Anda di halaman 1dari 12

TAUHID SOSIAL

Materi Pembelajaran : Tauhid Sosial

Silabus :
- Memahami esensi Tauhid
- Memahami Tauhid Sosial
- Memahami konsekuensi tauhid sosial terhadap kehidupan

Standar Kompetensi :
- Esensi Tauhid
- Tauhid Sosial
- konsekuensi tauhid sosial terhadap kehidupan

Kompotensi Dasar :
- Menjelaskan Esensi Tauhid Sosial
- Menjelaskan konsekuensi tauhid sosial terhadap kehidupan

Indikator :
- Memberikan pemahaman tentang tauhid sosial
- Memberikan pemahaman tentang konsekuensi tauhid sosial terhadap kehidupan

Tujuan Pembelajaran :
- Peserta mampu memahami Tauhid Sosial
- Peserta mampu memahami konsekuensi tauhid sosial terhadap kehidupan
- Peserta mampu mengamalkan tauhid sosial dalam kehidupan

Strategi Pembelajaran :
- Ceramah

1
- Diskusi
- Tanya Jawab

Teknik Evaluasi :
- Tulisan
- Instrumen

Alokasi Waktu :
- Pengantar materi 15 menit
- Isi materi 45 menit
- Tanya jawab/presentasi kelompok 30 menit
- Kesimpulan 5 menit
- Penutup/closing statmant 15 menit.

Referensi :
- Buku : Tauhid Sosial (Prof. Dr. H. M. Amien Rais, M.A)
- Ceramah Amien Rais : Kader Muhammadiyah Harus Bisa Ber-Tauhid Sosial
- Artikel : Membumikan Tauhid Sosial dan Transformasi Sosial (Edi Setiawan)

Isi Materi :

Agama Islam merupakan agama tauhid, yang membedakan dengan agama-agama lainnya adalah monoteisme atau tauhid yang murni, bersih,
dan tidak dapat dicampuri dengan segala bentuk nontauhid atau kesyirikan. Sehingga inilah yang melebihkan agama islam di atas agama-agama
yang lain. Dan sesungguhnya agama yang sangat cocok dengan negara Indonesia adalah agama islam berdasarkan sila pertama Pancasila,
Ketuhanan Yang Maha Esa, yang artinya tauhid. Agama monoteisme, agama yang hanya meyakini satu Tuhan atau agama tauhid hanya ada
pada Islam. Agama Yahudi mengatakan Uzair sebagai anak Allah, Kristen mengatakan Al-Masih adalah anak Allah. Konsep agama pada
Yahudi dan kristen sangat bertentangan konsep tauhid.

2
Tauhid secara etimologi berasal dari bahasa Arab, wahhada, yuwahhidu,tauhidan, yang artinya mengesakan. Jadi tauhid adalah keyakinan yang
mengesakan Allah. Kalimat tauhid sendiri adalah laa ilaaha illallah. Kemudian, konsekuensi bagi kita yang hidup setelah umat Muhammad itu
adalah Muhammadur Rasulullah.

Jadi, kata-kata laa ilaaha illallah Muhammadur Rasulullah adalah kalimat tauhid, yang di dalam kehidupan seorang muslim diikrarkan dalam
setiap duduk tasyahhud dalam shalatnya. Kalimat ini juga sering terdengar pada seruan untuk melaksanakan salat bagi umat muslim.

Konsekuensi tauhid terhadap kehidupan menjadikan sesorang menjadi betul-betul bartakwa. Defenisi orang bertakwa sesuai Surah Ali Imran (3)
: 134 itu yang pertama, alladziina yunfiiquna fis-sarra’i wadharra’, orang yang menunaikan infak. Yaintu mengeluarkan sebgian rezeki yang
dikaruniakan Allah sekian persen, lebih banyak lebih baik, baik dalam keadaan lapang maupun sempit, senang ataupun terpaksa.

Kita rupanya sangat dianjurkan oleh islam untuk menjadi orang yang dermawan, senantiasa berinfak pada kondisi apapun. Bukan hanya saat kita
memiliki harta yang banyak, akan tetapi saat pas-pasan pun kita semestinya berinfak. Karena sesungguhnya infak yang kita keluarkan bertujuan
untuk kesejahteraan bersama, dan ini merupak amalan sosial sebagai seorang muslim.

