Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP DAKWAH


(Mata Kuliah Filsafat Dakwah)

Dosen Pengampu :

Ramdan,S.sos,M.S.os

Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Dakwah

Disusun Oleh :

1. Ikrar Muarif (2041030065)

2. Lisa Sholehah Yuliana Sari (2041030031)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul “ Kebutuhan manusia Terhadap Dakwah“ ini dapat tersusun
sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada bapak
Ramdan S.sos, M.Sos yang telah membimbing kami sehingga makalah ini dapat
selesai dengan tepat waktu.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami dengan senang hati menerima saran dari bapak Ramdan S.sos,M.Sos
agar dapat membangun makalah ini agar lebih baik dan sempurna.

Dengan kerendahan hati,penyusun memohon maaf apabila ada ketidak sesuaian


kalimat dan kesalahan. Meskipun demikian ,penyusun terbuka pada kritik dan saran
dari pembaca demi kesempurnaan makalah.

Bandar Lampung, 24 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Hakikat Dakwah ............................................................................................. 5

2.2.Hakikat Manusia ............................................................................................. 7

2.3.Kebutuhan Manusia Terhadap Dakwah .......................................................... 11

2.4.Manfaat Dakwah Bagi Manusia ...................................................................... 16

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 23

3.2 Saran ................................................................................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 25

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan informasi Al-Qur‟an, ketika di alam arwah manusia telah


melakukan kesaksian bahwa Allah adalah Tuhan mereka. Perjanjian ini disebut
perjanjian ketuhanan (‘ahd Allah) dan fitrah Allah. Nurcholish Madjid menyebutnya
sebagai perjanjian primordial. Namun sayangnya, semua manusia lupa akan
perjanjian itu setelah ruh bersatu dengan jasad, dalam proses kejadian manusia dan
manusia lahir di alam dunia ini. Selanjutnya, Allah kemudian memberikan din fitrah
(agama yang cocok dengan syahadah ketika di alam ruh). Dan din fitrah ini
merupakan din al-Dakwah. Dengan demikian, dakwah diperlukan untuk
mengaktualkan syahadah ilahiah ke dalam kenyataan hidup dan kehidupan manusia.

Umat manusia sangat membutuhkan dakwah islamiyah ini. Mereka sangat


butuh kepada ajaran agama Allah yang kokoh ini. Dan Allah telah menciptakan
manusia ini dalam keadaan penuh kekurangan. Dari sini, maka bagaimana pun luas
dan hebatnya pengetahuan mereka, manusia tetap dalam kekurangan dan
keterbatasanya. Karena inilah manusia sangat membutuhkan orang yang mengajak
untuk kembali kepada Allah. Berkaitan dengan masalah ini Ibnul Qayyim
mengatakan :

“ kebutuhan manusia kepada syariat islam ini adalah kebutuhan sangat mendesak,
melebihi kebutuhan mereka terhadap yang lainnya. Dan kebutuhan mereka terhadap
syariat ini jauh lebih hebat dibandingkan hajat mereka terhadap udara untuk
pernafasan mereka, bahkan jauh di atas kebutuhan terhadap makan dan minum. Oleh
sebab itu tidak ada seorang pun dari manusia yang kebutuhannya kepada sesuatu jauh

1
lebih hebat di bandingkan kebutuhan mereka terhadap ilmu pengetahuan tentang apa
yang di bawa oleh Rasulullah melaksanakannya mendakwahkannya dan bersabar
menghadapinya”

Kepentingan dan keutamaan dakwah ini semakin terlihat jelas ketika fitrah
manusia telah mengalamai perubahan seiring dengan penyimpangan dari manhaj
yang lurus ini menuju peribadatan kepada selain Allah, baik melalui aturan
pendidikan, lingkungan keluarga, atau masyarakat yaang buruh atau dengan adanya
da‟i – da‟i sesat yaitu padat syaitan dari kalangan jin dan manusia. Sebagaimana
Sabda Rasulullah :

“ tidak ada seoarang anak yang dilahirkan melainkan di lahirkan di atas fitrah (
Islam). Lalu kedua orang tuanya yang membuatnya jadi yahhudi, Nashrani, atau
majusi ( HR. Bukhari dalam kitab Tafsir Surat Rum , 9/465 no/4775 dan Muslim
Kitabul Qadar)

Maka tatkala berbagai hal yang merupakan faktor penyebab kesesatan


manusia, Allah memberi perintah untuk berdakwah dan Allah menurunkan kitab-
kitabNya serta mengutus para Rasul-Nya untuk berdakwah mengajak manusia
kembalikepadaNya”.
Selayaknya untuk diungkapkan bahwa konsekuensi keberadaan mereka sebagai
pengikut Rasulullah adalah berdakwah mengajak manusia kepada Allah. Bahkan
mutaba‟ah itu tidak dianggap sempurna kecuali dengan terpenuhinya hal ini.
Dakwah islam bertugas memfungsikan kembali indra keagamaan manusia
yang memang telah menjadi fikri asalnya, agar mereka dapat menghayati tujuan
hidup yang sebenarnya untuk berbakti kepada Allah. Sayid qutub mengatakan bahwa
(risalah) atau dakwah islam ialah mengajak semua orang untuk tunduk kepada Allah
Swt. Taat kepada Rosul. Dan yakin akan hari akhirat. Sasarannya adalah
mengeluarkan manusia menuju penyembahan dan penyerahan seluruh jiwa raga
kepada Allah Swt. Dari kesempitan dunia ke alam yang lurus dan dari penindasan

2
agama-agama lain sudahlah nyata dan usaha-usaha memahaminya semakin mudah
sebaliknya, kebatilan sudah semakin tampak serta akibat-akibatnya sudah dirasakan
di mana-mana. Dengan demikian dakwah yang menjadi tanggung jawa kaum
muslimin adalah bertugas menuntun manusia ke alam terang, jalan kebenaran dan
mengeluarkan manusia yang berada dalam kegelapan kedalam penuh cahaya.

