Anda di halaman 1dari 15

FILSAFAT KEHIDUPAN SOSIAL

A. Filsafat

1. Pengertian Filsafat

Filsafat merupakan ilmu yang sudah sangat tua. Bila kita membicarakan filsafat

maka pandangan kita akan tertuju jauh ke masa lampau di zaman Yunani Kuno.

Pada masa itu semua ilmu dinamakan filsafat. Dari Yunanilah kata ―filsafat‖ ini

berasal, yaitu dari kata ―philos‖ dan ―sophia‖. ―Philos‖ artinya cinta yang sangat

mendalam, dan ―sophia‖ artinya kebijakan atau kearifan. Istilah filsafat sering

dipergunakan secara populer dalam kehidupan sehari-hari, baik secara sadar maupun

tidak sadar. Dalam penggunaan populer, filsafat dapat diartikan sebagai suatu

pendirian hidup (individu) dan dapat juga disebut sebagai pandangan masyarakat

(masyarakat). Mungkin anda pernah bertemu dengan seseorang dan mengatakan:

―filsafat hidup saya adalah hidup seperti oksigen, menghidupi orang lain dan diri

saya sendiri‖. Atau orang lain lagi mengatakan: ―Hidup harus bermanfaat bagi

orang lain dan dunia‖. Ini adalah contoh sederhana tentang filsafat seseorang. Selain

itu, masyarakat juga mempunyai filsafat yang bersifat kelompok. Oleh karena

manusia itu makhluk sosial, maka dalam hidupnya ia akan hidup bermasyarakat

dengan berpedoman pada nilai-nilai hidup yang diyakini bersama. Inilah yang

disebut filsafat atau pandangan hidup. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila merupakan

filsafat bangsa. Henderson sebagaimana dikutip oleh Uyoh Sadulloh (2007:16)

mengemukakan: ―Populerly, philosophy menans one’s general view of lifeof men,

of ideals, and of values, in the sense everyone has a philosophy of life”. Di Jerman

dibedakan antara filsafat dengan pandangan hidup (Weltanscahuung). Filsafat

diartikan sebagai suatu pandangan kritis yang sangat mendalam sampai ke akar-

1
akarnya. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Magnis Suseno (1995:20) bahwa

filsafat sebagai ilmu kritis. Dalam pengertian lain, filsafat diartikan sebagai

interpretasi atau evaluasi terhadap apa yang penting 2 atau apa yang berarti dalam

kehidupan. Di pihak lain ada yang beranggapan bahwa filsafat sebagai cara berpikir

yang kompleks, suatu pandangan yang tidak memiliki kegunaan praktis. Ada pula

yang beranggapan bahwa para filsuf bertanggung jawab terhadap cita-cita dan kultur

masyarakat tertentu. Seperti halnya Karl Marx dan Fredrich Engels yang telah

menciptakan komunisme. Thomas Jefferson dan John Stuart Mill telah

mengembangkan suatu teori yang dianut dalam masyarakat demokratis. John Dewey

adalah peletak dasar kehidupan pragmatis di Amerika. Sidi Gazalba (1974:7)

mengatakan bahwa filsafat adalah hasil kegiatan berpikir yang radikal, sistematis,

universal. Kata ―radikal‖ berasal dari bahasa Latin ―radix‖ yang artinya akar.

Filsafat bersifat radikal, artinya permasalahan yang dikaji, pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan dan jawaban yang diberikan bersifat mendalam sampai ke akar-

akarnya yang bagi orang awam mungkin dianggap hal biasa yang tidak perlu

dibahas lagi, tetapi filsafat ingin mencari kejelasan makna dan hakikatnya. Misal:

Siapakah manusia itu? Apakah hakikat alam semesta ini? Apakah hakikat keadilan?

