuatu yang perselisihkan dan
diperdebatkan. Perselisihan tentangnya menyebabkan perbedaan dalam cara
memandang dunia. Pengetahuan pada umumnya membantu manusia dalam
mengorientasikan diri dalam dunia dan memecahkan berbagai persoalan hidup.
Manusia tidak dapat membiarkan insting mengatur perilakunya. Untuk
mengatasi masalah-masalah, manusia membutuhkan kesadaran dalam
memahami lingkungannya. Di sinilah pengetahuan membantu manusia
membagikan apa yang diketahui manusia dan mengorganisasikan proses
pencariannya. Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu. Pengetahuan tidak
datang dengan sendirinya, karena pengetahuan memiliki suatu carapemikiran
yang khusus dengan pendekatan yang khas sehingga menghasilkan pengetahuan
yang dapat dibagi, diuji dan dipertanggungjawabkan secara terbuka. Sehingga
Pengetahuan manusia yang dihasilkan melalui proses berpikir selalu
digunakannya untuk meenjawab ketidaktahuan dan mencari solusi dari masalah
kehidupan. Menurut Stanford Encyclopedia of Philosophy, pengetahuan tidak
cukup hanya true dan belief. Pengetahuan harus memiliki elemen ketiga, yaitu
justification (kebenaran). Kebenaran dianggap sebagai elemen yang penting
dalam pengetahuan untuk memastikan bahwa suatu kepercayaan dianggap benar
bukan karena faktor kebetulan tapi dapat diuji. Oleh karena itu, pengetahuan
disebut sebagai justified true belief.
Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah
proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya
sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui
(objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu
menyusun yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri
dalam kesatuan aktif.Pengetahuan itu harusbenar, kalau tidak benar adalah
kontradiksi.

1
Dari berbagai definisi pengetahuan yang telah dikemukakan oleh
beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah proses dari usaha
manusia untuk tahu, sehingga dengan pengetahuan manusia dapat memberi
putusan yang benar dan pasti/ kebenaran dan kepastian untuk menjalani
kehidupan dari setiap masing-masing individu. Tulisan ini membahas mengenai
hakikat pengetahuan, dasar- dasar pengetahuan dan ilmu, metode ilmiah, dan
etika keilmuan dengan menganalisis topiktopik tersebut berdasarkan sumber-
sumber yang didapatkan.
Manusia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi atas segala sesuatu,
sehingga secara alamiah manusia berpikir untuk mencari kebenaran. Dimana
dengan pemikiran itu maka terciptalah pengetahuan. Pengetahuan tidak hanya
tercipta dari suatu pemikiran manusia saja, pengetahuan juga ada yang berasal
dari pengalaman hidup manusia. Manusia adalah ciptaan tuhan; makluk yang
selalu berfikir, merasa, mencipta, dan berkarya. Dalam kesehariannya manusia
tumbuh dan berkembang serta mengembangkan diri sesuai dengan harkat dan
martabat serta keberadaannya keadaan lingkungan yang bervariasi menuntut
manusia lebih bijaksana, arif, selektif, dan kreatif dalam
menyikapinya.Mencintai pengetahuan adalah awal proses manusia mau
menggunakan daya pikirnya, sehingga mampu membedakan mana yang riil dan
mana yang ilusi.
Orang Yunani awalnya sangat percaya pada dongeng dan mitos. Seiring
dengan perkembangan zaman, kemudian berubahlah pola pikir orang-orang
terdahulu menjadi pola pikir yang berdasar pada pengalaman, rasio dan
dibuktikan kebenarannya dengan penelitian. Kemampuan manusia dalam
menghadapi masalah yang muncul dan terdapat pada dirinya sangat dipengaruhi
pula oleh tingkatan kemampuan, ilmu pengetahuan keterampilan dan kecakapan
yang dimiliki untuk mempersepsikan dan memaknai masalah,
memformulasikan masalah, merumuskan alternatif tindakan yang tepat .
penalaran manusia yang tinggi dan pemanfaatan pendekatan ilmiah dalam
mencari kebenaran akan mendorong manusia mengatasi masalah yang dihadapi.
Kemampuan dan ilmu manusia baru dapat arti kalau mereka mampu
meneliti sesuatu, sehingga mengerti dan mampu mendsekripsikan sesuatu dalam
kontesks yang sebenarnya dan bertindak atas penalaran yang kuat untuk
mencari dan menemukan kebenaran. Serta memperkaya khazanah ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Metode penelitian merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan
suatu kebenaran. Banyak para pakar kita yang telah meneliti suatu ilmu maupun
penemuan baru dengan metode-metode yang telah ada.Penelitian adalah cara

2
menemukan ilmu baru,oleh karenanya diperlukan metode-metode agar suatu
penelitian dianggap valid dan relevan. Banyak cara yang ditempuh untuk
mengadakan suatu penelitian dalam perkembangan ilmu sekarang ini.Penelitian
adalah langkah sistematis dalam upaya memecahkan masalah. Penelitian
merupakan penelaahan terkendali yang mengandung dua hal pokok yaitu logika
berpikir dan data atau informasi yang dikumpulkan secara empiris.
Logika berpikir tampak dalam langkah-langkah sistematis mulai dari
pengumpulan, pengolahan, analisis, penafsiran dan pengujian data sampai
diperolehnya suatau kesimpulan. Informasi dikatakan empiris jika sumber data
mengambarkan fakta yang terjadi bukan sekedar pemikiran atau rekayasa
peneliti. Penelitian menggabungkan cara berpikir rasional yang didasari oleh
logika atau penalaran dan cara berpikir empiris yang didasari oleh fakta atau
realita.Penelitian sebagai upaya untuk memperoleh kebenaran harus didasari
oleh proses berpikir ilmiah yang dituangkan dalam metode ilmiah.
Metode ilmiah adalah kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan
ilmiah. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode ilmiah mengandung
dua unsur penting yakni pengamatan (observation) dan penalaran (reasoning).
Metode ilmiah didasari oleh pemikiran bahwa apabila suatu pernyataan ingin
diterima sebagai suatu kebenaran maka pernyataan tersebut harus dapat
diverifikasi atau diuji kebenarannya secara empirik (berdasarkan  fakta).

B. Rumusan masalah

1. apa yang dimaksud dengan filsafat ?


