Anda di halaman 1dari 13

Mata Kuliah Filsafat Ilmu

DASAR-DASAR PENGETAHUAN
(Penalaran dan Logika)

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Motlan, MSc, PhD

Oleh :

Desi Esterina Tarigan 8216176003


Muhammad Ismail 8206175004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


PROGRAM PASCASARJANA
2021
Kata Pengantar

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, maka
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Dasar-dasar Pengetahuan” dan
dengan harapan semoga makalah ini bisa bermanfaat dan menjadikan refrensi bagi
kita sehingga lebih mengetahui tentang metodologi pembelajaran fisika.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak serta
dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembacanya.Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih belum sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, September 2021

Kelompok II

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................1
1.3. Tujuan.................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................2
2.1. Pengertian dan Dasar-dasar Pengetahuan...........................................2
2.2. Pengertian penalaran...........................................................................3
2.3. Hakikat penalaran...............................................................................4
2.4. Logika.................................................................................................6
BAB III PENUTUP............................................................................................8
3.1. Kesimpulan.........................................................................................8
3.2. Saran...................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan yang bersifat ekstensial
artinya sangat erat hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari.
Bahkan dapat dikatakan filsafat yang menjadi motor penggerak kehidupan
kita sehari-hari sebagai manusia pribadi maupun manusia kolektif dalam
bentuk suatu masyarakat atau bangsa. Manusia merupakan makhluk yang
berpikir, merasa, mengindera: dan totalitas pengetahuannya berasal dari
ketiga sumber tersebut, disamping wahyu yang merupakan komunikasai
Sang Pencipta dengan makhluknya.
Manusia memiliki sifat yang berbeda dengan makhluk lain, yaitu sifat
ingin tahu yang tinggi sehingga rasa ingin tahu ini semakin hari semakin
bertambah. Oleh sebab itu manusia dikatakan sebagai makhluk yang
mengembangkan pengetahuannya secara sungguh-sungguh. Binatang juga
memiliki pengetahuan, namun pengetahuannya hanya terbatas untuk
kelangsungan hidupnya. Sedangkan manusia mengembangkan
pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan hidupnya dan
mengembangkan hal-hal baru. Hal ini menunjukkan bahwa manusia dalam
hidupnya tidak sekedar mengatasi kebutuhan hidupnya namun memiliki
tujuan tertentu yang lebih tinggi dari pada itu. Pengetahuan merupakan
segala sesuatu yang diperoleh manusia melalui sebuah pengamatan. Saat
seseorang mengamati suatu hal dan dia memperoleh sesuatu dari
pengamatannya, maka bisa disebut orang tersebut memperoleh sebuah
pengetahuan
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan dasar-dasar pengetahuan.
2. Bagaimana definisi penalaran.
3. Bagaimana hakikat penalaran
4. Apa definisi logika.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan dasar-dasar pengetahuan.

1
2. Untuk mengetahui definisi penalaran.
3. Untuk mengetahui hakikat penalaran
4. Untuk mengetahui definisi logika.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Dasar-dasar Pengetahuan
Pengetahuan merupakan kajian panjang sehingga terjadi pergulatan
sejarah pemikiran filsafati dalam menemukan pengertian pengetahuan. Hal
ini wajar karena “keistimewaan” filsafat adalah perselisihan, pergumulan
pemikirannya itu berlangsung terus selamanya. Suatu produk pemikiran
filsafat selalu ada yang menguatkan, mengkritik, melemahkan bahkan
akan ada yang merobohkan pemikiran itu. Kelakpun akan dijumpai yang
satu menegaskan sedang yang lain mengingkari. Begitulah seterusnya akan
selalu berada dalam bingkai dialektika.
Sedangkan Ilmu merupakan pengetahuan yang terorganisasi dan
diperoleh melalui proses keilmuan. Sedangkan proses keilmuan adalah
cara memperoleh pengetahuan secara sistematsi tentang suatu sistem.
Perolehan sistematis ini biasanya atau pada umunya berupa metode ilmiah.
Dari proses metode ilmiah itu melahirkan “science”. Science atau tepatnya
Ilmu pengetahuan memilki arti spesifik bila digandengkan dengan ilmu
pengetahuan yaitu sebagai kajian keilmuan yang tersistematis sehingga
menjadi teori ilmiah-obyektif ( dapat dibuktikan secara empiris ) dan
prediktif ( menduga hasil empiris yang bisa diperiksa sehingga bisa jadi
hasilnya bersesuaian atau bertentangan dengan realita).
Pengetahuan dalam pandangan Rasionalis bersumber dari “Idea”.
Tokoh awalnya adalah Plato (427-347). Menurutnya alam idea itu kekal,
tidak berubah-ubah. Manusia semenjak lahir sudah membawa idea bawaan
sehingga tinggal mengingatnya kembali untuk menganalisa sesuatu itu.
Istilah yang digunakan Rene Descartes (1596-1650) sebagai tokoh
rasionalis dengan nama “innete idea”. Penganut rasionalis tidak percaya
dengan inderawi karena inderawi memiliki keterbatasan dan dapat
berubah-ubah. Sesuatu yang tidak mengalami perubahan itulah yang dapat