Filsafat bersifat sistematis artinya pernyataan-pernyataan atau kajiankajiannya

menunjukkan adanya hubungan satu sama lain, saling berkait dan bersifat koheren

(runtut). Di dalam tradisi filsafat ada paham-paham atau aliran besar yang menjadi

titik tolak dan inti pandangan terhadap berbagai pertanyaan filsafat. Misal: aliran

empirisme berpandangan bahwa hakikat pengetahuan adalah pengalaman. Tanpa

pengalaman, maka tidak akan ada pengetahuan. Pengalaman diperoleh karena ada

indera manusia yang menangkap objek-objek di sekelilingnya (sensasi indera) yang

2
kemudian menjadi persepsi dan diolah oleh akal sehingga menjadi pengetahuan.

Filsafat bersifat universal, artinya pertanyaan-pertanyaan dan jawabanjawaban

filsafat bersifat umum dan mengenai semua orang. Misalnya: Keadilan adalah

keadaan seimbang antara hak dan kewajiban. Setiap orang selalu berusaha untuk

mendapatkan keadilan. Walaupun ada perbedaan pandangan sebagai jawaban dari

pertanyaan filsafat, tetapi jawaban yang diberikan berlaku umum, tidak terbatas

ruang dan waktu. Dengan kata lain, filsafat mencoba mengajukan 3 suatu konsep

tentang alam semesta (termasuk manusia di dalamnya) secara sistematis. Filsafat

sering juga dapat diartikan sebagai ―berpikir reflektif dan kritis‖ (reflective and

critical thinking). Namun, Randall dan Buchler sebagaimana dikutip oleh Uyoh

Sadulloh (2007:17) memberikan kritik terhadap pengertian tersebut, dengan

mengemukakan bahwa definisi tersebut tidak memuaskan, karena beberapa alasan,

yaitu: 1) tidak menunjukkan karakteristik yang berbeda antara berpikir filsafati

dengan fungsi-fungsi kebudayaan dan sejarah, 2) para ilmuwan juga berpikir

reflektif dan kritis, padahal antara sains dan filsafat berbeda, 3) ahli hukum, ahli

ekonomi juga ibu rumah tangga sewaktu-waktu berpikir reflektif dan kritis, padahal

mereka bukan filsuf atau ilmuwan. Dalam Al-Quran dan budaya Arab terdapat

istilah “hikmat‖ yang berarti arif atau bijak. Filsafat itu sendiri bukan hikmat,

melainkan cinta yang sangat mendalam terhadap hikmat. Dengan pengertian

tersebut, maka yang dinamakan filsuf adalah orang yang mencintai dan mencari

hikmat dan berusaha mendapatkannya. Al-Syaibani (1979) mengatakan bahwa

hikmat mengandung kematangan pandangan dan pikiran yang jauh, pemahaman dan

pengamatan yang tidak dapat dicapai oleh pengetahuan saja. Dengan hikmat filsuf

akan mengetahui pelaksanaan pengetahuan dan dapat melaksanakannya. Seorang

3
filsuf akan memperhatikan semua aspek pengalaman manusia. Pandangannya yang

luas memungkinkan ia melihat segala sesuatu secara menyeluruh, memperhitungkan

tujuan yang seharusnya. Ia akan melampaui batasbatas yang sempit dari perhatian

yang khusus dan kepentingan individual. Harold H. Titus (1959) mengemukakan

pengertian filsafat dalam arti sempit maupun dalam arti luas. Dalam arti sempit

filsafat diartikan sebagai ilmu yang berkaitan dengan metodologi atau analisis

bahasa secara logis dan analisis makna-makna. Filsafat diartikan sebagai ―science

of science‖ yang bertugas memberi analisis secara kritis terhadap asumsi-asumsi dan

konsep-konsep ilmu, mengadakan sistematisasi atau pengorganisasian pengetahuan.

