Anda di halaman 1dari 12

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL :

TEORI-TEORI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Satria Ningsih, Walni Firman, Wa Ode Maya Lestari & Endang Nur Junita
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Kendari
Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Tahun Ajaran 2019

Abstrak

Pendidikan adalah salah satu bidang yang sangat menentukan dalam


kemajuan suatu negara, Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari
berbagai macam suku, adat, agama, bahasa dan lain-lain. Sistem pendidikan di
Indonesia membutuhkan model pendidikan multikultural bagi masyarakat
multikultural, yaitu Indonesia yang memiliki keragaman budaya. Ulasan
mengenai multikulturalisme mau tidak mau akan mengulas berbagai
permasalahan yang mendukung ideologi ini, yaitu politik dan demokrasi,
keadilan dan penegakan hukum, kesempatan kerja dan berusaha, HAM, hak
budaya komuniti dan golongan minoritas, prinsip-prinsip etika dan moral, dan
tingkat serta mutu produktivitas. Jadi multikultural adalah keanekaragaman
budaya yang berlatar belakang suku bangsa, bahasa, agama, adat istiadat dan lain
sebagainya, yang berlaku dalam masyarakat. Adapun teori-teori pendidikan
multicultural terdapat beberapa pakar diantaranya James a. banks, Howard,
Horace kallen, Bill martin, Martin j. beck matustik dan Judith m.green.
PENDAHULUAN

Keragaman dan perbedaan merupakan desain Tuhan (sunnatullah) yang


tidak dapat dielakkan dari panggung kehidupan, Pepatah Arab menyebutnya
sebagai lawazim al-hayah (keniscayaan hidup). Kehadirannya akan senantiasa
ada. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt. dalam QS al-Hujurat / 49 : 13.
Sebagai berikut:

‫يايهاالناس اناخلقنكم من دكروانثى وجعلنكم شعوباوقبائل لتعارفوا ان اكرمكم عندهللا اتقمكم ان هللا‬
‫عليم خبير‬

Terjemahnya:
“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”

Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia diciptakan secara berbeda-beda,


baik dari jenis kelamin, bangsa, suku, dan yang lain-lain namun yang paling mulia
hanya dengan ketaqwaannya. Indonesia adalah suatu negara yang terdiri dari
berbagai kelompok etnis, budaya, suku,ras dan agama. Indonesia secara sederhana
dapat disebut sebagai masyarakat multikultural. Persoalan yang dihadapi oleh
masyarakat adalah mengelola keragaman tradisi dan budayanya. Persoalan ini bisa
datang dari berbagai prespektif seperti hukum, ilmu politik, ekonomi,agama,dan
lain-lain.

Pendidikan sebagai sebuah proses pengembangan sumberdaya manusia


agar memperoleh kemampuan sosial dan perkembangan individu yang optimal
memberikan relasi yang kuat antara individu dengan masyarakat dan lingkungan
budaya sekitarnya. Lebih dari itu pendidikan merupakan proses “memanusiakan
manusia” dimana manusia diharapkan mampu memahami dirinya, orang lain,
alam dan lingkungan budayanya. Atas dasar inilah pendidikan tidak terlepas dari
budaya yang melingkupinya sebagai konsekwensi dari tujuan pendidikan yaitu
mengasah rasa, karsa dan karya. Pencapaian tujuan pendidikan tersebut menuai
tantangan sepanjang masa karena salah satunya adalah perbedaan budaya.

Olehnya, kebutuhan terhadap pendidikan yang mampu mengakomodasi


dan memberikan pembelajaran untuk mampu menciptakan budaya baru dan
bersikap toleran terhadap budaya lain sangatlah penting atau dengan kata lain
pendidikan yang memiliki basis multikultural akan menjadi salah satu solusi
dalam pengembangan sumberdaya manusia yang mempunyai karakter yang kuat
dan toleran terhadap budaya lain.