Ciri kedua, orang yang bertakwa adalah sebisa mungkin pandai meredam amarah, tidak gampang marah. Orang boleh saja marah, tetapi sebentar
saja dan kemudian diam dan harus sudah stabil kembali. Begitupun dengan ajaran Rasulullah yang melarang ummatnya marah. Dan Rasulullah
mengajarkan kepada kita jika kita marah dalam keadaan berdiri maka duduklah, jika marahnya belum bisa redam maka kita diperintahkan untuk
berbaring agar marah kita bisa berhenti.

Kemudian yang ketiga adalah mudah memaafkan sesama manusia. Dalah hidup di dunia, ada dua hal yang harus kita ingat adalah kebaikan
orang kepada kita dan kesalahan kita kepada orang lain supaya kesalahan itu tidak diulangi. Sementara itu ada dua hal juga yang harus kita
lupakan, yakni kebaikan kita kepada orang lain dan kesalahan orang kepadakita, baik sengaja maupun tidak. Dengan stimulus ini kita akan
senantiasa berbuat kebaikan karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.

3
Tanda orang bertakwa berikutnya ada dalam surah Ali Imran : 135 "Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri[229], mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui.

[229] yang dimaksud perbuatan keji (faahisyah) ialah dosa besar yang mana mudharatnya tidak Hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, riba.
menganiaya diri sendiri ialah melakukan dosa yang mana mudharatnya Hanya menimpa diri sendiri baik yang besar atau kecil.

Dapat kita lihat bahwa ciri lainnya orang yang bertakwa adalah ketika melakukan pebuatan keji atau berbuat dosa, ia langsung memohon ampun
kepada Allah dan tidak kembali melakukan dosa itu lagi. Mereka tidak sampai terjerumus kedalam lembah dosa.

Tauhid Sosial dalam Masa Ahmad Dahlan: Sebuah awal menuju tauhid sosial

Tauhid sosial yang terjadi pada masa Ahmad Dahlan lebih menekankan pada Pemikiran Muhammadiyah masih baru dan berlaku bagi kelas
menengah kebawah, sedangkan untuk kaum intelektual dan pemikir, Muhammadiyah belum banyak menjangkau. Oleh karena itu pendektan
hisoris dan sosiologis dalam Islam merupakan suatu keniscayaan, disamping menggunakan pedekatan lain seperti teologi, hukum, filsafat, dan
sufistik.

Muhammadiyah sebagai oraganisasi gerakan Islam, dakwah dan tajdid, mengandaikan suatu mata rantai hubungan histories dan dialogis anatar
dimensi normative (wahyu) dengan dimensi objektif. Mata rantai inilah yang mendorong dinamika sejarah yang terus berkembang dan terus
berubah. Hingga kini dalam Muhammadiyah sejarah dianggap penting walaupun dalam sejarah yang berkembang sejarah yang bersifat
ideologis. Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharu kurang memiliki peran yang signifikan dalam konstelasi masyarakat industrial dan
intelektual global. Perfektif kerjakerja praktis dalam Muhammadiyah tak pernah mandeg.

Tetapi jika mau ditengok dari sisi wawasan al Qur’an tentang peran umat Islam dan kualitas intelektual, maka posisi Muhammadiyah telah
mengalami stagnasi dalam melahirkan pemikiran-pemikiran yang segar tentang Islam sebagai ciri utama Muhammadiyah dalam gerakan tajdid.
Muhammadiyah telah terjebak pada rutinitas dan aktivisme gerakan organisasi dan amal usaha; pendidikan, pelayanan social. (Bahrus Surur

4
Iyunk, Teologi Amal Soleh). Muhammadiyah telah berkembang dengan pesat dan maju tetapi dalam perkembangnya Muhammadiyah
mengalami disorientasi yang telah kehilangan makna substansinya dalam Muhammadiyah. Realitas sekarang yang terjadi di Muhammadiyah
meliputi elitisme yang telah menjadikan Muhammadiyah sebagai privilege golongan kelas menengah atas, padahal dalam awal berdirinya
Muhammadiyah dalam gerakan amal usaha untuk kepentingan kelas sosial kebawah. Pergeserah dari gerakan pembaharu sosial budaya menjadi
gerakan yang telah terjebak pada persolan fiqihah. Abdul Munir Mulkhan dalam Kata Pengantar Menggugat Muhammadiyah.

