Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDEKATAN ILMIAH MODEL RASIONALISME


RENE DESCARTES
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu : Dr. Usman SS., M.Ag

Disusun oleh:

NAMA : RIDA’UL MAGHFIROH


NIM : 20104010002
ABSEN : 02
KELAS : A

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Bismillahirrahmanirrahim,
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta
alam. Atas izin dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tepat
waktu. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan
Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir
kelak.
Penulisan makalah berjudul “Pendekatan Ilmiah Model Rasionalisme Rene
Descartes” bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Filsafat Ilmu.
Selama proses penyusunan makalah, penulis mendapatkan bantuan dari
pembimbing. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada Dr. Usman SS.,
M.Ag. Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Besar harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik
berupa kritik dan saran. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi
berbagai pihak. Aamiin.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, 10 Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I: PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................4
1.3 Tujuan Pembahasan ...................................................................................4
BAB II: PEMBAHASAN ....................................................................................... 5
2.1 Rasionalisme ..................................................................................................5
2.2 Biografi Rene Descartes .................................................................................6
2.3 Model Rasionalisme Rene Descartes .............................................................8
BAB III: PENUTUP ............................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

3
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bagi banyak orang belajar filsafat adalah hal yang menarik, karena dalam
mempelajari filsafat orang-orang akan mengetahui banyak lika-liku dalam hidup,
dan dari banyak membaca buku filsafat maka semakin mengerucutlah pengetahuan
kita. Apalagi menulis tentang buah pikiran seorang filsuf besar, penuh kontraversi,
dan pemikiran yang sangat idealis, tentu memerlukan refrensi yang berkualitas dari
buku-buku yang sudah terkenal dan relevan. Mungkin dalam hal memperoleh
literature yang relevan dan bersumber dari penulis buku terkenal tentang Rene
Descartes tidak penulis dapatkan, sehingga mungkin inilah letak kelemahan dari
tulisan ini. Dalam refleksi filosofisnya, filsuf berdialog dengan teman sejamannya,
tetapi juga dengan seluruh tradisi filsafat sebelumnya. Inilah yang istimewa dari
filsafat, yang tentu berbeda dari ilmu fisika, misalnya ahli fisika tidak perlu melihat
ke belakang bagaimana pendapat ahli lain. Periode jaman modern para filsuf tidak
lagi berbicara tentang substansi di luar manusia, namun beralih kepada manusia
sebagai subyek. Seperti yang dikatakan pada ahli sejarah 2 filsafat bahwa di jaman
modern dan kontemporer, yang diselidiki adalah yang terletak di bawah, seluruh
kenyataan kita, yang memikul kenyataan bukan prinsip di luar kita, melainkan kita
sendiri. Akhirnya penulis berharap agar karya tulis yang berupa makalah, yang
dibuat oleh seorang mahasiswa ini dapat bermanfaat bagi peminat filsafat Rene
Descartes, tentu apabila tulisan ini dangkal mohon diperdalam pada literature yang
relevan dan otentik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari rasionalisme?
2. Bagaimana biografi Rene Descartes?
3. Bagaimana model rasionalisme Rene Descartes?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui pengertian rasionalisme.
2. Untuk mengetahui biografi Rene Descartes.
3. Untuk mengetahui model rasionalisme Rene Descartes.

4
BAB II: PEMBAHASAN

2.1 Rasionalisme
Kaum rasionalisme mulai dengan suatu pernyataan yang sudah pasti.
Aksioma dasar yang dipakai membangun sistem pemikirannya diturunkan dari ide
yang menurut anggapannya adalah jelas, tegas, dan pasti dalam pikiran manusia.
Pikiran manusia mempunyai kemampuan untuk “mengetahui” ide tersebut, namun
manusia tidak menciptakannya, maupun tidak mempelajari lewat pengalaman. Ide
tersebut kiranya sudah ada “di sana” sebagai bagian dari kenyataan dasar, dan
pikiran manusia, karena ia terlihat dalam kenyataan tersebut akan mengandung ide
pula. Jadi dalam pengertian inilah maka pikiran itu menalar. Kaum rasionalis
berdalil, bahwa karena pikiran dapat memahami prinsip, maka prinsip itu harus
“ada”; artinya, prinsip harus benar dan nyata. Jika prinsip itu tidak “ada”, orang
tidak mungkin akan dapat menggambarkannya. Prinsip dianggap sebagai sesuatu a-
priori, atau pengalaman, dan karena itu prinsip tidak dikembangkan dari
pengalaman: bahkan sebaliknya, pengalaman hanya dapat dimengerti bila ditinjau
dari prinsip tersebut.1

