Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN RETORIKA (DAKWAH)


UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH RETORIKA DAKWAH

Oleh:
Muchammad Ibnu Muzakir
Muhammad Tartusi

Dosen :
H. Hasbu Marzuki, Lc M.Pd

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH (STAIDA)
2016/2017

0 Retorika
Dakwah
BAB I. PENDAHULUAN

Di antara karunia Allah SWT yang paling besar bagi manusia ialah
kemampuan berbicara. Kemampuan untuk mengungkapkan isi hatinya dengan
bunyi yang dikeluarkan dari mulutnya. Berbicara telah membedakan manusia
dengan makhluk lainnya. Kambing dapat mengembik, tetapi ia tidak mampu
menceritakan pengalaman masa kecilnya. Malaikat dan jin mungkin dapat
berbicara, namun itu hanya kita saksikan dalam cerita lama atau kitab suci.
Dengan berbicara, manusia mengungkapkan dirinya, mengatur lingkungannya,
dan pada akhirnya menciptakan bangunan budaya insane.

Lama sebelum lambang-lambang tulisan digunakan, orang sudah


menggunakan bicara sebagai alat komunikasi. Bahkan setelah tulisan ditemukan
sekalipun, bicara tetap lebih banyak digunakan. Ada beberapa kelebihan bicara
yang tidak dapat digantikan dengan tulisan. Bicara lebih akrab, lebih pribadi
(personal), lebih manusiawi. Tidak mengherankan, bila “ilmu bicara” telah dan
sedang menjadi perhatian manusia.

Kemampuan bicara bukan saja diperlukan di depan siding parlemen,


dimuka hakim atau hadapan massa, tetapi kemampuan ini dihajatkan dalam
hamper seluruh kegiatan manusia sehari-hari. Kemampuan bicara bisa merupakan
bakat. Tetapi, kepandaian bicara yang baik memerlukan pengetahuan dan latihan.
Orang sering memperhatikan cara dan bentuk pakaian yang dikenakannya, agar
kelihatan pantas, tetapi ia lupa memperhatikan cara dan bentuk pembicaraan yang
diucapkannya sepaya kedengaran baik. Retorika sebagai “ilmu bicara” sebenarnya
diperlukan setiap orang. Bagi ahli komunikasi atau komunikator retorika adalah
conditio sine qua non.

Dalam makalah ini akan diuraikan latar belakang sejarah retorika serta
perkembangannya. Dengan uraian historis ini kita ingin mengingatkan bahwa
retorika adalah bidang studi komunikasi yang telah berumur tua.

1 Retorika
Dakwah
SEJARAH PERADABAN RETORIKA (DAKWAH)

1) Zaman Yunani Kuno


Uraian sistematis retorika yang pertama diletakkan oleh orang Syrcuse,
sebuah koloni Yunani di Pulau Sicilia. Bertahun-tahun koloni itu diperintah oleh
tiran. Tiran di mana pun dan zaman apa pun, senang menggusur tanah rakyat.
Kira-kira tahun 465 SM, rakyat melancarkan revolusi. Diktator ditumbangkan dan
demokrasi ditegakkan. Pemerintah mengembalikan lagi tanah rakyat kepada
pemilik yang sah.
Untuk mengambil haknya, pemilik tanah harus meyakinkan dewan juri di
pengadilan dengan pembicaraan. Dan untuk membantu memenangkan hak di
pengadilan, Corax menulis makalah tentang teknik kemungkinan yang akhirnya
retorika mirip dengan “ilmu silat lidah”.
Disamping teknik tersebut, Corax meletakkan dasar-dasar organisasi
pesan. Ia membagi pidato kedalam lima bagian: pembukaan, uraian, argumen,
penjelasan tambahan, dan kesimpulan. Dan disinilah, para ahli retorika kelak
mengembangkan organisasi pidato. Walaupun demokrasi gaya Syracuse tidak
bertahan lama, ajaran Corax tetap berpengaruh.
Diantara lainnya hidup Empedocles (490-430) Masih di Pulau Sicilia,
filosof, mistikus, politisi, dan sekaligus orator. Ia cerdas dan menguasai banyak
pengetahuan dan menulis The Nature of Things. Menurut Aristoteles, “ia
mengajarkan prinsi-prinsip retorika yang kelak di jual Gorgias kepada penduduk
Athena”.
Pada tahun 427 Georgias dikirim sebagai duta ke Athena dan berhasil
mendirikan sekolah retorika. Georgias menekankan dimensi bahasa yang puitis
dan teknik berbicara impromtu dan ia meminta bayaran yang mahal. bersama
Protagoras dan kawan-kawan, Gorgias berpindah dari satu kota ke kota lain.
Mereka adalah “dosen-dosen terbang”.
Protogoras menyebut kelompoknya sophistai, “guru kebijaksanaan”.
Sejarahwan menyebut mereka kelompok Shopis. Mereka berjasa
mengembangkan retorika dan mempopulerkannya. Retorika bagi mereka bukan
hanya ilmu pidato, tetapi meliputi pengetahuan sastra, gramatika, dan logika.
Abad ke-4 SM adalah abad retorika. Jago-jago pidato muncul di pesta
Olimpiade, di gedung perwakilan dan pengadilan. Berbeda dengan Gorgias,
Demosthenes mengembangkan gaya bicara yang tidak berbunga-bunga, tetapi
jelas dan keras. Dengan cerdik, ia menggabungkan narasi dan argumentasi. Ia juga
amat memperhatikan cara penyampaian (delivery). Menurut Will Durant, “ia
meletakkan rahasia pidato pada acting (hypocrisies).
Menurut Isocrates, retorika dapat meningkatkan kualitas masyarakat;
bahwa retorika tidak boleh dipisahkan dari politik dan sastra. Retorika menjadi