Semangat tauhid sosial pada awal berdirinya Muhammadiyah lebih kepada pengejewantahan dari teologi Al-maun, KH Ahmad Dahlan
menjawab segala bentuk kemiskinan dengan aksi nyata seperti memberi makan anak yatim/fakir miskin, mendirikan sekolah bagi orang-orang
yang miskin ilmu, mendirikan rumah sakit bagi yang miskin kesehatan, dan amalan sosial yang lainnya.

Tauhid Sosial Perspektif Amien Rais : Formula Menggempur Kesenjangan

Istilah “tauhid sosial” merupakan istilah baru yang diperkenalkannya dalam wacana ilmu-ilmu sosial. Tauhid sosial dimaksudkan sebagai
dimensi sosial dari pengakuan kita bahwa tiada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad itu adalah Rasul-Nya. Sebagai muslim, tidaklah cukup
kalimat tauhid tersebut hanya dinyatakan dalam bentuk ucapan (lisan) dan diyakini dalam hati, tetapi harus dilanjutkan dalam bentuk perbuatan.
Sebagai konsekuensi pemikiran ini, berarti semua ibadah murni (mahdhah) seperti salat, puasa, haji, dan seterusnya memiliki dimensi sosial.
Kualitas ibadah seseorang sangat tergantung pada sejauh mana ibadah tersebut mempengaruhi perilaku sosialnya.

Menurut Amien Rais, tauhid sesungguhnya menurunkan atau mengisyaratkan adanya lima pengertian.

Pertama, unity of Godhead, yaitu kesatuan ketuhanan.

Kedua, kesatuan ketuhanan ini pada konsekuensi logis berikutnya menimbulkan unity of creation, yaitu kesatuan penciptaan. Seluruh makhluk di
alam semesta ini, baik yang kelihatan maupun yang tidak, yang lahir maupun yang gaib, merupakan bagian dari ciptaan Allah.

5
Ketiga, unity of mankind, yaitu kesatuan kemanusiaan. Jadi, perbedaan warna kulit, bahasa, geo-grafi, sejarah, dan segala perbedaan yang
melatarbelakangi keragaman umat manusia tidak boleh dijadikan alasan untuk melakukan diskriminasi.

Keempat, unity of guidance, yaitu kesatuan pedoman hidup. Bagi orang yang beriman, hanya ada satu pedoman hidup, yakni yang datangnya
dari Allah yang berupa wahyu. Karena Allah yang menciptakan manusia, maka Allah pula yang paling tahu apa yang baik atau buruk bagi
manusia, sehingga kita betul-betul dapat mencapai kebahagiaan di dunia maupun akhirat.

Kelima, unity of the purpose of life, yaitu kesatuan tujuan hidup. Bagi orang yang beriman, satu-satunya tujuan hidup adalah untuk mencapai
rida Allah.

Konsep “tauhid sosial” ini tampaknya muncul dari Amien Rais sebagai respon terhadap meluasnya per­soal­an ketidakadilan yang ia lihat. Hal
ini bisa dirujuk pada pernyataannya yang retoris:

Konsekuensi dari pengertian tauhid ini, maka yang ada dimuka bumi ini seharusnya adalah satu kesatuan kemanusiaan yang tidak dapat dibatasi
oleh suku, ras, bangsa atau Negara.Semua manusia merupakan satu kesatuan yang diciptakan oleh kesatuan penciptaan. Konsekuensi lainnya
sebagai oran yang sudah berikrar Laa Ilaaha Illa Allah, menurut mantan Ketua PP Muhammadiyah ini, Pertama, menolak, berani mengatakan
tidak kepada selain Allah, yang dalam Al-Quran dinisbatkan sebagai thaghuth (tiran). Hikmahnya, maka seorang Muslim berani mengatakan
tidak pada kebatilan, pada setiap manifestasi thaghuth, dan pada setiap ketidak-benaran.Kedua, setelah orang bertauhid, meniadakan apa-apa
yang selain Allah, maka kemudian wayu’min billah, beriman kepada Allah. Dan ketiga, memproklamasikan diri untuk mengatakan inna sholati
wanusuki wamahyaya wamamati lillahi Rabbil alamin, la syarikalahu wabidzalika umirtu wa ana awwalul Muslimin, sesungguhnya sholatku,
ibadahku, hidupku, dan matiku aku persembahkan semata-mata untuk-Mu, iilahi Rabbil alamin, Tuhan sekalian alam, tidak ada sekutu
baginya.20Lewat pandangan tauhid, maka manusia dibebaskan dari mitologi-mitologi, sehingga segala sesuatu selain Allah, termasuk juga
kepemimpinan dalam masyarakat, menjadi sasaran sikap, telaah, dan kajian terbuka. Pemahaman tauhid seperti ini oleh Amien dipopulerkan
dengan istilah tauhid sosial. Tawaran Amien ini kemunculannya hamper bersamaan dengan istilah fiqih sosial, ibadah sosial. Munculnya konsep