Bagi kaum rasionalis sumber pengetahuan, bahkan sumber satu-satunya,


adalah akal budi. Melalui akal budi bisa mendapatkan pengetahuan dan yakin atas
pengetahuan yang diperoleh. Dengan meggunakan prosedur tertentu, akal budi bisa
sampai pada pengetahuan yang sebenarnya, pengetahuan yang pasti, dan tidak
mungkin salah. Serta bagi kaum rasionalisme mereka menolak pendapat bahwa
pengetahuan dapat diperoleh dengan panca indra.2

Metode yang diterapkan oleh para filsuf rasionalisme ialah metode deduktif,
seperti yang berlaku pada ilmu pasti. Secara ringkas dapatlah dikemukakan dua hal
pokok yang merupakan ciri dari setiap bentuk rasionalisme, yaitu:

1
Jujun S Suriasumantri, “Ilmu Dalam Perspektif Islam,” Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015.
2
Ajat Sudrajat, “RASIONALISME BAHAN PERBINCANGAN FILSAFAT ILMU,” t.t.

5
1) Adanya pendirian bahwa kebenaran-kebenaran yang hakiki itu secara langsung
dapat diperoleh dengan menggunakan akal sebagai sarananya.

2) Adanya suatu penjabaran secara logik atau deduksi yang dimaksudkan untuk
memberikan pembuktian seketat mungkin mengenai lain-lain segi dari seluruh
sisa bidang pengetahuan berdasarkan atas apa yang dianggap sebagai kebenaran-
kebenaran hakiki tersebut di atas.3

2.2 Biografi Rene Descartes


Pembahasan tentang Descartes diawali dari tanggal lahir dan tempat
kelahiranya. Ia dilahirkan di La Haye Totiraine,sebuah daerah kecil di Perancis
bagian tengah pada tanggal 31 Maret 1596 dari keluarga yang mempunyai tanah
yang luas (borjuis). Descartes adalah seorang putra pengacara di Brittany, juga
anggota salah satu keluarga tertua dan terhormat di daerah itu. Sebagai keluarga
terhormat maka ini hidup dalam eksklusifisme, serba mewah dan istimewa
kehidupan sehari-harinya.

Dia bersekolah di kolese Yesuit di Anjou (La Fleche). Riwayat kuliahnya


di Universitas Yesuites di La Fleche dari tahun 1604-1612 M, Di universitas ia
belajar hukum dan kedokteran dan ilmu fisika, yang tampaknya telah
memberikannya dasar-dasar keilmuan matematika modern. Perjalanan kehidupan
Descrates tidak cukup hanya dengan pengetahuan matematika yang membuatnya
puas, sehingga akhirnya pada tahun 1612, dia pergi ke Paris, disebuah daerah
terpencil (Fauborg St. Germain) untuk belajar Geometri. Hal aneh yang dilakukan
oleh Descartes adalah, bahwa dirinya menginginkan kehidupan sendiri, tanpa hiruk
pikuk duniawi. Dalam kehidupan ini biasa seperti yang dilakukan oleh pertapa
untuk meningkatkan keilmuan yang dimilikinya. Ketika koleganya mengetahui

3
Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu (Pustaka Pelajar Yogyakarta, t.t.).

6
keberadaannya, justru dirinya pada tahun 1617 malah mendaftar sebagai tentara
Bavaria (Russell, 2007: 733).4

Adapun yang harus dipandang sebagai yang benar adalah apa yang jelas dan
terpilah-pilah (clear and distinctly). Antara tahun 1629 dan 1649 Descartes hidup
di negeri Belanda, di mana semua tulisannya diterbitkan. Pada tahun 1622, dia
menyelesaikan buku astronomi yang berjudul Treatise of the World, yang
menerapkan metode metematisnya dan mendukung hipotesis Copernicus. Tiga
tuhun setelah ketakutan Descartes atas terhukumnya Galileo, dia mempublikasikan
penggunaan metode metatematika atas fisika, didahului dengan Discourse on
Method, yang tetap menjadi karya klasik dalam bidang filsafat sampai saat ini.
Sepuluh tahun kemudian pada tahun 1647 dia mempublikasikan Meditation on Frist
Philosophy, dua puluh dua tahun kemudian, tahun 1669, Meditation dijadikan salah
satu buku yang dilarang oleh institusi gereja untuk dibaca.5