Pendidikan dan Multikultural merupakan solusi atas realitas budaya yang


beragam sebagai sebuah proses pengembangan seluruh potensi yang menghargai
pluralitas dan heterogenitas sebagai konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku
dan aliran atau agama.

Multikultural merupakan suatu tuntutan pedagogis (pendidikan) dalam


rangka studi kultural yang melihat proses pendidikan sebagai proses
pembudayaan. Upaya kita untuk membangun masyarakat Indonesia baru yang
multikultural dapat dilakukan melalui proses pendidikan. Proses pendidikan
merupakan proses pemberdayaan manusia Indonesia yang bebas, tetapi juga
sekaligus terikat kepada suatu kesepakatan bersama untuk membangun
masyarakat Indonesia bersatu dalam wacana kebudayaan Indonesia yang terus
menerus berkembang.

Multikultural adalah gagasan yang lahir dari fakta tentang perbedaan antar
warga masyarakat. Pengalaman hidup yang berbeda menumbuhkan kesadaran dan
tata nilai berbeda, yang kadang tampil berlatar belakang etnis berbeda. Adanya
perbedaan itulah yang sering memicu konflik karena memandang diri lebih benar,
baik, dan berkembang.
Dalam masyarakat yang memiliki anggota heterogen dan multikultur,
perlu mengapresiasi pendidikan multikultural sebagai upaya untuk
mengembangkan pemikiran manusia yang menghargai keragaman budaya, etnis
dan aliran agama. Hal ini sejalan dengan pendapat Choirul Mahfud bahwasannya
pendidikan multikultural sebagai pendidikan untuk keragaman kebudayaan dalam
merespon perubahan kultural yang terjadi di lingkungan masyarakat tertentu atau
bahkan secara keseluruhan.

PEMBAHASAN

A. Pengertian pendidikan multikultural


Secara etimologi istilah pendidikan multikultural terdiri dari dua term,
yaitu pendidikan dan multikultural. Pendidikan berarti proses pengembangan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan melalui
pengajaran, pelatihan, proses dan cara mendidik. Sedangkan multikultural
diartikan sebagai keragaman kebudayaan, aneka kesopanan. Sedangkan secara
terminologi, pendidikan multikultural berarti proses pengembangan seluruh
potensi manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai
konsekwensi keragaman budaya, etnis, suku dan aliran (agama).

Pengertian seperti ini mempunyai implikasi yang sangat luas dalam


pendidikan, karena pendidikan dipahami sebagai proses tanpa akhir atau proses
sepanjang hayat. Dengan demikian, pendidikan multikultural menghendaki
penghormatan dan penghargaan setinggi-tingginya terhadap harkat dan martabat
manusia. Ainul Yakin (2005) mengemukakan bahwa pendidikan multikultural
adalah strategi pendidikan yang diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran
dengan cara menggunakan perbedaan-perbedaan budaya yang ada pada para siswa
seperti perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, kelas sosial, ras, kemampuan dan
umur agar proses belajar menjadi efektif dan mudah.
Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang berlandaskan pada asas
dan prinsip konsep multikulturalisme yakni konsep keberagaman yang
mengakui,menerima dan menegaskan perbedaan dan persamaan manusia yang
dikaitkan dengan gender, ras, dan kelas,agama berdasarkan nilai dan paham
demokratis yang membangun pluralisme budaya dalam usaha memerangi
prasangka dan diskriminasi (Sleeter dan Grant, 1988:67). Akar kata
multikulturalisme adalah kebudayaan. Secara etimologis multikulturalisme
dibentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya),dan isme (aliran atau paham).
Secara hakiki, dalam kata ini terkandung pengakuan atas martabat manusia yang
hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik.

pendapat Choirul Mahfud bahwasannya pendidikan multikultural sebagai


pendidikan untuk keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan kultural
yang terjadi di lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan secara keseluruhan.

