Disusun Oleh
Dengan menyebut nama Allah Swt. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Puji syukur atas kehadirat Allah Swt., karena berkat rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah yang berjudul tentang Sumber Ilmu
dan Kebenaran Ilmiah.. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan, Dr. Rahmatullah, M.Ag. dan tidak lupa juga kami
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
penyusunan makalah ini. Kami juga berharap makalah ini dapat memberikan manfaaat
bagi pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini, masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan adanya kritik dan
saran yang bersifat membangun agar makalah yang kami susun dapat menjadi lebih baik.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
ii
DaftarPustaka ......................................................................................................... …… 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Benar dan kebenaran merupakan kata yang sudah tidak asing lagi dalam hidup dan
kehidupan sehari-hari kita. Kata benar dan kebenaran sering dipergunakan manusia dalam
hidup sehari-hari. Membahas mengenai sumber ilmu pasti tidak akan jauh dari pertanyaan
seputar kebenaran ilmiah. Dalam dunia ilmu pengetahun, kebenaran ilmiah menjadi suatu hal
yang ditekankan. Sebagai manusia tentu kita memahami bahwa ilmu pengetahuan merupakan
suatu proses kegiatan berpikir yang memiliki tujuan untuk memperoleh pengetahuan yang
jelas serta memperoleh pengetahuan yang benar yang apa yang dipikirkannya atau hal yang
diselidikinya. Maka dari itu, manusia dalam hidupnya senantiasa berusaha mencari dan
menemukan kebenaran. Hal itu karena sejatinya kebenaran adalah sesuatu yang bersifat
eksistensial.
1
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui apa itu sumber ilmu
2. Mahasiwa mengetahui apa saja yang menjadi sumber ilmu
3. Mahasiswa memahami apa itu kebenaran
4. Mahasiswa mengetahui tentang kebenaran ilmiah
5. Mahasiswa mengetahui ukuran dari kebenaran ilmiah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pandangan islam terhadap ilmu menjadi landasan bagi pengembangan ilmu disepanjang
sejarah kehidupan umat, sejak zaman klasik hingga modern. Sejak munculnya islam sudah
memberikan penghargan yang begitu besar terhadap ilmu dan memberikan cahaya untuk
mengubah kejahiliahan menuju masyarakat yang berilmu dan beradab. Pandangan islam dan
terhadap islam terhadap ilmu pengetahuan tidak lain dan bukan hanya untuk menyelamatkan
akidah yang sudah dimulai sejak pemulaan islam hingga saat ini. Ayat-ayat yang diwahyukan
kepada Rasullulah SAW, sudah jelas menegaskan bahwasannya sumber ilmu pengetahuan
berasal dari Allah serta menekankan bahwa dia adalah sumber dan asal ilmu manusia. Dari
situlah akidah menanamkan asal mula sumber ilmu agar tidak terpaku terhadap pemahaman yang
bersifat relative1.
Islam mengajarkan bahwa Allah SWT merupakan sumber dari segala sesuatu. Ilmu dan
kekuasaan-Nya meliputi bumi dan langit, yang nyata maupun goib, dan tidak ada segala sesuatu
pun yang luput dari pengawasan-Nya. Sumber ilmu yang primer dalam epistemology islam
adalah wahyu yang diterima oleh Nabi yang berasal dari Allah SWT. Sebagai sumber dari segala
sesuatu. Oleh karena itu, penjelasan mengenai sumber ilmu dalam epistemologi islam ditekankan
kepada Wahyu Allah Swt yang berupa Al-Quran dan As-Sunnah 2.
Sumber pengetahun dalam islam terbagi menjadi dua, yaitu sumber ilahi dan sumber
insani.Sumber ilahi terdiri dari Al-Qur’an, Al-Sunnah, dan intusi. Sedangkan sumber insani
terdiri dari pancaindera dan rasio yang sehat. Diawali dengan wahyu sebagai sumber asli seluruh
pengetahuan memberikan kekuatan yang sangat besar terhadap bangunan pengetahuan bila
mampu mentransformasikan sebagai bentuk ajaran normatif-doktriner menjadi teori-teori yang
bisa diandalkan. Wahyu juga memberikan bantuan intelektual yang tidak terjangkau oleh
1
Junaedi M, dkk . Perkembangan Paradima Keilmuan Perspektif Epistemologi Islam . (Jakarta : Kencana, 2019) h.47
2
Husaeni A. Filsafat Ilmu ; Perspektif Barat dan Islam (Jakarta ; Gema Insani Press, 2013)
3
kekuatan rasional dam empiris.Wahyu secara hierarki terbagi menjadi tiga bagian yaitu Al-
Quran, As-sunnah, dan intuisi3.