2. apa yang dimaksud dengan ilmu ?
3. apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu ?
4. bagaimana klarifikasi ilmu ?
5. bagaimana dasar-dasar ilmu ?
6. bagaimana ciri-ciri ilmu ?
7. bagaimana sistem kerja keilmuan ?
8. apa saja yang termasuk dalam dasar-dasar penelitian ?
9. apa pengertian dari metode ilmiah ?
10.apakah karakteristik dan langkah-langkah dari metode ilmiah ?

3
C.Tujuan Masalah

Untuk mengetahui apa saja yang termasuk di dalam filsafat.


Untuk mengetahui apa saja yang termasuk di dalam ilmu.
Untuk mengetahui apa saja yang termasuk di dalam filsafat ilmu.
Untuk mengetahui apa saja yang termasuk di dalam klarifikasi ilmu.
Untuk mengetahui apa saja yang termasuk di dalam ciri-ciri ilmu.
Untuk mengetahui apa saja yang termasuk di dalam sistem kerja keilmuan.
Untuk mengetahui apa saja yang termasuk di dalam dasar-dasar penelitian.
Untuk mengetahui apa saja yang termasuk di dalam metode ilmiah.
Untuk mengetahui apa saja yang termasuk di dalam langkah-langkah metode
ilmiah.

4
BAB II
PEMBAHASAN
a) Pengertian Filsafat
Filsafat dalam bahasa Inggris yaitu philosophy, istilah filsafat bersal dari
bahasa yunani: philosophia yang terdari dua kata yaitu, philos(cinta) dan shopia
yang berarti kearifan dan kebijaksanaan, cakupan pengertian sophia yang
semula itu ternyata luas sekali. Dahulu sophia tidak hanya berarti kearifan saja,
melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan
intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan
kecerdikkan dalammemutuskan soal-soal praktis jadi secara etimologi filsafat
berarti cinta terhadap kebijaksanaan atau kebenaran. Dalam buku falsafat ilmu
yang ditulis Amsal Bakhtiar yang mengutip dari kamus besar bahasa indonesia,
filsafat berkaitan dengan pengetahuan, penyelidikan dengan menggunakan akal
budi mengenai hakikat segala sesuatu yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.
Beberapa tokoh dalam sejarah filsafat juga memberikan definisi tersendiri
yang perlu kita ketahui agar dapat memahami akata filsafat ini dari berbagai
sudut pandang, diantaranya:
Plato, mengatakan filsafat adalah penemuan kenyataan atau kebenaran
yang bersifat absolut, lewat dialektika. Kemudian al Farabi menjelaskan bahwa
filsafat ialah ilmu tentang alam yang maujud dan bertujuan untuk mengetahui
hakikat sebenarnya. Sedangkan Ibnu Rusd, yang menerangkan bahwa filsafat
merupakan pengetahun otonom yang yang perlu dikaji oleh manusia karena
diberikan anugerah akal. Alquran memerintakan kepada manusia untu
berfilsafat agar dapat mendekatkan diri kepada Tuhan. 1
Kemudian secara rinci Immanuel Kant menerangkan bahwa filsafat
adalah ilmu dari segala pengetahuan, yang mencakup didalamnya berbagai
persoalan yang meliputi: Apa yang dapat kita ketahui?, apa yang boleh kita
kerjakan?, sampai dimana pengahrapan kita? Apa yang dinamankan manusia?
Kemudian Susanto menyatakan bahwa menurut Istilah, filsafat adalah
ilmu pengetahuan yang berupaya mengkaji tentang masalah-masalah yang
muncul dan berkenaan dengan segala sesuatu, baik yang sifatnya materi
maupun immateri secara sungguh-sungguh guna menemukan hakikat sesuatu
yang sebenarnya, mencari prinsip-prinsip kebenaran, serta berpikir secara
rasional-logis, mendalam dan bebas, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
membantu menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan manusia.Dalam
hal ini kami simpulkan bahwa bahwa filsafat adalah merupakan sistem dalam
1
Amsal Bakhtiar. 2008. Filsafat Ilmu (edisi revisi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,hlm 6

5
berfikir secara logika dengan melibatkan segala aspek yang ada, mulai dari
hakikat sesuatu, cara mengetahui, dan nilai guna sesuatu tersebut. Filsafat
merupakan segala proses yang dikerahkan dengan menggunakan segala hal
yang bisa digunakan untuk memperoleh sesuatu.

b) Pengertian Ilmu
Pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental (mental state) yang
mengetahui sesuatu yaitu menyusun pendapat tentang suatu objek, dengan kata
lain menyusun gambaran tentang fakta yang ada di luar akal. Seiring dengan
perkembangan, Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu yang merupakan
ciri khas manusia karena manusia adalah satusatunya makhluk yang dapat
mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh dibandingkan dengan
makhluk ciptaan lainnya yang memiliki keterbatasan hidup (survival).
Hal ini dilakukan untuk mengatasi kebutuhankebutuhan kelangsungan
hidup, karena pada dasarnya hakikat manusia dalam menjalani kehidupan tidak
sekedar untuk mampertahankan kelangsungan hidupnya namun hakikat manusia
dalam menjalani kehidupan tidak hanya monoton saja, melainkan juga
memikirkan tentang halhal baru seperti manusia berusaha memberikan makna
dalam kehidupan, manusia juga memanusiakan diri dan orang lain dalam
hidupnya untuk mencapai kesejahteraan hidup. Pada dasarnya ini semua
dilakukan oleh manusia karena pada hakikatnya manusia dalam hidupnya
mempunyai tujuan yang mulia dalam hidup yang lebih tinggi dari sekedar
kelangsungan hidupnya. Sehingga manusia selalu berusaha mengembangkan
pengetahuan yang meliputi apa itu pengetahuan dan bagaimana cara
memperoleh pengetahuan untuk mendorongnya menjadi makhluk yang bersifat
khas di muka bumi ini yang juga merupakan bagian dari kajian filsafat
pengetahuan atau epistimologi. 2
Ontologi ( apa ) Bidang filsafat yang mempelajari segala sesuatu, baik
yang tampak secara fisik (fenomena) atau sesuatu yang berada di balik realitas
(noumena). Dalam kajian filsafat, segala sesuatu itu dikenal dengan “ada”
(things). Dalam bidang ini juga termasuk filsafat manusia, filsafat alam, dan
filsafat ketuhanan. Dalam mengkaji aspek ontologis, dari artikel Stanford
Encyclopedia of Philosophy yang menyatakan bahwa aspek ontologis dalam
filsafat ilmu tidak hanya terdiri atas komponen pertanyaan “apa” yang ingin
diketahui mengenai suatu hal, tetapi juga meliputi pertanyaan “apa ciri dari hal
tersebut?”, “bagaimana hubungan hal tersebut dengan hal lain yang bersifat
2
Frondizi, Resieri. 2001. Pengantar Filsafat Nilai (Terjemahan oleh: Cuk Ananto Wijaya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar),hlm 11