Adapun menurut Zakiyuddin Baidhawy pendidikan multikultural adalah


suatu cara untuk mengajarkan keragaman, yang menghendaki rasionalisasi etis,
intelektual, sosial dan pragmatis. Dengan mengajarkan ideal-ideal inklusivisme,
pluralisme, dan saling menghargai semua orang serta menghormati kebudayaan
orang lain.

menurut Abdullah Aly dalam bukunya Pendidikan Islam Multikultural di


Pesantren, istilah pendidikan multikultural terdiri dari dua kata, yaitu pendidikan
dan multikultural. Kata pendidikan, dalam beberapa referensi diartikan sebagai
proses pengembangan sikap dan tata lakuseseorang atau sekelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran, pelatihan, proses, perbuatan
dan tata cara mendidik. Sementara itu, kata multikultural merupakan kata sifat
yang dalam bahasa Inggris berasal dari dua kata, yaitu multi dan culture. Secara
umum, kata multi berarti banyak, ragam, dan atau aneka. Sedangkan kata culture
dalam bahasa Inggris memiliki beberapa makna, yaitu kebudayaan, kesopanan,
dan pemeliharaan. Atas dasar tersebut, kata multikultural dalam tulisan ini
diartikan sebagai keragaman budaya sebagai bentuk dari keragaman latar
belakang seseorang Dengan demikian, secara etimologis pendidikan multikultural
didefinisikan sebagai pendidikan yang memperhatikan keragaman budaya dan
menghendaki penghormatan serta penghargaan manusia terhadap harkat dan
martabat manusia dari manapun dia datang dan berbudaya apapun.

Selanjutnya Sayyidah Syaehotin berpendapat bahwa pendidikan


multikultural merupakan reformasi metodologi pendidikan dan seperangkat
bidang yang spesifik dalam sebuah program pembelajaran, pendidikan
multikultural berarti belajar tentang persiapan untuk merayakan keragaman
budaya, demikian juga berarti sebuah konsep yang menjunjung tinggi ide-ide
kebebasan, keadilan, persamaan hak, kewajaran, dan martabat manusiaMelalui
pengajaran, pelatihan, proses, perbuatan dan tata cara mendidik yang menghargai,
menghayati pluralitas dan heterogenitas secara humanistik. peserta didik tidak
hanya memahami dan menguasai materi pelajaran yang dipelajari, tetapi juga
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain yang menumbuhkan
kerukunan umat beragama dalam masyarakat dan diharapkan memiliki karakter
yang kuat untuk bersikap demokratis, pluralis, dan humanis.

Multikulturalisme yang bermakna penghargaan dan pengakuan terhadap


budaya lain, secara normatif dapat dibenarkan keberadaannya. Multikulturalisme
dalam Islam dapat dirujukkan minimal dari tiga kategori, yakni petama prespektif
teologis, kedua prespektif historis dan ketiga prespektif sosiologis.

Multikultural dalam prespektif teologis Islam dapat ditemukan dalam


banyak ayat-ayat al-Qur’an. Sebagaimana kita ketahui bahwa kemajemukan yang
ada di dunia ini adalah sebuah kenyataan yang sudah menjadi sunnatullah
(ketentuan Allah). Di dalam al-Qur’an surat al-Hujarat ayat 13 Allah
menyebutnya bahwa kemajemukan adalah kehendakNya
َ ‫ََ َ ر‬ ُ َ َ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ ََ َ ً ُ ُ ُ َْ َ َ َ ‫َ َ َُ َى‬ ُ َ َ َ
ِ‫يم خبِ ري‬
ِ ‫اّلل عل‬ ِ ‫ل لت َع َارفوا ِۚ إنِ أ ك َر َمكمِ عن ِد‬
ِ ِ‫اّلل أتقا كمِ ِۚ إن‬ ِ ‫ث وجعلنا كمِ شعو با ِو قبائ‬
ِ ‫إنا خلقنا كمِ منِ ذكرِ وأن‬
َ
ُِ ‫َيا الناأ ُّي َها‬
‫س‬
“Wahai manusia, sungguh telah Allah ciptakan kalian dari seorang lelaki dan
perempuan, dan menjadikan kalian dari berbagai bangsa dan suku agar kalian
saling mengenal”