2
dijadikan pedoman sebagai sumber ilmu pengetahuan. Aristatoles dan para
penganut Empirisme-Realisme menyanggah yang disampaikan oleh kaum
Rasionalis. Mereka berdalih bahwa ide-ide bawaan itu tidak ada. Hukum-
hukum dan pemahaman yang universal bukan hasil bawaan tetapi
diperoleh melalui proses panjang pengamatan empiric manusia. Aristatoles
berkesimpulan bahwa ide-ide dan hukum yang universal itu muncul
dirumuskan akal melalui proses pengamatan dan pengalaman inderawi.
Pengetahuan yang tidak bisa diukur dan dibuktikan dengan
empiric-realitas-material merupakan pengetahuan yang hayali, tahayul dan
bohong (mitos). Aliran empirisme menyatakan bahwa pengetahuan itu
diperoleh melalui pengalaman-pengalaman yang konkrit. Sedangkan aliran
rasionalis berpendapat bahwa pengetahuan manusia didapatkan melalui
penalaran rasional. Kedua pendekatan ini merupakan cikal bakal lahirnya
positivisme modern dalam kajian keilmuan.
2.2 Pengertian penalaran
Kemampuan menalar ini menyebabkan manusia mampu
mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaan-
kekuasaanNya. Secara simbolik manusia memakan buah pengetahuan
lewat Adam dan Hawa dan setelah itu manusia harüs hidup berbekal
pengetahuan ini. Manusia mengetahui mana yang benar dan mana yang
salah, mana yang baik dan mana yang buruk, serta mana yang indah dan
mana yang jelek. Secara terus menerus manusia dipaksa harus mengambil
pilihan: mana jalan yang benar mana jalan yang salah, mana tindakan yang
baik mana tindakan yang buruk, dan apa yang indah dan apa yang jelek.
Dalam melakukan pilihan ini manusia berpaling kepada pengetahuan.
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan
secara sungguh-sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun
pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan hidupnya.
Manusia mengembangkan pengetahuannya mengatasi kebutuhan
keIangsungan hidupnya. Manusia memikirkan hal-hal baru, menjelajah
dunia, karena dia hidup bukan sekadar untuk kelangsungan hidup, namun
lebih dari itu. Manusia rnengembangkan kebudayaan, manusia memberi

3
makna kepada kehidupan, manusia “memanusiakan” diri dalam hidupnya
dan masih banyak lagi pernyataan semacam ini. Semua itu pada
hakikatnya menyimpulkan bahwa manusia itu dalam hidupnya mempunyai
tujuan tertentu yang lebih tinggi dan sekadar kelangsungan hidup. lnilah
yang menyebabkan manusia mengembangkan pengetahuannya dan
pengetahuan ini jugalah yang rnendorong manusia menjadi makhluk yang
bersifat khas di muka bumi ini.
Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal
utama yakni :
1. Manusia mempunyai kemampuan berbahasa
Manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan
informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut.
2. Kemampuan berpikir
Kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu.
Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran. Binatang
mampu berpikir namun tidak mampu berpikir nalar.