6
umum?” dan “dengan metodologi apa pertanyaan ontologis tersebut dapat
dijawab?”.
Ontology merupakan the theory of being qua being (teori tentang
keberadaan sebagai keberadaan). Ontology adalah ilmu yang membahas tentang
hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani
(konkret) maupun rohani (abstrak). Filsafat ilmu pengetahun ontology
membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu,
universal serta berusaha mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan,
menurut istilah, Ontology juga berbicara tentang segala sesuatu yang nyata pada
umumnya misalnya pembahasan semua perbadaan antara benda dan makhluk
hidup. Semua benda, tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia.Ada tiga teori
ontologi, antara lain:
a. Idealisme, mengatakan bahwa “ada” yang sungguh-sunggu berada didunia.
Segala sesuatu yang tampak dan mewujud nyata dalam alam.
b. Materialisme, mengatakan bahwa “ada” yang sesungguhnya yang
keberadaannya semata-mata bersifat material. Realitas yang sesungguhnya
adalah alam kebendaan dan segalas sesuatu yang mengatasialam kebendaan itu
harus dikesampingkan
c. Dualisme, mengatakan bahwa substansi individual terdiri dari dua type
fundamental yang berbeda dan tidak dapat direduksikan pada yang lainnya.
Kedua type fundamental dari substansi itu ialah material dan mental. Dengan
demikian dualisme mengakui bahwa realitas terdiri dari materi atau yang ada
secara fisis dan realitas terdiri dari materi atau yang ada secara fisis dan mental
atau yang beradanya tidak kelihatan secara fisis.
1. Epistemologi ( Bagaimana ) Secara etimologi, epistemologi
merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata dalam bahasa Yunani,
yaitu episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan atau kebenaran dan
logos berarti pikiran, kata atau teori. Dengan demikian epistimologi dapat
diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenahi pengetahuan. Epistimologi
dapat juga diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar (teori of
knowledges). Epistimologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang
asal muasal, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran
pengetahuan.Epistemologi adalah ilmu tentang pengetahuan dan keyakinan
yang dapat dibenarkan. Epistemologi berkaitan dengan pertanyaan berikut: Apa
kondisi pengetahuan yang diperlukan dan memadai? Apa sumbernya? Apa
strukturnya, dan apa batasnya? Sebagai studi tentang keyakinan yang
dibenarkan, epistemologi bertujuan untuk menjawab pertanyaan seperti:

7
Bagaimana kita memahami konsep pembenaran? Apa yang membuat keyakinan
dibenarkan dibenarkan? Apakah pembenaran internal atau eksternal terhadap
pikiran seseorang? Dipahami secara lebih luas.Epistemiologi atau teori
pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup
pengetahuan, pengandaian - pengandaian, dan dasar - dasarnya serta
pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
2. Aksiologi ( untuk apa ) Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan
aksiologi di samakan dengan value and valuation. Aksiologi adalah istilah yang
berasal dari kata Yunani yaitu: axios yang berarti nilai. Sedangkan logos berarti
teori/ ilmu. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan
bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi dipahami sebagai teori
nilai. Aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh. Aksioloagi adalah ilmu yang membicarakan
tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Jadi, aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat
yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak
ada yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan
dengan sebaikbaiknya dan dijalan yang baik pula karena akhir-akhir ini banyak
sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan dijalan
yang tidak benar. Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan
ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu
harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat,
sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam
usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama. Bidang filsafat yang
mempelajari nilai-nilai. Misalnya, sejauh manakah nilai-nilai yang terkandung
dalam pengetahuan tersebut. Bagian dari aksiologi adalah etika.
Dalam aksiologi diuraikan dua hal, yang pertama tentang kegunaan
pengetahuan filsafat dan yang kedua tentang cara filsafat menyelesaikan
masalah. Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena
dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara
lebih cepat dan lebih mudah. Dan merupakan kenyataan yang tidak bisa
dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat berhutang kepada ilmu. singkatnya
ilmu merupakan sarana untuk mencapai tujuan hidupnya. Untuk mengetahui
kegunaan filsafat, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga
hal, pertama filsafat sebagai kumpulan teori filsafat, kedua filsafat sebagai
metode pemecahan masalah, dan ketiga filsafat sebagai pandangan hidup.
Ilmu berasal dari rasa kagum manusia akan alam yang dihadapinya.
Manusia dibekali hasrat ingin tahu, dan sifat ingin tahu tersebut telah dapat

8
ditemukan manusia sejak masih kanak kanak. Pertanyaan pertanyaan apa ini,
mengapa begini, kenapa bisa terjadi akan diemukan sepanjang sejarah manusia
dan dengan dorongan rasa inin tahu berupaya ingn menjawab setiap pertanyaan
pertanyaan tersebut. Istilah ilmu berasal dari bahasa arab dan dipakai didalam
alquran dengan akar kata ain, lam, dan mim. Kata ini kemudian diterjemahkan
kedalam bahasa indonesia dengan arti pengetahuan. Dan kata ilmu itu sendiri
diserap dan dipergunakan pula dengan makna yang berbeda. 3
Karena hubungan keduanya yang sangat erat, maka kadang pelajar tidak
membedakan maknanya. Suatu keadaan yang tidak seharusnya tidak dialami
oleh seorang mahasiswa atau peneliti. Pengetahuan juga dirumuskan bahwa
kekayaan batin yang dimikili seseorang dalam kalbunya, atau dalam ungkan
sederhana bahwa pengetahuan adalah segala yang diketahui Secara lesikal, tahu
bermakna: mengerti sesudah melihat, menyaksikan, atau mengalami dsbg,
kenal; mengindahkan atau peduli, mengerti; pandai, cakap; insaf, atau sadar.
Sedangkan ilmu diartikan: pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakanmenerangkan
gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu. Dalam kajian kefilsafatan ilmu
mengandung tiga makna yaitu ilmu sebagai produk, ilmu sebagai metode, dan
ilmu sebagai proses. Sebagai produk merupakan kumpulan pengetahuan atau
informasi yang handal dan teruji kebenarannya dan diperoleh melalui pemikiran
yang logis dalam bentuk metode ilmiah. Sebagai metode adalah serangkaian
proses cara kerja dan langkah sistematis untuk memperoleh pengetahuan yang
teruji kebenarannya, metode ini disebut ilmu. Sedangkan sebagai proses
berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan penelitian yang menghasilkan ilmu.
Dari beberapa sumber tersebut penyusun menemukan titik terang bahwa ilmu
merupakan bagian dari pengetahuan, dimana ilmu tersebut merupakan bagian
dari pengetahuan dengan disiplin khusus dan mampu berdiri sendiri dengan
metodologinya sendiri yang telah tersusun secara sistematis

