Anda di halaman 1dari 5

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI INDONESIA

Pendidikan multikultural berasal dari dua kata pendidikan dan multikultural.


Pendidikan merupakan proses pengembangan sikap dan tata laku seseorang atau
sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran,
pelatihan, proses, perbuatan dan cara-cara yang mendidik. Disisi lain Pendidikan
adalah Transfer of knowledge atau memindah ilmu pengetahuan. Sedangkan
Multikultural secara etimologis multi berarti banyak, beragam dan aneka sedangkan
kultural berasal dari kata culture yang mempunyai makna budaya, tradisi, kesopanan
atau pemeliharaan. Rangkaian kata pendidikan dan multikultural memberikan arti
secara terminologis adalah proses pengembangan seluruh potensi manusia yang
menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekwensi keragaman
budaya, etnis, suku dan aliran (agama).
Zakiyuddin Baidhawi mendefinisikan pendidikan multikultural adalah suatu cara
untuk mengajarkan keragaman (teaching diversity). M. Ainul Yaqin memahami
pendidikan multikultural sebagai strategi pendidikan yang diaplikasikan pada semua
jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan perbedaan-perbedaan kultural yang
ada pada para siswa seperti perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, klas sosial,
ras, kemampuan dan umur agar proses belajar menjadi mudah. John W. Santrock
mendefinisikan pendidikan multikultural adalah pendidikan yang menghargai
diversitas dan mewadahi prespektif dari beragam kelompok kultural atas dasar basis
regular.
Mundzier Suparta dalam bukunya Islamic Multicultural Education, mencatat
lebih dari sepuluh definisi tentang pendidikan multikultural, diantaranya adalah;
(a) Pendidikan Multikultural adalah sebuah filosofi yang menekankan pada makna
penting, legitimasi dan vitalitas keragaman etnik dan budaya dalam membentuk
kehidupan individu, kelompok maupun bangsa.
(b) Pendidikan Multikultural adalah menginstitusionalkan sebuah filosofi pluralisme
budaya ke dalam system pendidikan yang didasarkan pada prinsip-prinsip persamaan
(equality), saling menghormati dan menerima, memahami dan adanya komitmen
moral untuk sebuah keadilan sosial.
(c) Pendidikan Multikultural adalah sebuah pendekatan pengajaran dan pembelajaran
yang didasarkan atas nilai-nilai demokratis yang mendorong berkembangnya
pluralisme budaya; dalam hampir seluruh bentuk komprehensifnya. Pendidikan
multikultural merupakan sebuah komitmen untuk meraih persamaan pendidikan,
mengembangkan kurikulum yang menumbuhkan pemahaman tentang kelompok-
kelompok etnik dan memberangus praktik-praktek penindasan.
(d) Pendidikan Multikultural merupakan reformasi sekolah yang komprehensif dan
pendidikan dasar untuk semua anak didik yang menentang semua bentuk diskriminasi
dan intruksi yang menindas dan hubungan antar personal di dalam kelas dan
memberikan prinsipprinsip demokratis keadilan sosial.
Sebagai sebuah wacana baru, pengertian pendidikan multikultural sesungguhnya
hingga saat ini belum begitu jelas dan masih banyak pakar pendidikan yang
memperdebatkannya. Namun bukan berarti definisi pendidikan multikultural tidak ada.
Sama dengan definisi pendidikan yang banyak penafsirannya, begitu juga pada
penafsiran tentang arti pendidikan multikultural yang beragam.
James Banks mendefiniskan pendidikan multikultural sebagai pendidikan people of
color, artinya pendidikan multikultural ingin mengeksplorasi perbedaan sebagai
keniscayaan dan anugerah dari Tuhan, kemudian bagaimana kita mampu mensikapi
perbedaan tersebut dengan toleran dan semangat egaliter.
