Oleh:
Muchammad Ibnu Muzakir
Muhammad Tartusi
Dosen :
H. Hasbu Marzuki, Lc M.Pd
0 Retorika
Dakwah
BAB I. PENDAHULUAN
Di antara karunia Allah SWT yang paling besar bagi manusia ialah
kemampuan berbicara. Kemampuan untuk mengungkapkan isi hatinya dengan
bunyi yang dikeluarkan dari mulutnya. Berbicara telah membedakan manusia
dengan makhluk lainnya. Kambing dapat mengembik, tetapi ia tidak mampu
menceritakan pengalaman masa kecilnya. Malaikat dan jin mungkin dapat
berbicara, namun itu hanya kita saksikan dalam cerita lama atau kitab suci.
Dengan berbicara, manusia mengungkapkan dirinya, mengatur lingkungannya,
dan pada akhirnya menciptakan bangunan budaya insane.
Dalam makalah ini akan diuraikan latar belakang sejarah retorika serta
perkembangannya. Dengan uraian historis ini kita ingin mengingatkan bahwa
retorika adalah bidang studi komunikasi yang telah berumur tua.
1 Retorika
Dakwah
SEJARAH PERADABAN RETORIKA (DAKWAH)
2 Retorika
Dakwah
sebuah pelajaran yang elit, hanya untuk mereka yang berbakat. Ia mendirikan
sekolah dan banyak risalah yang dianggap warisan yang menakjubkan. Salah satu
risalahnya yaitu mengkritik kaum Sophis.
Aristoteles, murid dari Plato yang paling cerdas melanjutkan kajian
retorika klasik, kita memperoleh lima tahap penyusunan pidato: terkenal sebagai
Lima Hukum Retorika (The Five Canons of Rhetoric). Ia menyebutkan ada tiga
cara untuk mempengaruhi manusia. Pertama, Anda harus menunjukkan kepada
khalayak bahwa Ana memiliki pengetahuan yang luas, kepribadian yang
terpercaya, dan status yang terhormat (ethos). Kedua, Anda harus menyentuk hati
khalayak. Dan ketiga Anda meyakinkan khalayak dengan mengajukan bukti atau
kelihatan sebagai bukti.
Selain itu, Aristoteles menyebutkan cara yang efektif untuk mempengaruhi
juga adalah entimen dan contoh. Entimen adalah silogisme yang tidak lengkap,
tidak unrtuk menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk menimbulkan
keyakinan. Disebut tidak lengkap karena sebagian premis dihilangkan.
1. Dispostio (penyusunan), yaitu menyusun pidato dengan mengikuti
kebiasaan berpikir manusia. Yaitu, pengantar, argument, dan epilog.
2. Elocutio (gaya), yaitu pembicara memilih kata-kata yang tepat, benar,
dan dapat diterima.
3. Memoria (memori), yaitu mengingat apa yang ingin disampaikannya
dengan mengatur bahan-bahan pembicaraannya.
4. Pronuntiatio (penyampaian), menyampaikannya secara lisan. Disini
acting sangat berperan. Harus memperhatikan suara dan gerakan
anggota badan.
3 Retorika
Dakwah
3) Zaman Abad Pertengahan
Abad pertengahan dsebut abad kegelapan, juga buat retorika. Ketika
agama Kristen berkuasa, retorika dianggap sebagai kesenian jahiliyah. Banyak
orang Kristen pada waktu itu yang melarang mempelajari retorika yang
dirumuskan oleh orang-orang Yunani dan Romawi, para penyembah berhala.
Satu abad kemudian, di Timur muncul peradaban baru dengan datangnya
Nabi Muhammad SAW yang menyampaikan firman Tuhan. Ia seorang pembicara
yang fasih dengan kata-kata yang singkat yang mengandung makna padat. Para
sahabat bercerita bahwa ucapannya sering menyebabkan pendengar berguncang
hatinya dan berlinang air matanya. Ia sangat memerhatikan orang-orang yang
dihadapinya, dan menyesuaikan dengan keadaan orang yang dihadapinya, dan
menyesuaikan pesannya dengan keadaan mereka.