Dari ayat 13 surat Al-Hujurat tersebut, sangat tegas bahwa Islam pada
dasarnya menganggap sama setiap manusia, yakni tercipta dan dilahirkan dari
sepasang orang tua mereka (laki-laki dan perempuan), kemudian keterlahiran ini
sendiri mempunyai tujuan untuk saling mengenal dan memahami karakter
masing-masing kelompok setelah manusia ini menjadi kelompok yang berbeda.
Dalam surat lain, al-Qur’an Surat ar-Rum ayat 22 Allah berfirman:

َ ‫ك ََل َيا ل ْل َعاتِ لم‬َ َ ُ َْ ُ َ َْ ُ َ َ ْ َ


ِ‫ي‬ ِ ِ ِ‫ف ألسنتكمِ َوأل َِو انكمِ إن‬
ِ ‫ف ذى ل‬ ُِ ‫َومنِ َآياتهِ خل‬
ِ ‫ق الس َم َاواتِ َواْلرِ ضِ َوا ختَل‬

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui”

Ayat di atas menerangkan bahwa perbedaan warna kulit, bahasa, dan


budaya harus diterima sebagai sesuatu yang positif dan merupakan tandatanda
dari kebesaran Allah SWT. Untuk itu sikap yang diperlukan bagi seorang muslim
dalam merespon kemajemukan dan perbedaan adalah dengan memandangnya
secara positif dan optimis, bahwa kemajemukan yang ada justru akan
memperkokoh dan memperindah sisi kemanusiaan. Dengannya seorang muslim
akan mampu bertindak dengan bijak dan selalu termotivasi untuk berbuat baik.

B. Teori-teori pendidikan multikultural

(1) James A. Banks dapat dipandang sebagai perintis pendidikan


multikultural. Jadi penekanan dan perhatian Banks difokuskan pada
pendidikannya. Banks yakin bahwa sebagian dari pendidikan lebih
mengarah pada mengajari bagaimana berpikir dari pada apa yang
dipikirkan. Ia mengandaikan bahwa peserta didik harus diajari memahami
semua jenis pengetahuan, aktif mendiskusikan konstruksi pengetahuan
(knowledge construction) dan interpretasi yang berbeda-beda (Banks,
1993). Di titik ini, peserta didik harus dibiasakan menerima perbedaan.

Selanjutnya Banks (2001) berpendapat bahwa pendidikan multikultural


merupakan suatu rangkaian kepercayaan (set of beliefs) dan penjelasan
yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis di
dalam bentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi,
kesempatan pendidikan dari individu, kelompok maupun negara. Ia
mendefinisikan pendidikan multikultural adalah ide, gerakan,
pembaharuan pendidikan dan proses pendidikan yang tujuan utamanya
adalah untuk mengubah struktur lembaga pendidikan supaya peserta didik
baik pria maupun wanita, peserta didik berkebutuhan khusus, dan peserta
didik yang merupakan anggota dari kelompok ras, etnis, dan kultur yang
bermacam-macam itu akan memiliki kesempatan yang sama untuk
mencapai prestasi akademis di sekolah (Banks, 1993).

(2) Howard (1993) berpendapat bahwa pendidikan multukultural memberi


kompetensi multikultural. Pada masa awal kehidupan peserta didik, waktu
banyak dilalui di daerah etnis dan kulturnya masing-masing. Kesalahan
dalam mentransformasi nilai, aspirasi, etiket dari budaya tertentu, sering
berdampak pada primordialisme kesukuan, agama, dan golongan yang
berlebihan. Faktor ini penyebab timbulnya permusuhan antar etnis dan
golongan. Melalui pendidikan multikultural sejak dini diharapkan anak
mampu menerima dan memahami perbedaan budaya yang berdampak
pada perbedaan usage (cara individu bertingkah laku); folkways
(kebiasaan-kebiasaan yang ada di masyarakat), mores (tata kelakuan di
masyarakat), dan customs (adat istiadat suatu komunitas).