Pendidikan multikultural merupakan respons terhadap perkembangan keragaman
populasi sekolah, sebagaimana tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok. Pada
dimensi lain, pendidikan multikultural merupakan pengembangan kurikulum dan
aktivitas pendidikan untuk memasuki berbagai pandangan, sejarah, prestasi, dan
perhatian, sedangkan secara luas, pendidikan multikultural mencakup seluruh siswa
tanpa membedakan kelompoknya seperti gender, ras, etnik, budaya, strata sosial, dan
agama.
James Banks menjelaskan bahwa pendidikan multikultural memiliki beberapa dimensi
yang saling berkaitan satu sama lain yaitu;
a. Content integration, yaitu mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok
untuk mengilustrasikan konsep mendasar, generalisasi dan teori dalam disiplin
ilmu.
b. The knowledge construction process, yaitu membawa siswa untuk memahami
implikasi budaya ke dalam sebuah mata pelajaran.
c. An equity paedagogy, yaitu menyesuaikan metode pengajaran dengan cara
belajar siswa dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik siswa yang
beragam baik dari segi budaya, ras, maupun sosial.
d. Prejudice reduction, yaitu mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan
menentukan metode pengajaran mereka. Kemudian melatih kelompok untuk
berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, berinteraksi dengan seluruh staf dan
siswa yang berbeda etnis dan ras dalam upaya menciptakan budaya akademik
yang toleran dan inklusif.
Fakta yang ada pada kehidupan kita bahwa bangsa Indonesia terdiri dari
banyak etnik, dengan keragaman budaya, agama, ras dan bahasa. Indonesia memiliki
falsafah berbeda suku, etnik, bahasa, agama dan budaya, tapi memiliki satu tujuan,
yakni terwujudnya bangsa Indonesia yang kuat, kokoh, memiliki identitas yang kuat,
dihargai oleh bangsa lain, sehingga tercapai cita-cita ideal dari pendiri bangsa sebagai
bangsa yang maju, adil, makmur dan sejahtera. Untuk itu, seluruh komponen bangsa
tanpa membedakan etnik, ras, agama dan budaya, seluruhnya harus bersatu pada,
membangun kekuatan di seluruh sektor, sehingga tercapai kemakmuran bersama,
memiliki harga diri bangsa yang tinggi dan dihargai oleh bangsa-bangsa lain di dunia.
Oleh sebab itu, mereka harus saling menghargai satu sama lain, menghilangkan
sekat-sekat agama dan budaya.
Azyumardi Azra menegaskan bahwa Indonesia harus mengupayakan proses
pendidikan yang multikulturalistik, yakni pendidikan untuk semua, dan pendidikan
yang memberikan perhatian serius terhadap pengembangan sikap toleran, respek
terhadap perbedaan etnik, budaya, dan agama, dan memberikan hak-hak sipil
termasuk pada kelompok minoritas. Dengan demikian, pendidikan multikultural dalam
konteks ini diartikan sebagai sebuah proses pendidikan yang memberi peluang sama
pada seluruh anak bangsa tanpa membedakan perlakuan karena perbedaan etnik,
budaya dan agama, yang memberikan penghargaan terhadap keragaman, dan yang
memberikan hak-hak sama bagi etnik minoritas, dalam upaya memperkuat persatuan
dan kesatuan, identitas nasional dan citra bangsa di mata dunia internasional.
Kemajemukan merupakan ciri khas bangsa Indonesia, memiliki 17.667 pulau
maka wajar jika kemajemukan di Indonesia tidak bisa dihindarkan. Pemikiran awal
dalam pendidikan multikultural adalah bahwa perbedaan tersebut merupakan ciptaan
Tuhan, anugerah, karunia, rahmat dari Tuhan. Kata anugerah, karunia, rahmat pasti
mengandung arti yang baik, oleh karena itu keragaman, perbedaan, multikulturalisme
di Indonesia merupakan hal yang baik yang diberikan Tuhan untuk disyukuri dan
dimanfaatkan demi kemajuan bangsa Indonesia.