Dari uraian di atas, maka dapat disebutkan fungsi dakwah adalah: Dakwah
berfungsi untuk menyebarkan islam kepada manusia sebagai individu dan masyarakat
sehingga mereka merasakan rahmat islam sebagai Rahmatan Lil „Alamin bagi seluruh
makhluk Allah SWT. Dakwah berfungsi melestarikan nilai-nilai islam dari generasi
ke generasi kaum muslimin berikutnya sehingga kelangsungan ajaran islam beserta
pemeluknyadari generasi ke generasi berikutnya tidak terputus. Dakwah berfungsi
korektif artinya meluruskan akhlak yang bengkok, mencegah kemungkaran dan
mengeluarkan manusia dari kegelapan rohani.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulisan makalah ini mempunyai beberapa
rumusan yaitu:
1. Apa Hakikat Dakwah itu?
2. Apa Hakikat Manusia itu?
3. Bagaimana Kebutuhan Manusia Terhadap Dakwah?
4. Apa Manfaat Dakwah bagi Manusia?

1.3. Tujuan Pembahasan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan untuk:


1. Mengetahui Apa Hakikat Dakwah itu?
2. Mengetahui Hakikat Manusia itu?

3
3. Mengetahui Kebutuhan Manusia Terhadap Dakwah?
4. Mengetahui Manfaat Dakwah bagi Manusia?

4
BAB II

PEMBAHASAAN

A. Hakikat Dakwah

Pengertian dakwah bagi kalangan awam disalahartikan dengan pengertian


yang sempit terbatas pada ceramah, khutbah atau pengajian saja. Pengertian dakwah
bisa kita lihat dari segi bahasa dan istilah. Berikut akan dibahas pengertian dakwah
secara etimologis dan pengertian dakwah secara terminologis.

1. Pengertian dakwah secara etimologis

Kata dakwah adalah derivasi dari bahasa Arab “Da‟wah”. Kata kerjanya da‟aa
yang berarti memanggil, mengundang atau mengajak. Ism fa‟ilnya (red. pelaku)
adalah da‟I yang berarti pendakwah.
Di dalam kamus al-Munjid fi al-Lughoh wa al-a‟lam disebutkan makna da‟I sebagai
orang yang memangggil (mengajak) manusia kepada agamanya atau mazhabnya.
Merujuk pada Ahmad Warson Munawir dalam Ilmu Dakwah karangan Moh. Ali Aziz
(2009:6), kata da‟a mempunyai beberapa makna antara lain memanggil, mengundang,
minta tolong, meminta, memohon, menamakan, menyuruh datang, mendorong,
menyebabkan, mendatangkan, mendoakan, menangisi dan meratapi.
Dalam Al-Quran kata dakwah ditemukan tidak kurang dari 198 kali dengan makna
yang berbeda-beda setidaknya ada 10 macam yaitu;
mengajak dan menyeru, berdo‟a, mendakwah , mengadu, memanggil, meminta
mengundang, malaikat Israfil,
Dari makna yang berbeda tersebut sebenarnya semuanya tidak terlepas dari
unsur aktifitas memanggil. Mengajak adalah memanggil seseorang untuk mengikuti
kita, berdoa adalah memanggil Tuhan agar mendengarkan dan mengabulkan

5
permohonan kita, mendakwah adalah memanggil orang dengan anggapan tidak baik,
mengadu adalah memanggil untuk menyampaikan keluh kesah, meminta hampir
sama dengan berdoa hanya saja objeknya lebih umum bukan hanya tuhan,
mengundang adalah memanggil seseorang untuk menghadiri acara, malaikat Israfil
adalah yang memanggil manusia untuk berkumpul di padang Masyhar dengan tiupan
Sangkakala, gelar adalah panggilan atau sebutan bagi seseorang, anak angkat adalah
orang yang dipanggil sebagai anak kita walaupun bukan dari keturunan kita.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia meliputi beberapa makna yang diberikan Al-
Quran yaitu mengajak, meminta, menyeru, mengundang, menyebut dan menamakan.
Maka bila digeneralkan makna dakwah adalah memanggil.

Definisi dakwah yang ditulis oleh pakar-pakar dakwah antara lain adalah:

1). Dakwah adalah perintah mengadakan seruan kepada sesama manusia untuk
kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar dengan penuh kebijaksanaan
dan nasihat yang baik (Aboebakar Atjeh, 1971:6).
2). Dakwah adalah menyeru manusia kepada kebajikan dan petunjuk serta
menyuruh kepada kebajikan dan melarang kemungkaran agar mendapat
kebahagiaan dunia dan akhirat (Syekh Muhammad Al-Khadir Husain).

3)Dakwah adalah menyampaikan dan mengajarkan agama Islam kepada seluruh


manusia dan mempraktikkannya dalam kehidupan nyata (M. Abul Fath al-
Bayanuni).

4)Dakwah adalah suatu aktifitas yang mendorong manusia memeluk agama Islam
melalui cara yang bijaksana, dengan materi ajaran Islam, agar mereka
mendapatkan kesejahteraan kini (dunia) dan kebahagiaan nanti (akhirat) (A.
Masykur Amin)

6
Dari definisi para ahli di atas maka bisa kita simpulkan bahwa dakwah adalah
kegiatan atau usaha memanggil orang muslim maupun non-muslim, dengan cara
bijaksana, kepada Islam sebagai jalan yang benar, melalui penyampaian ajaran Islam
untuk dipraktekkan dalam kehidupan nyata agar bisa hidup damai di dunia dan
bahagia di akhirat. Singkatnya, dakwah, seperti yang ditulis Abdul Karim Zaidan
adalah mengajak kepada agama Allah, yaitu Islam.
Setelah kita ketahui makna dakwah secara etimologis dan terminologis maka kita
akan dapatkan semua makna dakwah tersebut membawa misi persuasive bukan
represif, karena sifatnya hanyalah panggilan dan seruan bukan paksaan. Hal ini
bersesuaian dengan firman Allah (ayat laikraha fiddin) bahwa tidak ada paksaan
dalam agama. Maka penyebaran Islam dengan pedang atau pun terror tidaklah bisa
dikatakan sesusai dengan misi dakwah.
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dakwah menurut
bahasa artinya mengajak, menyeru, dan memanggil. Menurut istilah, dakwah adalah
suatu proses mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan menngikuti
petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari berbuat jelek
agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat, melalui metode dan media
tertentu. Bebtuk-bentuk dakwah adalah tabligh, irsyad, tadbir, dan tathwir. Adapun
jenis-jenis dakwah adalah dakwah nafsiyah, fardiyah, fi‟ah qalilah, dan hizbiyah.

