MAKALAH
PENGETAHUAN ILMIAH
DOSEN PEMBIMBING : IRWANSYAH S.Pd M.Pd
PRODI AKUNTANSI
DOMPU
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat serta telah
membukakan akal pikiran kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan lancar. Sholawat serta salam tak lupa kami ucapkan kepada junjunan kami yakni Nabi
Muhamad SAW yang telah membawa kami dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
seperti ini. Tak lupa terima kasih kepada Bapak Irwansyah, S.Pd M.Pd yang telah
memberikan tugas makalah ini.
Makalah ini berisi pekerjaan mahasiswa didalam perkuliahan sebagai salah satu tugas
kelompok. Hal ini dilakukan untuk memberikan motivasi kepada kita semua agar
bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas..
Melalui makalah ini diharapkan kita bisa meniru semangat mereka dalam memanage
waktu antara kuliah dan kegiatan diluar perkuliahan, terutama mahasiswa Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi (STIE) Yapis Dompu.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL .................................................................................................................................... i
Simpulan.................................................................................................................... 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai materi filsafat ilmu yaitu pengetahuan
ilmiah yang meliputi pengertian, struktur, pengambilan keputusan dan metode dalam
pengetahuan ilmiah.
1
BAB II
PENGETAHUAN ILMIAH
Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang didapat dari metode science dalam
arti suatu proses pemikiran yang bergerak dari kutub rasional ke emprik, dari dari pola
deduksi ke induksi, dari kutub a-priori ke a-posteriori dalam sejarah perkembangan
sejarah filsafat barat, lahir setelah kehadiran filsafat Kritisisme dari Emmanuel Kant
dan dari filsafat Positivisme dari Auguste Comte. Dalam kaitannya
dengan hal terebut Darwin menyatakan bahwa setiap hal yang saya pikirkan atau
teori yang saya baca, saya usahakan untuk dibuktikan secara langsung , atau saya
usahakan untuk menemukan keterkaitan dengan apa yang nantinya dapat saya amati di
dunia empirik. Keyakianan saya, kebiasaan berpikir seperti hal tersebutlah yang
memungkinkan saya dapat melakukan aktivitas apapun di dunia sains (lihat uraian
tentang munculnya istilah science).
Ilmu pengetahuan ilmiah sering disebut dengan ilmu pengetahuan atau disebut
dengan ilmu saja. Ilmu adalah sekelompok atau sekumpulan pengetahuan yang tersusun
secara teratur dan sistematik mengenai suatu objek tertentu. Kumpulan pengetahuan
yang tersusun secara teratur dan sistematik tadi, memberikan penjelasan yang dapat
dipertanggung jawabkan dengan menunjukkan sebab akibat dari suatu objek. Ilmu
merupakan buah pemikiran manusia dalam menjawab apa, bagaimana dan mengapa
(untuk apa).
2
2) penjelasannya adalah mengacu pada hukum alam;
3) harus diuji atau dibuktikan di dunia empirik;
4) kongklusinya bersifat tentatif, dalam hal ini kesimpulan ilmiah bukanlah kata
final;
5) kesimpulannya masih dapat diuji lagi.[5]
Mengacu pada hukum alam dimaksud, adalah didasarkan pada fakta empirik,
seperti data yang didapat melalui munculnya istilah teknik eksperimen dalam ilmu
kimia, data observasi yang didapat melalui penggalian tanah dan batu atau dengan
memanjat gunung dari ahli giologi, serta data hasil observasi tentang cuaca dari stasiun
meteorologi (Bird, 2000: 63).
1. Penalaran
Nalar yang sering digunakan secara bergantian dengan penalaran adalah
kemampuan manusia yang tidak dimiliki oleh mahluk lain di dunia ini. Nalar atau
rasio, adalah kemampuan manusia yang digunakan untuk berpikir dalam
memecahkan masalah di samping intuisi sebagai sumber pengetahuan. Dapat
diartikan pula bahwasanya penalaran ialah proses pemikiran yang logis untuk
memperoleh kesimpulan berdasarkan fakta yang relevan (sebenarnya). terdapat
tiga jenis penarikan kesimpulan yakni berdasarkan
logika induktif, logika deduktif dan logika abduktif :
a) Logika induktif
Merupakan cara berpikir menarik suatu kesimpulan yang bersifat
umum dari berbagai kasus yang bersifat individual (seperti kesimpulan
peneliti humoris). Misalnya, kita punya fakta bahwa kambing punya mata,
kucing punya mata, demikian juga anjing dan berbagai binatang lainnya.
Dari kenyataan-kenyataan ini dapat kita tarik kesimpulan umum bahwa
semua binatang mempunyai mata.
b) Logika deduktif
Adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya dari penalaran induktif.
