Disusun oleh:
Penulis
2
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I: PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................4
1.3 Tujuan Pembahasan ...................................................................................4
BAB II: PEMBAHASAN ....................................................................................... 5
2.1 Rasionalisme ..................................................................................................5
2.2 Biografi Rene Descartes .................................................................................6
2.3 Model Rasionalisme Rene Descartes .............................................................8
BAB III: PENUTUP ............................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13
3
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bagi banyak orang belajar filsafat adalah hal yang menarik, karena dalam
mempelajari filsafat orang-orang akan mengetahui banyak lika-liku dalam hidup,
dan dari banyak membaca buku filsafat maka semakin mengerucutlah pengetahuan
kita. Apalagi menulis tentang buah pikiran seorang filsuf besar, penuh kontraversi,
dan pemikiran yang sangat idealis, tentu memerlukan refrensi yang berkualitas dari
buku-buku yang sudah terkenal dan relevan. Mungkin dalam hal memperoleh
literature yang relevan dan bersumber dari penulis buku terkenal tentang Rene
Descartes tidak penulis dapatkan, sehingga mungkin inilah letak kelemahan dari
tulisan ini. Dalam refleksi filosofisnya, filsuf berdialog dengan teman sejamannya,
tetapi juga dengan seluruh tradisi filsafat sebelumnya. Inilah yang istimewa dari
filsafat, yang tentu berbeda dari ilmu fisika, misalnya ahli fisika tidak perlu melihat
ke belakang bagaimana pendapat ahli lain. Periode jaman modern para filsuf tidak
lagi berbicara tentang substansi di luar manusia, namun beralih kepada manusia
sebagai subyek. Seperti yang dikatakan pada ahli sejarah 2 filsafat bahwa di jaman
modern dan kontemporer, yang diselidiki adalah yang terletak di bawah, seluruh
kenyataan kita, yang memikul kenyataan bukan prinsip di luar kita, melainkan kita
sendiri. Akhirnya penulis berharap agar karya tulis yang berupa makalah, yang
dibuat oleh seorang mahasiswa ini dapat bermanfaat bagi peminat filsafat Rene
Descartes, tentu apabila tulisan ini dangkal mohon diperdalam pada literature yang
relevan dan otentik.
4
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Rasionalisme
Kaum rasionalisme mulai dengan suatu pernyataan yang sudah pasti.
Aksioma dasar yang dipakai membangun sistem pemikirannya diturunkan dari ide
yang menurut anggapannya adalah jelas, tegas, dan pasti dalam pikiran manusia.
Pikiran manusia mempunyai kemampuan untuk “mengetahui” ide tersebut, namun
manusia tidak menciptakannya, maupun tidak mempelajari lewat pengalaman. Ide
tersebut kiranya sudah ada “di sana” sebagai bagian dari kenyataan dasar, dan
pikiran manusia, karena ia terlihat dalam kenyataan tersebut akan mengandung ide
pula. Jadi dalam pengertian inilah maka pikiran itu menalar. Kaum rasionalis
berdalil, bahwa karena pikiran dapat memahami prinsip, maka prinsip itu harus
“ada”; artinya, prinsip harus benar dan nyata. Jika prinsip itu tidak “ada”, orang
tidak mungkin akan dapat menggambarkannya. Prinsip dianggap sebagai sesuatu a-
priori, atau pengalaman, dan karena itu prinsip tidak dikembangkan dari
pengalaman: bahkan sebaliknya, pengalaman hanya dapat dimengerti bila ditinjau
dari prinsip tersebut.1
Metode yang diterapkan oleh para filsuf rasionalisme ialah metode deduktif,
seperti yang berlaku pada ilmu pasti. Secara ringkas dapatlah dikemukakan dua hal
pokok yang merupakan ciri dari setiap bentuk rasionalisme, yaitu:
1
Jujun S Suriasumantri, “Ilmu Dalam Perspektif Islam,” Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015.
2
Ajat Sudrajat, “RASIONALISME BAHAN PERBINCANGAN FILSAFAT ILMU,” t.t.