Dari sini kemudian sejarah hidupnya dihabiskan di Swedia sebagai guru


yang mengajarkan pembelajaran matematika dan geometri serta filsafat. Kegiatan
ini dilakukannya sampai meninggal dunia karena terkena penyakit pneumonia, pada
tanggal 11 Februari 1650 di usia 53 tahun, dan dirinya belum sempat menikah. Dari
Swedia Jenazah Descartes dipindahkan ke Prancis pada 1667, dantengkoraknya
disimpan di Museum d’Historie Naturelle, Paris (Zubaedi, 2007: 18).6

Seorang filsuf Prancis abad ke. XX mengatakan: dia hidup dengan


pemikiran sendiri, untuk pemikiran sendiri, tak satu pun keberadaan yang lebih
mulia dari ini. Ada tiga tulisannya yang terpenting dan harus diketahui oleh orang
yang hendak mendalami pemikiran Descartes, yaitu: Discours de la method (Uraian
tentang metode) tahun 1637; dan Meditationes de prima philosophia( Renungan-

4
Agus Riyadi dan Helena Vidya Sukma, “KONSEP RASIONALISME RENE DESCRATES
DAN RELEVANSINYA DALAM PENGEMBANGAN ILMU DAKWAH” 11, No.2 (Desember
2019).
5
Mursyid Fikri, “Rasionalisme Descrates dan Implikasinya Terhadap Pemikiran Pembaharuan
Islam Muhamad Abduh,” Jurnal Pendidikan Agama Islam 3 No.2 (Desember 2018).
6
Riyadi dan Vidya Sukma, “KONSEP RASIONALISME RENE DESCRATES DAN
RELEVANSINYA DALAM PENGEMBANGAN ILMU DAKWAH.”

7
renungan tentang metafisika) tahun 1641; dan terakhir yaitu Principia philosophiae
(Prinsip-prinsip filsafat) tahun 1644 (T.Z. Lavine, hal. 390).7

2.3 Model Rasionalisme Rene Descartes


1. Akar Rasionalisme Rene Descartes

Akar dari rasionalisme Rene Descartes yaitu berawal dari akal, akal
merupakan sesuatu yang universal dalam diri manusia. Akal juga menjadi satu-
satunya jalan umtuk menentukan apa yang secara moral benar dan baik, serta yang
akan membentuk masyarakat yang baik. Yang kedua adalah dari pemikiran,
pemikiran merupakan elemen terpenting dalam sifat alami manusia, dan alat satu-
satunya atas kepastian pengetahuan. ”. Dan yang terakhir adalah matematika yang
dijadikan sebagai metode rasionalisme oleh Rene Descartes. Dalam Discourse of
Method.. dinyatakan bahwa, “dari siapa saja yang telah melakukan pencarian akan
kebenaran dalam ilmu pengetahuan, hanya pakar matematika yang mampu
menghasilkan pemikiran yang terbukti dan pasti”.8

2. Metode Matematika Rene Descartes

Descartes menjadikan pilar filsafatnya pada instuisi dan deduksi, instuisi


merupakan pemahaman atas prinsip dan bukti, semisal aksioma geometri.
Geometri (ilmu ukur) adalah salah satu dari contoh favorit kaum rasionalis. Mereka
berdalil bahwa aksioma dasar geometri (umpamanya, “sebuah garis lurus
merupakan jarak yang terdekat antara dua titik”) adalah ide yang jeias dan tegas
yang “baru kemudian” dapat diketahui oleh manusia. Dari aksioma dasar itu dapat
dideduksikan sebuah sistem yang terdiri dari subaksioma-subaksioma. Hasilnya
adalah sebuah jaringan pernyataan yang formal dan konsisten yang secara logis
tersusun dalam batas-batas yang telah digariskan oleh suatu aksioma dasar yang
sudah pasti. Sedangkan deduksi sendiri merupakan kesimpulan logis dari dalil bukti

7
Fikri, “Rasionalisme Descrates dan Implikasinya Terhadap Pemikiran Pembaharuan Islam
Muhamad Abduh.”
8
Sudrajat, “RASIONALISME BAHAN PERBINCANGAN FILSAFAT ILMU.”