3
Frondizi, Resieri. 2001. Pengantar Filsafat Nilai (Terjemahan oleh: Cuk Ananto Wijaya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar),17

9
c) Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat penegtahuan secara spesifik yang
mengkaji hakikat ilmu pengetahuan ilmiah. Ilmu merupakan cabang dari
pengetahuan, dimana filsafat ilmu ialah suatu usaha akal manusia yang teratur
dan taat mengenai asasnya untuk menuju penemuan keterangan pengetahuan
yang benar. Filsafat ilmu merupakan suatu pengetahuan, atau epstimolgi yang
mencoba menjelaskan rahasia alam semesta, agar gejala alamiah tersebut tidak
lagi menjadi misteri4. Secara umum pengelompokan pengetahuan menjadi tiga
yaitu;
1.Penegtahuan yang baik dan yang buruk, ataun disebut etika.
2.Pengetahuan yang indah dan tidak indah atau estetika.
3.Penegtahuan yang benar atau tidak benar atau logika Pada hakikatnya
filsafat ilmu dapat ditelusuri dari empat hal sebagai berikut:

1. Sumber ilmu pengetahuan dari mana? Sumber ilmu pengetahuan


mempertanyakan darimana ilmu pengetahuan diperoleh. Ilmu pengetahuan
diperoleh dari pengalaman (emperi) dan akal (ratio). Akhirnya timbul paham
atau aliran yang disebut empirisme dan rasonalisme. Aliran empirisme yaitu
paham yang menyusun teorinya berdasarkan pengalaman yang tokoh tokoh
diataranya David Hume dan Jhon Locke. Sedangkan aliran rasionalisme
menyusun teorinya berdasarkan rasio. Tokoh tokoh liran ini seperti, Spinoza,
Rene Descartes. Aliran empirisme menggunakan metode induksi sedangkan
rasionalisme menggunakan metode dedukdsi. Sedangkan ada juga yng
mensitesakan deduksi dan induksi yaitu Immanuel Kant..
2. Batas-batas Ilmu Pengetahuan Menurut Kant apa yang kita tangkap
dengan panca indera itu hanya sebatas gejala fenomena, sedangkan substansi
yangdidalamnya tidak sapat kta tangkp dengan panca idra disebut neomenon.
Apa yang dapat ditangkap dengan panca idra memang penting namun tidak
hanya sebatas sampai disitu saja. Sesuatu yang dapat kita tangkap dengan panca
indra adalah hal-hal yang berada didalam ruang dan waktu dan sesuatu yang
4
Amsal Bakhtiar. 2008. Filsafat Ilmu (edisi revisi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,hlm 9

10
berada diluar ruang waktu diluar panca indra kita. Itu terdiri dari tiga ide
regulatif yakni:
a. Ide kosmologis, yaitu tentang alam semesta yang tidak dapat
dijangkau dengan panca indra,
b. Ide tentang jiwamanusia,
c. Ide Teologis yaitu tentang Tuhan sang pencipta alam semesta.
3. Strukturnya Sesuatu yang ingin mengetahui adalah subjek yang
memiliki kesadaran. Sesuatu yang ingin kita ketahui adalah objek. Diantara dua
hal tersebut seolah olah terdapat garis demarkasi. Sebenarnya garis tersebut
dijembatani oleh dengan mengadakan dialektika.
4. Keabsahan Berfikir adalah kreativitas manusia untuk menemukan
kebenaran. Apa yang disebut seseorang benar belum tentu benar bagi orang
lain. Olehnya itu ada beberapa teori untuk menentukan kriteria ukuran sebuah
kebenaran. Dalam hal ini, tiga teori untuk mengungkapkan kebenaran yaitu;
teori korespondensi, teori koherensi dan teori pragmatisme.
Dari bebagai penjelasan tersebut maka penyusun menyimpulkan bahwa
filsafat ilmu merupakan bahagian dari filsafat yang mengkaji secara mendalam
sitematika, prosedur, metodelogi untuk memformulasikan sistem yang benar
dalam meperoleh kebenaran ilmiah.

d) Klasifikasi Ilmu
Menurut objek ilmu terbagi menjadi tiga bagian yaitu ilmu alam. Ilmu
sosial, dan humaniora. Berikut penjabarannya:
1. Ilmu-ilmu Alam Ilmu alam disebut juga dengan natural sciences adalah
ilmu yang mempelajari susunan benda dan perkembangannya, sumber ilmu ini
adalah alam, dimana manusia mendorong rasa ingin tahunya untuk menyingkap
rahasia alam.Agar dapat mempertanggung jawabkan kebenarannya maka
ditetapkanlah metodologi ilmiah yang menggabungkan cara berfikir deduktif
dan induktif. Dengan cara ini maka manusia dapat menyingkap rahasia alam
semesta dan melahirkan disiplin ilmu seperti; kimia, fisika, matematika, biologi,
geologi astronomi dll.5
2. Ilmu-ilmu Sosial Ilmu sosial adalah ilmu penegetahuan yang
mempelajari hubungan antar manusia, antara manusia dengan kelompok
5
Frondizi, Resieri. 2001. Pengantar Filsafat Nilai (Terjemahan oleh: Cuk Ananto Wijaya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar),hlm 20.

11
manusia serta sifat dan perubahan buah pemikiran sosial sehingga dapat
memhami masyarakat umumnya.
3. Humaniora Humaniora adalah ilmu kejiwaan yang dikurangi dengan
ilmu-ilmu sosial, ia mencakup bahasa, sastra, kebudayaan, filsafat, etika, hukum
serta agama (teologi). Bagi penyusun pembagian ilmu tersebut merupakan
bagian dari mensistematiskan penyusunan bidang ilmu pengetahuan dimana
disetiap klasifiksi tersebut bidang ilmu didalamnya meiliki kemiripan dalam
metodologinya sehingga untuk memudahkan pengembangan maka
pengelompokan tersebut sangatlah mebantu.
e) Dasar-Dasar Ilmu
Pengetahuan merupakan segala sesuatu yg diketahui manusia. Suatu hal
yang menjadi pengetahuan selalu terdiri atas unsur yang mengetahui dan yang
diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahui. Menurut Jujun S.
Suria Sumantri, menyebutkan bahwa dasar-dasar pengetahuan yang dimiliki
manusia itu meliputi:
1. Penalaran
Manusia adalah satu - satunya makhluk yang mampu mengembangkan
pengetahuan karena memiliki kemampuan menalar. Manusia mengetahui
mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang indah dan mana yang
jelek melalui proses penalaran yang dilakukan. Penalaran juga dapat
diartikan sebagai suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan
berupa pengetahuan yang merupakan kegiatan berpikir mempunyai
karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan
pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai
dasar kebenaran, maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan suatu cara
tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap valid jika penarikan
kesimpulan tersebut menurut cara tertentu, yang disebut logika.

