Anda di halaman 1dari 5

Nama : Lili Nuryantika

NIM : 0301182150
Prodi/ Sem : PAI 4/ Sem VII
Dosen Pengampu : Muhammad Syafi’i, M. Pd. I
Mata Kuliah : Pendidikan Multikultural
Tugas : UTS Semester Ganjil 2021/2022

Jawaban:

1. Penjelasan mengenai:
a. Pengertian pendidikan multikultural menurut beberapa para ahli

Menurut Burnet dalam Ali Maksum, pendidikan multikultural adalah pendidikan untuk
people of colour. Sementara itu James Banks memaknai pendidikan multikultural sebagai
sebuah gagasan yang menjelaskan bahwa semua peserta didik tanpa memandang dari
kelompok mana mereka masuk, seperti yang terkait dengan gender, suku bangsa, ras, budaya,
kelas sosial, agama tanpa pengecualian, seharusnyaa mengalami kesetaraan pendidikan di
sekolah.

James Banks dalam Suryana (2015:196) menjelaskan Pendidikan multikultural merupakan


suatu kepercayaan dan penjelasan tentang pengakuan dan penilaian akan keberagaman
budaya dan etnis, yang bertujuan mengubah struktur pendidikan agar para siswa yang berasal
dari etnis, ras, dan kultur yang berbeda, laki-laki maupun perempuan ataupun siswa yang
berkebutuhan khusus memiliki hak yang sama untuk mencapai prestasi akademis di sekolah.

Kamanto Sunarto memberikan penjelasan bahwa pendidikan multikultural biasa diartikan


sebagai pendidikan keragaman budaya dalam masyarakat, bisa juga diartikan sebagai
pendidikan yang menawarkan ragam model untuk keragaman budaya dalam masyarkat, dan
terkadang juga dimaknai sebagai pendidikan untuk membina sikap peserta didik agar
menghargai keragaman budaya masyarakat”.

b. Ruang Lingkup Pendidikan Multikultural

Bank (1993) mendefinisikan pendidikan multikultural sebagai pendidikan untuk


people of color, ingin mengeksplorai perbedaan sebagai keniscayaan dari anugerah Tuhan.
Multikulturalime adalah paham tentang kultur (budaya) yang beragam, dalam keberagaman
kultur itu keniscayaan adanya pemahaman, saling pengertian, toleransi, dan sebagainya, agar
tercipta suatu kehidupan yang damai dan sejahtera serta terhindar dari konflik yang
berkepanjangan (Naim & Sauqi, 2011). Anderen & Cuher (dalam Parekh, 2012)
mengemukakan bahwa pendidikan multikultural dapat diartikan sebagai pendidikan
mengenai keberagaman kebudayaan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dikemukakan
bahwa pendidikan multikultural adalah sebuah pendidikan tentang keberagaman kebudayaan
dalam merespon perubahan demografi dan kultur lingkungan masyarakat yang serba plural,
seperti halnya negara-bangsa Indoneia. Hal tersebut menunjukkan bahwa ruang lingkup
pendidikan sebagai ruang tranformai ilmu pengetahuan (tranfer of knowledge) hendaknya
mampu memberikan nilai-nilai multikulturalisme dengan cara saling menghargai dan
menghormati atas realita yang beragam (plural) dari latar belakang dan soial budaya yang
melingkupinya.

c. Ciri-ciri Pendidikan Multikultural

Mahfud (2011:187) menyebutkan bahwa pendidikan multikultural mempunyai


ciri-ciri, yaitu: 1) Membentuk “manusia budaya” dan menciptakan “masyarakat berbudaya
berperadaban”, 2) Materinya mengajarkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa,
dan nilai-nilai kelompok etnis kultural, 3) Metodenya demokratis, yang menghargai aspek-
aspek perbedaan dan keberagaman budaya bangsa dan kelompok etnis multikulturalis, 4)
Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik yang meliputi
persepsi, apresiasi, dan tindakan terhadap budaya lainnya.

2. Latar belakang timbulnya pendidikan multikultural


1) Adanya kecenderungan yang kuat dari setiap warga negara untuk secara lebih adil dan
demokratis dalam bidang pendidikan,sosial,ekonomi, dan lain sebagainya, dengan
tidak membedakan latar belakang agama, budaya,etnis dan lain sebagainya.
2) Pendidikan multikultural muncul sebagai akibat dorongan masyarakat kepada
pemerintah untuk menerapkan perinsip-prinsip kehidupan yang lebih berbudaya dan
beradab dalam berbagai aspek kehidupan ekonomi, politik,sosial, budaya,dan lain
sebagainya. Prinsip-prinsip kehidupan yang lebih berbudaya dan lebih beradab itu
antara lain meliputi penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, keadilan, egaliter,
manusiawi,jujur,amanah, toleransi dan persaudaraan.
3) Pendidikan multikultural muncul karena adanya kecenderungan untuk mengakui
pluralisme (keragaman) sebagai sebuah keniscahayaan atau realitas yang bersifat
alami dan diterima dengan penuh kesadaran. Pendidikan multikultur menghendaki
agar setiap negara yang memiliki keragaman penduduk harus diperlakukan secara adil
dan demokratis.
3. Peran guru dan sekolah dalam:
a. Membangun paradigma keberagamaan inklusif

1. seorang guru/dosen harus mampu bersikap demokratis, baik dalam sikap maupun
perkataannya tidak diskriminatif.