5
1) Adanya pendirian bahwa kebenaran-kebenaran yang hakiki itu secara langsung
dapat diperoleh dengan menggunakan akal sebagai sarananya.
2) Adanya suatu penjabaran secara logik atau deduksi yang dimaksudkan untuk
memberikan pembuktian seketat mungkin mengenai lain-lain segi dari seluruh
sisa bidang pengetahuan berdasarkan atas apa yang dianggap sebagai kebenaran-
kebenaran hakiki tersebut di atas.3
3
Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu (Pustaka Pelajar Yogyakarta, t.t.).
6
keberadaannya, justru dirinya pada tahun 1617 malah mendaftar sebagai tentara
Bavaria (Russell, 2007: 733).4
Adapun yang harus dipandang sebagai yang benar adalah apa yang jelas dan
terpilah-pilah (clear and distinctly). Antara tahun 1629 dan 1649 Descartes hidup
di negeri Belanda, di mana semua tulisannya diterbitkan. Pada tahun 1622, dia
menyelesaikan buku astronomi yang berjudul Treatise of the World, yang
menerapkan metode metematisnya dan mendukung hipotesis Copernicus. Tiga
tuhun setelah ketakutan Descartes atas terhukumnya Galileo, dia mempublikasikan
penggunaan metode metatematika atas fisika, didahului dengan Discourse on
Method, yang tetap menjadi karya klasik dalam bidang filsafat sampai saat ini.
Sepuluh tahun kemudian pada tahun 1647 dia mempublikasikan Meditation on Frist
Philosophy, dua puluh dua tahun kemudian, tahun 1669, Meditation dijadikan salah
satu buku yang dilarang oleh institusi gereja untuk dibaca.5
4
Agus Riyadi dan Helena Vidya Sukma, “KONSEP RASIONALISME RENE DESCRATES
DAN RELEVANSINYA DALAM PENGEMBANGAN ILMU DAKWAH” 11, No.2 (Desember
2019).
5
Mursyid Fikri, “Rasionalisme Descrates dan Implikasinya Terhadap Pemikiran Pembaharuan
Islam Muhamad Abduh,” Jurnal Pendidikan Agama Islam 3 No.2 (Desember 2018).
6
Riyadi dan Vidya Sukma, “KONSEP RASIONALISME RENE DESCRATES DAN
RELEVANSINYA DALAM PENGEMBANGAN ILMU DAKWAH.”
7
renungan tentang metafisika) tahun 1641; dan terakhir yaitu Principia philosophiae
(Prinsip-prinsip filsafat) tahun 1644 (T.Z. Lavine, hal. 390).7
Akar dari rasionalisme Rene Descartes yaitu berawal dari akal, akal
merupakan sesuatu yang universal dalam diri manusia. Akal juga menjadi satu-
satunya jalan umtuk menentukan apa yang secara moral benar dan baik, serta yang
akan membentuk masyarakat yang baik. Yang kedua adalah dari pemikiran,
pemikiran merupakan elemen terpenting dalam sifat alami manusia, dan alat satu-
satunya atas kepastian pengetahuan. ”. Dan yang terakhir adalah matematika yang
dijadikan sebagai metode rasionalisme oleh Rene Descartes. Dalam Discourse of
Method.. dinyatakan bahwa, “dari siapa saja yang telah melakukan pencarian akan
kebenaran dalam ilmu pengetahuan, hanya pakar matematika yang mampu
menghasilkan pemikiran yang terbukti dan pasti”.8
7
Fikri, “Rasionalisme Descrates dan Implikasinya Terhadap Pemikiran Pembaharuan Islam
Muhamad Abduh.”
8
Sudrajat, “RASIONALISME BAHAN PERBINCANGAN FILSAFAT ILMU.”
8
diri, seperti halnya semua geometri dipikirkan dalam urutan pasti dengan
menggunakan deduksi dari aksioma dan kesimpulan dirinya.