1. Wahyu
a) Al-Qur’an, merupakan sumber pengetahuan utama dan pertama. Allah memberikan
perhatian yang sangat bersar terhadap ilmu pengetahuan. Hal ini bisa dibuktikan
dengan turunnya surat yang pertama kali yang menyeru kepaada manusia untuk
membaca, mengajarkan ilmu pengetahun yang belum diketaahuinya serta meunjukan
keduduka kalam (pena). Al quran sebagai sumber ilmu pengetahuan bagi umat
manusia karena didalamnya terdapat pesan-pesan intelektuaal, baik yang berkaitan
dengan keimnan, ritual, hubungan social, dan disiplin ilmu pengetahuan lainya.
Didalam Al Quran juga mengandung benih-benih ilmu pendidikan, ilmu hukum,
sosiologi, sejarah, ekonomi, teologi, sains, dan sebagainya 4.
b) Al sunnah, sebagai sumber pengetahuan kedua, secara etimologi (harfiah) sunah
berarti jalan, metode, dan program. Adapun secara terminology, Sunnah adalah
sejumlah perkara yang dijelaskan melalui sanad yang shahih baik berupa perkataan,
perbuatan, peninggalan, sifat, pengetahuan, dan semua kehidupan Nabi Muhammad
SA. As-Sunnah sebagai sumber pengetahuan mempunyai tiga fungsi yaitu: pertama
sebagai tasyri (yang menunjukan suatu hukum atau pengetahuan baru) contoh : hadist
yang membicarakan tentang cara mengatasi ketika nyamuk masuk ke dalam
makanan, kedua sebagai tabiiin (menjelaskan huum atau pengetahuan ygdijelaskan
dalam al quran yg masihbersifat global seperti penciptaan manusia), dan yg ketiga
sebagai taqrir (mengulang sesuatuyang sudah dijelaskan dalam al quran, seperti
proses pencipaan mansia) 5.
c) Intuisi (Hati), merupakan salah satu sumber ilahi. Intuisi merupakan kemampuan
manusia yang berada di atas kemampuan akal. Dengan ituisi, manusia dapat
mengenal hakikat setiap sesuatu. Salah satu sifat intuisi yaitu deduksi yang dapat
secepat kilat sebagai akibat dari pengidraan sekejap. Hal ini identic dengan ilmu
3
Daun M,N . Praktik Pendidikan Islam Syekh Naquib Al-attas . (Bandung : Mizan, 2003)
4
Junaedi M, dkk . Perkembangan Paradima Keilmuan Perspektif Epistemologi Islam . (Jakarta : Kencana, 2019) h.57
5
Junaedi M, dkk . Perkembangan Paradima Keilmuan Perspektif Epistemologi Islam . (Jakarta : Kencana, 2019) h57-
58
4
laduni yang proses penerimaan pelajaran sangat cepat, sehingga seolah-olah tidak
mengalami belajar seperti dialami manusia umumnya6.
Hati dapat memahami pengalaman langsung, terkadang tidak seperti yang
dikonsepsikan oleh akal. Hati juga dapat mengenal objek secara lebih matang. Ibnu
sina berkata dalam karyanya Al-Isyarat wa altanbihat bhwa ketika akal hanya
berkutat pada tataran kesadaran, hati dapat menerobos ke dalam alam ketidaksadaran
sehingga mampu memahami pengalaman non indrawi7.
2. Akal pikiran (rasio) yang sehat
Akal menjadi salah satu saluran penting bagi manusia untuk mendapatkan
pengetahuan yang jelas, yaitu sesuatu yang yang dapat dipahami dan dikuasai oleh
alak dan sesuatu yang dapat diserap oleh panca indera. Akal pikiran bukan hanya
rasio sajak, ia adalah “fakultas mental” yang menafsirkan fakta-fakta empiris menurut
kerangka logika yang memungkinkan pengalaman indrawi menjadi sesuatu yang
dapat dipahami.8
Ibnu sina mengelompokan akal sebagai sumber ilmu dalam indra batin. Ibnu sida
membagi indra batin manusia dalam lima tahapan, yaitu :
5
Indra ini bertempat dibagian tengah otak dan memiliki daya unuk menangkap
pengertian yang abstrak yang dikandung gambaran bersifat indrawi. Hal ini seperti
mengetahui harus menghindari dari serigala dan sebagainya.
5. Indra Pengingat (Al-Hafizah Al-Zakirah)
Indra ini bertempat dibagian belakang otak dan memiliki daya untuk menyimpan dan
mengingat apa yag diketahui oleh indra penganggap yang bersifat abstrak tersebut.