6
tauhid sosial ini tampaknya dimaksudkan untuk menjelaskan berbagai problematika sosial umat yang menurut pandangan Amien telah mulai
meninggalkan jaran tauhid, khususnya tauhid sosial. Seperti disebutkan diatas, makna tauhid ialah pengesaan akan keberadaan Allah, maka
makna tauhid sosial adalah dimensi sosial dari tauhid itu sendiri, yang tidak lagi mengenal diskriminasi manusia atas pertimbangan etnis, suku,
agama, adat istiadat, bahasa, dan termasuk agama.

Tauhid sosial secara sederhana dapat diartikan dengan penegakan keadilan sosial di dalam masyarakat. Menurut Amien, manusia-tauhid dan
umat-tauhid memikul kewajiban untuk memerintahkan manusia untuk menegakkan suatu orde sosial yang adil dan etis. Banyak Al-Quran yang
mengutuk ketimpangan ekonomi dan ketidakadilan, dan menyuruh manusia untuk menegakkan suatu tatanan sosial dan etis dan egalitarian. Dan
dalam konteks masyarakat Indonesia, penegakkan keadilan sosial masih jauh dari harapan.

“Benang merah dari ajaran Islam adalah keadilan. Karena Islam itu merupakan religion of justice, maka secara potensial setiap orang Islam bisa
menjadi truble maker bagi kemapanan yang tidak adil.”

Dengan merujuk sosiolog Prof. Gelner, Amien mengatakan bahwa di muka bumi ini, setiap orang Islam bisa menjadi masalah bagi rezim yang
mapan yang mempertahankan ketidakadilan, karena orang Islam selalu resah, gelisah, dan selalu ingin mengejawantahkan nilai-nilai keadilan
dalam berbagai dimensi kehidupannya.

Dengan mengutip Ibn Hazim , ia juga mengatakan, bila di tengah masyarakat ada kelompok kaya dan miskin, adalah kewajiban si kaya untuk
melakukan proses pemerataan sosial ekonomi ke seluruh masyarakat. Dan, menjadi hak dari si papa untuk mengambil ba-giannya dari si kaya.
Jadi, secara sederhana, konsep tauhid sosial Amien Rais dapat disimpulkan sebagai tuntutan terwujudnya masyarakat yang adil, sekaligus
memperoleh rida Allah.

Islam bukan hanya agama Tauhid yang berarti meng-Esa-kan Allah semata tetapi lebih dari itu. Di dalam ajaran Tauhid terdapat nilai-nilai sosial
yang tinggi seperti keadilan, demokrasi, persamaan, dan pemerataaan.

7
Islam bukan hanya agama langit yang tidak membumi. Sebaliknya Islam membawa keselamatan di dunia dan akhirat. Tauhid sosial ini berarti
Islam bukan hanya agama yang melulu mementingkan ritualitas kosong melainkan agama yang berinteraksi dengan masalah-masalah sosial
seperti kemiskinan, penindasan, kezaliman, kediktatoran dan lain sebagainya.

Sebagai seorang muslim paling tida harus senantiasa berinteraksi dengan berbagai permasalahan sosial dan menanggulanginya. Al-Qur’an dan
Al-Hadis tidak melulu bicara soal ibadah tetapi juga bicara mengenangi masalah-masalah sosial. Oleh karena itu seorang muslim yang saleh
bukan hanya senang beribadah ritual di masjid-masjid melainkan harus turun ke masyarakat dan ikut berkontribusi menanggulangi berbagai
permasalahan sosial.