2. Logika
Logika didefinisikan sebagai suatu pengkajian untuk berpikir secara benar.
Untuk menarik suatu kesimpulan sebenarnya terdapat bermacam-macam
cara, namun untuk membuat kesimpulan yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang memusatkan diri pada penalaran ilmiah. Terdapat dua
jenis penarikan kesimpulan yakni logika induktif dan logika deduktif.

12
a) Logika deduktif Logika deduktif adalah cara berfikir dengan menarik
suatu kesimpulan yang dimulai dari pernyataan yang bersifat umum kemudian
ditarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus. Penalaran ini sering kita dengar
dengan istilah silogisme. Sebuah silogisme disusun dari dua buah pernyataan
yang disebut premis dan sebuah kesimpulan. Premis dapat dibedakan menjadi
premis mayor atau umum dan premis minor atau khusus. Kesimpulan yang ada
merupakan sebuah pengetahuan yang didapat dari sebuah penalaran deduktif.
Contohnya: Semua logam memuai jika dipanaskan (premis mayor). Besi adalah
sebuah logam (premis minor). Jadi besi memuai jika dipanaskan (kesimpulan)
Ketepatan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal : yakni kebenaran
premis mayor, kebenaran premis minor dan keabsahan pengambilan
kesimpulan. Sekiranya salah satu dari ketiga unsur tersebut persyaratannya tidak
terpenuhi maka kesimpulan yang ditariknya akan salah.
b) Logika Induktif Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan
kesimpulan dari kasuskasus individual nyata menjadi suatu kesimpulan yang
bersifat umum. Logika Induktif erat kaitannya dengan penarikan kesimpulan
dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.
Misal ada fakta bahwa kambing punya mata, singa punya mata, ayam punya
mata. Maka dapat disimpulkan bahwa semua binatang punyamata.

f) Ciri-ciri Ilmu
Karena ilmu pengetahuan merupakan dibagun dengan metode untuk
mendapatkan hasil yang dapat dakui keabsahannya maka terdapat ciri-ciri ilmu
pengetahuan sebagai berikut;
1. Sistematis
Ilmu pegetahuan bersifat sistematis, artinya ilmu pengetahuan ilmiah
dalam upaya menjelaskan sesuatu teori . dengan kata lain teori
dipergunakan sebagai alat utuk menjelasakan gejala dari kehidupan sehari-
hari, ciri sistematis ilmu pengetahuan dapat digambarkan sebagai berikut:

Teori

Hukum

13 Hipotesa

Hasil Observasi (Konsep Ilmiah)


a. Presepsi sehari-hari Berdasarkan prespsi sehari-hari terhadap fenomena
yang disampaikan dalam bahasa sehari-hari, kemudian diobservasi agar
menghasilkan makna.
b. Observasi Untuk menyusun konsep ilmiah maka dibutuhkan definisi.
Dimana definisi ini akan mempertegas objek yang yang akan diteliti
c. Hipotesis Berawal dari konseo ilmiah yang merupakan pernyataan-
pernyataan yang mengandung informasi dan kedua penrnytaan tersebut
digabung menjadi preposisi dan preposisi tersebut diuji kebenarannya.
d. Hukum Adalah hipotesis yang sudah diuji kebenarannya disebut dalil
hukum,
e. Teori Keseluruhn dalil atau hukum yang tidak bertentangan satusama
lain dan dapat menjelskan fenomena tersebut .
Tahapan tersebut merupakan gamabran bahwa untuk menyusun prespesi
sampai kepada teori yang pada muaranya jika dikelompokan menjadi cabang
ilmu maka penyusun memaknai bahwa sistematika dalam penyusunan untuk
menjadi ilmu adalah hal yang sangat penting sehinga ilmu dapat dijelaskan
karena memiliki metode tertentu dan jelas tahapan penyusunannya.

2. Bisa Dipertanggungjawabkan
Ilmu pengetahuan ilmiah dapat dipertanggung jawabkan memlalui tiga
macam sistem sebagai berikut:
a. Sistem Aksiomatis

14
Sistem ini berupaya untuk membuktikan kebenaran suatu fenomena atau
gejala sehari hari mulai dari kaidah umum atau rumus umum menuju
rumus konkret.
b. Sistem Empirik
Sistem ini berusaha membuktikan kebenaran suatu gejala khusus menuju
ke umum.
c. Sistem Semantik/LinguistikSistem ini kebenarannya didapatkan dengan
menyusun preposisi-preposisi secara ketat, umumnya menggunakan
metode ini adalah ilmu bahasa .
Penurut penyusun bahwa sifat dapat dipertangung jawabkan merupakan
sifat wajib ilmu, karena setiap tahapannya tersusun secara jelas dengan
objek yang jelas. Hal ini pada hakekatnya jelas dapat dilakukan
sebagaiman telah dijelaskan ditambah dengan tolak ukur ilmu pengetahuan
telah disusun sesuai denga jenis dan bidangnya maka hal ini membuat ilmu
harus dapat dipertanggung jawabkan.
3. Objektif atau Intersubjektif
Ilmu pengetahuan bersifat mandiri atau orang banyak. Ilmu pengetahuan
bersifat otonom dan mandiri, bukan milik perorangan (subjektif) tetapi antar
subjek kegiatan ilmiah. Dengan kata lain ilmu pengetahuan harus ditopang oleh
komunitas ilmiah.6
Jujun S. Suriasumantri juga menjeaskan secara spesifik bahwa ilmu adalah
suatu pengetahuan yang mencoba menjelaskan rahasia alam agar gejala alamiah
tersebut tidak lagi merupakan misteri. Untuk itu ilmu membatasi ruang jelajah
kegiatannya pada daerah pengalaman manusia.