8
diri, seperti halnya semua geometri dipikirkan dalam urutan pasti dengan
menggunakan deduksi dari aksioma dan kesimpulan dirinya.

Rene Descartes, ahli matematika dan falsafah pada abad ke-17, mengajukan
argumentasi yang kuat untuk pendekatan rasional terhadap pengetahuan. Hidup
dalam keadaan yang penuh pertentangan ideologis, Descartes mempunyai
keinginan yang besaruntuk mendasarkan keyakinannya pada sebuah landasan yang
mempunyai kepastian yang mutlak. Untuk mencapai tujuan tersebut, dia melakukan
pengujian yang mendalam terhadap segenap apa yang diketahuinya. Dia
memutuskan bahwa jika dia menemukan suatu alasan yang meragukan suatu
kategori atau prinsip dari pengetahuan, maka kategori itu akan dikesampingkan.
Dia hanya akan menerima sesuatu yang terhadapnya dia tak mempunyai keberatan
apa-apa.9

3. Metode Keragu-raguan Rene Descartes

Metode keragu-raguan ini bisa disebut juga skeptisme, yaitu nama bidang politik
yang meragukan kelayakan ilmu pengetahuan. Descartes menggunakan metode
skeptisme metodologi, skeptisme metodikal atau methodological, artinya
menggunakan keraguan secara metodologis untuk mencapai pengetahuan sejati.

Metode Descartes dimaksudkan bukan saja sebagai metode penelitian


ilmiah, ataupun penelitian filsafat, melainkan sebagai metode penelitian rasional
mana saja, sebab akal budi manusia selalu sama. Descartes memulai metodenya
dengan meragu- ragukan segala macam pernyataan kecuali pada satu pernyataan
saja, yaitu bahwa ia sedang melakukan keragu-raguan sendiri menegaskan bahwa
ia dapat saja meragukan segala hal, namun satu hal yang tidak mungkin diragukan
adalah kegiatan meragu-ragukan itu sendiri. Maka ia sampai pada kebenaran yang
tak terbantahkan, yakni: saya berpikir, jadi saya ada (Cogito ergo sum). Pernyataan
ini begitu kokoh dan meyakinkan, sehingga anggapan kaum skeptik yang paling

9
Suriasumantri, “Ilmu Dalam Perspektif Islam.”

9
ekstrim pun tidak akan mampu menggoyahkannya. Cogito ergo sum ini oleh
Descartes diterima sebagai prinsip pertama dari filsafat.

Bagi Descartes pernyataan “saya berpikir, jadi saya ada” adalah terang dan
jelas, segala sesuatu yang bersifat terang dan jelas bagi akal pikiran manusia
dapatlah dipakai sebagai dasar yang tidak perlu dibuktikan lagi kebenarannya untuk
melakukan penjabaran terhadap pernyataan-pernyataan yang lain. Segenap ilmu
pengetahuan haruslah didasarkan atas kepastian-kepastian yang tidak dapat
diragukan lagi akan kebenarannya yang secara langsung dilihat oleh akal pikiran
manusia. Metode semacam ini dinamakan juga metode ’apriori’ yang secara harfiah
berarti berdasarkan atas hal-hal yang adanya mendahului. Dengan mengunakan
metode a priori ini kita seakan-akan sudah mengetahui segala gejala secara pasti,
meskipun kita belum mempunyai pengalaman inderawi mengenai hal-hal yang
kemudian tampak sebagai gejala-gejala itu.