2 Retorika
Dakwah
sebuah pelajaran yang elit, hanya untuk mereka yang berbakat. Ia mendirikan
sekolah dan banyak risalah yang dianggap warisan yang menakjubkan. Salah satu
risalahnya yaitu mengkritik kaum Sophis.
Aristoteles, murid dari Plato yang paling cerdas melanjutkan kajian
retorika klasik, kita memperoleh lima tahap penyusunan pidato: terkenal sebagai
Lima Hukum Retorika (The Five Canons of Rhetoric). Ia menyebutkan ada tiga
cara untuk mempengaruhi manusia. Pertama, Anda harus menunjukkan kepada
khalayak bahwa Ana memiliki pengetahuan yang luas, kepribadian yang
terpercaya, dan status yang terhormat (ethos). Kedua, Anda harus menyentuk hati
khalayak. Dan ketiga Anda meyakinkan khalayak dengan mengajukan bukti atau
kelihatan sebagai bukti.
Selain itu, Aristoteles menyebutkan cara yang efektif untuk mempengaruhi
juga adalah entimen dan contoh. Entimen adalah silogisme yang tidak lengkap,
tidak unrtuk menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk menimbulkan
keyakinan. Disebut tidak lengkap karena sebagian premis dihilangkan.
1. Dispostio (penyusunan), yaitu menyusun pidato dengan mengikuti
kebiasaan berpikir manusia. Yaitu, pengantar, argument, dan epilog.
2. Elocutio (gaya), yaitu pembicara memilih kata-kata yang tepat, benar,
dan dapat diterima.
3. Memoria (memori), yaitu mengingat apa yang ingin disampaikannya
dengan mengatur bahan-bahan pembicaraannya.
4. Pronuntiatio (penyampaian), menyampaikannya secara lisan. Disini
acting sangat berperan. Harus memperhatikan suara dan gerakan
anggota badan.

2) Zaman Romawi Kuno


Buku Ad Herrenium, yang ditulis dalam bahasa Latin kira-kira 100 SM,
hanya mensistematisasikan dengan cara Romawi warisan retorika gaya
Yunani. Orang-orang Romawi bahkan hanya mengambil segi-segi praktisnya
saja. Walaupun begitu, kekaisaran Romawi bukan saja subur dengan sekolah-
sekolah retorika; tetapi juga kaya dengan orator-orator ulung: Antonius,
Crassus, Rufus, Hortensius yang terkenal begitu piawai dalam berpidato.
Kemampuan Hortensius disempurnakan oleh Cicero. Ia menulis banyak
filsafat dan lima buah buku retorika. Ia banyak menampilkan gagasan dari
Isocrates. Dari tulisannya, Cicero sangat terampil dalam menyederhanakan
pembicaraan yang sulit. Bahasa Latinnya mudah dibaca. Melalui penanya,
bahasa mengalir deras tetapi indah.
Sepeningga Hortensius, Quintillianus mendirikan sekolah retorika. Ia
mendefinisikan retorika sebagai ilmu berbicara yang baik. Orator harus
mempelajari musik, supaya ia memiliki keanggunan dan ritma, drama, untuk
menghidupkan kefasihannya dengan gerakan dan tindakan.