Gagasan Tauhid Sosial sebenarnya muncul sebelum reformasi 1998 oleh M. Amien Rais. Menjelang kejatuhan Orde Baru, Pak Amien dengan
getol mengkampanyekan gagasan tersebut sebagai respon terhadap pembangunan Orde Baru yang penuh kepincangan dan ternyata runtuh
setelah 32 tahun berkuasa. Menurut Pak Amien, salah-satu kejahatan yang paling besar adalah kediktatoran. Islam dengan jelas menolak
kediktatoran. Para diktator disebut dengan "thagut" yang melangkahi kebenaran dan hak asasi manusia. Perlawanan terhadap "thagut" ini adalah
jihad sosial.

Berbagai permasalahan sosial di Indonesia adalah persoalan struktural. Jadi berbagai permasalahan sosial bukan murni akibat kesalahan
masyarakat melainkan karena ada faktor kebijakan negara yang merugikan mereka dan menguntungkan segelintir elit.

Negara yang totaliter menciptakan kesenjangan dan penumpukan kekayaan hanya pada segelintir orang. Dalam hal ini, umat Islam di Indonesia
selalu termarjinalkan karena adanya kebijakan negara yang meminggirkan umat Islam dari panggung politik dan ekonomi. Secara tidak
langsung, Pak Amien menuding Pak Harto sebagai thagut itu. Menurut info yang beredar, Pak Harto sangat membenci Amien Rais sampai
mengutus pembunuh bayaran juga. Presiden Soeharto begitu dimuliakan sehingga tidak ada yang berani menunjukkan kesalahannya itu.
Almarhum Presiden Soeharto mengeluarkan kebijakan yang menyudutkan peran umat Islam dalam pembangunan. Pembangunan Orde Baru
dinilai telah timpang dan berat sebelah. Kesenjangan kaya dan miskin begitu lebar.

8
Hingga hari ini, kita masih bisa menyaksikan apa yang disinyalir oleh Pak Amien masih berlangsung. Gagasan tentang Tauhid Sosial masih
relevan untuk diterapkan. Sebagai sebuah gagasan, Tauhid Sosial perlu dibumikan. Untuk membumikannya, kita perlu membuka Al-Qur'an dan
Al-Hadis serta teori-teori sosial modern. Kita membutuhkan riset ilmu sosial yang bisa menganalisa permasalahan sosial secara komprehensif.
Walaupun Al-Qur'an dan Al-Hadis bukan kitab ilmu sosial, akan tetapi gejala kepincangan sosial telah ada selama berabad-abad. Dalam sejarah
para nabi dan rasul, ajaran mengenai keadilan sosial sangat ditekankan dalam berbagai bentuk. Al-Qur'an dan Al-Hadis dapat menjadi referensi
moral bagi penanggulangan masalah-masalah sosial.

Tauhid sosial bermakna adanya keberpihakan kaum muslimin kepada kaum tertindas atau termarjinalkan. Hal ini sangat penting mengingat yang
pertama kali mengikuti ajaran para Rasul adalah kaum yang terpinggirkan. Begitu juga dengan Nabi Muhammad ketika menyampaikan
risalahnya, yang mengikuti pertama kali adalah orang-orang miskin dan tertindas, bukan orang-orang kaya dan bangsawan. Rasulullah SAW
mengajarkan kita untuk mencintai kaum miskin dan tertindas, karena ada sistem yang menyebabkan mereka menjadi seperti itu. Keadilan adalah
salah-satu nilai Islam yang paling tinggi. Rasulullah tidak hanya datang untuk mengajarkan nilai-nilai spiritual, tetapi juga membentuk
masyarakat yang berperadaban. Keadilan adalah salah-satu pilar peradaban itu.

Rasulullah SAW membawa ajaran yang merombak sistem sosial masyarakat Arab pada waktu itu yang sangat kental dengan ketidakadilan.
Rasulullah membawa semangat perubahan. Islam bukan hanya agama spiritual tetapi juga agama keadilan, persamaan, dan kemanusiaan. Dalam
hal ini, Rasulullah menekankan bahwa Islam bukan melulu ritual belaka, melainkan agama yang membawa perubahan moral. Islam adalah
agama yang lengkap. Sisi spiritual harus berbarengan dengan sisi material. Sepertinya, Pak Amien Rais terpengaruh oleh pemikiran Ali Syariati
dan teologi pembebasan.