Artinya, obyek penelaahan keilmuan meliputi segenap gejala yang dapat


ditangkap oleh pengalaman manusia melalui panca inderanya Adapun ciri-ciri
ilmu yaitu:
1. Komprehensif; ruang lingkupnya luas dan lengkap.
2. Sinoptik; unsur-unsurnya memiliki kebersamaan yang integral.
3. Sistematik; teratur menurut sistem, ada korelasi.
6
Frondizi, Resieri. 2001. Pengantar Filsafat Nilai (Terjemahan oleh: Cuk Ananto Wijaya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar),hlm25

15
4. Memiliki obyek kajian yang jelas.
5. Relatif; bersifat sementara dan terbuka terhadap penemuan baru, kreatif dan
pragmatis.
6. Kebenaran ilmiah tidaklah bersifat difinitif, suatu teori keilmuan yang
dipandang benar pada kurun waktu tertentu, mungkin saja salah dalam kurun
waktu yang lain.
7. Koheren; runtut, unsur-unsurnya tidak boleh mengandung uraian-uraian yang
bertentangan satu sama lain.
8. Sistematis; masing-masing unsur saling berkaitan satu sama lain, ada sistem
dalam susunan pengetahuan dan dalam cara memperolehnya.
9. Konsepsional; jelas prosesnya.
10.Rasional; unsur-unsurnya berhubungan secara logis.
11.Intersubjektif, kepastian pengetahuan ilmiah tidaklah didasarkan atas intuisi-
intuisi serta pemahaman-pemahaman secara subjektif, melainkan dijamin
oleh sistemnya itu sendiri.
12. Bersifat empiris, berdasarkan pengalaman, penemuan, pengamatan,
percobaan yang telah dilakukan.
13. Kognitif; pernyataan yang terkait dengan keilmuan itu memang bersifat
mengandung hakikat kebenaran itu sendiri.
14. Mempunyai dasar pembenaran/postulat; cara kerja ilmiah diarahkan untuk
memperoleh derajat kepastian yang sebesar mungkin.
15. Otonom; mempunyai kedudukan mandiri. Maksudnya, meskipun
faktorfaktor di luar ilmu juga ikut berpengaruh, tetapi harus diupayakan agar
tidak menghentikan pengembangan ilmu secara mandiri.
16. Memiliki hubungan fungsional dan hubungan kausal. Ilmu harus dapat
digunakan sebagai perwujudan kebertautan antara teori dan praktis.
17. Ilmu harus bersifat tampa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan
tanggung jawab ilmuan)
18. Objektif; setiap ilmu terpimpin oleh obyek dan tidak didistorsi oleh
prasangka-prasangka subjektif.
19. Progresif; suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh-sungguh bila
mengandung pertanyaan-pertanyaan baru dan menimbulkan problemproblem
baru lagi.

16
20. Universal; berlaku umum (untuk semua orang atau untuk seluruh dunia).
Jawaban atas pertanyaan apakah sesutu hal itu layak atau tidak layak
tergantung pada faktor-faktor subjektif.7
Dari ciri ciri sebagaimana yang dijabarkan oleh Jujun S Sumantri, kaidah
keilmuaan sangat syarat dengan metode ilmiah yang digunakan. Dimana metode
ilmiah, inilah yang menjadi kata kunci dalam ilmu. Metode yang ilmiah akan
menghasilakan pengetaahuan yang bersifat ilmiah yang kita fahami sebagai
ilmu.

g) Sistem Kerja Keilmuan


Pengetahuan yang diperoleh dari pendekatan ilmiah melalui suatu
penelitian yang berdasarkan pada teori tertentu, terori tersebut berkembang
menjadi penelitian ilmiah yaitu penelitian sistematis yang terkontrol
berdasarkan data empiris. Dan jika dilakukan penelitian yang sama dengan
kondisi yang sama maka hasilnya sama dengan sebelumnya. Dan terbuka diuji
oleh siapa saja yang hendak mengujinya
Dalam rangka mencapai kebenaran ilmiah dari suatu obyek materi diperlukan
pula sistem, yaitu hubungan secara fungsional dan konsisten antara bagian-
bagian yang terkandung dalam sesuatu sehingga merupakan suatu kesatuan
yang utuh. Hubungan yang demikian itu tidak lain adalah dalam rangka
mencapai satu tujuan, yaitu kebenaran ilmiah.Dalam dunia ilmu pengetahuan,
antara cara pandang, metode, dan sistem adalah hal-hal yang sangat menentukan
bagi tercapainya kebenaran ilmiah. Sistem ini mempunyai daya kerja aktif yang
menggerakkan dan mengarahkan langkahlangkah yang telah ditentukan di
dalam metode sedemikian rupa sehingga kontinuitas dan konsistensi daya kerja
metode itu mampu mencapai tujuan akhir8
Adapun pendekatan dalam metode ilmiah yang dapat mengantar pada
sistem kerja keilmuan yaitu terdiri atas dua yaitu pendekatan deduktif dan
pendekatan induktif. Deduktif yaitu dari peristiwa-peristiwa umum yang
diselidiki, didapatkan kesimpulan khusus. Sedangkan induktif yaitu dari
peristiwa-peristiwa khusus yang diselidiki, didapatkan kesimpulan umum.
Metode pendekatan deduktif-induktif ini juga lazim digunakan pada sistematika

7
Jalaluddin & Idi, Abdullah. 2007. Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat, dan Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media Group,hlm 36
8
Frondizi, Resieri. 2001. Pengantar Filsafat Nilai (Terjemahan oleh: Cuk Ananto Wijaya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar),hlm 20

17
penulisan karya ilmiah dalam menyusun kerangka berpikir yang lebih
sistematis.
Berdasarkan metode pendekatan itu pula maka tahapan dari sistem kerja
keilmuan itu antara lain:
1. Observasi, yaitu menghimpun fakta-fakta atau data dari obyek studi.
2. Klasifikasi data dan informasi.
3. Melakukan generalisasi empiris, yaitu membentuk defenisi dan pelukisan
umum serta melakukan analisa tentang fakta-fakta yang ditemukan.
4. Melakukan eksperimentasi (percobaan)
5. Hipotesis, yaitu pengembangan teori ilmu yang sifatnya sementara. Hipotesa
ini dilakukan dengan jalan menentukan sebab-sebab (dengan menentukan hal-
hal yang mendahului peristiwa), selanjutnya yaitu dengan merumuskan hukum /
teori sementara.
6. Verfikasi atau pengujian ulang terhadap hipotesis yang diajukan.
7. Menyimpulkan teori logis berdasar pada fakta dan data yang telah diuji.
Dengan bantuan metode penelitian keilmuan, ramalan tersebut diuji dengan
fakta empiris dan diolah dengan bantuan analisis statistik untuk menghasilkan
kesimpulan umum.
Pada hakikatnya sistem kelimuan adalah bagaimana formulasi dalam
menemukan mengorganisasi menyusun dan menghasilkan sesuatu yang bersifat
ilmiah atau ilmu. Teori teori yang disusun kemudian dikelompokkan sesuai
klasifikasinya akan menjadi cabang ilmu yang sifatnya selalu akan
dikembangkan.