Dalam pengertian yang lebih luas, filsafat mencoba mengintegrasikan pengetahuan

manusia yang berbeda-beda dan menjadikan suatu pandangan yang komprehensif

tentang alam semesta, hidup 4 dan makna hidup. Ada beberapa definisi filsafat yang

dikemukakan Harold Titus, yaitu: (1) Filsafat adalah suatu sikap tentang hidup dan

alam semesta; (2) Filsafat adalah suatu metode berpikir reflektif dan penelitian

penalaran; (3) Filsafat adalah suatu perangkat masalah-masalah; (4) Filsafat adalah

seperangkat teori dan sistem berpikir. Berfilsafat merupakan salah satu kegiatan

manusia yang memiliki peran penting dalam menentukan dan menemukan

eksistensinya. Dalam kegiatan ini manusia akan berusaha untuk mencapai kearifn

dan kebajikan. Kearifan merupakan hasil dari filsafat dari usaha mencapai

hubungan-hubungan antara berbagai pengetahuan dan menentukan implikasinya,

baik yang tersurat maupun yang tersurat dalam kehidupan. Dari uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa berfilsafat merupakan kegiatan berpikir yang khas, yaitu radikal,

sistematis dan universal untuk mencari kearifan, kebenaran yang sesungguhnya dari

4
segala sesuatu. Berfilsafat berarti berpikir merangkum (sinopsis) tentang pokok-

pokok atau dasar-dasar dari hal yang ditelaahnya.

2. Berfikir Filsafat

Berfikir filsafat menjadi cirri orang yang beradap (madani) adalah orang yang

mencoba mengunakan akal budi untuk memecahkan problem. Itulah sebabnya,

dalam prilaku hidup yang gemar berfikir filsafat selalu penuh dengan rasa ingin

tahu. Rasa ingin tahu termasud tentu didukung oleh sejumlah data yang jelas,

akuntabel, dan valid. Dengan demikian berfilsafat menandai orang yang kritis.

Setiap detik manusia pasti berfikir, ketika dia sadar diri. Berfikir filsafat tentu

berbeda dengan berfikir yang lain. Berfikir filsafat, kuncinya adalah untuk meraih

ebijaksaan hidup. Memang harus diakui bahwa konsep filsafat masih sering

memunculkan penafsiran bermacam-macam. Namun demikian, inti filsafat memang

bermakna kebijaksanaan. Filsafat merupakan wahana berfikir.

Orang yang gemar berfilsafat artinya cinta kebijaksanaan. Orang yang berfikir

filsafat, adalah orang yang memiliki pola pikir tertata, jernih dan meyakinkan.

Berfikir filsafat adalah sebuah langkah penjelasan ilmu. Berfikir dengan filsafat ilmu

berarti memikirkan dasar-dasar keilmuan dari objek pemikiran filsafat yang luas.

Objek pemikiran filsafat adalah segala sesuatu yang ada di alam semesta. Segala

yang ada merupakan bahan pemikiran filsafat. Bahwa berfilsafat adalah berfikir. Hal

ini tidak berarti setiap berfikir adalah berfilsafat, karena berfilsaf itu berfikir dengan

ciri-ciri tertentu.

3. Ciri-Ciri Berfikir Filsafat

Ciri-ciri berfikir filsafat secara singkat dan jelas dapat di ketahui yaitu:

a. Membangun pemehaman tentang makna dan membimbing tindakan.

5
b. Berfikir secara ketas, tuntas, rinci, dan habis-habisan.

c. Berfikir secara seismatik dan sistemik.

d. Membangun bangang konsepsional (Peta Konsep).

e. Jawaban-jawaban serial prihal kepilsafatan (5W + 1 H).

f. Merupakan pemikirian yang kohoren, rutut dan sismatis

g. Hasil dari pemikiran laogis dan rasional.

B. Fungsi dan Peranan Filsafat dalam Kehidupan Sosial

Berdasarkan hakekat dari pandangan hidup atau filsafat hidup maka ada beberapa

manfaat mengetahui pandangan hidup atau filsafat kehidupan sosial, yaitu:

1) Pandangan hidup atau filsafat hidup menolong mendidik, membangun diri sendiri

dan membuka cakrawala pandang yang lebih luas, yang kemudian akan

memudahkan penyelesaian masalah yang kita hadapi dengan cara yang lebih

bijaksana.

