Anda di halaman 1dari 2

Ryan Ricky Ananta

PLB A / 22103244011

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Kebenaran dari
peryataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultur maupun geografis yang begitu beragam
dan luas. Ada sekitar 300 suku yang menggunakan hampir 200 bahasa yang berbeda
(Yakin,2005:4). Oleh sebab itu rakyat Indonesia penting menyadari bahwa keragaman bangsa
Indonesia adalah anugrah yang harus dipelihara dan diambil hikmahnya bagi kesejahteraan
bangsa Indonesia, karena bila tidak dikelola dengan baik dapat berubah menjadi petaka bagi
bangsa Indonesia yang besar ini. Pendidikan multikultural harus diberikan disekolah dengan
mengintegrasikannya ke setiap mata pelajaran dan di implementasikan di sekolah pada
kehidupan seharihari, agar penyelenggaraan pendidikan di sekolah berjalan dengan adil, tidak
diskriminatif dan humanis. Undang-undang Sisdiknas no 20 tahun 2003 telah menyinggung
hal tersebut, khususnya pada pasal 4 yang mengatakan bahwa “pendidikan diselenggarakan
secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa”. Terminologi
pendidikan multikultural adalah proses pengembangan seluruh potensi manusia yang
menghargai pluralitas dan heterogenitas sebagai konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku,
dan ajaran agama. Pendidikan multikultural dapat diartikan sebagai proses pengembangan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran, pelatihan, proses, perbuatan, dan cara-cara mendidik yang mampu
menghargai perbedaan dan kemajemukan secara manusiawi (Yangin, 2014). Zamroni (2013)
mengatakan bahwa pendidikan multikultural itu sebagai suatu bentuk reformasi pendidikan
yang bertujuan untuk memberikan kesempatan yang merata bagi semua siswa tanpa pandang
latar belakangnya, sehingga semua siswa dapat meningkatkan kemampuan secara optimal
sesuai dengan ketertarikan, minat dan bakat yang dimilikinya. Pendidikan multikultural dapat
didefinisikan sebagai pendidikan untuk atau tentang keragaman kebudayaan dalam merespon
perubahan demografis dan kultur lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara
keseluruhan. Hal ini sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa pendidikan jangan
hanya dipandang sebagai “menara gading” yang berusaha menjauhi realitas sosial dan
budaya. Pendidikan harus mampu menciptakan tatanan masyarakat yang terdidik dan
berpendidikan, bukan masyarakat yang hanya mengagungkan prestis sosial sebagai akibat
kekayaan dan kemakmuran yang dialaminya atau keturunan yang diwarisinya. Istilah
pendidikan multikultural dapat digunakan baik pada tingkat deskriptif maupun normatif yang
menggambarkan isu-isu di masalah-masalah pendidikan yang berkaitan dengan masyarakat
multikultural. Lebih jauh ia juga mencakup pengertian tentang pertimbangan terhadap
kebijakan-kebijakan dan strategi-strategi pendidikan dalam masyarakat multikultural. Dalam
konteks deskriptif ini, maka kurikulum pendidikan multikultural seharusnya mencakup
subjek-subjek seperti: toleransi; tema-tema tentang perbedaan etno-kultural dan agama;
bahaya diskriminasi: penyelisaian konflik dan mediasi; HAM; demokrasi dan prulalitas;
kemanusiaan universal; dan subjek-subjek lain yang relevan (Tilaar, 2002). Pendidikan
multikultural merupakan suatu pendekatan progresif untuk melakukan transformasi
pendidikan yang secara menyeluruh membongkar kekurangan, kegagalan, dan praktik-praktik
diskriminasi dalam proses pendidikan. Sejalan dengan itu Musa Asy’arie (2004)
mengemukakan bahwa pendidikan multikultural merupakan proses penanaman cara hidup
menghormati, tulus, dan toleran terhadap keragaman budaya yang hidup di tengah-tengah
masyarakat plural. Dengan pendidikan multikultural, diharapakan adanya kekeyalan dan
kelenturan mental bangsa menghadapibenturan konflik sosial. Yakin (2005) mengemukakan
bahwa pendidikan multikultural adalah strategi pendidikan yang diaplikasikan pada semua
jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan perbedaan-perbedaan kultural yang ada pada
para siswa seperti peerbedaan etnis, agama, bahasa, gender, kelas sosial, ras, kemampuan dan
umur agar proses belajar menjadi efektif dan mudah. Pendidikan multikultural sekaligus juga
akan melatih dan membangun karakter siswa mampu bersikap demokrasi, humanis, dan
pluralis dalam lingkungan mereka. Artinya siswa selain diharapkan dapat dengan mudah
memahami,menguasai dan mempunyai kompetensi yang baik terhadap mata pelajaran yang
diajarkan guru, siswa juga diharapkan mampu untuk selalu bersikap dan menerapkan nilai-
nilai demokrasi, humanisme dan pluralisme di sekolah atau di luar sekolah.Pendidikan
multikultural mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan awal dan tujuan akhir. Tujuan awal
merupakan tujuan sementara karena tujuan ini hanya berfungsi sebagai perantara agar tujuan
akhir dapat dicapai dengan baik. Tujuan awal pendidikan multikultural yaitu membangun
wacana pendidikan multicultural di kalangan guru, dosen, ahli pendidikan, pengembali
kebijakan dalam dunia pendidikan. Harapannya, apabila mereka mempunyai wacana
pendidikan multikultural yang baik, maka kelak mereka tidak hanya mampu untuk
membangun kecakapan dan keahlian siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkannya. Akan
tetapi juga mampu untuk menjadi transformator pendidikan multikultural yang mampu
menanamkan nilai-nilai pluralisme, humanisme, dan demokrasi secara langsung di dekolah
kepada peserta didik. Tujuan akhir pendidikan multikultural ini adalah peserta didik tidak
hanya mampu memahami dan menguasai materi pelajaran yang dipelajarinya, tetapi mereka
diharapkan juga mempunyai karakter yang kuat untuk selalu bersikap demokratis, p;uralis,
dan humanisme.

Anda mungkin juga menyukai