B. Hakikat Manusia

1. Pengertian Manusia

Menurut bahasa, manusia itu sendiri berasal dari kata “Nasia” yang artinya
lupa. Maksudnya adalah bahwa manusia hakikatnya lupa akan perjanjian dengan
Allah sewaktu di alam ruh. Dalam arti lain, hakikat manusia memang pelupa. Hadits
Rasul menjelaskan bahwa manusia adalah tempatnya salah dan lupa.

7
Al-Qur‟an menegaskan kualitas dan nilai manusia dengan menggunakan tiga macam
istilah yang satu sama lain saling berhubungan, yakni al-insaan, an-naas, al-basyar,
dan banii Aadam. Manusia disebut al-insaan karena dia sering menjadi pelupa
sehingga diperlukan teguran dan peringatan. Sedangkan kata an-naas (terambil dari
kata an-naws yang berarti gerak; dan ada juga yang berpendapat bahwa ia berasal dari
kata unaas yang berarti nampak) digunakan untuk menunjukkan sekelompok manusia
baik dalam arti jenis manusia atau sekelompok tertentu dari manusia.Manusia disebut
al-basyar, karena dia cenderung perasa dan emosional sehingga perlu disabarkan dan
didamaikan. Manusia disebut sebagai banii Aadam karena dia menunjukkan pada
asal-usul yang bermula dari nabi Adam as sehingga dia bisa tahu dan sadar akan jati
dirinya. Misalnya, dari mana dia berasal, untuk apa dia hidup, dan ke mana ia akan
kembali.

Penggunaan istilah banii Aadam menunjukkan bahwa manusia bukanlah


merupakan hasil evolusi dari makhluk anthropus (sejenis kera). Hal ini diperkuat lagi
dengan panggilan kepada Adam dalam al-Qur‟an oleh Allah dengan huruf nidaa (Yaa
Adam!). Demikian juga penggunaan kata ganti yang menunjukkan kepada Nabi
Adam, Allah selalu menggunakan kata tunggal (anta) dan bukan jamak (antum)
sebagaimana terdapat dalam surah al-Baqarah ayat 35.
“Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga
ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang
kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu
Termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah: 35)
Manusia dalam pandangan al-Qur‟an bukanlah makhluk anthropomorfisme
yaitu makhluk penjasadan Tuhan, atau mengubah Tuhan menjadi manusia. Al-Qur‟an
menggambarkan manusia sebagai makhluk theomorfis yang memiliki sesuatu yang
agung di dalam dirinya. Disamping itu manusia dianugerahi akal yang
memungkinkan dia dapat membedakan nilai baik dan buruk, sehingga membawa dia
pada sebuah kualitas tertinggi sebagai manusia takwa.

8
Al-Qur‟an memandang manusia sebagaimana fitrahnya yang suci dan mulia,
bukan sebagai manusia yang kotor dan penuh dosa. Peristiwa yang menimpa Nabi
Adam sebagai cikal bakal manusia, yang melakukan dosa dengan melanggar larangan
Tuhan, mengakibatkan Adam dan istrinya diturunkan dari sorga, tidak bisa dijadikan
argumen bahwa manusia pada hakikatnya adalah pembawa dosa turunan. Al-Quran
justru memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi yang sedang dalam perjalanan
menuju suatu kehidupan spiritual yang suci dan abadi di negeri akhirat, meski dia
harus melewati rintangan dan cobaan dengan beban dosa saat melakukan kesalahan di
dalam hidupnya di dunia ini. Bahkan manusia diisyaratkan sebagai makhluk spiritual
yang sifat aslinya adalah berpembawaan baik (positif, haniif).

Karena itu, kualitas, hakikat, fitrah, kesejatian manusia adalah baik, benar,
dan indah. Tidak ada makhluk di dunia ini yang memiliki kualitas dan kesejatian
semulia itu . Sungguhpun demikian, harus diakui bahwa kualitas dan hakikat baik
benar dan indah itu selalu mengisyaratkan dilema-dilema dalam proses
pencapaiannya. Artinya, hal tersebut mengisyaratkan sebuah proses perjuangan yang
amat berat untuk bisa menyandang predikat seagung itu. Sebab didalam hidup
manusia selalu dihadapkan pada dua tantangan moral yang saling mengalahkan satu
sama lain. Karena itu, kualitas sebaliknya yaitu buruk, salah, dan jelek selalu menjadi
batu sandungan bagi manusia untuk meraih prestasi sebagai manusia berkualitas
mutaqqin di atas.
Menurut Freud, superego selalu mendampingi ego. Jika ego yang mempunyai
berbagai tenaga pendorong yang sangat kuat dan vital (libido bitalis), sehingga
penyaluran dorongan ego (nafsu lawwamah/nafsu buruk) tidak mudah menempuh
jalan melalui superego (nafsu muthmainnah/nafsu baik). Karena superego (nafsu
muthmainnah) berfungsi sebagai badan sensor atau pengendali ego
manusia.Sebaliknya, superego pun sewaktu-waktu bisa memberikan justifikasi
terhadap ego manakala instink, intuisi, dan intelegensi ditambah dengan petunjuk
wahyu bagi orang beragama bekerja secara matang dan integral. Artinya superego
bisa memberikan pembenaran pada ego manakala ego bekerja ke arah yang positif.