Sistem filsafat yang dikembangkan Descartes tak dapat dipisahkan dari


sikap kritik yang berkembang dalam pergolakan Renaissans, kebangkitan budaya
yang sekaligus membawa suatu skeptisisme terhadap dogma agama dan praktek
politik yang sampai saat itu menjamin ketahanan status gereja dan negara.
Skeptisisme ini meluas menjiwai Descartes yang dengan konsekuen meragukan
pengetahuan yang kita peroleh secara inderawi. Tetapi kemudian metode keraguan
ini akhirnya dapat menumbangkan skeptisisme yang berkelanjutan (ekstrim),
karena menemukan suatu landasan kebenaran baru.10

10
Mustansyir dan Munir, Filsafat Ilmu.

10
BAB III: PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengertian dari rasionalisme menurut kaum rasionalis, kaum rasionalisme
mulai dengan suatu pernyataan yang sudah pasti. Aksioma dasar yang dipakai
membangun sistem pemikirannya diturunkan dari ide yang menurut anggapannya
adalah jelas, tegas, dan pasti dalam pikiran manusia. Pikiran manusia mempunyai
kemampuan untuk “mengetahui” ide tersebut, namun manusia tidak
menciptakannya, maupun tidak mempelajari lewat pengalaman. Bagi kaum
rasionalis sumber pengetahuan, bahkan sumber satu-satunya, adalah akal budi.
Melalui akal budi bisa mendapatkan pengetahuan dan yakin atas pengetahuan yang
diperoleh. Dengan meggunakan prosedur tertentu, akal budi bisa sampai pada
pengetahuan yang sebenarnya, pengetahuan yang pasti, dan tidak mungkin salah.
Serta bagi kaum rasionalisme mereka menolak pendapat bahwa pengetahuan dapat
diperoleh dengan panca indra. Selain itu metode yang digunakan oleh kaum
rasionalis adalah metode deduktif yaitu berlaku pada ilmu pasti.

Descartes dilahirkan di La Haye Totiraine,sebuah daerah kecil di Perancis


bagian tengah pada tanggal 31 Maret 1596 dari keluarga yang mempunyai tanah
yang luas (borjuis). Dia bersekolah di kolese Yesuit di Anjou (La Fleche). Riwayat
kuliahnya di Universitas Yesuites di La Fleche dari tahun 1604-1612 M, Di
universitas ia belajar hukum dan kedokteran dan ilmu fisika. ). Antara tahun 1629
dan 1649 Descartes hidup di negeri Belanda, di mana semua tulisannya diterbitkan.
Pada tahun 1622, dia menyelesaikan buku astronomi yang berjudul Treatise of the
World, yang menerapkan metode metematisnya dan mendukung hipotesis
Copernicus. Dia meninggal pada tanggal 11 Februari 1650 di usia 53 tahun, dan
dirinya belum sempat menikah. Dari Swedia Jenazah Descartes dipindahkan ke
Prancis pada 1667, dantengkoraknya disimpan di Museum d’Historie Naturelle,
Paris.

Metode yang digunakan oleh Rene Descartes berakar dari akal. Karena akal
menjadi satu-satunya jalan umtuk menentukan apa yang secara moral benar dan

11
baik, serta yang akan membentuk masyarakat yang baik, selain itu matematika yang
dijadikan sebagai metode rasionalisme oleh Rene Descartes. Descartes menjadikan
pilar filsafatnya pada instuisi dan deduksi, instuisi merupakan pemahaman atas
prinsip dan bukti, semisal aksioma geometri. Metode Descartes dimaksudkan bukan
saja sebagai metode penelitian ilmiah, ataupun penelitian filsafat, melainkan
sebagai metode penelitian rasional mana saja, sebab akal budi manusia selalu sama.

12
DAFTAR PUSTAKA

Fikri, Mursyid. “Rasionalisme Descrates dan Implikasinya Terhadap Pemikiran


Pembaharuan Islam Muhamad Abduh.” Jurnal Pendidikan Agama Islam 3
No.2 (Desember 2018).
Mustansyir, Rizal, dan Misnal Munir. Filsafat Ilmu. Pustaka Pelajar Yogyakarta,
t.t.
Riyadi, Agus, dan Helena Vidya Sukma. “KONSEP RASIONALISME RENE
DESCRATES DAN RELEVANSINYA DALAM PENGEMBANGAN
ILMU DAKWAH” 11, No.2 (Desember 2019).
Sudrajat, Ajat. “RASIONALISME BAHAN PERBINCANGAN FILSAFAT
ILMU,” t.t.
Suriasumantri, Jujun S. “Ilmu Dalam Perspektif Islam.” Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2015.

13

Anda mungkin juga menyukai