2.3 Hakikit Penalaran


Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya
merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap
dan tindakannya yang bersumber pada pengetahuan yang didapatkan lewat
kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang
dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan penasaran,
meskipun seperti dikatakan Pascal “hati pun mempunyai logika
tersendiri”. Meskipun demikian patut kita sadari bahwa tidak semua
kegiatan berpikir menyandarkan diri pada penalaran. Jadi penalaran
merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam
menemukan kebenaran.
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan
yang benar. Apa yang disebut benar bagi tiap orang adalah tidak sama
maka oleh sebab itu kegiatan proses berpikir untuk menghasilkan
pengetahuan yang benar itu pun juga berbeda-beda. Dapat dikatakan

4
bahwa tiap jalan pikiran mempunyai apa yang disebut sebagai kriteria
kebenaran, dan kriteria kebenaran ini merupakan landasan bagi proses
penemuan kebenaran tersebut. Penalaran merupakan suatu proses
penemuan kebenaran di mana tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria
kèbenarannya masing-masing.
Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri
tertentu diantaranya :
a. Ciri yang pertama ialah adanya suatu pola berpikir yang secara luas
dapat disebut logika.
Dalam hal ini maka dapat kita katakan bahwa tiap bentuk penalaran
mempunyai logikanya tersendiri. Atau dapat juga disimpulkan bahwa
kegiatan penalaran merupakan suatu proses berfikir logis di mana
berpikir logis di sini harus diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut
suatu pola tertentu, atau dengan perkataan lain, menurut logika
tertentu. Hal ini patut kita sadari bahwa berpikir logis Itu mempunyai
konotasi yang bersifat jamak (plural) dan bukan tunggal (singular).
Suatu kegiatan berpikir bisa disebut logis ditinjau dan suatu logika tert
entu, dan mungkin tidak logis bila ditinjau dari sudut logika yang lain.
Hal sering menimbulkan gejala apa yang dapat kita sebüt sebagai
kekacauan penalaran yang disebabkan oleh tidak konsistennya kita
dalam mempergunakan pola berpikir tertentu.
b. Ciri yang kedua dati penalaran adalah sifat analitik dari proses
berpikirnya.
Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang menyandarkan diri
kepada suatu analisis dan kerangka berpikir yang dipergunakan untuk
analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan, Artinya
penalaran ilrniah merupakan suatu kegiatan analisis yang
mempergunakan logika ilmiah, dan demikian juga penalaran lainnya
yang mempergunakan logikanya tersendirj pula. Sifat analitik ini,
kalau kita kaji lebih jauh, merupakan konsekuensi dan adanya suatu
pola berpikir tertentu. Tanpa adanya pola berpikir tersebut maka tidak

5
akan ada kegiatan analisis, sebab analisis pada hakikatnya merupakan
suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.

Seperti kita sebutkan terdahulu tidak semua kegiatan berpikir


mendasarkan diri pada penalaran.Berdasarkan kriteria penalaran tersebut
di atas maka dapat kita katakan bähwa tidak semua kegiatan berpikir
bersifat logis dan analitis. Atau lebih jauh dapat kita simpulkan: cara
berpikir yang tidak termasuk ke dalam penalaran bersifat tidak logis dan
tidak analitik. Dengan demikian maka kita dapat membedakan secara garis
besar ciri-ciri berpikir menurut penalaran dan berpikir yang bukan
berdasarkan penalaran.

Perasaan merupakan suatu penarikan kesimpulan yang tidak


berdasarkan penalaran. Kegiatan berpikir juga ada yang tidak berdasarkan
penalaran umpamanya intuisi. Intuisi merpakan suatu kegiatan berpikir
non-analitik yang tidak mendasarkan diri kepada suatu pola pikir tertentu.
Berpikir intuitif ini memegang peranan yang penting dalam masyarakat
yang berpikir non-analitik, yang kemudian dengan perasaan. Jadi secara
luas dapat kita katakan bahwa cara berpikir masyarakat dapat
dikategorikan kepada cara berpikir non-analitik yang berpa intuisi dan
perasaan.