Selama ini umat Islam di Indonesia menjadi obyek dari penindasan. Selama Orde Baru, umat Islam hanya dijadikan bemper oleh penguasa.
Penguasa selalu memanfaatkan umat Islam untuk kepentingan politiknya sendiri. Umat Islam di Indonesia melulu menitikberatkan pemahaman
agamanya pada sisi spiritual. Umat Islam tidak bisa bertindak lebih jauh karena sistem sosial dan politik yang mengungkung mereka. Almarhum
Gus Dur, menurut Abdul Hadi W.M, juga pernah mengkritik anggapan sebagian pemuka Islam yang menitikberatkan pengamalan Islam hanya

9
pada ibadah ritual. Lagi-lagi masalah politik mengganjal di sini. Penguasa di Indonesia selalu pro-Barat. Mereka rela mengemis kepada IMF
untuk minta tambahan hutang. Demokrasi di Indonesia menciptakan korupsi dan kolusi dalam jenisnya yang baru. Menurut hemat saya, gagasan
mengenai Tauhid Sosial masih sangat relevan untuk Indonesia. Jangan sampai gagasan ini terkubur begitu saja. Gagasan Tauhid Sosial sangat
penting untuk membangun negeri ini. Dan umat Islam harus menjadi pendukungnya. Walaupun sejarah terasa pahit namun bukan berarti kita
tidak bisa mengubah masa depan. Ada baiknya kita mengingat pesan Ibnu Taimiyyah, "Allah akan menyokong suatu pemerintah yang adil
walaupun kafir, sedangkan Allah tidak akan menyokong suatu pemerintahan yang tidak adil, walaupun muslim."

Tauhid Sosial dalam Gerakan Muhammadiyah: Pemaknaan tindakan sebuah gerakan sosial

Dalam gerakan sosial yang dihadapi Muhammadiyah ini termasuk dalam sebuah tindakan sosial. Tindakan sosial yang dimaksud dalam hal ini
adalah Max Weber dalam perjalanan pemikirannya, ia memberikan sumbangan pemikiran mengenai tindakan sosial. Max Weber yang biasa
dipanggil Weber ini membedakan tindakan dari tingkah laku pada umumnya dengan mengatakan bahwa sebuah gerakan bukanlah sebuah
tindakan kalau gerakan itu tidak memiliki makna subjektif untuk orang-orang yang bersangkutan. Ini menunjukkan bahwa seorang pelaku
memiliki sebuah kesadaran akan apa yang sedang ia lakukan yang bisa dianalisis menurut maksud-maksud, motf-motif dan perasaan-perasaan
sebagaimana mereka alami. Jadi, tindakan berbeda dari segi-segi yang sama sekali mekanis dari fungsi badaniah, seperti proses pencernaan,
yang tidak memiliki acuan intensional apapun. Dalam hal ini Weber menyarankan bahwa tindakan bersifat sosial sejauh berdasarkan atas makna
subjektif yang dilekatkan padanya oleh individu-individu yang bertindak, tindakan itu memperhitungkan tingkah laku orang lain dan dengan cara
itu pelaksanaannya terarah.

Weber dalam memahami sebuah tindakan sosial menamakan konsepnya dengan rasionalitas, yang berarti kunci suatu kontradiksi dalam istilah-
istilah itu, rasionalitas dan peraturan yang biasa mengenai logika merupakan suatu kerangka acuan bersama secara luas dimana aspek-aspek
subyektif prilaku dapat dinilai secara obyektif. Pengertian lain rasionalitas adalah bergantung pada pola prilaku yang terwujud dengan cara yang
dianggap logis artinya prilaku tadi sesuai dengan urutan prilaku yang dapat diduga, sedangkan suatu pemahaman juga dapat diperoleh dengan

10
mempergunakan perasaan, bila prilaku itu bersifat irrasional. Dalam hal ini terlihat pola prilaku yang mempermudah mengidentifikasi tindakan
yang dilakukan.