Rene Descartes, ahli matematika dan falsafah pada abad ke-17, mengajukan
argumentasi yang kuat untuk pendekatan rasional terhadap pengetahuan. Hidup
dalam keadaan yang penuh pertentangan ideologis, Descartes mempunyai
keinginan yang besaruntuk mendasarkan keyakinannya pada sebuah landasan yang
mempunyai kepastian yang mutlak. Untuk mencapai tujuan tersebut, dia melakukan
pengujian yang mendalam terhadap segenap apa yang diketahuinya. Dia
memutuskan bahwa jika dia menemukan suatu alasan yang meragukan suatu
kategori atau prinsip dari pengetahuan, maka kategori itu akan dikesampingkan.
Dia hanya akan menerima sesuatu yang terhadapnya dia tak mempunyai keberatan
apa-apa.9
Metode keragu-raguan ini bisa disebut juga skeptisme, yaitu nama bidang politik
yang meragukan kelayakan ilmu pengetahuan. Descartes menggunakan metode
skeptisme metodologi, skeptisme metodikal atau methodological, artinya
menggunakan keraguan secara metodologis untuk mencapai pengetahuan sejati.
9
Suriasumantri, “Ilmu Dalam Perspektif Islam.”
9
ekstrim pun tidak akan mampu menggoyahkannya. Cogito ergo sum ini oleh
Descartes diterima sebagai prinsip pertama dari filsafat.
Bagi Descartes pernyataan “saya berpikir, jadi saya ada” adalah terang dan
jelas, segala sesuatu yang bersifat terang dan jelas bagi akal pikiran manusia
dapatlah dipakai sebagai dasar yang tidak perlu dibuktikan lagi kebenarannya untuk
melakukan penjabaran terhadap pernyataan-pernyataan yang lain. Segenap ilmu
pengetahuan haruslah didasarkan atas kepastian-kepastian yang tidak dapat
diragukan lagi akan kebenarannya yang secara langsung dilihat oleh akal pikiran
manusia. Metode semacam ini dinamakan juga metode ’apriori’ yang secara harfiah
berarti berdasarkan atas hal-hal yang adanya mendahului. Dengan mengunakan
metode a priori ini kita seakan-akan sudah mengetahui segala gejala secara pasti,
meskipun kita belum mempunyai pengalaman inderawi mengenai hal-hal yang
kemudian tampak sebagai gejala-gejala itu.
10
Mustansyir dan Munir, Filsafat Ilmu.
10
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian dari rasionalisme menurut kaum rasionalis, kaum rasionalisme
mulai dengan suatu pernyataan yang sudah pasti. Aksioma dasar yang dipakai
membangun sistem pemikirannya diturunkan dari ide yang menurut anggapannya
adalah jelas, tegas, dan pasti dalam pikiran manusia. Pikiran manusia mempunyai
kemampuan untuk “mengetahui” ide tersebut, namun manusia tidak
menciptakannya, maupun tidak mempelajari lewat pengalaman. Bagi kaum
rasionalis sumber pengetahuan, bahkan sumber satu-satunya, adalah akal budi.
Melalui akal budi bisa mendapatkan pengetahuan dan yakin atas pengetahuan yang
diperoleh. Dengan meggunakan prosedur tertentu, akal budi bisa sampai pada
pengetahuan yang sebenarnya, pengetahuan yang pasti, dan tidak mungkin salah.
Serta bagi kaum rasionalisme mereka menolak pendapat bahwa pengetahuan dapat
diperoleh dengan panca indra. Selain itu metode yang digunakan oleh kaum
rasionalis adalah metode deduktif yaitu berlaku pada ilmu pasti.
Metode yang digunakan oleh Rene Descartes berakar dari akal. Karena akal
menjadi satu-satunya jalan umtuk menentukan apa yang secara moral benar dan
11
baik, serta yang akan membentuk masyarakat yang baik, selain itu matematika yang
dijadikan sebagai metode rasionalisme oleh Rene Descartes. Descartes menjadikan
pilar filsafatnya pada instuisi dan deduksi, instuisi merupakan pemahaman atas
prinsip dan bukti, semisal aksioma geometri. Metode Descartes dimaksudkan bukan
saja sebagai metode penelitian ilmiah, ataupun penelitian filsafat, melainkan
sebagai metode penelitian rasional mana saja, sebab akal budi manusia selalu sama.
12
DAFTAR PUSTAKA
13