2. guru/dosen seharusnya mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap kejadian-


kejadian tertentu yang ada hubungannya dengan agama. Misalnya, ketika terjadi
bom Bali (2003), maka seorang guru yang berwawasan multikultural harus
mampu menjelaskan keprihatinannya terhadap peristiwa tersebut.

3. guru/dosen seharusnya menjelaskan bahwa inti dari ajaran agama adalah


menciptakan kedamaian dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia, maka
pemboman, invasi militer, dan segala Bentuk kekerasan adalah sesuatu yang
dilarang oleh agama.

4. guru/dosen mampu memberikan pemahaman tentang pentingnya dialog dan


musyawarah dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan
keragaman budaya, etnis, dan agama (aliran), misalnya, kasus penyerbuan dan
pengusiran Jamaah Ahmadiyah di NTB tidak perlu terjadi, jika wacana
inklusivisme beragama ditanamkan pada semua elemen masyarakat termasuk
peserta didik.

Sekolah juga memegang peranan penting dalam membangun lingkungan pendidikan


yang pluralis dan toleran, antara lain :

1. Untuk membangun rasa saling pengertian sejak dini antara siswa-siswa yang
mempunyai keyakinan berbeda, maka sekolah harus berperan aktif menggalakkan
dialog antar Iman dengan bimbingan guru-guru dalam sekolah
tersebut. Dialog antar Iman semacam ini merupakan salah satu upaya yang efektif
agar siswa terbiasa melakukan dialog dengan penganut agama yang berbeda.
2. Hal yang paling penting dalam penerapan pendidikan multikultural yaitu
kurikulum dan buku-buku pelajaran yang dipakai, dan diterapkan disekolah.

Jadi, guru dan sekolah memegang peranan penting dalam mengimplementasikan nilai-
nilai keberagamaan yang inklusif di sekolah, apabila guru mempunyai paradigma
pemahaman keberagamaan yang inklusif, maka dia juga akan mampu mengajarkan dan
mengimplementasikan nilai-nilai keberagamaan tersebut pada siswa di sekolah.
b. Menghargai keragaman bahasa

Dalam suatu sekolah bisa terdiri dari guru, tenaga kependidikan, dan siswa yang
berasal dari berbagai wilayah dengan keragaman bahasa, dialek, dan logat bicara. Meski ada
bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar formal di sekolah, namun logat atau gaya bicara
selalu saja muncul dalam setiap ungkapan bahasa, baik lisan maupun tulisan. SMK perlu
memiliki peraturan yang mengakomodasi penghargaan terhadap perbedaan bahasa. Guru
serta warga SMK yang lain tidak boleh mengungkapkan rasa ”geli” atau ”aneh” ketika
mendengarkan atau membaca ungkapan bahasa yang berbeda dari kebiasaannya. Semua
warga SMK bersikap apresiatif dan akomodatif terhadap perbedaan-perbedaan itu. Perbedaan
yang ada seharusnya menyadarkan kita bahwa kita sangat kaya budaya, mempunyai teman-
teman yang unik dan menyenangkan, serta dapat bertukar pengetahuan berbahasa agar kita
semakin kaya wawasan.

4. 4 dimensi yang harus diperhatikan pendidik jika ingin melaksanakan


pendidikan multicultural
1) posisi siswa sebagai subjek dalam belajar,
2) cara belajar siswa yang ditentukan oleh latar belakang budayanya,
3) lingkungan budaya mayoritas masyarakat dan pribadi siswa adalah entry
behavior kultural siswa,
4) lingkungan budaya siswa adalah sumber belajar
5. Pendidikan multikultural menurut prespektif Islam

Konsep pendidikan multikultural menekankan penanaman cara hidup menghormati, tulus,


dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat.
Tujuan akhir pendidikan multikultural adalah diarahkan untuk dapat menghasilkan generasi
umat disamping berilmu dan terampil juga dapat hidup bersama dalam masyarakat.

Pendidikan multikultural arahnya mengeksplorasi berbagai perbedaan dan keragaman di atas


dapat diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran dengan cara melakukan perubahan
perilaku secara bertahap yakni menerapkan penekanan materi pembelajaran seperti aspek
moralitas, disiplin, kepedulian humanistik, kejujuran etika, maupun kehidupan yang empatik.
Sekaligus juga untuk melatih dan membangun karakter siswa agar mampu bersikap
demokratis, humanis dan pluralis dengan membangun pemahaman keagamaan yang lebih
pluralis dan inklusif dalam lingkungan mereka.

Anda mungkin juga menyukai