2) Pandangan hidup atau filsafat hidup memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk

melihat dan memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari,

dikarenakan dasar semua tindakan bersumber dari ide. Sesungguhnya filsafat

didalamnya memuat ide-ide yang fundamental. Ide-ide itulah yang akan mebawa

manusia ke arah suatu kemampuan untuk merentang kesadarannya dalam segala

tindakannya.

3) Pandangan hidup memberikan pandangan yang luas membendung egoisme dan

egosentrisme.

4) Pandangan hidup memberikan dasar-dasar baik untuk hidup diri sendiri maupun

untuk kepentingan ilmu-ilmu pengetahuan.

6
Dengan memperhatikan manfaat dari pandangan hidup tersebut, maka orang yang

memiliki pandangan hidup yang luas dan tinggi, terdapat ciri-ciri sebagai berikut:

a. Mampu mengapresiasi keindahan, baik keindahan alam lingkungan, keindahan seni

budaya, maupun keindahan harmoni yang aman, tentram, dan damai.

b. Tanggap dan menaruh empati maupun simpati terhadap penderitaan orang lain,

karena itu ia tidak akan melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan penderitaan

pihak lain.

c. Menjunjung tinggi rasa keadilan, bahkan berani mempertaruhkan hidupnya demi

memperjuangkan keadilan.

Ilmu fisafat belum banyak diterima oleh masyarakat karena dianggap tidak

memiliki prospek dan potensi yang bagus di dunia pekerjaan. Namun, ketua departemen

filsafat dari University of California at Santa Barbara mengatakan, hal itu hanya

merupakan mitos belaka. Faktanya, ilmu filsafat berguna dalam segala aspek kehidupan.

Simak beberapa fakta di bawah ini terkait ilmu filsafat.

1. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan naluri bisnis

Mereka yang mempelajari ilmu filsafat dituntut untuk selalu berargumen dan

berpikir kritis sehingga kelak berguna untuk berbagai profesi. “Tugas filsafat yang

bersifat terbuka menuntut mahasiswa untuk melihat dan berpikir soal aspek unik dari

ilmu filosofi yang dipelajari menurut masing-masing filsuf,” ujar Direktur inovasi

dari Wellington International School in Dubai, Christine Nasserghods. Hasilnya,

kemampuan itu bisa digunakan untuk mengidentifikasi serta melihat peluang di

pasar ekonomi.

7
2. Lulusan ilmu filsafat banyak yang berhasil di dunia teknologi

Banyak tokoh di dunia teknologi yang pernah mengambil studi filsafat,

contohnya seperti co-founder LinkedIn, Reid Hoffman. Alih-alih mengambil

spesialisasi di bidang teknologi, ia justru mempelajari filsafat dengan alasan

meningkatkan tingkat intelektualitas publik. Kini, ilmu filsafat itu masih ia gunakan

untuk keputusan investasi teknologi startup yang akan menguntungkannya.

3. Filsuf memiliki peran penting bagi permasalahan yang dihadapi generasinya

Pertanyaan-pertanyaan mendasar yang mungkin belum bisa dijawab oleh

masyarakat dunia merupakan permasalahan yang terus digali penyelesaiannya oleh

para filsuf lewat teori dan argumen. Contohnya, pertanyaan seputar arti hidup dalam

hidup yang lebih baik. Menurut departemen filsafat The Princeton mengatakan,

filsuf dapat memahami kodrat manusia lebih baik dan dapat menyelesaikan masalah

di lingkungan sosial modern. Penulis buku How: Why How We Do Means

Anything, Dov Seidman, mengatakan, “Filsafat akan mengeksplorasi pertanyaan

terluas dan terdalam–mengapa manusia ada, bagaimana lingkungan sosial mengatur

hidup seseorang, dan sebagainya.”