Ada Ulama yang mengumpulkan khusus pidatonya dan menamainya
Madinat al-Balaghah (kota balaghoh). Salah seorang sahabat yang paling
dikasihinya, Ali bin Abi Thalib, mewarisi ilmunya dalam berbicara karena
kefashihan dan kenegarawanan bergabung khutbah-khutbahnya dikumpulkan
dengan cermat oleh para pengikutnya dan diberi judul Nahj al-Balaghah (jalan
balaghoh).
Balaghoh menjadi disiplin ilmu yang menduduki status mulia dalam
peradaban Islam. Kamu muslim menggunakan balaghoh sebagai pengganti
retorika. Tetapi, warisan retorika Yunani, yang dicampakkan di Erofa Abad
pertengahan, tetap dikaji dengan tekun oleh para ahli balaghoh. Sayangnya, sangat
kurag sekali studi berkenaan dengan kontribusi balaghoh pada retorika modern.
Balaghoh berserta ma’ani dan bayan, masih tersembunyi dipesantren-pesantren.
5) Zaman Modern
4 Retorika
Dakwah
Aliran pertama retorika dalam masa modern, yaitu aliran epistemologis,
yang menekankan proses psikologis dan membahas “teori pengetahuan”, asal-
usul, sifat, metode, dan batas-batas pengetahuan manusia.
Aliran retorika modern kedua dikenal sebagai gerakan belles lettres
(bahasa Prancis: tulisan yang indah). Aliran ini sangat mengutamakan keindahan
bahasa, segi-segi estetis pesan, kadang-kadang dengan mengabaikan segi
informatifnya.
Aliran pertama dan kedua terutama memusatkan perhatian mereka pada
persiapan pidato, penyusunan kata dan penggunaan bahasa. Aliran ketiga disebut
gerakan elukosionis yang justru menekankan teknik penyampaian pidato. Dalam
perkembangannya aliran ini dikritik karena perhatian dan kesetiaan yang
berlebihan pada teknik. Pembicara tidak lagi berbicara dan bergerak spontan.
Gerakannya menjadi artisifial.
Pada abad ke-20, retorika mengambil manfaat dari perkembangan ilmu
pengetahuan modern, khususnya ilmu-ilmu prilaku seperti psikologi dan
sosiologi. Istilah retorika pun mulai digeser oleh speech, speech communication,
atau public speaking. Dibawah ini diperkenalkan sebagian dari tokoh-tokoh
retorika mutakhir:
1. James A Winans, perintis penggunaan psikologi modern dalam pidatonnya.
Dalam bukunya public speaking ia menggunakan teori psikologi dari
Wiliam James dan E.B Tichener. Ia mendefinisikan persuasi senagai proses
menumbuhkan perhatian yang yang memadai baik dan tidak berbagi
terhadap proposisi-proposisi.
2. Charles Henry Wollbert, pendiri the Speech Communication Association
of America. Psikologi yang mempengaruhi adalah behaviorisme dari Jhon
B. Watson. Sehingga ia memandang Speech Communication sebagai ilmu
tingkah laku.
3. Wiliam Noorwood Brigance, ia menitikberatkan kepada logika dan faktor
keinginan sebagai dasar persuasi.
4. Alan H. Monroe, dalam bukunya Principles and Types of Speech, ia
meneliti proses motivasi. Dan pesan harus disusun berdasar proses berpikir
manusia yang disebut motivated sequence.
DAFTAR PUSTAKA
Hasanudin, Haji. Hukum Dakwah: Tinjauan Hukum dalam Berdakwah. Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1996
Rakhmat, Jalaluddin. Retorika Modern: Pendekatan praktis. Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2012
5 Retorika
Dakwah