Akal kemudian dibagi dan dibedakan menjadi dua macam, yaitu akal praktis dan
akal teoritis. Akal praktis akan mengontrol jiwa kebinatangan. Dimana jika berhasil
seseorang tersebut akan berakhlak mulia, dan sebaliknya. Akal teoritis memiliki daya
untuk menangkap arti-arti murni, arti-arti yang tidak pernah ada dalam materi,
mengetahui yang didominasi oleh pengetahuan abstrak. Contohnya : Tuhan, ruh,
malaikat.9
3. Indra/Sense
Islam tidak pernah mengecilkan peranan indera yang ada pada dasarnya
merupakan saluran yang sangat penting dalam pencapaian ilmu pengetahuan tentang
realitas empiris. Indra berfungsi sebagai istrumen pokok bagi jiwa dalam mengetahui
aspek-aspek tertentu dari sifat dan nama Allah melalui alam ciptaan-Nya (QS, An-
Nahl (16) : 78). Panca indra juga menjadi gerbang bagi pengetahuan untuk
berkembang. 10
Pada aliran filsafat empirisme, indra dipandang sebagai satu-satunya sumber
pengetahuan. Indra adalah sumber awal menuju pengenalan terhadap alam sekeliling
kita. Bagi kelompok filosofis rasionalis seperti Baqir Al-Sadr, indra merupakan
sumber pemahaman gambaran dan berpikir yang sederhana bahkan disana terdapat
fitrah dalam mental yang membangkitkan tingkat gambaran. Ibnu sina, dengan
teorinya “Al-Nafs” (jiwa) mengatakan bahwa pengetahuan manusia berasal dari indra
luar dan indra dalam (batin). Indra luar memberi suatu pengalaman, kemudia
pengalaman itu dirasionalka oleh indra dalam menjadi pengetahuan11.
9
Junaedi M, dkk . Perkembangan Paradima Keilmuan Perspektif Epistemologi Islam . (Jakarta : Kencana, 2019)
h.60-61
10
Junaedi M, dkk . Perkembangan Paradima Keilmuan Perspektif Epistemologi Islam . (Jakarta : Kencana, 2019)
h.59
11
Junaedi M, dkk . Perkembangan Paradima Keilmuan Perspektif Epistemologi Islam . (Jakarta : Kencana, 2019)
h.60
6
Mengenai alat pencapaian pengetahuan secara umum para pemikir Islam sepakat bahwa
terdapat tiga alat epistemology yang dimiliki manusia dalam mencapai pengetahuan, yakni
indra, akal, dan intuisi. Ketiga alat tersebut kemudia menghasilkan sebuah metode dalam
pencapaian pengetahuan. Metode tersebut diantaranya yaitu :
1. Metode observasi, sebagaimana dikenal dalam epistemology Barat atau disebut juga
dengan metode bayani yang menggunakan indera sebagai pirantinya.
2. Metode dedukasi logis ata demostratif (burhani) dengan menggunakan akal.
3. Metode intuituf atau irfani dengan menggunakan hati.12
Kata kebenaran merupakan kata benda dari kata sifat yaitu benar. Kebenaran dapat
diartikan sebagai keadaan yang sesuai dengan keadaan sesungguhnya, sesuatu yang sungguh-
sungguh, kelurusan hati, kejujuran, izin persetjuan, dan perkenaan. Berdasarkan sumber
pengetahuan yang telah disebutkan, kebenaran suatu pengetahuan diklasifikasikan menjadi 3,
yakni :
1. Sudah jelas autensitasnya, tak diragukan lagu sumbernya maupun makana serta
maksdunya.
2. Sudah dibuktikkan keaslian dan kebenaran sumbernya, namun belum atau tidak dapat
dipastikan makna yang dimaksud dikandungnya.
3. Bukan hanya autensitasnya dan kebenaran sumbernya masih dipersoalkan, tetapi juga
makna dan maksudnya masih diperdebatkan.
Dari ketiga kategori diatas, maka kebenaran pengetahuan dapat diusun secara hirarki dari yang
paling rendah kualitas kebenarannya hingga yang paling mutlak kebenarannya.13
Kebenaran ilmiah tidak dapat dipisahkan dari karakteristik yang bersifat ilmiah.
kebenaran ilmiah dapat diaktualisasikan atau dimanifestasikan dalam pengetahuan ilmiah atau
dengan kata lain, suatu pengetahuan disebut ilmiah justru karena di dalam pengetahuan tersebut
12
Junaedi M, dkk . Perkembangan Paradima Keilmuan Perspektif Epistemologi Islam . (Jakarta : Kencana, 2019)
h.59
13
Junaedi M, dkk . Perkembangan Paradima Keilmuan Perspektif Epistemologi Islam . (Jakarta : Kencana, 2019)
h.50-51
7
terdapat suatu kebenaran yang bersifat ilmiah. Kebenaran ilmiah adalah sebagai kebenaran yang
memenuhi syarat atau kaidah ilmiah atau kebenaran yang memenuhi syarat atau kaidah ilmu
pengetahuan. Sedemikian rupa sehingga kebenaran ilmiah tidak dapat dipisahkan dari ilmu atau
pengetahuan ilmiah atau sains sebagai a higher level of knowlwdge justeru karena ilmu atau
pengetahuan ilmiah merupakan aktualisasi dari kebenaran ilmiah. 14
Pandangan islam akan kebenaran merujuk kepada landasan keimanan dan keyakinan
terhadap keadilan yang bersumber pada Al-Qur’an. Dalam kajian epistemology dijumpai
beberapa teori ilmiah untuk mengukur kebenaran.