4. Para filsuf dapat mengubah dunia

Di tengah persaingan global, filsuf (amatir maupun profesional) dapat

mengubah dunia. Sebab, mereka memiliki kepedulian serta kemampuan berpikir

kritis untuk menyelesaikan permasalahan global. Meskipun dianggap tidak

potensial, ada alasan khusus mengapa studi ini tetap diminati sebagian orang.

“(Belajar filsafat) untuk mengeksplorasi sudut pandang seseorang.

8
C. Fungsi Dan Peranan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan

1. Fungsi dan penan filsafat ilmu

Fungsi filsafat dalam membangun ilmu-ilmu sosial kiranya tidak bisa

dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :

a. Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.

b. Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap

pandangan filsafat lainnya.

c. Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan

pandangan dunia.

d. Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan

e. Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai

aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan

sebagainya.

Jadi fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam

memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali

kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa

filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory

theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis

dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai

fenomena kecil ataupun besar secara sederhana. Sedangkan peranan Filsafat

diharapkan dapat mensistematiskan, meletakkan dasar, dan memberi arah

kepada perkembangan sesuatu ilmu maupun usaha penelitian ilmuan untuk

mengembangkan ilmu. Cara kerja filsafat ilmu memiliki pola dan model-model

yang spesifik dalam menggali dan meneliti dalam menggali

9
pengetahuan melalui sebab musabab pertama dari gejala ilmu pengetahuan. Di

dalamnya mencakup paham tentang kepastian , kebenaran, dan obyektifitas.

Cara kerjanya bertitik tolak pada gejala – gejala pengetahuan mengadakan

reduksi ke arah intuisi para ilmuwan, sehingga kegiatan ilmu – ilmu itu dapat

dimengerti sesuai dengan kekhasannya masing-masing disinilah akhirnya kita

dapat mengerti fungsi dari filsafat ilmu.

2. Peranan Filsafat Dalam Ilmu Pengetahuan

Ilmu-ilmu pengetahuan pada umumnya membantu manusia dalam

mengorientasikan diri dalam dunia dan memecahkan berbagai persoalan hidup.

Untuk mengatasi masalah-masalah, manusia membutuhkan kesadaran dalam

memahami lingkungannya. Di sinilah ilmu-ilmu membantu manusia

mensistematisasikan apa yang diketahui manusia dan mengorganisasikan proses

pencariannya.

Meskipun demikian, pada kenyataannya peranan ilmu pengetahuan dalam

membantu manusia mengatasi masalah kehidupannya sesungguhnya terbatas.

Untuk mengatasi masalah ini, ilmu-ilmu pengetahuan membutuhkan filsafat.

Dalam hal inilah filsafat menjadi hal yang penting.

D. Pemikiran Filsafat Dalam Membangun Ilmu-Ilmu Social

1. Pemikiran Secara Logis

Logika adalah ilmu penalaran atau ketrampilan berpikir dengan tepat. Ketepatan

berpikir sangat tergantung pada jalan pikiran yang logis atau tidak amburadul.

Dalam berpikir membutuhkan ketrampilan untuk bisa mengerti fakta, memahami

10
konsep, saling keterkaitan atau hubungan, sesuatu yang tersurat dan tersirat, alasan,

dan menarik kesimpulan. Konsep bentuklogis adalah inti dari logika. Konsep itu

menyatakan bahwa kesahihan (validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk

logisnya, bukan oleh isinya. Dalam hal ini logika menjadi alat untuk menganalisis

argumen, yakni hubungan antara kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti yang

diberikan (premis). Logika silogistik tradisional aristoteles dan logika simbolik

modern adalah contoh-contoh dari logika formal.

Berpikir secara logis adalah suatu proses berpikir dengan menggunakan logika,

rasional dan masuk akal. Secara etymologis logika berasal dari kata logos yang

mempunyai dua arti 1) pemikiran 2) kata-kata. Jadi logika adalah ilmu yang

mengkaji pemikiran. Karena pemikiran selalu diekspresikan dalam kata-kata, maka

logika juga berkaitan dengan “kata sebagai ekspresi dari pemikiran”.