9
Ego yang liar dan tak terkendali adalah ego yang negatif, ego yang merusak kualitas
dan hakikat manusia itu sendiri.
2. Tugas manusia
Tugas manusia di muka bumi berdasarkankan tuntunan Al-Qur‟an setidaknya
ada dua, yaitu sebagai khalifah dan sebagai ma‟bud. Dari dua tugas tersebut, dalam
perspektif filsafat dakwah, bisa ditarik suatu benang, bahwa tugas manusia adalah
sebagai subjek dakwah (da‟i) dan objek dakwah (mad‟u). karena pada dasarnya da‟i
dan mad‟u merupakan tugas manusia sebagai wujud dari perilaku ma‟bud pula,
sebagaimana perintah Allah dalam firman-Nya dan sabda Rasulullah saw yang pada
intinya memerintahkan untuk melaksanakan dakwah, sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya.

3. Subjek Dakwah (Da‟i)


Da‟i/muballigh adalah setiap orang yang mengajak, memerintahkan orang di
jalan Allah (fi-Sabiilillah), atau mengajak orang untuk memahami dan mengamalkan
Al-Qur‟an dan As-Sunnah nabi Muhammad SAW. Berhasil tidaknya gerakan
dakwah sangan ditentukan oleh kompetensi seorang da‟i, yang dimaksud dengan
kompetensi da‟i adalah sejumlah pemahaman, pengetahuan, penghayatan, dan prilaku
serta keterampilan yang harus dimiliki oleh para da‟i, oleh karena itu para da‟i harus
memilikinya, baik kompetensi substantif maupun kompetensi metodologis

Objek Dakwah (Mad‟u)


Objek dakwah (mad‟u) ialah orang yang menjadi sasaran dakwah, yaitu
semua manusia, sebagaimana firman Allah SWT :
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.” (QS. As-Saba‟: 28)

10
C. Kebutuhan Manusia Terhadap Dakwah

1. Teori kebutuhan manusia

Secara fitrah manusia menginginkan “kesatuan dirinya” dengan Tuhan, karena itulah
pergerakan dan perjalanan hidup manusia adalah sebuah evolusi spiritual menuju dan
mendekat kepada Sang Pencipta. Tujuan mulia itulah yang akhirnya akan
mengarahkan dan mengaktualkan potensi dan fitrah tersembunyi manusia untuk
digunakan sebagai sarana untuk mencapai “spirituality progress”.
Di masa modern sekarang agama adalah kebutuhan pokok yang tidak bisa
lupakan, bahkan tidak sesaat-pun manusia mampu meninggalkan agamanya, yang
mana agama adalah pandangan hidup dan praktik penuntun hidup dan kehidupan,
sejak lahir sampai mati, bahkan sejak mulai tidaur sampai kembali tidur agama selalu
akan memberikan bimbingan, demi menuju hidup sejahtera dunia dan akhirat. Ponsel
yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sehari-hari masyarkat Indonesia bisa
menjadi alat bantu untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan melalui fitur-fitur
spiritual.
Maraknya penggunaan fitur spiritual ini sebenarnya tak hanya merebak di
Indonesia. Menurut Craig Warren Smith, Senior Advisor University of Washington‟s
Human Interface Technology Laboratory, spiritual computing telah ada di negara-
negara lain, seperti penggunaan fitur spiritual untuk umat Budha. Menurut Craig,
nantinya fitur spritual akan menjadi faktor penting dalam keagamaan.
Salah satu contoh fitur spiritual yang dekat dengan masyarakat Indonesia saat ini
adalah Athan Time. Aplikasi ini mengingatkan penggunanya untuk menjalankan solat
lima waktu. Ini merupakan salah satu fitur yang dibuat untuk mendukung praktik
techno-spiritual secara efektif. Selain itu, fitur ini juga berfungsi menghubungkan
orang dengan pengalaman religius mereka.
Beberapa responden dari penelitian yang dilakukan oleh Susan P. Wyche, Kelly E.
Caine, Benjamin K, Davison, Shwetak N. Patel, Michael Arteaga, dan Rebecca E.

11
Grinter menyebutkan, penggunaan fitur spiritual Islami, membuat mereka “melihat
dan merasakan” spiritualitas yang ada.
Menjelang akhir hayatnya, Abraham Maslow menyadari dan menemukan
adanya kebutuhan yang lebih tinggi lagi pada sebagian manusia tertentu, yaitu yang
disebut sebagai kebutuhan transcendental. Berbeda dengan kebutuhan lainnya yang
bersifa horizontal (berkaitan hubungan antara manusia dengan manusia), maka
kebutuhan transcendental lebih bersifat vertikal (berakaitan dengan hubungan
manusia dengan Sang Pencipta). Muthahhari, Seorang filsuf muslim dunia yang
menghasilkan banyak karya filosofis berharga– pernah menyatakan bahwa manusia
itu sejati dan senyatanya adalah sosok makhluk spiritual.
Maka tak aneh kalau kemudian muncul istilah Spritual Quantient (SQ) yang
membahas „siapa saya‟. Istilah SQ menjadi populer melalui buku SQ: Spritual
Quotient,The Ultimate Intelligence (London, 2000) karya Danah Zohar dan Ian
Marshall, masing-masing dari Harvard University dan Oxford University. SQ diklaim
memiliki dasar dan bukti ilmiah. Pakar neurosains pada tahun 1990-an menemukan
adanya “Titik Tuhan” atau God Spot di dalam otak.
Titik Tuhan ini adalah sekumpulan jaringan saraf yang terletak di daerah
lobus temporal otak, bagian yang terletak di balik pelipis. Dari eksperimen yang
menggunakan sensor magnetis ditemukan adanya korelasi antara aktivitas berpikir
tentang hal sakral seperti kedamaian, cinta, kesatuan, Tuhan dengan aktivitas magnet
pada lobus temporal otak. Yang sangat sesuai dengan pembahasan dalammakalah ini
adalah berkenaan dengan kebutuhan manusia terhadap spiritual
Berdasarkan kajian terhadap hakikat manusia, dapat dipahami secara filosofis alasan
manusia harus didakwahi. Manusia adalah makhluk yang mudah lupa (tempatnya
salah dan lupa). Oleh karena itu, dakwah merupakan hal yang begitu penting bagi
manusia, khususnya bagi mad‟u sebagai media untuk mengingatkan dan meninjau
atas hal-hal yang sering dilupakan manusia (ajaran agama). Tidak hanya untuk
mad‟u, tetapi penting pula bagi da‟i sebagai bahan introsfeksi diri, mengingatkan
kembali terhadap hal-hal yang ia lupakan.