h) Dasar-Dasar Penelitian

18
Menurut Webter Dictionary, Penelitian adalah investigasi atau
eksperimen yang bertujuan untuk menemukan dan interpretasi atas fakta, revisi
atas teori atau hukum, atau aplikasi atas teori atau hukum yang telah direvisi.
Menurut Donald & William (1997), Penelitian Ilmiah adalah
penyelidikan yang sistematis, terkendali, empiris dan kritis mengenai fenomena-
fenomena alam yang dibimbing oleh teori dan hipotesis-hipotesis mengenai
hubungan-hubungan yang diduga antara fenomena-fenomena tersebut
Penelitian (Research) dapat didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan ilmiah
dalam rangka pemecahan suatu permasalahan. Jadi penelitian merupakan bagian
dari usaha pemecahan masalah. Dalam kaitannya dengan hal ini, maka fungsi
penelitian disini adalah untuk mencarikan penjelasan dan jawaban terhadap
permasalahan serta memberikan alternatif bagi kemungkinan yang dapat
digunakan untuk pemecahan masalah. Penjelasan dan jawaban terhadap
permasalahan itu dapat bersifat abstrak dan umum sebagaimana halnya dalam
Penelitian Dasar (Basic Research) dan dapat pula sangat konkret dan spesifik
seperti biasanya ditemui pada Penelitian Terapan (Applied Research).

Riset adalah suatu usaha untuk menemukan suatu hal menurut metode yang
ilimiah. Riset memiliki 3 unsur penting, yaitu :
1) sasaran
2) usaha untuk mencapai sasaran
3) metode ilmiah (Husein, 1999)

Menurut Almack (1930), hubungan antara ilmu dan penelitian adalah


seperti hasil dan proses. Penelitian merupakan proses untuk menghasilkan ilmu.
Menurut Whitney (1960), penelitian dan ilmu merupakan proses dan hasilnya
adalah kebenaran. Jadi, penelitian yang diproses dengan ilmu, akan
menghasilkan kebenaran ilmiah.
Kebenaran ilmiah dapat diterima karena :
1. Adanya koheren --> konsisten
2. Adanya koresponden --> berhubungan
3. Pragmatis --> sifat fungsional dalam kehidupan praktis

19
Secara sederhana penelitian merupakan metode menemukan kebenaran
yang dilakukan dengan critical thinking (berpikir kritis). dengan demikian
penelitian merupakan proses penemuan jawaban yang ilmiah atas masalah yang
terjadi melalui pendekatan yang sistematis, logis, kritis yang terkontrol oleh
bukti empiris untuk mencapai kebenaran ilmiah atau pengetahuan ilmiah.
Penelitian bisa menggunakan metode ilmiah (scientific method) atau non-
ilmiah (unscientific method).
Berikut ini adalah dasar-dasar dalam penelitian Ilmiah:
1.         PendekatanIlmiah
Penelitian ilmiah yang diperoleh dari pengetahuan dan teori yang
dikembangkan berdasarkan pada data empiris. Menghasilkan kesimpulan secara
obyektif. Hasil penelitian merupakan kebenaran ilmiah yaitu pengetahuan benar
yang kebenarannya terbuka untuk diuji siapapun.
2. Pendekatan non ilmiah
 Akal sehat
 Prasangka
 Intuisi
 Penemuan kebetulan dan coba-coba
 Pikiran kritis

Sifat Penelitian Ilmiah


1.   Skeptis: selalu mencari fakta atau bukti yang mendukung setiap pernyataan
2.   Analitis: sikap yang mendasarkan pada analisis dalam setiap persoalan
memilih yang relevan serta yang utama
3. Kritis: setiap pemecahan persoalan selalu berpijak pada logika ddan
obyektifitas data atau fakta
Syarat-syarat penelitian ilmiah

20
1. Permasalahan & tujuan penelitian harus didefinisikan secara jelas
2. Rumusan masalah harus rinci mencakup unsur-unsur ayang akan diteliti.
3. Prosedur penelitian yang digunakan harus jelas & terbuka, sehingga
diharapkan peneliti lain dapat mengembangkan penelitian tersebut.
4. Analisis data harus sesuai dengan problem penelitian.
5. Kesimpulan harus didukung oleh data & hasil analisis yang akurat.   

Beberapa kriteria yang harus dimiliki untuk menjadi peneliti:


1.      Daya Nalar
2.      Originalitas
3.      Daya Ingat
4.      Kewaspadaan
5.      Akurat
6.      Dapat Bekerja Sama
7.      Kesehatan
8.      Semangat
9.      Pandangan Moral

Ciri-Ciri Penelitian Ilmiah


Penelitian Ilmiah harus konsisten dan dapat diakui oleh umum sehingga
mengurangi keyakinan pribadi, bias dan perasaan. Oleh karena itu, Penelitian
Ilmiah mempunyai ciri-ciri antara lain:
1.      Diperoleh melalui penelitian dengan metode ilmiah
2.      Dibangun diatas teori tertentu
3.      Terkontrol berdasarkan data empiris

21
4.      Dapat diuji reliabilitas dan validitas internalnya
5.      Kesimpulan dibuat secara obyektif.
i) Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk
memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan
melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk
menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis
tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji
berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah. Metode ilmiah
yaitu menggabungkan cara berpikir deduktif dan cara berfikir induktif dalam
membangun pengetahuan. Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas
prasangka,  bersih dan jauh dari pertimbangan subyektif, menggunakan prinsip
analisis, menggunakan teknik kuantitatif dan atau kualitatif.  Menggunakan
suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap dan dengan
pembuktian yang obyektif.
j) Karakteristik dan langkah-langkah metode ilmiah
a. Karakteristik
Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas
subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-
sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu,
proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan pengamatan;
pengamatan yang dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan atau
perhitungan yang cermat.
Suatu penelitian harus memenuhi beberapa karakteristik untuk dapat dikatakan
sebagai penelitian ilmiah. Umumnya ada empat karakteristik penelitian ilmiah,
yaitu :