1. Teori Korespondensi
Menurut teori ini suatu proposisi atau pengertian itu benar apabila terdapat suatu fakta
bersesuaian, yang beralasan dengan realitas, yang serasi dengan situasi actual. Maka
kebenaran adalah sebuah fakta dan sesuatu yang selaras dengan situasi akal yang
dberinya interpretasi. Berdasarkan teori ini, kebenaran dapat dikatakan sebagai
pernyataan dan kenyataan dan antara pernyataan dengan kenyataan haruslah sesuai.
Prinsip-prinsip dalam kebenaran korespondensi antara lain :
1. Suatu proposisi atau pernyataan adalah benar jika terdapat suatu fakta yang
selaras dengan kenyataannya.
2. Kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan fakta, realitas, dan situasi actual
3. Jika suatu kesimpulan sesuai dengan fakta, maka dapat dikatakan benar, jika tidak
maka dapat dikatakan salah.15
2. Teori Koherensi
Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan dan sesuatu
yang lain (fakta/realita), akan tetapi karena hubungan putusan-putusan itu sendiri.
14
Hardi H.Epistemologi: Filsafat Pengetahuan. (Yogyakarta : Kanisius, 1991)
15
Junaedi M, dkk . Perkembangan Paradima Keilmuan Perspektif Epistemologi Islam . (Jakarta : Kencana, 2019)
h.62-63
8
Dengan kata lain, kebenaran itu ditegakkan atas hubungan antara putusan-putusan yang
baik dan putusan lainnya yang telah kita ketahui dan diakui benar terlebih dahulu.
Apabila teori ii bertentangan dengan data terbaru yang benar atau degan teori lama yang
benar, maka teri itu akan gugur atau batal dengan sendirinya. Adapun prinsip kebenaran
koherensi sebagai berikut :
1. Suatu pernyataan adalah benar, bukan bersesuaian dengan fakta, melainkan
bersesuaian dengan pegetahuan yang dimiliki seseorang dalam memahami.
2. Jika menerima hal-hal baru sebagai kebenaran, maka hal itu atas dasar hubungan
kesesuaian dengan pengetahuan yang kita miliki.
3. Suatu pernyataan adalah benar apabila pernyataan itu konsisten dengan
pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan sebelumnya. Maka pernyataan yang
benar adalah yang saling berubungan secara logis dengan pernyataan-pernyataan
yang lainnya.
4. Kebenaran adalah konsistensi, keselarasan, kesesuaian antar-pemikiran16
3. Teori Pragmatis
Menurut teori ini mengemukakan kebenaran berdasarkan pada berfaedah atau tidaknya
ucapan, dalil, atau teori tersebut bagi manusia bermanfaat dalam kehidupannya. Maka
dari itu, berdasarkan teori ini sesuatu yang benar adalah sesuatu yang berguna. Pemikiran
yang benar adalah pemikiran yang paling mampu memungkinkan seseorang melakukan
sesuatu secara paling berhasil dan tepat pada situasi kondisi dan kondisinya.
17
.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
9
memandang ilmu sebagai sesuatu untuk menyelamatkan akidah manusia di muka bumi
ini, sehingga berhasil membawa manusia keluar dari zaman jahiliyah (kebodohan). Islam
mengajarkan bahwa Allah SWT merupakan sumber dari segala sesuatu. Sumber ilmu
menurut islam terdiri dari dua sumber yakni sumber ilahi dan sumber insani. Dimana
sumber ilahi ini berasal dari wahyu, yang terdiri atas Al-Qur’an, As-Sunnah, dan intuisi
(hati). Sedangkan sumber insani terdiri atas akal pikiran dan panca indra.
3.2 Saran
Makalah ini diharapkan mampu untuk membantu para pembaca dalam memahami
materi mengenai sumber ilmu dan kebenaran ilmiah. Penyusun makalah ini tentunya
tidak terlepas dari adanya kekurangan, baik kesalahan dalampenulin maupun kekurangan
10
ada materi yang telah dipaparkan. Oleh karena itu penulis sangat membutuhkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca.
11
Daftar Pustaka
Daud.M.N, 2003. Praktik Pendidikan Islam Syed Naquib Al-Attas. Mizan : Bandung.
Husaini.A. 2013. Fisafat Ilmu : prespektif barat dan islam. Jakarta : Gema Insani Press
12