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan bersifat umum ditarik
kesimpulan bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya
menggunakan pola berpikir silogismus. Silogismus, disusun dari dua buah
pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung
silogismus ini disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai
premis mayor dan premis minor. Pengetahuan yang didapat dari penalaran
deduktif adalah hasil kesimpulan berdasarkan kedua premis tersebut.
c) Logika abduktif
Pemikiran mendasar di sini adalah bahwa sebuah hal yang mungkin
untuk melukiskan dan menggambarkan konsekuensi dari sebuah produk
dalam iklan. Berdasarkan pada konsekuensi itu, baik atribut dari produk
3
yang diiklankan ataupun hubungan nilai dari pengguna produk dapat
disimpulkan (abduktif) oleh penerima iklan tersebut. Apabila kesimpulan
abduktif ini tidak secara eksplisit ada di dalam sebuah iklan, maka berarti
dibuat secara implisit. Bagaimanapun juga, berdasarkan pada konsekuensi
yang digambarkan di dalam iklan itu.
2. Panca indera
4
Postulat yang merupakan asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa
dituntut kebenarannya.[7]
Ada bermacam-macam cara penarikan kesimpulan tapi yang akan dibahas dalam
pembahasan kali ini focus pada penalaran ilmiah. Maka yang akan di bahas hanya dua
penariakn kesimpulan yaitu penarikan induktif dan deduktif.
1. Induksi
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau
peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum (Kamus Umum Bahasa
Indonesia, hal 444 W.J.S.Poerwadarminta. Balai Pustaka 2006).
Penalaran induktif adalah proses untuk menarik kesimpulan berupa prinsip
atau sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus,
prosesnya disebut Induksi. Penalaran induktif terkait dengan empirisme. Secara
impirisme, ilmu memisahkan antara semua pengetahuan yang sesuai fakta dan
yang tidak. Sebelum teruji secara empiris, semua penjelasan yang diajukan
hanyalah bersifat sementara. Penalaran induktif ini berpangkal pada empiris
untuk menyusun suatu penjelasan umum, teori atau kaedah yang berlaku secara
umum.[9]
Menurut Jujun Surya Sumantri Induksi merupakan cara berpikir di mana
ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat
individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-
pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam
menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Misalnya kita mempunyai fakta bahwa kambing mempunyai mata, gajah
mempunyai mata, begitu juga dengan singa, kucing, dan berbagai binatang lainya.
Dari kenyataan-kenyataan ini kita dapat menarik kesimpulan umum yakni semua
binatang mempunyai mata. Kesimpulan yang bersifat umum ini penting penting
artinya sebab mempunyai dua keuntungan. Keuntungan yang pertama ialah
bahwa pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis. Kehidupan yang
beranekaragam dengan berbagai corak dan segi dapat direduksikan menjadi
beberapa pernyataan. Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah
5
merupakan koleksi dari berbagai fakta melainkan esensi dan fakta-fakta tersebut.
Demikian jiga dalam pernyataan fakta-fakta yang dipaparkan, pengetahuan tidak
bermaksud membuat reproduksi dari objek tertentu, melainkan menekankan
kepada struktur dasar yang menyangga ujud fakta tersebut. Pernyataan yang
bagaimanapun lengkap dengan cermatnya tidak bisa mereproduksikan betapa
manisnya semangkuk kopi atau pahitnya sebutir pil kina. Pengetahuan cukup
puas dengan pernyataan elementer yang bersifat kategoris bahwa kopi itu manis
dan pil kina itu pahit. Pernyataan seperti ini sudah cukup bagi manusia untuk
bersifat fungsional dalam kehidupan praktis dan berpikir teoretis.
Keuntungan yang kedua dari pernyataan yang bersifat umum adalah
dimungkinkan proses penalaran selanjutnya baik secara induktif maupun secara
deduktif. Secara induktif maka dari berbagai pernyataan yang bersifat umum
dapat disimpulkan pernyataan yang lebih umum lagi. Umpamanya melanjutkan
contoh yang sebelumnya, dari kenyataan bahwa semua binatang mempunyai mata
dan semua manusia mempunyai mata maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
semua makhluk hidup itu mempunyai mata. Penalaran seperti ini memungkinkan
disusunnya pengetahuan secara sistematis yang mengarah kepada pernyataan-
pernyataan yang makin lama makin bersifat fundamental.