Dengan pendidikan multikultural peserta didik mampu menerima


perbedaan, kritik, dan memiliki rasa empati, toleransi pada sesama tanpa
memandang golongan, status, gender, dan kemampuan akademik (Farida
Hanum, 2005). Hal tersebut ditekankan pula oleh Musa Asya‟rie (2004)
yang mengandaikan pendidikan multikultural bermakna sebagai proses
pendidikan: cara hidup menghormati, tulus, toleransi terhadap keragaman
budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat plural, sehingga peserta
didik kelak memiliki kekenyalan dan kelenturan mental bangsa dalam
menyikapi konflik sosial di masyarakat.

(3) Horace Kallen adalah perintis teori multikultur. Budaya disebut


pluralisme budaya (cultural pluralism) jika budaya suatu bangsa memiliki
banyak segi dan nilai-nilai. Pluralisme budaya didefinisikan oleh Horace
Kallen sebagai "menghargai berbagai tingkat perbedaaan dalam batas-
batas persatuan nasional”. Sebagai budaya yang dominan, White Anglo-
Saxon Protestan harus diakui masyarakat, sedangkan budaya yang lain itu
dipandang menambah variasi dan kekayaan budaya Amerika.
(4) Bill Martin menulis, bahwa isu menyeluruh tentang multikulturalisme
bukan sekedar tempat bernaung berbagai kelompok budaya, namun harus
membawa pengaruh radikal bagi semua umat manusia lewat pembuatan
perbedaan yang radikal. Seperti halnya Banks, Martin menentang tekanan
dari Afrosentris dan tradisionalis Barat. Martin menyebut keduanya
"consumerist multiculturalism". Multikulturalisme bukan "consumerist"
tetapi "transformational", yang memerlukan kerangka kerja. Masyarakat
harus memiliki visi kolektif tipe baru yang berasal dari perubahan sosial
yang muncul lewat transformasi.

(5) Martin J. Beck Matustik berpendapat bahwa perdebatan tentang


multikultural di masyarakat Barat berkaitan dengan norma/tatanan.
Pembahasan multikultural berada pada pemikiran kembali norma Barat
(the western canon) yang mengakui adanya multikultural. Teori
multikulturalisme berasal dari liberalisasi pendidikan dan politik Plato.
Republik, karya Plato, bukan hanya memberi norma politik dan akademis
klasik bagi pemimpin dari negara ideal, namun juga menjadi petunjuk
tentang pendidikan bagi yang tertindas. Matustik yakin bahwa kita harus
menciptakan pencerahan multikultural baru yaitu "multikulturalisme lokal
yang saling bergantung secara global sebagai lawan dari monokultur
nasional".

(6) Judith M.Green menunjukkan bahwa multikulturalisme bukan hanya di


AS. Kelompok budaya kecil harus mengakomodasi dan memiliki toleransi
dengan budaya dominan. Amerika memberi tempat perlindungan dan
memungkinkan kelompok kecil itu mempengaruhi kebudayaan yang ada.
Secara bersama-sama, kelompok tersebut memperoleh kekuatan dan
kekuasaan untuk membawa perubahan dan peningkatan dalam ekonomi,
partisipasi politis dan media massa. Untuk itu diperlukan pendidikan dan
lewat pendidikanlah Amerika meraih kesuksesan terbesar dalam
transformasi dan sejak kelahirannya Amerika selalu memiliki masyarakat
multikultural yang telah bersatu lewat perjuangan, interaksi, dan
kerjasama.