Pada satu sisi, kemajemukan masyarakat memberikan dampak yang positif,
namun pada sisi lain jua menimbulkan dampak negatif karena bisa menimbulkan
konflik di masyarakat, terutama yang belum memahami mengenai kemajemukan
bangsa Indonesia. Konflik antar kelompok masyarakat tersebut akan melahirkan
disabilitas keamanan, sosial ekonomi, dan ketidakharmonisan sosial. Akar konflik
dalam masyarakat majemuk menurt Syafri Sairin yakni;
1. Perebutan sumberdaya, alat produksi, dan kesempatan ekonomi
2. Perluasan batas-batas sosial budaya
3. Benturan kepentingan politik, ideologi, dan agama.
Banyak bukti dan sejarah mencatat tentang kerusuhan dan konflik
berlatarbelakang SARA (suku, adat, ras, agama). Fakta tersebut menunjukan
gagalnya pendidikan dalam menciptakan kesadaran multikulturalisme. Simbol
budaya, agama, baju, adat boleh berbeda, tapi hakikatnya kita adalah satu bangsa
yaitu Bangsa Indonesia. Pada dasarnya manusia diciptakan berbeda oleh Tuhan,
tetapi perbedaan itu diciptakan agar kita saling mengenal dan menghormati, dan harus
diketahui bahwa orang yang paling mulia di sisi Tuhan adalah orang yang paling baik
perbuatannya, jika dalam Islam maka taqwa manusialah yang menjadikan ia baik di
sisi Tuhan.
Pendidikan multikultural juga dimaksudkan bahwa manusia dipandang sebagai
makhluk makro dan mikro yang tidak akan lepas dari akar budaya bangsa dan
kelompok etnisnya. Akar makro yang kuat akan menyebabkan manusia tidak pernah
tercerabut dari akar kemanusiaanya, sedangkan akar mikro yang kuat akan
menyebabkan manusia mempunyai tempat berpijak yang kuat sehingga tidak mudah
diombang-ambingkan oleh perubahan yang amat cepat yang menandai kehidupan
modern dan global.
Pendidikan multikulturalisme biasanya mempunyai ciri-ciri
1. Bertujuan membentuk manusia budaya dan menciptakan masyarakat
berbudaya
2. Materinya mengajarkan nilai luhur kemanusiaan, nilai kebangsaan, dan nilai
kultural
3. Metodenya demokratis yang menghargai aspek-aspek perbedaan dan
keragaman budaya bangsa dan kelompok etnis
4. Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku peserta didik
yang meliputi persepsi, apresiasi, dan tindakan budaya lainnya.
Sejarah telah mencatat bahwa pada 28 Oktober 1928, telah terjadi perjanjian
besar yang melibatkan seluruh pemuda Hindia Belanda (Indonesia saat itu), perjanjian
yang dikenal dengan nama “SUMPAH PEMUDA”. Sumpah pemuda harus kita sadari
bahwa tidak hanya dilakukan oleh sekelompok pemuda dari satu daerah, tapi
dilakukan oleh seluruh pemuda dari berbagai daerah di Hindia Belanda dengan
latarbelakang SARA masing-masing. Pada akhirnya bisa bersatu dan membawa
perubahan besar pada bangsa Indonesia. Maka, sebagai pemuda sudah menjadi
kewajiban kita untuk meneruskan isi dari sumpah pemuda itu, yang disesuasikan
dengan konteks perkembangan zaman saat ini.
Mengingkari keragaman bangsa Indonesia berarti melupakan sejarah,
mencederai nilai sumpah pemuda, dan melukai perasaan para orangtua kita yang dulu
berjuang demi kemerdekaan negara Indonesia. Pengingkaran terhadap perbedaan,
keragaman, multikulturalisme yang ada di Indonesia juga berarti membangkang,
melawan, dan menghina Tuhan, karena perbedaan merupakan ciptaan Tuhan dan
secara tegas Tuhan juga telah dijelaskan bahwa perbedaan merupakan anugerah
Tuhan yang diberikan kepada manusia. Perbedaan adalah nikmat Tuhan, “maka
nikmat Tuhan yang mana lagi yang kamu dustakan?”

Anda mungkin juga menyukai