1.    Sistematik
Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan
sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang
kompleks.
2.    Logis
Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan
fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau

22
kaidah bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa
prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari
berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir
untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat
umum.
3. Empirik
Artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-
hari (fakta aposteriori, yaitu fakta dari kesan indra) yang ditemukan atau melalui
hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian. Landasan
penelitian empirik ada tiga yaitu :

a. Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan


atau perbandingan satu sama lain)
b.Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu
c. Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada
hubungan sebab akibat)

4. Replikatif
Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh
peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan
metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan
definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.

b. Langkah- langkah metode ilmiah


Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode ilmiah
harus mengikuti langkah-langkah tertentu.  Marilah lebih dahulu ditinjau
langkah-langkah yang diambil oleh beberapa ahli dalam mereka melaksanakan
penelitian.
Salah satu hal yang penting dalam dunia ilmu adalah penelitian
(research). Research berasal dari kata re yang berarti kembali dan search yang
berarti mencari, sehingga research atau penelitian dapat didefinisikan sebagai
suatu usaha untuk mengembangkan dan mengkaji kebenaran suatu pengetahuan.

23
Terdapat empat langkah pokok metode ilmiah yang akan mendasari langkah-
langkah penelitian yaitu:
1.Merumuskan masalah
Mengajukan pertanyaan untuk dicari jawabannya. Tanpa adanya masalah
tidak akan terjadi penelitian, karena penelitian dilakukan untuk memecahkan
masalah. Rumusan masalah penelitian pada umumnya diajukan dalam bentuk
pertanyaan..
2.Mengajukan hipotesis
Mengemukakan jawaban sementara (masih bersifat dugaan) atas
pertanyaan yang diajukan sebelumnya. Hipotesis penelitian dapat diperoleh
dengan mengkaji berbagai teori berkaitan dengan bidang ilmu yang dijadikan
dasar dalam perumusan masalah. Peneliti menelusuri berbagai konsep, prinsip,
generalisasi dari sejumlah literatur, jurnal dan sumber lain berkaitan dengan
masalah yang diteliti. Kajian terhadap teori merupakan dasar dalam
merumuskan kerangka berpikir sehingga dapat diajukan hipotesis sebagai
alternatif jawaban atas masalah.

3.Verifikasi data
Mengumpulkan data secara empiris kemudian mengolah dan
menganalisis data untuk menguji kebenaran hipotesis. Jenis data yang
diperlukan diarahkan oleh makna yang tersirat dalam rumusan hipotesis. Data
empiris yang diperlukan adalah data yang dapat digunakan untuk menguji
hipotesis. Dalam hal ini, peneliti harus menentukan jenis data,  dari mana data
diperoleh, serta teknik untuk memperoleh data. Data yang terkumpul diolah dan
dianalisis dengan cara-cara tertentu yang memenuhi kesahihan dan keterandalan
sebagai bahan untuk menguji hipotesis.
4.Menarik kesimpulan
Menentukan jawaban-jawaban definitif atas setiap pertanyaan yang
diajukan (menerima atau menolak hipotesis). Hasil uji hipotesis adalah temuan
penelitian atau hasil penelitian. Temuan penelitian dibahas dan disintesiskan
kemudian disimpulkan. Kesimpulan merupakan adalah jawaban atas rumusan
masalah penelitian yang disusun dalam bentuk proposisi atau pernyataan yang
telah teruji kebenarannya.
Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, penelitian ilmiah merupakan
kegiatan yang dilaksanakan untuk mengkaji dan memecahkan suatu masalah

24
menggunakan prosedur sistematis berlandaskan data empirik. Berdasarkan
proses tersebut di atas, mulai dari langkah kajian teori sampai pada perumusan
hipotesis termasuk berpikir rasional atau berpikir deduktif. Sedangkan dari
verifikasi data sampai pada generalisasi merupakan proses berpikir induktif.
Proses tersebut adalah wujud dari proses berpikir ilmiah. Itulah sebabnya
penelitian dikatakan sebagai operasionalisasi metode ilmiah.

BAB III
KESIMPULAN

Filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang mengenai segala sesuatu dengan
memandang sebab yang terdalam. Filsafat mencari jawaban atas pertanyaan
yang dihadapi dengan berpangkal pada manusia dan pikirannya. Ilmu
merupakan lukisan atau keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal
yang dipelajari dalam ruang dan waktu. Pengetahuan merupakan hasil tahu
manusia akan sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu
objek tertentu. Ilmu pengetahuan dapat disimpulkan sebagai Kumpulan
pengetahuan mengenai suatu hal tertentu (obyek/lapangan), yang merupakan
kesatuan yang sistematis dan memberikan penjelasan yang sistematis yang
dapat dioertanggungjawabkan dengan menunjukkan sebab-sebab Filsafat ilmu
pengetahuan membuka pikiran untuk mempelajari dengan serius proses logis
dan imajinasi dalam cara kerja ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

Stanford Encyclopedia of Philosophy dan Philosophy of science)


Furqan, Arif Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Cet. III,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offeset, 2007.

25
Gunawan Imam Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik Cet. IV,
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016.
Mania, Sitti Metodologi Peneltian Pedidikan dan Sosial Cet. I,
Makassar:Alauddin Unversity Press. 2013.
Mui Salim. Abd. dkk. Metodologi Penelitian Tafsir Maudhu’iy Makassar:
Alauddin Pers, 2009.
Rachmat, Aceng Filsafat Ilmu Lanjutan Cet. I, Jakarta: Kencana
2011.Suryani dan Hendryadi, Metode Riset Kuantitatif: Teori Dan Aplikasi
Pada Penelitian Bidang Managemen Ekonomi Islam Cet. I Jakarta:
Prenadamedia Grup, 2015.
Sukardi Metodologi Penelitian Pendidikan Cet. XIV, Jakarta: PT Bumi
Aksara 2014.
Salam, Burhanuddin Logika Materil Filsafat Ilmu Pengetahuan Cet. I,
Jakarta: Rineka Cipta 1997.
Sumantri, Jujun S Ilmu dalam Perspektif (Xet. XV, Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2001
Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, cet.
XVI, Jakarta : Sinar Harapan, 2003
A.G.M. van Melsen, Ilmu Pengetahuan dan Tanggung Jawab Kita, terj.
K. Bertens, Jakarta: Gramedia, 1992, h. 4-5.
Wahana P. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta. Pustaka Diamond.
2016. h. 69-87

26

Anda mungkin juga menyukai