12
2. Ditinjau dari teori kebutuhan manusia

Dilihat dari teori kebutuhan manusia (kebutuhan spiritual), dapat dipahami


pula bahwa manusia membutuhkan akan ketenangan jiwa. Salah satu caranya adalah
melalui jalan ibadah. Manusia tidak akan mampu beribadah apabila tidak ada
dakwah. Oleh karena itu, dakwah begitu penting bagi manusia.

Ada dua aspek makna pentingnya dakwah bagi manusia, yaitu:

a) . Memelihara dan mengembalikan martabat manusia


Dakwah adalah upaya para da‟i agar manusia tetap menjadi makhluk yang baik,
bersedia mengimani dan mengamalkan ajaran dan nilai-nilai Islam, sehingga
hidupnya menjadi baik, hak-hak asasinya terlindungi, harmonis, sejahtera, bahagia di
dunia dan di akhirat terbebas dari siksaan dari api neraka dan memperoleh
kenikmatan surga yang dijanjikan. Ketinggian martabat manusia itulah yang
dikehendaki Allah SWT. Sehingga manusia dapat menjalakan fungsinya sesuai
dengan tujuan penciftaan-Nya, yaitu sebagau khalifah-Nya. Bukannya makhluk yang
selalu menimbulkan kerusakan dan pertumpahan darah seperti yang dikhawatirkan
oleh para malaikat.
Oleh sebab itu dakwah harus bertumpu pada tauhid, menjadikan Allah sebagai
titik tolak dan sekaligus tujuan hidup manusia. Diatas keyakinan tauhid itulah
manusia harus melakukan kewajiban menghambakan diri (mengabdi) kepada Allah
yang wujudnya secara vertikal menyembah kepada Allah SWT., dan horizontal
menjalankan sebuah risalah atau misi yaitu menata kehidupan sesuai dengan yang
dikehendaki Allah SWT. Hal ini karena dakwah adalah mengajak orang untuk hidup
mengikuti ajaran Islam yang bertumpu pada tauhid. Diatas fondasi tauhid itulah Islam
dibangun untuk dipedomani pemeluknya supaya hidupnya selalu baik dan tidak
seperti binatang ternak atau makhluk yang lebih rendah dari binatang.

13
b). Membina akhlak dan memupuk semangat kemanusiaan

Dakwah juga penting dan sangat diperlukan oleh manusia karena t manusia
akan sesat. Hidupnya menjadi tidak teratur dan kualitas kemanusiannya merosot.
Akibatnya manusia akan kehilangan akhlak seperti nuraninya tertutup, egois, rakus,
liar, akan saling menindas, saling “memakan” atau saling “memeras”, melakukan
kerusakan diatas dunia, sehingga konstatasi malaikat bahwa manusia sebagai
makhluk perusak di bumu dan penumpah darah akan menjadi kenyataan.Tanpa
adanya dakwah manusia akan kehilangan cinta kasih, rasa keadilan, hati nurani,
kepedulian sosial dan lingkungan, karena manusia akan menjadi semakin egois,
konsumeristis, dan hedonis. Manusia hanya akan mementingkan dirinya sendiri tanpa
mau memikirkan lingkungannya dan tidak peduli terhadap kesulitan dan penderitaan
masyarakat lain. Manusia juga akan memanfaatkan apa saja untuk memuaskan hawa
nafsunya.
Drs. Syukriadi Sambas, M.Si dalam bukunya memperinci kebutuhan manusia
terhadap dakwah yaitu sebagai berikut:

1). Manusia telah bersyahadat ketika di alam roh bahwa Allah adalah Tuhan
mereka. Syahadat ini disebut dengan perjanjian ketuhanan („ahd Allah) dan fitrah
Allah. Namun manusia menjadi lupaakan perjanjian itu setelah ruh bersatu dengan
jasaddalam proses kjadian manusia lahir di alam dunia. Dakwah islamini
diperlukan untuk mengaktualkan syahadah ilahiyah dalam kehidupan nyata

2). Imam Syafi‟i berkata:


“Cahaya di dalamhati pluktuatif, kadang bertambah dan kadang berkurang”. Karena
itu, dakwah diperlukan untuk mengantisifasi keadaan hati yang berkurang dan
memposisikannya dalam keadaan bertambah.

14
3).Islam menjadi dasar dan alasan bagi akal untuk melaksanakan kewajiban
beriman kepada Allah, sebab sebelum datangnya dakwah yang dibawa Rasulullah
manusia tidak akan mendapat azab. (pendapat „Asy‟ariyah Bukhoro)

4).Karakter agama Islam itu sendiri yang mengidentifikasikan dirinya sebagai


penyebar kasih sayang Tuhan bagi seluruh alam, dan wilayah kerasulan Rasul
terakhir berlaku untuk seluruh jagat raya. Allah berfirman:
“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam. Katakanlah: “Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah:
“Bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan yang Esa. Maka hendaklah kamu berserah diri
(kepada-Nya)”. (QS. Al-Anbiya: 107-108)

Selanjutnya, dakwah itu harus dilakukan karena alasan sebagai berikut:

1).Potensi baik dan buruk yang Allah berikan


Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT berfirman:
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.”
(QS. As-Syams: 8)
Dalam ayat di atas dapat difahami bahwa manusia itu mempunyai potensi untuk
berbuar baik dan buruk. Maka setiap orang memerlukan nasihat dan pendidikan yang
maksimal berupa dakwah untuk mengoptimalkan kebaikan yang ada. Sehingga setiap
manusia akan condong kepada kebaikannya, dan keburukan akan terminimalisasi.

2). Lingkungan keluarga sebagai pendidikan pertama


Rasulullah saw pun bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, dan orang
tuanyalah yang mengarahkannya menjadi Yahudi, Nashrani, atau Majusi” (HR.
Bukhari dan Muslim). Berdasarkan hadits ini, lingkungan keluarga merupakan
pendidikan awal bagi anak-anak dalam membentuk akhlak, moral, dan
kepribadiannya. Pendidikan dalam hal ini bisa disebut dakwah.