2. Penalaran Deduktif
6
tidak dipenuhi maka kesimpulan yang ditarik akan salah. Matematika adalah
pengetahuan yang disusun secara deduktif. Argumentasi matematika seperti a
sama dengan b dan bila b sama dengan c maka a sama dengan c merupaakan
penalaran deduktif. Kesimpulan yang berupa pengetahuan baru bahwa a sama
dengan c pada hakikatnya bukan merupakan pengetahuan baru dalam arti yang
sebenarnya, melainkan sekedar konsekuensi dari dua pengetahuan yang sudah
kita ketahui sebelumnya, yakni bahwa a sama dengan b dan b sama dengan c.
Berikut ini adalah contoh metode ilmiah biologi dan langkah-langkah metode
ilmiah sederhana :
I. Masalah
Pengaruh manusia sebagai factor luar terhadap pertumbuhan tumbuhan.
IV. Hipotesis
Mungkin tumbuhan akan tumbuh subur oleh manusia.
V. Eksperimen
1. Tujuan :
Untuk mengetahui pengaruh manusia factor luar terhadap
pertumbuhan tumbuhan.
3. Cara Kerja :
Isi pot 1 dengan tanah, tanaman, dan pupuk lalu siram,
Isi pot 2 dengan tanah, tanaman tanpa di beri pupuk lalu disiram,
Rawat tanaman dalam pot 1 secara baik, sementara tanaman dalam
pot 2 dibiarkan atau tidak dirawat,
7
Amati tanaman dalam pot 1 dan pot 2 ( daun, batang, dahan ) lalu
dibandingkan ke 2 tanaman tersebut.
VI. Kesimpulan
Setelah melakukan eksperimen kemudian dengan mengamati tanaman
tersebut selama beberapa hari hasil yang saya dapat adalah :
Tanaman pada pot 1 tumbuh dengan baik dengan daun, batang, dan dahan
tumbuh sempurna,
Tanaman pada pot 2 tumbuh dengan sebaliknya, tumbuh dengan tidak
baik dengan daun, batang, dan dahan tidak tumbuh dengan sempurna
bahkan terlihat layu,
Jadi, manusia sebagai factor luar sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tumbuhan, baik tidak nya tumbuhan tersebut tumbuh.[12]
8
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang dapat diandalkan dalam rangka
menjelaskan, meramalkan dan mengontrol gejala alam. Menjelaskan atau menerangkan serta
meramalkan dalam rangka mengontrol gejala alam merupakan kegiatan pokok kegiatan
keilmuan.
Struktur ilmiah meliputi : Teori yang merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup
penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan, hukum yang
merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam
suatu kaitan sebab akibat, prinsip yang dapat diartikan sebagai pernyataan yang berlaku
secara umum bagi sekelompok gejala-gejala tertentu yang mampu menjelaskan kejadian yang
terjadi.
9
DAFTAR PUSTAKA
Amirullah Syarbini, dkk. Filsafat imu pengetahuan dalam dimensi transcendental. 2015.
Bandung: Fajar Media
Matlin, 1989; Solso, 1988; Ellis dan Hunt, 1993; lihat suharnan 2005.
Suriasumantri, S.J. 2007. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Filsafat
Ilmu. 2010. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta
Wibisono, K, dkk; 1989. Dasar-Dasar Filsafat (Materi Pokok ADNE 4221 Modul 1-12)
Terbuka Penerbit Kurnia, Jakarta.
http://www.academia.edu/5086030/Filsafat_Ilmu_Berfikir_Induktif_deduktif (diakses
pada tanggal 20/11/17)
https://naringgoyudo.wordpress.com/2015/03/24/perbedaan-deduktif-dan-
induktif/ (diakses pada tanggal 20/11/17)
https://naringgoyudo.wordpress.com/2015/03/24/perbedaan-deduktif-dan-
induktif/ (diakses pada tanggal 20/11/17)
[2] Wibisono, K, dkk; 1989. Dasar-Dasar Filsafat (Materi Pokok ADNE 4221 Modul 1-
12) Terbuka Penerbit Kurnia, Jakarta.
[3] Ibid.Hal 37
[5] Ibid.Hal 40
[6] Matlin, 1989; Solso, 1988; Ellis dan Hunt, 1993; lihat suharnan 2005.
[7] Suriasumantri, S.J. 2007. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan,
10
[8] http://www.academia.edu/5086030/Filsafat_Ilmu_Berfikir_Induktif_deduktif
[9] https://naringgoyudo.wordpress.com/2015/03/24/perbedaan-deduktif-dan-induktif/
[10]https://naringgoyudo.wordpress.com/2015/03/24/perbedaan-deduktif-dan-induktif/
[12] https://6best-friends.blogspot.co.id/2014/08/metode-ilmiah.html
[13] Amirullah Syarbini, dkk. Filsafat imu pengetahuan dalam dimensi transcendental.
2015. Bandung: Fajar Media
[14] Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Filsafat
Ilmu. 2010. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta
11