3 Retorika
Dakwah
3) Zaman Abad Pertengahan
Abad pertengahan dsebut abad kegelapan, juga buat retorika. Ketika
agama Kristen berkuasa, retorika dianggap sebagai kesenian jahiliyah. Banyak
orang Kristen pada waktu itu yang melarang mempelajari retorika yang
dirumuskan oleh orang-orang Yunani dan Romawi, para penyembah berhala.
Satu abad kemudian, di Timur muncul peradaban baru dengan datangnya
Nabi Muhammad SAW yang menyampaikan firman Tuhan. Ia seorang pembicara
yang fasih dengan kata-kata yang singkat yang mengandung makna padat. Para
sahabat bercerita bahwa ucapannya sering menyebabkan pendengar berguncang
hatinya dan berlinang air matanya. Ia sangat memerhatikan orang-orang yang
dihadapinya, dan menyesuaikan dengan keadaan orang yang dihadapinya, dan
menyesuaikan pesannya dengan keadaan mereka.
Ada Ulama yang mengumpulkan khusus pidatonya dan menamainya
Madinat al-Balaghah (kota balaghoh). Salah seorang sahabat yang paling
dikasihinya, Ali bin Abi Thalib, mewarisi ilmunya dalam berbicara karena
kefashihan dan kenegarawanan bergabung khutbah-khutbahnya dikumpulkan
dengan cermat oleh para pengikutnya dan diberi judul Nahj al-Balaghah (jalan
balaghoh).
Balaghoh menjadi disiplin ilmu yang menduduki status mulia dalam
peradaban Islam. Kamu muslim menggunakan balaghoh sebagai pengganti
retorika. Tetapi, warisan retorika Yunani, yang dicampakkan di Erofa Abad
pertengahan, tetap dikaji dengan tekun oleh para ahli balaghoh. Sayangnya, sangat
kurag sekali studi berkenaan dengan kontribusi balaghoh pada retorika modern.
Balaghoh berserta ma’ani dan bayan, masih tersembunyi dipesantren-pesantren.

4) Zaman Renaisans dan Humanisme


Abad pertengahan berlangsung 1000 tahun (400-1400). Di Eropa, selama
priode panjang itu, warisan peradaban Yunani diabaikan. Pertemuan orang Erofa
dengan Islam yang menyimpan dan mengembangkan khazanah Yunani dalam
Perang Salib menimbulkan Renaisans. Seorang pemikir Renaisans yang menarik
kembali minat orang pada retorika adalah Peter Ramus.
Renaisans mengantarkan kita kepada retorika modern. Yang
menghubungkan renaisans dengan retorika modern adalah Rager Bacon (1214-
1219). Ia bukan saja memperkenalkan retorika kembali, tetapi juga pentingnya
pengetahuan tentang proses psikologis dalam studi retorika.

5) Zaman Modern

4 Retorika
Dakwah
Aliran pertama retorika dalam masa modern, yaitu aliran epistemologis,
yang menekankan proses psikologis dan membahas “teori pengetahuan”, asal-
usul, sifat, metode, dan batas-batas pengetahuan manusia.
Aliran retorika modern kedua dikenal sebagai gerakan belles lettres
(bahasa Prancis: tulisan yang indah). Aliran ini sangat mengutamakan keindahan
bahasa, segi-segi estetis pesan, kadang-kadang dengan mengabaikan segi
informatifnya.
Aliran pertama dan kedua terutama memusatkan perhatian mereka pada
persiapan pidato, penyusunan kata dan penggunaan bahasa. Aliran ketiga disebut
gerakan elukosionis yang justru menekankan teknik penyampaian pidato. Dalam
perkembangannya aliran ini dikritik karena perhatian dan kesetiaan yang
berlebihan pada teknik. Pembicara tidak lagi berbicara dan bergerak spontan.
Gerakannya menjadi artisifial.
Pada abad ke-20, retorika mengambil manfaat dari perkembangan ilmu
pengetahuan modern, khususnya ilmu-ilmu prilaku seperti psikologi dan
sosiologi. Istilah retorika pun mulai digeser oleh speech, speech communication,
atau public speaking. Dibawah ini diperkenalkan sebagian dari tokoh-tokoh
retorika mutakhir:
1. James A Winans, perintis penggunaan psikologi modern dalam pidatonnya.
Dalam bukunya public speaking ia menggunakan teori psikologi dari
Wiliam James dan E.B Tichener. Ia mendefinisikan persuasi senagai proses
menumbuhkan perhatian yang yang memadai baik dan tidak berbagi
terhadap proposisi-proposisi.
2. Charles Henry Wollbert, pendiri the Speech Communication Association
of America. Psikologi yang mempengaruhi adalah behaviorisme dari Jhon
B. Watson. Sehingga ia memandang Speech Communication sebagai ilmu
tingkah laku.
3. Wiliam Noorwood Brigance, ia menitikberatkan kepada logika dan faktor
keinginan sebagai dasar persuasi.
4. Alan H. Monroe, dalam bukunya Principles and Types of Speech, ia
meneliti proses motivasi. Dan pesan harus disusun berdasar proses berpikir
manusia yang disebut motivated sequence.

DAFTAR PUSTAKA
Hasanudin, Haji. Hukum Dakwah: Tinjauan Hukum dalam Berdakwah. Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1996
Rakhmat, Jalaluddin. Retorika Modern: Pendekatan praktis. Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2012

5 Retorika
Dakwah

Anda mungkin juga menyukai