15
D. Manfaat Dakwah Bagi Manusia

1. Kebutuhan Manusia Kepada Dakwah Melebihi Kebutuhan Mereka Kepada


Makanan

Allah swt menciptakan manusia dengan sempurna (ahsana taqwim). Dengan


dibekali akal dan nafsu untuk menbedakan manusia dengan makhluk lain. Allah swt
telah mengilhamkan kepada manusia jalan yang baik dan jalan yang jujur supaya
tidak (sesat). Karena itulah manusia membutuhkan dakwah (nasihat orang lain) agar
tidak futur dalam menjalankan ketaatan kepada Allah swt karena perintah Allah swt
itu banyak dan berat sehingga manusia membutuhkan teman atau jamaah yang saling
mengingkan diantara mereka, begitu juga pada hakikatnya nafsu manusia itu
menyukai (condong) kepada hal-hal yang dilarang sebagaimana firman Allah swt

‫ٔتٕاصٕا ببنحك ٔتٕاصٕا ببنصبس‬

“dan saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran.”

Manusia terdiri dari tubuh, akal dan hati. Tubuh membutuhkan makanan
untuk bisa tegak dan menjalankan aktivitas. Adapun akal harus dimanfaatkan dengan
banyak berfikir dan mentadabburi alam semesta ini. Dan hati lebih dari itu semua ,
karena hati ini tempat dimana Allah memberikan hidayah dan cahaya kepada
manusia. Karena itu hati membutuhkan siraman dakwah sehingga tumbuh subur iman
(hidayah ) Allah swt. tanpa siraman dakwah, hati akan mengeras dan mati. Sungguh
indah ketika Allah menggambarkan bagaimana kerasnya hati ,

2. Dakwah Melahirkan Kebaikan Pada Diri, Masyarakat Dan Negara

Miswan thohadi dalam bukunya “quantum dakwah dan tarbiyah” mengatakan


: “Dakwah Selain kewajiban syariat, dakwah juga merupakan kebutuhan manusia

16
secara universal. Artinya setiap manusia dimanapun ia berada tidak akan pernah
hidup dengan baik tanpa dakwah. Dakwahlah yang akan menuntun manusia kepada
kebaikan. Sedangkan menjadi ahli kebaikan adalah kebutuhan dasar setiap orang.
Maka jangan pernah terpikir sediitpun untuk menjauh dari dakwah dengan alas an
apapun. Justru ketika kita merasa kesulitan menjadi baik, maka dakwah inilah yang
akan membantu kita memudahkannya. Semakin kita merasa berat meniti jalan islam,
semakin besar pula kebutuhan kita terhadap dakwah. Ia melanjutkan , dakwah adalah
kebutuhan setiap manusia, terlebih bagi sang dai sendiri. Menjadi sholih adalah
kemestian atas setiap muslim dan menjadi dai adalah jalan yang paling efektif untuk
menjadi sholih. Para nabi dan rosul Allah adalah para dai pejuang penegak agama
Allah, disaat yang sama mereka juga harus mengamalkannya dalam kehidupan nyata
Allah swt berfirman;

‫) ٔال تستٕي‬33( ًٍٍ‫ٔيٍ أحسٍ لٕال يًٍ دعب إنى هللا ٔعًم صبنحب ٔلبل إًَُ يٍ انًسه‬
‫) ٔيب‬34( ‫انحسُت ٔال انسٍئت ادفع ببنتً ًْ أحسٍ فإذا انري بٍُك ٔبٍُّ عدأة كأَّ ٔنً حًٍى‬
)35( ‫ٌهمبْب إال انرٌٍ صبسٔا ٔيب ٌهمبْب إال ذٔ حظ عظٍى‬

“ siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-
orang yang menyerah diri?"
dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang
lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan
seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang
sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai
Keuntungan yang besar.” (fushilat: 33-35)

Dari sini diketahui bahwa ketika kebaikan itu telah tertanam pada tiap individu,
kemudian dari individu ini melahirkan sebuah keluarga yang baik, kemudian dari
kumpulan keluarga akan melahirkan masyarakat yang baik, dan tidaklah mustahil dari

17
masyarakat-masyarakat yang telah tertanam ruh kebaikan akan melahirkan negara
yang baik pula.

3. Dakwah Menjadikan Manusia Menjadi Mulia

Firman Allah swt:

‫ٔأٌ ْرا صساطً يستمًٍب فبتبعِٕ ٔال تتبعٕا انسبم فتفسق بكى عٍ سبٍهّ ذنكى ٔصىكى بّ نعهكى‬
) 353 : ‫تتمٌٕ ( األَعبو‬

“dan inilah jalanku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah engkau ikuti jalan-
jalan lain, karena itu semua akan menyesatkanmu dari jalanNya. Itulah yang telah
diwasiatkan kepadamu agar kamu bertaqwa.” (al-an‟am : 153)
Dakwah dalam perspektif yang luas merupakan jalan untuk membangun
sistem kehidupan masyarakat yang mengarahkan umat manusia menuju
penghambaan totalitas dalam semua dimensi kehidupan mereka hanya kepada Allah
swt. jika prosesi ini berjalan dengan baik maka akan tercipta sebuah tatanan
masyarakat yang harmonis, yang menjunjung tinggi nilai kemuliaandan
menghindarkann diri dari prilaku keji yang berujung pada kehinaan. Jalan dakwah
inilah yang telah ditempuh oleh Rosulullah saw dan para rosul sebelumnya. Di atas
jalan ini pula mereka mengerahkan segenap potensi yang dimiliki untuk membangun
kemulian umat.Tetapi ketika manusia menjauhi dakwah islam, sehingga egoisme
menguasai seluruh elemen bangsa ini. Dimana pedagang hanya mementingkan
keuntungan perdagangannya, pegawi hanya mementingkan pekerjaannya, dan begitu
seterusnya masing-masing larut dengan urusannya tanpa mempedulikan kebaikan
orang lain. Egosime inilah yang telah mencabut rasa percaya satu sama lain di antara
warga masyarakat, yang memutuskaan ikatan kasih sayangantar anggota keluarga,
dan melemahkan ikatan kemanusiaan antar manusia. Padahal manusia membutuhkan

18
kerja sama untuk menghadapi kesulitan-kesulitan dan problema kehidupan. Di sini,
dakwah berperan memberikan harapan akan lenyapnya egosime dari masyarakat kita.