Mengingat bahwa Negara Indonesia adalah Negara yang memiliki


beragam kebudayaan sehingga paham akan multikultural memang pantas
diterapkan di Indonesia. Hal itu di awali dengan pendekatan multicultural
terlebih dahulu. Pendekatan Multikultural sendiri berangkat dari suatu
keadaan yang baru, yaitu keberadaan dua atau lebih kebudayaan yang
berbeda yang hidup berdampingan sebagaimana yang saya tangkap
mengenai defenisi multicultural yaitu berangkat dari kata “multi” yang
berarti beragam atau banyak dan “Cultural” adalah budaya. Sehingga
pendekatan multicultural adalah suatu pengenalan akan hidup
berdampingan dengan kebudayaan-kebudayaan yang berbeda. Sehingga
melalu pendekatan multicultural ini maka dapat terjadi culture opening
saya maksud sebagai budaya terbuka atau adanya sifat menerima budaya
lain melalui penghormatan. Walaupun pada pendekatan multicultural ini
sudah pada tahap pengenalan budaya melalui bahasa namun di anggap
belum mampu dalam menyelesaikan permasalahan seprti komunikasi
antara budaya yang disinyalir berawal dari pola interaksi yang berbeda dan
berinovasi dan Perbedaan mendasar dari invidu itu sendiri sedangkan
kharakter dari setiap individu yang berbeda.

KESIMPULAN

Pendidikan multikultural merupakan suatu rangkaian kepercayaan (set of


beliefs) dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya
dan etnis di dalam bentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi,
kesempatan pendidikan dari individu, kelompok maupun negara.
Multikulturalisme bukan sekedar tempat bernaung berbagai kelompok
budaya, namun harus membawa pengaruh radikal bagi semua umat manusia lewat
pembuatan perbedaan yang radikal. Seperti halnya Banks, Martin menentang
tekanan dari Afrosentris dan tradisionalis Barat. Martin menyebut keduanya
"consumerist multiculturalism". Multikulturalisme bukan "consumerist" tetapi
"transformational", yang memerlukan kerangka kerja
Kamipun menyimpulkan bahwa teori yang 1 dan teori lainya saling terkait
satu sama lain dimana pentingnya pendidikan multikultural diajarkan pada proses
pendidikan untuk memberikan pengarahan ataupun pengetahuan bagaiamana cara
hidup saling mengenal, menghormati, tulus, toleransi terhadap keragaman budaya
yang hidup di tengah-tengah masyarakat plural, sehingga peserta didik kelak
memiliki kekenyalan dan kelenturan mental bangsa dalam menyikapi konflik
sosial di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
 Ali, Muhamad. “Teologi Pluralis-Multikultural: Menghargai
Kemajemukan Menjalin Kebersamaan”. Jakarta. Penerbit Buku Kompas.
2003.
 Anderson, R. dan K. Cusher. “Multicultural and Intercultural Studies”
dalam Teaching Studies of Society and Environment. Sydney: Prentice
Hall, 1994.
 Azra, Azyumardi. “Menuju Masyarakat Madani; Gagasan, Fakta, dan
Tantangan”.Cet. I; Bandung Remaja Rosdakarya, 1999.
 Baidhawi, Zakiyuddin. “Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural”.
t.tp: Erlangga, 2005.
 Banks, J.A. “Multicultural Educatian: Historical Development,
Dimentions and Practrice”. 1993.
 Mahfud Choirul. “Pendidikan Multikultural”. Cet.VIII; Yogyakarta,
Pustaka Remaja,2016.
 http://kabepiilampungcom.wordpress.com/2009/10/18/pembelajaran-
berbasis multikultural/ diakses pada tanggal 15 Maret 2019
http://www.scribd.com/doc/67040530/61414964-Pendidikan-Multikultural
diakses pada tanggal 15 Maret 2019
 https://andrisoesilo.blogspot.com/2014/06/hakikat-pendidikan-
multikultural-dan.html?m=1 diakses pada tanggal 15 Maret 2019
 Kementerian Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Cet. III; Solo: PT
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2013.

Anda mungkin juga menyukai