Dengan berpikir logis, kita akan mampu membedakan dan mengkritisi kejadian-

kejadian yang terjadi pada kita saat ini apakah kejadian-kejadian itu masuk akal dan

sesuai dengan ilmu pengetahuan atau tidak. Tidak hanya itu, seorang peserta didik

juga harus mampu berpikir kritis sehingga ia mampu mengolah fenomena-fenomena

yang diterima oleh sistem indera hingga dapat memunculkan berbagai pertanyaan

yang berkaitan dan menggelitik untuk dicari jawabannya.

Cara berpikir logis yang biasa dikembangkan, dapat dibagi menjadi dua, yaitu

berpikir secara deduktif dan berpikir secara induktif. Logika deduktif adalah

penarikan kesimpulan yang diambil dari proposisi umum ke proposisi khusus.

Sederhananya kata umum-khusus. Adapun logika induktif kebalikan dari logika

deduktif. Jenis logika ini harus mengikuti penalaran yang berdasarkan pengalaman

atau kenyataan. Artinya, jika tidak ada bukti maka kesimpulannya belum tentu benar

11
atau pasti. Dengan demikian, dia tidak akan mempercayai suatu kesimpulan yang

tidak berdasarkan pengalaman atau kenyataan lewat tangkapan panca indranya.

2. Pemikiran diarahkan Pada pemikiran Filsafat

Secara etimologis, pemikiran berasal dari kata dasar pikir, yang berarti

akal budi, ingatan, angan-angan. Dan ketika kata dasar tersebut mendapatkan

imbuhan awalan bermaka akan mempunyai makna menggunakan akal budi untuk

mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, atau menimbang-nimbang dalam

ingatan. Adapun kata pemikiran sendiri mempunyai pengertian proses, cara atau

perbuatan memikir.

Mengarahkan pemikiran kepada pemikiran filsafat, maka pikiran itu harus logis,

dan ilmiah. Artinya pemikiran itu, harus diterima oleh akal sehat dan dapat

dipertanggung jawabkan kebenaranya. Pemikiran ilmiah yang dimaksud yaitu

proses berfikir secara logis yang didukung dengan kebenaran data. Pemikiran itu

tidak hanya berbentuk pendapat dari hasil imajinasi yang menghasilkan opini.

Tetapi, pemikiran yang bisa dibuktikan dengan data, sehingga bisa menghasilkan

pemikiran filsafat.

Karakteristik berfikir filsafat sendiri adalah meliputi karakteristik yang bersifat

menyeluruh, bersifat mendasar, dan bahkan bersifat spekulatif. Maksudnya

adalah bahwa dalam berfilsafat itu tidak hanya ingin tahu pada satu objek saja

namun ingin mengetahui seluruh objek yang belum diketahui secara filsafati.

Lalu seseorang yang berfikir filsafat itu tidak mau hanya sekedar menerima

pendapat dari satu objek, namun ia ingin mengkaji dengan sendirinya tentang

hakikat kebenaran dari suatu objek kajian. Dan dalam menemukan hakikat

kebenaran yang sesungguhnya, dibutuhkan landasan atau patokan yang

12
menguatkan dan menjadi dasar atas kebenaran yang diperoleh dari suatu objek

kajian.

E. Peranan Filsafat dalam membangun Ilmu-Ilmu Sosial

Sebelum memaparkan lebih jauh terkait dengan peranan filsafat dalam

membangun ilmu-ilmu social, maka terlebih dahu penulis akan menguraikan apa

saja yang menjadi kajian ilmu-ilmu social. Ilmu sosial terdiri dari antropologi,

ekonomi, ilmu hukum, ilmu politik, psikologi sosial, sosiologi, geografi, dan sejarah.