4. Dakwah Adalah Jalan Menuju Bahagia


Orang-orang yang berjalan di atas dakwah akan merasa bahagia karena
mereka melaksanakan perintah Allah swt. Dengan dakwah hati manusia menjadi
tenang dan lapang, karena hidayah Allah swt. sebagaimana digambarkan Allah swt
dalam surat al-an‟am ayat 125:

‫فًٍ ٌسد هللا أٌ ٌٓدٌّ ٌشسح صدزِ نإلسالو ٔيٍ ٌسد أٌ ٌضهّ ٌجعم صدزِ ضٍمب حسجب كأًَب‬
ٌُٕ‫عهى انرٌٍ ال ٌمي‬ ‫ٌصعد فً انسًبء كرنك ٌجعم هللا انسج‬

“ Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk,


niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan Barangsiapa
yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi
sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa
kepada orang-orang yang tidak beriman.”

Jiwanya tenang tidak gelisah, karena jiwa mereka terlepas dari segala
penghambaan syahwat dan dunia dan menundukkannya hanya kepada Allah swt
semata. Seperti yang ditulis fathi yakan di dalam bukunya “musykilatu al-dakwah wa
al-daiyah” : “para pelaku dakwah terbebas dari segala penghambaan dunia dan
syahwat, sehingga mereka tidak merasakan rasa bahagia kecuali dengan mentaati
Allah swt, tidak mengenal jihad (perjuangan) kecuali sebagai pintu menuju
kesyahidan dan pintu menuju syurga Allah swt dan memperoleh ridhonya

5. Tanpa Dakwah Manusia Menuju Ke Jurang Kehancuran

19
Dakwah berarti menyeru atau mengajak manusia kepada suatu sistem yang di
ridhai Allah swt, yaitu islam. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah swt. dan Allah
maha mengetahui mana yang terbaik untuk mereka dengan memberikan kepada
mereka rambu-rambu sehingga tercipta kehidupan yang teratur dan tenang. Karena
itulah Allah swt mengutus para rosul untuk menyampaikan risalahnya kepada
manusia. Supaya mereka berjalan di atas sistem yang telah Allah gariskan bagi
mereka. Tetapi ketika mereka tidak mau berjalan di atas sistem atau menolak apa
yang telah dibawa oleh para nabi dan rosul berarti mereka telah menjeburkan diri
mereka ke dalam jurang kehancuran. Sebagaimana firman Allah swt :
‫ٔاتمٕا فتُت ال تصٍبٍ انرٌٍ ظهًٕا يُكى خبصت ٔاعهًٕا أٌ هللا شدٌد انعمبة‬

“dan peliharah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang
dzalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (al-
anfal : 25)

Dalam sebuah riwayat dari zainab binti jahsy, ia bertanya, “wahai Rosulullah saw
apakah kita akan binasa padahal di tengah-tengah kita ada orang – orang yang
sholih? Rosulullah saw menjawab: “ya, apabila kemaksiatan telah merajalela.”
Dakwah mutlak diperlukan manusia, terlebih mereka sekarang hidup pada suatu
masyarakat yang mengagung-agungkan kebebasan dan HAM (hak asasi manusia).
Pelaku-pelaku kehancuran berbagai macamnya berupaya untuk merobohkan dan
meruntuhkan nilai-nilai kebaikan. Sehingga kebebasan dan HAM dianggap sebagai
simbol kemajuan, sedang berpegang teguh terhadap ajaran agama dianggap sebagai
keterbelakangan.
Dalam situasi (keadaan ) seperti ini, seandainya manusia menjauhi dakwah;
seakan tidak lagi membutuhkan dakwah, maka masyarakat tersebut telah bersiap
menuju jurang kehancuran.
Begitu juga manusia sekarang hidup di masa, dimana materi menjadi tujuan utama.
Waktu (siang dan malam) mereka habiskan untuk mengejar materi. Mereka lalai akan
hakikat tujuan diciptakannya manusia. Banyak diantara mereka yang meninggalkan

20
perintah Allah swt terutama sholat dan menghalalkan apa yang dilarang Allah swt
demi mendapatkan materi. Padahal, Hakikat kehidupan dunia hanyAllah sementara
dan kenikmatan yang fana, sedang akhirat adalah negri abadi selamanya.

6. Dakwah Sebagai Pembuktian Kesejatian Manusia

Dakwah Sebagai Pembuktian Kesejatian Manusia

‫يٍ انًميٍٍُ زجبل صدلٕا يب عبْد هللا عهٍّ فًُٓى يٍ لضى َحبّ ٔيُٓى يٍ ٌُتظس ٔيب بدنٕا‬
‫تبدٌال‬

“diantara (sebagian ) orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa
yang telah mereka janjikan kepada Allah; lalu diantara mereka ada yang gugur, dan
diantara mereka pula ada yang menunggu-nunggu, dan mereka sedikitpun tidak
merubah janjinya.” (al-ahzab : 23)
Dalam sejarah peradaban islam, tidaklah para ulama dan tokoh-tokoh islam dikenal
kecuali karena mereka telah membuktikan diri mereka dimedan dakwah dengan
perjuangan dan pengorbanan yang begitu besar. Mereka telah mengukir sejarah
dengan darah dan tinta mereka demi tegaknya kalimatullah di muka bumi. Karena itu
benarlah bahwa dakwah adalah pembuktian kesejatian manusia, karena orang yang
berdakwah mampu memberikan yang terbaik untuk orang lain.