Identifikasi dalam tindakan menurut Max Weber, diantaranya tipe-tipe tindakan sosial adalah :

1. Rasionalitas Instrumental (Zweckrationalitat)

Bentuk tindakan sosial ini mencakup perhitungan yang tepat dan pengambilan sarana-sarana yang paling efektif untuk tujuan-tujuan yang dipilih
dan dipertimbangkan dengan jelas, atau sasaran, seorang pelaku dalam terang keadaan-keadaan khusus tindakannya dan efek-efek sampingan
yang diperkirakan ada dari sarana-sarana yang diikuti dalam hubungannya dengan tujuan-tujuan lainnya yang mungkin dimiliki pelaku tersebut.
Pandangan ini adalah sebuah kerangka pikir yang sangat utilitarian atau instrumentalistis.Kerangka pikir ini logis, ilmiah dan ekonomis.

2. Rasionalitas yang berorientasi nilai (Wertrationalitat)

Rasionalitas nilai lebih menekankan bahwa tindakan dikendalikan oleh kesadaran akan keyakinan dan komitmen terhadap tataran nilai luhur,
seperti kebenaran, keindahan, dan atau keadilan serta keyakinan kepada Tuhan. Contohnya kesediaan orang untuk bersedia memilih guru di
lapangan, pengabdian meski disadari gajinya sangat kecil, sebab mereka yakin dan sadar bahwa pendidikan merupakan pekerjaan yang mulia.

3. Tindakan tradisional

Tindakan tradisional adalah tindakan sosial yang bersifat irrasional atau nonrasional. Kalau seorang individu memperlihatkan prilaku karena
kebiasaan, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan, prilaku seperti itu digolongkan sebagai tindakan tradisional. Dalam bertindak individu itu
akan membenarkan atau menjelaskan tindakan. Weber melihat bahwa tipe tindakan ini sedang mengalami kelenyapan, karena meningkatnya
rasionalitas instrumental. Dalam tradisionalis ini mencakup tingkah laku berdasarkan kebiasaan yang muncul dari praktek-praktek yang mapan
dan menghormati otoritass yang ada. Jenis tingkah laku ini tak bisa dianggap cukup sebagai tingkah laku yang dimaksudkan dan karenanya
sebagai tindakan sejati.

11
4. Tindakan afektif

Tipe tindakan ini ditandai oleh dominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar.Seseorang yang sedang
mengalami perasaan meluap-luap, seperti cinta, kemarahan, ketakutan, atau kegembiraan, dan secara spontan mengungkapkan perasaan itu tanpa
refleksi, berarti sedang memperlihatkan tindakan afektif.

Dari keempat macam tindakan sosial di atas, tauhid sosial menurrut Amien merupakan termasuk dalam tindakan sosial yang berorientasi pada
nilai dimana tauhid sosial ini dicirikan atas dasar bahwa sebuah tindakan disadari atas keyakinan dan memiliki sebuah komitmen terhadap
tatanan nilai yang meliputi kebenaran, keindahan, dan keadilan, dan memiliki keyakinan kepada Tuhan.

Maka dari itu, Muhammadiyah ingin bersama-sama umat Islam lain dalam menegakkan tauhid sosial, yaitu jangan sampai ada ketidakadilan
sosial dan kezaliman sosial. Dalam arti, ada orang yang terlau kaya di satu pihak dan ada orang yang miskin di pihak lain. Ada orang yang
memegang perutnya kesakitan karena kekenyangan, tetapi ada orang lain yang memegang perutnya kesakitan karena kelaparan. Jadi, tauhid itu
penting sekali.

Muhammadiyah dalam kaitan dengan kepentingan umat dan bangsa dalam arti yang luas.Sebagai organisasi, jami’iyah, persyarikatan yang
harakah (gerakan). Muhammadiyah memegang teguh “tauhid” sebagai doktrin central. Bendera Muhammadiyah menunjukkan dengan jelas
betapa seluruh gerakan dan kehidupan Muhammadiyah harus berdasarkan pada tauhid.Kalimah thoyibah dan Muhammadarusullah (tidak ada
Tuhan kecuali Allah dan Muhammad utusan Allah) yang tercantum dalam bendera itu menjadi sumber atau aksis kehidupan Muhammadiyah.

12

Anda mungkin juga menyukai