2.4 Logika
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan
pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai
dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan suatu cara
tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau
proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu
tersebut. Cara penarikan kesimpulan mi disebut logika, di mana logika
secara luas dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara
sahih”. Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan namun
untuk sesuai dengan tujuan studi yang memusatkan diri kepada penalaran
ilmiah, kita akan melakukan penelaahan yang saksama hanya terhadap dua
jenis cara penarikan kesimpulan, yakni logika induktif dan logika deduktif.

6
a. Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dan
kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.
Misalnya ada fakta bahwa kambing punya mata, singa punya mata, ayam
punya mata. Maka dapat disimpulkan bahwa semua binatang punya mata.

b. Logika deduktif yang membantu kita dalam menarik kesimpulan dan hal
yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual (khusus).
Contohnya : semua logam memuai jika dipanaskan (premis mayor)
besi adalah sebuah logam (premis minor)
jadi besi memuai jika dipanaskan (kesimpulan)

Induksi merupakan cara berpikir di mana ditarik suatu kesimpulan


yang bersifat umum dan berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran
secara induktif dinilai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang
mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun
argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Kesimpulan yang bersifat umum ini penting artinya sebab mempunyai dua
keuntungan. Keuntungan yang pertamà ialah bahwa pernyataan yang
bersifat umum ini bersifat ekonomis. Kehidupanyang beraneka ragam
dengan berbagai corak dan segi dapat direduksikan menjadi beberapa
pernyataan. Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah merupakan
koleksi dan berbagai fakta melainkan esensi dan fakta-fakta tersebut.
Demikian juga dalam pernyataan mengenai fakta yang dipaparkan,
pengetahuan tidak bermaksud membuat reproduksi dan obyek tertentu,
melainkan menekankan kepada struktur dasar yang menyangga wujud
fakta tersebut. Pernyataan seperti ini sudah cukup bagi manusia untuk
bersifat fungsional dalam kehidupan praktis dan berpikir teoretis.
Keuntungan yang kedua dan pernyataan yang bersifat umum adalah
dimungkinkan proses penalaran selanjutnya baik secara induktif maupun
secara deduktif. Secara induktif maka dari berbagai pernyataan yang
bersifat umum dapat disimpulkan pernyataanyang bersifat lebih umum
lagi. Penalaran seperti ini memungkinkan disusunnya pengetahuan secara

7
sistematis yang mengarah kepada pernyataan-pernyataan yang makin lama
makin bersifat fundamental.
Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya dan
penalaran induktif. Deduksi adalah cara berpikir dimana dan pernyataan
yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan
kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang
dinamakan silogismus. Silogismus disusun dan dua buah pernyataan dan
sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogismus ini disebut
premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis
minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dan pênalaran
deduktif berdasarkan kedua premis tersebut.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya
merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan
bertindak. Sikap dan tindakannya yang bersumber pada
pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan merasa atau berpikir.
2. Logika secara luas dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk
berpikir secara sahih”. Terdapat bermacam-macam cara penarikan
kesimpulan namun untuk sesuai dengan tujuan studi yang
memusatkan diri kepada penalaran ilmiah, kita akan melakukan
penelaahan yang saksama hanya terhadap dua jenis cara penarikan
kesimpulan, yakni logika induktif dan logika deduktif.
a. Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan
kesimpulan dan kasus-kasus individual nyata menjadi
kesimpulan yang bersifat umum.
b. Logika deduktif yang membantu kita dalam menarik
kesimpulan dan hal yang bersifat umum menjadi kasus
yangbersifat individual (khusus).

9
DAFTAR PUSTAKA

Jujun S. Suriasumantri. 1985.Pengantar Ilmu dalam Perspektif. Jakarta:


Gramedia.

Sunarto.1983. Pemikiran tentang Kefilsafatan Indonesia. Yogyakarta: Andi


Offset.

10

Anda mungkin juga menyukai