7. Dakwah Adalah Investasi Amal Tanpa Batas

Rosulullah saw bersabda :


»ّ‫ «يٍ دل عهى خٍس فهّ يثم أجس فبعه‬:‫لبل زسٕل هللا صهى هللا عهٍّ ٔسهى‬

“barang siapa yang menunjukkan kebaikan , maka baginya pahala seperti orang yang
mengerjakannya.” Hr. abu dawud:

21
Dakwah termasuk dalam kategori ilmu yang bermanfaat.
Dakwah lebih baik dari dunia, sebagaimana Rosulullah saw ketika berkata kepada Ali
bin abi tholib:
“wahai ali, sungguh sekiranya Allah member hidayah seseorang karena dakwahmu,
itu lebih baik bagimu daaripada unta merah.”(hr. bukhori muslim)

8. Dengan Dakwah Manusia Lebih Produktif Beramal Dan Tidak Egois


(Individual)

Pada hakikatnya dakwah bukanlah rantaian kata-kata yang tersusun menjadi


kalimat yang keluar dari lisan semata. Tetapi ia disampaikan dengan lisan dan
diwujudkan dengan amal nyata. Karena itulah Allah swt berfirman dalam surat as-
shaf :

)3( ٌَُٕ‫هللاِ أَ ٌْ تَمُٕنُٕا َيب َال تَ ْف َعه‬


َّ ‫) َكبُ َس َي ْمتًب ِع ُْ َد‬2( ٌَُٕ‫ٌَب أٌََُّٓب انَّ ِرٌٍَ آ َيُُٕا نِ َى تَمُٕنٌَُٕ َيب َال تَ ْف َعه‬

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak
kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan.” (qs. Asshaf : 1-2)
Kalau kita melihat sirah Rosulullah saw. Beliau adalah teladan dalam segala
hal. Beliau adalah orang pertama kali yang melakukan sebelum ia menyuruh umatnya
untuk melakukannya. bahkan beliau lebih banyak mencontohkan dengan amalnya.
Sebagaimana yang pernah beliau lakukan ketika membangun masjid kuba, beliau
sendiri ikut serta dengan mengambil batu-batu untuk pondasi masjid. Di perang
akhzab ketika menggali parit, beliau juga yang menghancurkan batu-batu yang besar
dimana tidak ada sahabat yang sanggup menghancurkannya.
nyata.

22
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Pengertian Dakwah
Secara Etimologi, Dakwah berarti Menyeru, mengajak, mengundang. Sedangkan
secara terminologi, Dakwah berarti menyeru manusia menuju jalan Allah.

2. Pengertian Manusia
Menurut bahasa, manusia berasal dari kata “Nasia” yang artinya lupa. Maksudnya
adalah bahwa manusia hakikatnya lupa akan perjanjian dengan Allah sewaktu di alam
ruh. Dalam arti lain, hakikat manusia memang pelupa. Hadits Rasul menjelaskan
bahwa manusia adalah tempatnya salah dan lupa.
Ada dua aspek makna pentingnya dakwah bagi manusia, yaitu:
a. Memelihara dan mengembalikan martabat manusia
b. Membina akhlak dan memupuk semangat kemanusiaan

3. Fungsi Dakwah bagi manusia, yaitu:


a. Kebutuhan Manusia Kepada Dakwah Melebihi Kebutuhan Mereka Kepada
Makanan
b. Dakwah Melahirkan Kebaikan Pada Diri, Masyarakat Dan Negara
c. Dakwah Menjadikan Manusia Menjadi Mulia
d. Dakwah Adalah Jalan Menuju Bahagia
e. Tanpa Dakwah Manusia Menuju Ke Jurang Kehancuran
f. Dakwah Adalah Investasi Amal Tanpa Batas
g. Dengan Dakwah Manusia Lebih Produktif Beramal Dan Tidak Egois
(Individual)
h. Dakwah Adalah Lentera Hidup

23
4. Akibat Ketika Manusia tidak Didakwahi dan Tidak Melaksanakan
Dakwah

a. Karena manusia pada hakikatnya pelupa, maka manusia akan tetap dalam
kebodohan terhadap akhlak dan moralitas sebagaimana yang terjadi pada zaman
jahiliyyah.
b.Manusia tidak akan dapat memenuhi kebutuhan spiritualnya
c. Cahaya hati pada manusia selalu dalam keadaan berkurang
dAkal tidak akan dipandu oleh pengetahuan-pengetahuan agama (syari‟at Islam),
sehingga perilakunya cenderung mengikuti akal dan hawa nafsu.
e.Eksistensi Tuhan tidak akan dikenal oleh manusia,karena melalui dakwah para
utusan-Nya lah eksistensi Tuhan ada.
f.Potensi baik pada manusia yang Allah anugrahkan tidak akan termaksimalkan,
malahan potensi keburukan lah yang akan lebih menguasai, disebabkan oleh akal dan
nafsu yang membimbingnya.

3.2. Saran

Penulis menyarankan agar makalah ini bisa dikembangkan bukan hanya


sebagai bahan bacaan namun bisa menjadi topik diskusi antar mahasiswa/i
untuk bisa bersama-sama membuat sebuah trobosan nyata dalam memahami
Sejarah peradaban islam sebagai ilmu pengetahuan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Miswan thohadi , quantum dakwah dan tarbiyah, Jakarta: al-I’tishom 2008, cet.1
hal146-147

Atabik luthfi, Tafsir da’awi , jakarta: alitishom, 2011. Cet. 1, hal : 8


Ibid hal 10

Fathi yakan, musykilatu al-dakwah wa al-daiyah, beirut: muassasah al-risalah thn.


1983. Cet.9 , hal.33
Yaitu hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka
mendapat kenikmatan-kenikmatan di sisi Allah, dan hanya Allah sajalah yang
mengetahui bagaimana Keadaan hidup itu

Muhammad albukhori, shohih bukhori. Mesir: dar al-hadis, 2004. Cet. 5, juz4 hal 96
no 3158

Ibid hal 15

Sunan abu dawud, bab fi dal ala al-khoir,beirut: almaktabah al-ashriyah, juz 4 hal
333 no. 5129

Sunan tirmidzi, bab al-waqof, mesir: mustofa albabi alhalabi, juz3 hal 652. No 1376

25
Muhammad a-syaukani, fathu al-qodir, damaskus : dar ibnu katsir, cet.1 juz2 hal.181

Ibid, hal 182

26

Anda mungkin juga menyukai