Setiap disiplin ilmu tersebut sangat berbeda, tentunya setiap kajian bidang ilmu

tersebut memiliki ruang lingkup yang berbeda pula. Filsafat sosial sebagai ilmu

kritis dalam melihat dan menganalisis persoalan sosial kemasyarakatan akan

terselamatkan dari bahaya-bahaya legalisme, kemunafikan, dan penglarutan

kepribadian di satu pihak, dan suatu otonomi di lain pihak. Dengan demikian filsafat

sosial dalam hal ini bertitik tolak dari manusia yang dwi tunggal. Individu dan

masyarakat.

Peran filsafat dalam membangun ilmu-ilmu sosial dalam ranah kehidupan

sosial harus berpartisipasi dalam melayani manusia. Karena itu, para ilmuan sosial

harus menentukan keberpihakannya kepada siapa mereka melayani. Filsafat sosial

harus menolak pemisahan antara teori dan praktek, dan semua praktek dan teori

harus didiskusikan. Kepentingan praktek bagi ilmuan sosial adalah untuk

membebaskan manusia dari ketertindasan dengan demikian posisi mereka sebagai

manusia dapat berubah.

Filsafat sosial melihat masyarakat sebagai kesatuan manusia dalam

kebersamaan. Melalui kebersamaan itu kemudian filsafat sosial melihat struktur,

proses dan makna sosial, baik pada masa lalu atau sekarang, yang di dalamnya

13
mempelajari nilai-nilai, tujuan-tujuan individu, kelompok dan kelas sosial. Filsafat

sosial sebagai ilmu kritis mempunyai karakter berbeda dari ilmu sosial positif.

Karena sifatnya yang kritis, maka filsafat sosial mengenal apa yang disebut sebagai

praxis dimana aksi berperan sebagai sumber dan pengesahan teori.

F. PENUTUP

1. Kesimpulan

Filsafat berasal dari bahasa Yunani, yakni Philo dan Sophia. Philo artinya cinta

yang dalam mana luas diartikan sebagai keingitahuan yang mendalam,

sedangkan Sophia artinya, kebijaksanaan atau kepandaian. Jadi, Filsafat adalah cinta

akan kebijaksanaan. Seseorang pencinta kebijaksanaan tidak pernah puas akan suatu

ilmu pengetahuan dan mengganggap kebenaran itu tidak akan perah final. Ia terus

berusaha mencari kebenaran hingga ke akar-akarnya.

Berfikir filsafat akan mengantarkan sesorang untuk memahami sebuah kebenaran.

Sebab dengan berfilsafat pula manusia akan senantiasa merenungkan segala bentuk

persoalan (keadaan) dalam hidupnya. Manusia dapat memecahkan dan menjelaskan

kehidupan dunia sekelilingnya, antara dunia subjektif dan dunia objektif. Dalam

hubungan antara pikiran atau ide manusia dan keadaan (materi) atau kenyataan di

sekelilingnya itu, sudah tentu banyak terdapat persoalan.

Peran Pemikiran filsafat dalam membangun teori ilmu pengetahuan dapat memberi

nilai manfaat terhadap proses berfikir ilmiah, dapat pula terdapat hasil berfikir

ilmiah. Nilai manfaat yang dimaksud, sesuai dengan sifat atau ciri sifat karakteristik,

pemikiran filsafat itu sendiri. Kedua aspek keilmiahan. Saling terkait sangat erat

antara satu dengan yang lain dalam penentuan mutu suatu bangun teori ilmu

14
pengetahuan. Jika singkin prosesnya, dan singking prodaknya baik, maka Pemikiran

filsafat baik, demikian sebaliknya.

Peran filsafat dalam membangun ilmu-ilmu sosial dalam ranah kehidupan sosial

harus berpartisipasi dalam melayani manusia. Karena itu, para ilmuan sosial harus

menentukan keberpihakannya kepada siapa mereka melayani. Filsafat sosial harus

menolak pemisahan antara teori dan praktek, dan semua praktek dan teori harus

didiskusikan. Kepentingan praktek bagi ilmuan sosial adalah untuk membebaskan

manusia dari ketertindasan dengan demikian posisi mereka sebagai manusia dapat

berubah.

15

Anda mungkin juga menyukai